Anda di halaman 1dari 20

KENDALA DAN SOLUSI BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARIAH

Dibuat untuk memenuhi Tugas Besar 2 pada mata kuliah Perbankan Syariah

Nama : MELINDA

NIM : 43120010458

Dosen Pengampu:

Dr. Sudjono, M.Acc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Kendala dan Solusi Bagi
Hasil pada Perbankan Syariah” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi Tugas Besar Besar 2 Mata Kuliah Perbankan Syariah, dan menambah wawasan
kepada pembaca.

Penyusunan Makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
tak kepada pihakpihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga
Makalah ini dapat tersusun. Khususnya pengampu mata kuliah Perbankan Syariah, Bapak Dr.
Sudjono, M.Acc yang telah membimbing proses pembuatan Makalah, berkat tugas yang
diberikan penulis dapat menambah wawasan mengenai topik yang diberikan.

Penulis menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah
saya selanjutnya. Harapan penulis semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
referensi bagi para pembaca. Penulis berharap Makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Jakarta, 20 November 2023

MELINDA

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah .......................................................................................................... 3

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 4

1.5 Manfaat........................................................................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 5

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ............................................. 5

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu.................................................................................... 9

2.3 Hipotesis .................................................................................................................... 10

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 11

3.1 Penerapan .................................................................................................................. 11

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek .................................. 12

3.3 Pembahasan ............................................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 15

4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 15

4.2 Saran .......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan
lahirnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, yang memberikan landasan hukum yang kuat bagi
pengembangan perbankan syariah. Meskipun demikian, industri perbankan syariah juga
menghadapi sejumlah kendala. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah
ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan yang masuk untuk disimpan, sementara
biaya yang dikeluarkan juga perlu dipertimbangkan. Hal ini dapat mempengaruhi sistematis
pengeluaran pembiayaan bank syariah di Indonesia.

Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bank syariah juga menjadi kendala
dalam pengembangan perbankan syariah. Meskipun pengetahuan tentang bank syariah
dianggap penting, sebagian besar masyarakat yang memilih bank syariah masih dipengaruhi
oleh emosi keagamaan, belum berdasarkan pada pemahaman rasional yang baik. Kurangnya
pengetahuan tentang sistem perbankan syariah ini dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan. Dalam konteks ini, penelitian tentang
kendala dan solusi bagi hasil pada perbankan syariah diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh bank syariah
dalam menerapkan sistem bagi hasil, serta memberikan rekomendasi solusi yang tepat untuk
meningkatkan implementasi sistem ini. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

Bank syariah di Indonesia menghadapi berbagai kendala dalam pelaksanaan sistem bagi
hasil. Sejumlah penelitian menyoroti permasalahan ini, termasuk rendahnya pembiayaan bagi
hasil, kurangnya pemahaman masyarakat, serta kendala teknis pasca-merger. Misalnya, sebuah
tesis menyoroti bahwa umat Islam Indonesia lebih memilih bank konvensional daripada bank
syariah, disebabkan oleh kurangnya peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum bank
syariah dan kurangnya sosialisasi tentang perbankan syariah. Selain itu, kendala teknis seperti
kesulitan dalam menggunakan sistem baru pasca-merger juga menjadi perhatian dalam
implementasi bank syariah.

Dalam ranah perbankan syariah, prinsip bagi hasil menjadi pilar utama yang menggantikan
sistem bunga dalam transaksi keuangan. Meskipun prinsip ini memegang peranan penting

1
dalam menyediakan alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam,
implementasinya tidak luput dari sejumlah kendala yang mempengaruhi kemampuan lembaga
keuangan syariah untuk berkembang secara optimal. Latar belakang masalah ini menyoroti
sejumlah tantangan yang menjadi hambatan dalam menerapkan prinsip bagi hasil.

Pertama, ketidakpastian hukum dan regulasi seringkali menjadi rintangan utama bagi
perbankan syariah. Ketidakjelasan dalam interpretasi aturan dan perbedaan regulasi antar
negara dapat menghambat pengembangan produk-produk keuangan yang berlandaskan prinsip
bagi hasil. Hal ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar dan mengurangi kepercayaan baik
dari lembaga keuangan maupun masyarakat.

Kedua, kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait prinsip bagi hasil menjadi
kendala signifikan. Meskipun terdapat minat yang meningkat terhadap produk keuangan
syariah, pemahaman yang kurang dan kurangnya kesadaran tentang manfaat prinsip ini
menghambat pertumbuhan sektor ini. Masyarakat belum sepenuhnya menginternalisasi konsep
dan manfaat dari prinsip bagi hasil, yang mengurangi permintaan terhadap produk-produk
keuangan syariah.

Ketiga, pengelolaan risiko dalam prinsip bagi hasil bisa menjadi lebih kompleks. Model ini
memerlukan pendekatan manajemen risiko yang inovatif dan khusus, yang tidak selalu mudah
diterapkan oleh lembaga keuangan syariah. Kompleksitas dalam pengelolaan risiko dapat
menjadi kendala dalam menjaga stabilitas dan keberlangsungan lembaga keuangan syariah.

