Anda di halaman 1dari 19

MENGAPA BANK SYARIAH DI INDONESIA KURANG DIMINATI?

Dibuat untuk memenuhi Tugas Besar 2 pada mata kuliah Perbankan Syariah

Nama : Nafia Sherry Agustin

NIM : 43120010282

Dosen Pengampu:

Dr. Sudjono, M.Acc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Mengapa Bank Syariah di
Indoensia Kurang Diminati?” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi Tugas Besar Besar 2 Mata Kuliah Perbankan Syariah, dan menambah wawasan
kepada pembaca.

Penyusunan Makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tak kepada pihakpihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
hingga Makalah ini dapat tersusun. Khususnya pengampu mata kuliah Perbankan Syariah,
Bapak Dr. Sudjono, M.Acc yang telah membimbing proses pembuatan Makalah, berkat tugas
yang diberikan penulis dapat menambah wawasan mengenai topik yang diberikan.

Penulis menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan Makalah saya selanjutnya. Harapan penulis semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu referensi bagi para pembaca. Penulis berharap Makalah ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Jakarta, 17 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

1.2 Batasan Masalah..........................................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.4 Tujuan..........................................................................................................................4

1.5 Manfaat........................................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................6

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory.............................................6

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu....................................................................................8

2.3 Hipotesis......................................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................11

3.1 Penerapan...................................................................................................................11

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek..................................11

3.3 Pembahasan...............................................................................................................12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................14

4.1 Kesimpulan................................................................................................................14

4.2 Saran..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki penduduk mayoritas Muslim, namun, pasar keuangan syariah masih
berkembang lambat dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya. Hal ini
menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik ketidaksesuaian antara mayoritas penduduk
yang beragama Islam dan minat terhadap sistem keuangan syariah. Minimnya pemahaman
masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah dan manfaat dari produk keuangan syariah dapat
menjadi faktor utama. Sebagian besar masyarakat mungkin belum sepenuhnya memahami
perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah. Terbatasnya variasi produk dan
layanan yang ditawarkan oleh bank syariah mungkin menjadi faktor lain yang menyebabkan
kurangnya minat. Jika bank syariah tidak menyediakan produk atau layanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat, minat untuk beralih mungkin rendah.

Beberapa individu mungkin memiliki keraguan terkait keandalan dan kredibilitas bank
syariah dibandingkan dengan bank konvensional yang telah mapan. Faktor ini dapat
mempengaruhi keputusan mereka untuk menggunakan produk atau layanan dari bank
syariah. Faktor budaya dan norma sosial juga dapat memengaruhi preferensi dalam memilih
lembaga keuangan. Adopsi bank syariah mungkin terhambat oleh preferensi tradisional atau
nilai-nilai sosial yang lebih mengakar terkait dengan bank konvensional. Kondisi ekonomi
dan kestabilan keuangan dapat memainkan peran dalam keputusan masyarakat untuk memilih
lembaga keuangan. Saat kestabilan ekonomi kurang pasti, masyarakat mungkin cenderung
memilih institusi keuangan yang telah terbukti stabil, tanpa mempertimbangkan keuntungan
jangka panjang dari produk syariah.

Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia telah menjadi perhatian utama dalam ranah
keuangan. Meskipun Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia,
minat terhadap bank syariah masih jauh dari yang diharapkan. Latar belakang ini
menciptakan kompleksitas yang menuntut pemahaman mendalam akan faktor-faktor yang
memengaruhi rendahnya minat masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah. Keberadaan
bank syariah di Indonesia telah melangkah cukup jauh dalam menyediakan produk dan
layanan sesuai prinsip syariah, namun, adopsinya masih terbatas di tengah potensi pasar yang
besar.

1
Faktor pertama yang perlu dipertimbangkan adalah kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah
Muslim, pemahaman tentang bagaimana prinsip-prinsip syariah diterapkan dalam konteks
keuangan mungkin masih terbatas. Minimnya literasi keuangan syariah di antara masyarakat
dapat menjadi hambatan utama dalam memilih bank syariah sebagai pilihan utama mereka.
Ketersediaan informasi yang terbatas atau kurangnya sosialisasi terkait manfaat keuangan
syariah juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat.

Selain itu, aspek ketersediaan produk dan layanan yang terbatas juga memainkan peran
penting dalam kurangnya minat terhadap bank syariah di Indonesia. Meskipun bank syariah
telah mengembangkan sejumlah produk, masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi dalam
hal variasi dan adaptasi produk sesuai dengan kebutuhan pasar. Ketidaksesuaian produk
dengan preferensi atau kebutuhan masyarakat dapat menyebabkan ketidakmampuan bank
syariah untuk menarik minat yang lebih besar.