Tantangan operasional juga menjadi salah satu kendala yang perlu diatasi. Implementasi
prinsip bagi hasil memerlukan struktur operasional yang kompleks, mulai dari perencanaan,
pengawasan, hingga pelaporan keuangan. Hal ini bisa menjadi beban tambahan bagi lembaga
keuangan syariah yang berusaha menjaga efisiensi dan transparansi dalam operasionalnya.

Selain itu, ketidaktepatan dalam pembagian keuntungan juga menjadi masalah.


Menentukan mekanisme yang adil dan tepat dalam pembagian keuntungan antara lembaga
keuangan syariah dan nasabah menjadi tantangan tersendiri. Ketidakmampuan dalam
menyeimbangkan keuntungan yang diperoleh bisa menjadi sumber ketidakpuasan dan
menurunkan kepercayaan dari pihak-pihak yang terlibat. Dalam konteks ini, pemahaman
mendalam dan solusi yang tepat menjadi krusial. Solusi-solusi yang dapat mengatasi
hambatan-hambatan tersebut perlu diidentifikasi dan diusulkan. Hal ini akan membantu
perbankan syariah untuk menjadi lebih efisien, transparan, serta mampu memberikan manfaat
optimal bagi lembaga keuangan dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.

2
1.2 Batasan Masalah

Dalam memahami kompleksitas perbankan syariah yang berfokus pada prinsip bagi hasil,
batasan masalah mengacu pada aspek-aspek tertentu yang akan menjadi fokus analisis dan
penelitian terkait kendala dan solusi bagi hasil pada perbankan syariah.

Pertama, batasan masalah akan mencakup identifikasi kendala yang dihadapi oleh lembaga
keuangan syariah secara umum dalam menerapkan prinsip bagi hasil. Kendala tersebut
mencakup aspek regulasi, operasional, manajemen risiko, dan pemahaman konsumen terkait
sistem ini. Fokus akan diberikan pada kendala-kendala kritis yang secara signifikan
memengaruhi kemampuan lembaga keuangan syariah untuk menjalankan operasinya secara
efisien dan berkelanjutan.

Kedua, pembatasan masalah juga akan mempertimbangkan perbedaan konteks dan regulasi
antar negara. Faktor-faktor seperti perbedaan regulasi hukum Islam di berbagai negara,
perbedaan budaya, serta keberagaman pasar keuangan di setiap wilayah akan menjadi
pertimbangan dalam menyusun solusi-solusi yang relevan dan aplikatif dalam konteks regional
dan global.

Ketiga, analisis akan dibatasi pada solusi-solusi yang dapat diimplementasikan dalam
praktik perbankan syariah. Solusi-solusi tersebut harus mempertimbangkan aspek kepatuhan
syariah, keterjangkauan, dan kelayakan implementasi dari segi operasional dan keuangan.

Keempat, batasan masalah akan memperhatikan perspektif yang inklusif dari berbagai
pihak terkait, termasuk regulator, praktisi perbankan syariah, akademisi, dan masyarakat
umum. Pendekatan ini diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang
kendala dan solusi yang relevan dari sudut pandang yang beragam.

Kelima, batasan masalah juga akan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan


perkembangan jangka panjang dari solusi-solusi yang diusulkan. Solusi yang diajukan harus
dapat memberikan dampak positif secara berkelanjutan bagi perbankan syariah, mengatasi
tidak hanya kendala saat ini tetapi juga mempersiapkan keberlanjutan sistem keuangan syariah
di masa depan.

Dengan mempertimbangkan batasan-batasan ini, analisis kendala dan solusi bagi hasil pada
perbankan syariah diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam dan solusi yang
aplikatif untuk meningkatkan kinerja dan keberlanjutan sektor keuangan syariah secara
keseluruhan.

3
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan, beberapa rumusan masalah yang


diidentifikasi adalah:

1. Apa saja kendala utama yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah dalam menerapkan
prinsip bagi hasil?
2. Bagaimana kendala-kendala tersebut memengaruhi efektivitas dan efisiensi perbankan
syariah?
3. Apa solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi kendala-kendala utama dalam praktik bagi hasil pada perbankan syariah.
2. Menganalisis dampak kendala-kendala tersebut terhadap kinerja dan efektivitas lembaga
keuangan syariah.
3. Merumuskan solusi-solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut.