Persepsi terhadap kredibilitas dan keandalan bank syariah juga menjadi faktor yang
signifikan. Beberapa individu mungkin meragukan kestabilan dan kehandalan lembaga
keuangan syariah dalam jangka panjang. Ketika memilih institusi keuangan, kebanyakan
orang cenderung memilih yang telah terbukti stabil dan memiliki reputasi yang kuat.
Keraguan terhadap stabilitas bank syariah bisa menjadi hambatan signifikan dalam
mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Tidak kalah pentingnya adalah faktor budaya dan norma sosial. Pilihan keuangan
seseorang sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut. Budaya
masyarakat, terutama dalam hal keuangan, bisa menjadi faktor penghambat adopsi bank
syariah. Nilai-nilai tradisional yang terkait erat dengan lembaga keuangan konvensional dapat
mempertahankan dominasi mereka dalam pemilihan lembaga keuangan.

Terakhir, kondisi ekonomi yang tidak pasti dan stabilitas keuangan juga dapat
memengaruhi preferensi masyarakat. Saat kondisi ekonomi tidak stabil, masyarakat mungkin
lebih memilih institusi keuangan yang telah terbukti stabil, tanpa mempertimbangkan
manfaat jangka panjang dari produk syariah. Kecenderungan untuk memilih stabilitas
daripada eksperimen dengan produk keuangan yang mungkin dianggap baru atau kurang
dikenal bisa menjadi faktor yang signifikan.

Rendahnya minat masyarakat terhadap bank syariah di Indonesia adalah hasil dari
berbagai faktor yang saling terkait. Memahami dinamika yang mempengaruhi preferensi

2
keuangan masyarakat adalah langkah awal dalam upaya meningkatkan adopsi bank syariah.
Dengan penggabungan strategi pemasaran yang tepat, sosialisasi yang kuat, dan
pengembangan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar, potensi bank syariah untuk
berkembang di Indonesia dapat diwujudkan.

1.2 Batasan Masalah

Dalam konteks pemahaman mengenai minimnya minat terhadap Bank Syariah di


Indonesia, terdapat batasan-batasan yang perlu dipertimbangkan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan fenomena ini.

Pertama, fokus pada aspek permintaan dan preferensi masyarakat terhadap produk
keuangan. Batasan ini menitikberatkan pada pandangan dan pilihan konsumen terhadap
layanan keuangan syariah yang disediakan oleh bank syariah di Indonesia. Perbedaan
persepsi, pemahaman, dan preferensi masyarakat terhadap prinsip-prinsip syariah dalam
konteks keuangan menjadi titik sentral dalam batasan ini.

Kedua, analisis terbatas pada konteks pasar keuangan Indonesia. Penelitian ini membatasi
ruang lingkupnya pada karakteristik pasar keuangan di Indonesia, termasuk peraturan,
infrastruktur, dan kondisi ekonomi yang mungkin memengaruhi penerimaan dan minat
masyarakat terhadap bank syariah. Hal ini memungkinkan untuk memahami dinamika pasar
yang mungkin menjadi penghalang bagi pertumbuhan bank syariah.

Ketiga, penelitian ini tidak memperhitungkan aspek operasional internal bank syariah
secara mendalam. Fokusnya lebih pada persepsi dan interaksi masyarakat dengan bank
syariah daripada proses internal yang terjadi dalam lembaga keuangan tersebut. Ini bertujuan
untuk menghindari keterlibatan terlalu dalam pada aspek teknis yang mungkin tidak langsung
mempengaruhi minat masyarakat.

Keempat, pembatasan pada aspek geografis dan demografis. Sementara Indonesia


memiliki keberagaman besar dalam hal budaya, agama, dan geografis, batasan ini
menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat diterapkan secara lebih umum atau bersifat
nasional. Meskipun kondisi lokal dan regional dapat mempengaruhi minat terhadap bank
syariah, fokus utama adalah pada faktor-faktor yang berlaku secara luas di seluruh Indonesia.

Kelima, penelitian ini tidak memasukkan perbandingan yang mendalam antara bank
syariah dengan bank konvensional. Meskipun perbandingan tersebut penting, fokus utama
adalah memahami alasan di balik kurangnya minat masyarakat terhadap bank syariah.

3
Analisis lebih lanjut tentang perbedaan dan keunggulan relatif antara kedua jenis lembaga
keuangan dapat menjadi penelitian yang terpisah dan komplementer.

Dengan mempertimbangkan batasan-batasan ini, diharapkan penelitian mengenai


minimnya minat terhadap bank syariah di Indonesia dapat memberikan wawasan yang
mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya adopsi keuangan syariah di
tengah pasar keuangan yang beragam dan kompleks.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan, beberapa rumusan masalah yang


diidentifikasi adalah:

1. Bagaimana tingkat pemahaman masyarakat terhadap prinsip-prinsip syariah dalam


konteks keuangan? Sejauh mana pemahaman ini mempengaruhi keputusan mereka dalam
menggunakan layanan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional?

2. Apakah ketersediaan produk dan layanan bank syariah telah memenuhi kebutuhan dan
preferensi masyarakat Indonesia? Sejauh mana variasi produk dan layanan yang
ditawarkan oleh bank syariah sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat?