1.5 Manfaat

Kajian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memperluas pemahaman tentang hambatan-hambatan yang dihadapi oleh perbankan


syariah dalam menerapkan prinsip bagi hasil.
2. Memberikan rekomendasi yang dapat membantu perbankan syariah dalam meningkatkan
efektivitas dan keberlanjutan praktik bagi hasil.
3. Menjadi acuan bagi regulator, praktisi, dan peneliti dalam pengembangan lebih lanjut
terkait perbankan syariah dan implementasi prinsip bagi hasil.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

Grand Theory

Grand Theory dalam konteks perbankan syariah merujuk pada konsep dasar ekonomi Islam
yang menjadi landasan bagi sistem perbankan syariah. Bank syariah adalah bank yang
berasaskan pada asas kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi
dari prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain pelarangan riba dalam berbagai
bentuknya, tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang, serta prinsip bagi hasil (mudharabah)
dan jual beli berdasarkan prinsip syariah. Secara khusus, pada bank syariah, teori yang
menjelaskan pengaruh tingkat bagi hasil terhadap jumlah tabungan maupun deposito yang ada
di bank menunjukkan bahwa semakin besar tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank
syariah, maka akan semakin mendorong keinginan masyarakat untuk menyimpan dan
berinvestasi pada bank syariah. Dengan demikian, Grand Theory dalam perbankan syariah
mencakup prinsip-prinsip ekonomi Islam yang melandasi praktik perbankan syariah, serta
konsep dasar yang menjadi landasan bagi sistem perbankan syariah.

Grand Theory dalam konteks perbankan syariah terkait dengan landasan filosofis, etika,
dan prinsip-prinsip yang menjadi pijakan utama dalam operasional dan praktek keuangan yang
berlandaskan pada ajaran Islam. Prinsip grand theory ini membentuk kerangka kerja yang luas
dan menyeluruh bagi semua aspek perbankan syariah, khususnya dalam konteks prinsip bagi
hasil. Grand Theory dalam perbankan syariah merujuk pada nilai-nilai fundamental yang
mendasari keseluruhan sistem keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Ini
termasuk konsep keadilan, keberagaman, partisipasi, serta pemeliharaan keseimbangan
ekonomi dan sosial. Prinsip bagi hasil menjadi salah satu pilar utama dalam grand theory ini,
di mana ideologi utama adalah bahwa setiap transaksi harus bersandar pada prinsip berbagi
risiko dan keuntungan di antara pihak-pihak yang terlibat.

Grand Theory dalam perbankan syariah juga mencakup konsep kepemilikan bersama,
tanggung jawab sosial, dan penolakan terhadap praktik yang dianggap ribawi atau berlebihan,
seperti riba (bunga) dan spekulasi berlebihan. Hal ini menegaskan pentingnya adanya
keberpihakan pada keadilan dan kepentingan bersama dalam setiap transaksi keuangan. Dalam

5
konteks prinsip bagi hasil, grand theory ini menetapkan bahwa transaksi keuangan harus
didasarkan pada prinsip kemitraan dan kerjasama antara bank dan nasabah. Kontribusi serta
risiko di dalam setiap transaksi haruslah seimbang, dan pembagian keuntungan harus adil
sesuai dengan kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Grand Theory dalam perbankan syariah
bukan sekadar sebuah teori, melainkan merupakan landasan filosofis yang mengakar kuat
dalam nilai-nilai Islam. Ini menjadi pijakan untuk memahami tujuan sebenarnya dari praktek
perbankan syariah, yaitu memberikan solusi keuangan yang adil, berkelanjutan, dan
bermanfaat bagi masyarakat secara luas, sambil mematuhi prinsip-prinsip moral dan etika yang
diamanahkan dalam ajaran Islam. Dengan demikian, Grand Theory dalam perbankan syariah
menjadi fondasi yang mengarahkan praktek perbankan, menjadikan prinsip bagi hasil sebagai
inti dari pendekatan ekonomi Islam yang berkelanjutan dan adil.

Middle Theory

Middle Theory dalam konteks perbankan syariah dapat merujuk pada teori niat yang
diaplikasikan dengan teori akad yang mengedepankan kesepakatan melalui perjanjian tertulis.
Selain itu, dalam implementasi bank syariah, Middle Theory juga mencakup konsep-konsep
ekonomi Islam yang diaplikasikan dalam operasional perbankan, seperti prinsip bagi hasil
(mudharabah) dan jual beli berdasarkan prinsip syariah. Sebagai contoh, dalam sebuah studi
kasus mengenai Bank BNI Syariah KCP Serang, penelitian tersebut memberikan wawasan
tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi sistem bagi hasil, serta upaya-
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian, Middle
Theory dalam perbankan syariah mencakup konsep niat dan akad yang diaplikasikan dalam
operasional perbankan syariah, serta implementasi prinsip bagi hasil dan jual beli berdasarkan
prinsip syariah dalam praktik perbankan syariah

Middle Theory dalam konteks perbankan syariah terkait dengan konsep-konsep yang lebih
terfokus dan spesifik dalam implementasi prinsip bagi hasil. Ini mencakup teori dan praktek
yang berada di antara konsepsi grand theory yang lebih abstrak dan operasional theory yang
lebih terinci. Middle theory mengaitkan prinsip-prinsip grand theory dengan praktik
operasional yang lebih konkret dalam menerapkan sistem bagi hasil.

Dalam konteks prinsip bagi hasil, Middle Theory memperhatikan mekanisme dan aturan
yang mengatur pembagian keuntungan dan risiko antara bank dan nasabah. Fokusnya adalah
pada aspek-aspek yang menentukan pembagian hasil dari transaksi, seperti metode pembagian
keuntungan, mekanisme pemenuhan kontrak, dan penyelesaian kerugian. Konsep Middle

6
Theory juga mencakup keseimbangan antara kepentingan bank dan nasabah dalam setiap
transaksi. Ini mencakup penerapan mekanisme yang adil dan proporsional dalam pembagian
keuntungan sesuai dengan kontribusi, risiko, dan keberhasilan transaksi. Middle Theory juga
menyoroti perlunya kesepahaman yang kuat antara kedua belah pihak terkait tanggung jawab,
hak, dan kewajiban dalam praktek bagi hasil.

Selain itu, Middle Theory mengeksplorasi pendekatan manajemen risiko yang lebih
spesifik dalam konteks prinsip bagi hasil. Ini mencakup identifikasi, penilaian, dan pengelolaan
risiko yang terkait dengan model kemitraan dan pembagian keuntungan. Fokusnya adalah pada
strategi untuk mengelola risiko yang melekat dalam transaksi bagi hasil, sehingga menjaga
stabilitas dan keberlanjutan perbankan syariah. Selain aspek operasional, Middle Theory juga
melibatkan pendekatan pendidikan dan kesadaran kepada masyarakat terkait manfaat dan
mekanisme prinsip bagi hasil. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
partisipasi masyarakat dalam transaksi keuangan syariah, sehingga meningkatkan permintaan
dan adopsi prinsip ini dalam praktik sehari-hari.

Dengan menghubungkan antara konsep-konsep abstrak dari grand theory dan praktek
operasional yang spesifik, Middle Theory memainkan peran kunci dalam menyediakan
landasan yang lebih konkret untuk mengaplikasikan prinsip bagi hasil dalam perbankan
syariah. Ini membantu menciptakan kerangka kerja yang lebih terinci untuk memahami,
menerapkan, dan meningkatkan efektivitas praktek bagi hasil dalam operasional lembaga
keuangan syariah.

Operational Theory

Operational Theory dalam konteks perbankan syariah mencakup implementasi praktik


perbankan syariah dalam produk dan layanan yang ditawarkan kepada nasabah, serta proses
operasional yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Dalam implementasi bank syariah,
konsep sistem operasional bank bagi hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bank
dengan nasabah atau kreditor dalam bentuk hubungan kemitraan. Dalam sistem bagi hasil, jika
terdapat keuntungan, keuntungan tersebut dibagi dengan adil sesuai dengan kesepakatan, dan
jika terjadi kerugian, kerugian tersebut juga ditanggung bersama. Sebagai contoh, pengusaha
yang ingin mendapatkan kredit di Bank Syariah ditawarkan nisbah bagi hasil yang bervariasi.
Selain itu, kendala operasional yang dihadapi dalam implementasi prinsip bagi hasil dan risiko
di perbankan syariah mencakup sumber daya manusia yang kurang memadai, manajemen
perbankan syariah, sistem informasi dan teknologi, serta sikap masyarakat yang masih

7
memandang Bank Syariah sama dengan bank konvensional. Dengan demikian, Operational
Theory dalam perbankan syariah mencakup implementasi praktik perbankan syariah dalam
produk dan layanan, serta proses operasional yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam, serta
kendala operasional yang dihadapi dalam implementasi prinsip bagi hasil dan risiko di
perbankan syariah.

Operational Theory dalam ranah perbankan syariah berkaitan erat dengan implementasi
praktis dari prinsip-prinsip grand theory dan konsep middle theory dalam aktivitas sehari-hari
lembaga keuangan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam. Ini mencakup strategi,
prosedur, dan teknik yang digunakan dalam operasional perbankan syariah untuk menerapkan
prinsip bagi hasil secara efisien dan efektif. Operational Theory menitikberatkan pada struktur
operasional yang diperlukan untuk menjalankan praktek-praktek yang sesuai dengan prinsip-
prinsip bagi hasil. Ini meliputi pengembangan produk keuangan yang sesuai dengan prinsip
syariah, seperti pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah, serta instrumen
investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip bagi hasil.

Selain itu, dalam Operational Theory, penekanan diberikan pada aspek manajemen risiko
yang lebih spesifik dan terperinci. Ini termasuk pengembangan model evaluasi risiko yang
sesuai dengan karakteristik transaksi bagi hasil, serta perencanaan strategis untuk mengurangi
risiko-risiko yang mungkin timbul. Operational Theory juga menitikberatkan pada proses
pelaporan keuangan yang transparan dan sesuai dengan prinsip syariah. Ini mencakup
pengembangan sistem pelaporan yang memungkinkan transparansi dalam pembagian
keuntungan dan pengelolaan risiko bagi hasil secara jelas dan terukur.

Pendidikan dan pelatihan karyawan juga menjadi bagian penting dari Operational Theory.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi karyawan dalam
menerapkan prinsip-prinsip bagi hasil dalam operasional sehari-hari, serta memastikan
kesesuaian dalam praktik perbankan syariah. Selain itu, inovasi dalam teknologi juga menjadi
bagian dari Operational Theory. Pemanfaatan teknologi untuk menyederhanakan dan
meningkatkan efisiensi dalam proses operasional, pengelolaan risiko, dan pelaporan keuangan
menjadi penting untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan perbankan syariah yang
berlandaskan prinsip bagi hasil. Dengan fokus pada implementasi praktis dari prinsip-prinsip
yang dinyatakan dalam grand theory dan middle theory, Operational Theory menjadi kerangka
kerja yang sangat penting dalam menjalankan perbankan syariah yang efisien, transparan, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

8
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu

Grand Abdul Hakim (2010) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Kendala
Penerapan Bank Syariah di Lubuk Raja, OKU Sumatera Selatan (Studi Kasus di Desa
Battuwinangun)". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan pengusaha
perkebunan karet di Battuwinangun terhadap bank syariah dan kendala penerapan bank syariah
pada sektor perkebunan karet di desa Battuwinangun. Hasil penelitian ini memberikan
wawasan yang mendalam mengenai kendala penerapan bank syariah di lokasi tersebut. Selain
itu, terdapat pula penelitian yang mengulas tentang latar belakang perbankan syariah dan
prospek serta kendalanya di era global. Siti Yunitarini (2013) dalam penelitiannya menyajikan
analisis mengenai prospek dan kendala bank syariah di era global. Penelitian ini memberikan
pemahaman yang komprehensif mengenai tantangan dan peluang bagi bank syariah dalam
menghadapi dinamika ekonomi global.

Penelitian lain oleh Ibrahim, A. (2019) menyoroti kurangnya pemahaman dan kesadaran
masyarakat terkait prinsip bagi hasil sebagai kendala utama. Studi ini menunjukkan bahwa
kurangnya edukasi dan pemahaman tentang manfaat prinsip ini telah menjadi hambatan dalam
peningkatan permintaan produk-produk keuangan syariah. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Rahman, M. A. (2020) menyoroti kompleksitas manajemen risiko sebagai
kendala dalam prinsip bagi hasil. Studi ini menggarisbawahi perlunya pendekatan manajemen
risiko yang lebih inovatif dan khusus dalam mengelola risiko yang terkait dengan model bagi
hasil.

Pendekatan operasional juga telah menjadi fokus penelitian. Contohnya, penelitian oleh
Karim, R. (2021) menunjukkan bahwa kesulitan dalam operasionalisasi prinsip bagi hasil,
seperti dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pelaporan keuangan, merupakan kendala yang
signifikan bagi lembaga keuangan syariah. Dari sudut pandang solusi, penelitian oleh Ali, S.
(2017) menyoroti perlunya pendekatan yang inklusif dan terpadu untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat dan menciptakan kesadaran terkait prinsip bagi hasil. Penelitian ini
menekankan pentingnya kampanye edukasi yang komprehensif untuk memperluas pemahaman
tentang prinsip ini di kalangan masyarakat.

Studi-studi tersebut menjadi titik acuan penting dalam memahami kendala dan solusi bagi
hasil dalam perbankan syariah. Temuan dari penelitian-penelitian ini telah memberikan
wawasan yang berharga bagi praktisi, regulator, dan peneliti dalam mengatasi hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh perbankan syariah dalam menerapkan prinsip bagi hasil. Dengan

9
demikian, studi dan penelitian terdahulu ini memberikan kontribusi yang beragam dalam
pemahaman mengenai kendala dan solusi bagi hasil pada perbankan syariah, serta memberikan
landasan yang kuat untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini.

2.3 Hipotesis

Hipotesis 1: "Rendahnya pembiayaan bagi hasil memengaruhi persepsi masyarakat


terhadap bank syariah." Hipotesis ini didasarkan pada asumsi bahwa tingkat pembiayaan bagi
hasil yang rendah dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap keberlangsungan dan
keandalan bank syariah sebagai lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah

Hipotesis 2: "Kendala teknis pasca-merger memengaruhi implementasi sistem bagi hasil


pada bank syariah." Hipotesis ini berfokus pada asumsi bahwa proses merger dalam industri
perbankan syariah dapat menimbulkan kendala teknis yang memengaruhi implementasi sistem
bagi hasil, seperti kesulitan dalam menggunakan sistem baru pasca-merger

Hipotesis 3: "Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank syariah mempengaruhi


keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan." Hipotesis ini didasarkan pada asumsi
bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sistem perbankan syariah dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan, terutama
dalam konteks pemahaman rasional yang baik

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Penerapan sistem bagi hasil pada perbankan syariah merupakan salah satu kendala yang
dihadapi oleh bank syariah dalam praktiknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah, kurangnya sumber daya
manusia yang memadai, manajemen perbankan syariah, sistem informasi dan teknologi, serta
sikap masyarakat yang masih memandang Bank Syariah sama dengan bank konvensional.
Selain itu, rendahnya pembiayaan bagi hasil juga menjadi kendala dalam implementasi sistem
bagi hasil pada perbankan syariah. Oleh karena itu, bank syariah perlu melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, meningkatkan manajemen perbankan syariah, meningkatkan
sistem informasi dan teknologi, serta melakukan edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan
antara bank syariah dan bank konvensional.

Penerapan prinsip bagi hasil dalam konteks perbankan syariah menghadapi sejumlah
tantangan yang memengaruhi efektivitasnya. Salah satu aspek utama dalam penerapan ini
adalah ketegasan regulasi yang menjadi landasan bagi lembaga keuangan syariah untuk
mengembangkan dan mengoperasikan produk-produk yang sesuai dengan prinsip ini. Kendala
yang muncul seringkali terkait dengan kekurangan kejelasan dalam regulasi, yang dapat
menghambat inovasi produk dan layanan keuangan yang berbasis bagi hasil. Meskipun konsep
dan teori sudah dikenal, pelaksanaannya seringkali terhambat karena kurangnya kejelasan
regulasi yang mendukung.

Selain itu, penerapan prinsip bagi hasil juga terkait erat dengan tingkat kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang manfaat dan konsep ini. Upaya edukasi dan sosialisasi terkait
prinsip ini menjadi kunci untuk meningkatkan permintaan dan adopsi produk perbankan
syariah. Namun, kendala muncul ketika langkah-langkah edukasi ini belum cukup efektif
dalam menyampaikan pesan secara luas kepada masyarakat, sehingga pemahaman tentang
prinsip bagi hasil masih terbatas. Kendala lainnya terletak pada manajemen risiko dalam
praktek bagi hasil. Prinsip ini mengharuskan pendekatan manajemen risiko yang lebih inovatif
dan spesifik dalam mengelola risiko yang terkait dengan model ini. Dalam operasional sehari-
hari, kompleksitas manajemen risiko dalam transaksi bagi hasil seringkali menjadi tantangan
bagi lembaga keuangan syariah.

11
Penerapan prinsip bagi hasil juga menghadapi kendala dalam hal efisiensi operasional.
Proses-proses operasional yang kompleks dalam menerapkan prinsip ini, mulai dari
perencanaan, pengawasan, hingga pelaporan keuangan, bisa menjadi beban tambahan bagi
lembaga keuangan yang ingin menjaga efisiensi operasionalnya. Dalam menghadapi berbagai
kendala ini, solusi dapat ditemukan dalam upaya kolaboratif antara lembaga keuangan syariah,
regulator, dan masyarakat. Revisi regulasi yang lebih tegas dan mendukung, pendekatan
edukasi yang lebih terstruktur dan menyeluruh, serta strategi manajemen risiko yang lebih
adaptif menjadi langkah-langkah krusial dalam meningkatkan penerapan prinsip bagi hasil.
Kolaborasi yang lebih erat antara berbagai pihak juga menjadi kunci dalam meminimalisir
kesenjangan antara teori dan praktik, serta mendukung pengembangan perbankan syariah yang
lebih efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa rendahnya pembiayaan bagi hasil dapat


memengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank syariah. Selain itu, penelitian juga
menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan.
Dalam prakteknya, bank syariah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah, serta melakukan edukasi kepada
masyarakat tentang perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.

Salah satu perbandingan mendasar adalah terkait dengan ketidakpastian hukum dan
regulasi. Teori menekankan bahwa kejelasan regulasi akan menjadi fondasi yang stabil bagi
pengembangan produk-produk keuangan berbasis bagi hasil. Namun, dalam praktik, masih ada
ketidakjelasan dalam regulasi yang menjadi hambatan bagi lembaga keuangan syariah untuk
berinovasi dan mengoperasikan produk-produk yang sesuai dengan prinsip ini. Hal ini
menunjukkan bahwa gap antara teori yang menekankan kejelasan regulasi dengan realitas
praktik yang masih memiliki ketidakpastian regulasi perlu diatasi.

Selain itu, penelitian terdahulu menyoroti perlunya peningkatan kesadaran masyarakat


terhadap prinsip bagi hasil. Teori-teori ini menekankan pentingnya pendekatan edukasi untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat prinsip ini. Namun, dalam praktek,
meskipun upaya-upaya edukasi telah dilakukan, masih terdapat kesenjangan dalam
pemahaman dan adopsi prinsip bagi hasil di kalangan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun teori telah menyoroti kesadaran masyarakat sebagai kendala, implementasi langkah-

12
langkah edukasi belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan pemahaman secara
signifikan.

Kendala lainnya yang muncul dalam perbandingan ini adalah terkait dengan manajemen
risiko dalam praktek bagi hasil. Teori menyoroti perlunya pendekatan manajemen risiko yang
lebih inovatif dan khusus dalam mengelola risiko yang terkait dengan prinsip ini. Namun,
dalam praktik, kompleksitas manajemen risiko ini seringkali menjadi tantangan bagi lembaga
keuangan syariah.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa sementara teori dan penelitian telah


mengidentifikasi sejumlah kendala yang relevan, masih terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik dalam implementasi prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah. Evaluasi terhadap
perbedaan ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaboratif yang lebih erat antara lembaga
keuangan, regulator, dan masyarakat untuk mengisi gap tersebut dan memastikan bahwa
penerapan prinsip ini dapat berjalan lebih efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi
Islam.

3.3 Pembahasan

Dalam mempertimbangkan kendala dan solusi bagi hasil pada perbankan syariah,
pembahasan mencakup serangkaian aspek penting yang memengaruhi efektivitas penerapan
prinsip ini. Kendala yang dihadapi dalam praktek perbankan syariah seringkali melibatkan
kejelasan regulasi, kesadaran masyarakat, manajemen risiko, dan efisiensi operasional.
Kejelasan regulasi menjadi landasan utama yang diperlukan bagi lembaga keuangan syariah
untuk mengembangkan dan mengoperasikan produk-produk yang sesuai dengan prinsip bagi
hasil. Kendala muncul ketika regulasi masih kurang jelas atau ambigu, yang dapat menghambat
inovasi produk dan layanan keuangan berbasis bagi hasil.

Selanjutnya, kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang prinsip bagi hasil menjadi
aspek penting dalam meningkatkan permintaan terhadap produk perbankan syariah. Upaya
edukasi dan sosialisasi tentang manfaat prinsip ini menjadi kunci dalam menarik minat
masyarakat. Namun, seringkali langkah-langkah edukasi ini belum cukup efektif dalam
menyampaikan pesan secara luas kepada masyarakat, sehingga pemahaman tentang prinsip
bagi hasil masih terbatas. Manajemen risiko juga menjadi titik fokus dalam pembahasan ini.
Prinsip bagi hasil menuntut pendekatan manajemen risiko yang lebih inovatif dan spesifik
dalam mengelola risiko yang terkait. Dalam praktek, kompleksitas manajemen risiko ini
seringkali menjadi tantangan bagi lembaga keuangan syariah.

13
Kendala terakhir terletak pada efisiensi operasional dalam menerapkan prinsip bagi hasil.
Proses-proses operasional yang kompleks dalam menerapkan prinsip ini, mulai dari
perencanaan, pengawasan, hingga pelaporan keuangan, bisa menjadi beban tambahan bagi
lembaga keuangan.

Dalam menghadapi berbagai kendala ini, solusi dapat ditemukan dalam upaya kolaboratif
antara lembaga keuangan syariah, regulator, dan masyarakat. Revisi regulasi yang lebih tegas
dan mendukung, pendekatan edukasi yang lebih terstruktur, serta strategi manajemen risiko
yang lebih adaptif menjadi langkah-langkah krusial dalam meningkatkan penerapan prinsip
bagi hasil. Kolaborasi yang lebih erat antara berbagai pihak juga menjadi kunci dalam
meminimalisir kesenjangan antara teori dan praktik, serta mendukung pengembangan
perbankan syariah yang lebih efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dengan
kolaborasi ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih kondusif bagi penerapan
prinsip bagi hasil yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam perbankan syariah.

Dalam implementasi sistem bagi hasil pada perbankan syariah, terdapat beberapa kendala
yang dihadapi, seperti rendahnya pembiayaan bagi hasil, kurangnya pemahaman masyarakat
tentang sistem perbankan syariah, kurangnya sumber daya manusia yang memadai, manajemen
perbankan syariah, sistem informasi dan teknologi, serta sikap masyarakat yang masih
memandang Bank Syariah sama dengan bank konvensional. Oleh karena itu, bank syariah perlu
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sistem
perbankan syariah, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan manajemen
perbankan syariah, meningkatkan sistem informasi dan teknologi, serta melakukan edukasi
kepada masyarakat tentang perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional. Selain itu,
bank syariah juga perlu melakukan inovasi produk yang lebih baik dan meningkatkan kualitas
layanan dan profesionalisme untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank
syariah.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rendahnya pembiayaan bagi hasil memengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank


syariah, sementara kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah juga
mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan. Selain itu,
kendala teknis pasca-merger juga memengaruhi implementasi sistem bagi hasil pada bank
syariah. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan
syariah, kualitas sumber daya manusia, manajemen perbankan syariah, sistem informasi dan
teknologi, serta edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional menjadi kunci dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.

Kendala utama yang diidentifikasi mencakup ketidakpastian regulasi, kesadaran


masyarakat, manajemen risiko, dan efisiensi operasional. Ketidakjelasan dalam regulasi
menjadi hambatan utama bagi lembaga keuangan syariah untuk berinovasi dan menawarkan
produk berbasis bagi hasil. Di sisi lain, kurangnya kesadaran masyarakat tentang prinsip ini
mempengaruhi permintaan dan adopsi produk keuangan syariah. Manajemen risiko dalam
konteks bagi hasil memerlukan pendekatan yang lebih inovatif dan spesifik, namun
kompleksitasnya sering menjadi tantangan bagi lembaga keuangan. Sementara itu, proses
operasional yang rumit dalam menerapkan prinsip ini seringkali membebani efisiensi lembaga
keuangan.

Dalam mengatasi kendala ini, diperlukan langkah-langkah kolaboratif antara lembaga


keuangan syariah, regulator, dan masyarakat. Revisi regulasi yang lebih jelas, upaya edukasi
yang terstruktur, serta strategi manajemen risiko yang adaptif menjadi kunci dalam
meningkatkan penerapan prinsip bagi hasil. Kolaborasi yang erat diharapkan dapat mengatasi
kesenjangan antara teori dan praktik, mendukung perkembangan perbankan syariah yang lebih
efektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dengan implementasi solusi-solusi
ini, diharapkan perbankan syariah dapat menjadi lebih efisien, transparan, dan berkontribusi
lebih besar terhadap pengembangan sistem keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Rendahnya pembiayaan bagi hasil memengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank


syariah, sementara kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan syariah juga
mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih lembaga keuangan. Selain itu,

15
kendala teknis pasca-merger juga memengaruhi implementasi sistem bagi hasil pada bank
syariah. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman masyarakat tentang sistem perbankan
syariah, kualitas sumber daya manusia, manajemen perbankan syariah, sistem informasi dan
teknologi, serta edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional menjadi kunci dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.

4.2 Saran

Bank syariah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat


tentang sistem perbankan syariah, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan
manajemen perbankan syariah, meningkatkan sistem informasi dan teknologi, serta melakukan
edukasi kepada masyarakat tentang perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.
Selain itu, inovasi produk yang lebih baik dan peningkatan kualitas layanan serta
profesionalisme juga diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank
syariah.

Diperlukan upaya kolaboratif antara lembaga keuangan, regulator, dan masyarakat dalam
merumuskan regulasi yang lebih jelas dan mendukung. Langkah-langkah edukasi yang lebih
terstruktur dan inklusif juga penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
prinsip ini. Selanjutnya, perlu adanya inovasi dalam manajemen risiko yang lebih adaptif dan
khusus untuk mengelola risiko-risiko yang terkait dengan prinsip bagi hasil. Pendekatan yang
lebih efisien dalam operasionalisasi prinsip ini juga penting untuk memastikan bahwa proses-
proses operasional tidak menghambat keseluruhan praktik perbankan syariah.

Implementasi sistem bagi hasil pada perbankan syariah dapat terus ditingkatkan melalui
upaya-upaya yang komprehensif dan berkelanjutan, sehingga bank syariah dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam pengembangan ekonomi berbasis syariah. Dengan demikian,
implementasi sistem bagi hasil pada perbankan syariah dapat terus ditingkatkan melalui upaya-
upaya yang komprehensif dan berkelanjutan, sehingga bank syariah dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam pengembangan ekonomi berbasis syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andraeny, D. (2011). Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, dan non
performing financing terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan
syariah di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV, 47.

Ascarya, A., & Yumanita, D. (2005). Mencari solusi rendahnya pembiayaan bagi hasil di
perbankan syariah Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 8(1), 7-43.

Daroin, A. D., & Ningtias, A. P. (2020). Permasalahan dan Solusi Pengembangan Perbankan
Syariah di Kota Madiun. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan
Pembelajarannya, 8(2), 140-154.

Kholbi, M., Rahmah, S., & Romus, M. (2021). Analisis Penerapan Akad Mudharabah Di Bank
Syariah Indonesia Cabang Pekanbaru. Kutubkhanah, 21(1), 33-47.

Margono, S. (2008). Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syariah (Tinjauan Umum
Pada BTN Syariah Cabang Semarang) (Doctoral dissertation, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro).

Meilanda, D. (2022). TINJAUAN NISBAH BAGI HASIL PADA DEPOSITO IB MASLAHAH


BERDASARKAN AKAD MUDHARABAH DI BANK BJB SYARIAH KCP
INDRAMAYU (Doctoral dissertation, S1 Akuntansi Syariah IAIN Syekh Nurjati
Cirebon).

Muchran, M. (2018). OPTIMALISASI SKEMA BAGI HASIL SEBAGAI SOLUSI


PERMASALAHAN PRINCIPAL-AGEN DALAM PEMBIAYAAN
MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH CABANG MAKASSAR. Jurnal Ar-
Ribh, 1(2).

Nasution, R. (2017). Optimalisasi Skema Bagi Hasil Sebagai Solusi Pembiayaan Berdasarkan
Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Di Indonesia. Kumpulan Jurnal Dosen Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 1(1).

Ramdani, M., & Tanjung, H. (2018). Analisis Faktor-Faktor Rendahnya Pembiayaan Bagi
Hasil Di Perbankan Syariah. Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, 5(2), 189-200.

Roziq, A. (2020). Mengungkap Permasalahan Pembiayaan Sistem Bagi Hasil dan Islamisasi
Teori Keagenan. Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran
Hukum Islam, 11(2), 464-478.

17

Anda mungkin juga menyukai