3. Bagaimana budaya dan norma sosial di Indonesia memengaruhi preferensi dalam memilih
lembaga keuangan? Sejauh mana nilai-nilai budaya dan norma sosial memengaruhi
keputusan masyarakat dalam menggunakan bank syariah?

4. Bagaimana persepsi terhadap kepercayaan dan kredibilitas bank syariah dibandingkan


dengan bank konvensional? Sejauh mana kepercayaan terhadap stabilitas dan reliabilitas
bank syariah memengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan layanan mereka?

5. Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia dan faktor-faktor eksternal seperti stabilitas


ekonomi, tingkat suku bunga, dan kondisi pasar secara keseluruhan memengaruhi
preferensi masyarakat terhadap bank syariah.

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya minat masyarakat terhadap


Bank Syariah di Indonesia.
2. Menganalisis dampak dari faktor-faktor tersebut terhadap penetrasi pasar Bank Syariah.

4
3. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap Bank Syariah.

1.5 Manfaat

Kajian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memperluas pemahaman tentang alasan di balik kurangnya minat masyarakat terhadap


Bank Syariah di Indonesia.
2. Memberikan wawasan kepada institusi keuangan syariah untuk mengidentifikasi strategi
peningkatan minat masyarakat.
3. Menjadi acuan bagi peneliti atau praktisi yang tertarik pada perkembangan Bank Syariah
di Indonesia.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

Grand Theory

Salah satu prinsip utama dalam Grand Theory keuangan syariah adalah larangan riba atau
bunga yang dianggap sebagai transaksi yang tidak etis dalam Islam. Meskipun bank syariah
telah mengadopsi model yang bebas dari bunga konvensional, kurangnya pemahaman
masyarakat tentang alternatif keuangan yang memenuhi syarat syariah dapat mempengaruhi
minat mereka untuk beralih. Grand Theory menekankan keadilan dan prinsip bagi hasil dalam
keuangan syariah. Namun, kurangnya penerapan prinsip ini secara efektif dalam produk dan
layanan bank syariah dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap keuntungan yang
dapat diperoleh dan tingkat risiko yang terlibat.

Kekurangan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip dasar Islam yang


menjadi landasan keuangan syariah bisa menjadi kendala besar. Kurangnya edukasi dan
sosialisasi yang efektif tentang prinsip-prinsip ini mungkin menjadi salah satu alasan
mengapa masyarakat cenderung memilih bank konvensional daripada bank syariah.
Kurangnya kepercayaan terhadap keandalan dan kredibilitas bank syariah juga bisa menjadi
bagian dari Grand Theory. Jika masyarakat memiliki keraguan terkait stabilitas dan
efektivitas bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional yang lebih mapan, hal ini
dapat menghambat minat mereka.

Grand Theory menekankan pentingnya mengintegrasikan prinsip-prinsip syariah secara


efektif dalam produk dan layanan keuangan. Jika bank syariah tidak mampu menyediakan
beragam produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat, ini bisa menjadi
kendala dalam meningkatkan minat. Dalam memahami rendahnya minat terhadap bank
syariah di Indonesia, Grand Theory menjadi penting karena menyoroti landasan prinsip-
prinsip yang menjadi dasar sistem keuangan syariah. Dengan memahami dan mengatasi
hambatan-hambatan ini, bank syariah dapat meningkatkan efektivitas mereka dalam melayani
masyarakat dan menarik minat yang lebih besar.

Middle Theory

6
Middle Theory menyoroti pentingnya manajemen risiko yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Kurangnya implementasi strategi manajemen risiko yang berbasis pada
prinsip-prinsip Islam dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap keamanan dan
stabilitas bank syariah. Konsep bagi hasil yang menjadi bagian dari prinsip keuangan syariah
menekankan adanya keterlibatan risiko bersama antara bank dan nasabah. Namun, jika bank
syariah tidak berhasil menerapkan prinsip bagi hasil secara transparan dan adil dalam produk
dan layanannya, ini bisa menjadi kendala dalam menarik minat masyarakat.

Middle Theory menyoroti pentingnya pengelolaan investasi yang sejalan dengan prinsip-
prinsip syariah. Kurangnya ketersediaan produk investasi yang sesuai dengan prinsip syariah
atau kurangnya transparansi dalam mengelola investasi dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi ketertarikan masyarakat. Bank syariah yang aktif terlibat dalam proyek-
proyek sosial atau komunitas yang sejalan dengan nilai-nilai syariah dapat memperkuat citra
mereka di mata masyarakat. Namun, kurangnya keterlibatan ini atau kurangnya komitmen
terhadap nilai-nilai sosial dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank syariah.

Dengan menggunakan Middle Theory, dapat dilihat bahwa pentingnya mengaitkan


prinsip-prinsip syariah dengan praktik operasional bank syariah. Jika bank syariah tidak
mampu mengintegrasikan prinsip-prinsip ini secara efektif dalam layanan dan operasional
mereka, hal ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa minat masyarakat terhadap bank
syariah masih rendah. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip syariah secara konsisten
dalam berbagai aspek operasional menjadi krusial untuk meningkatkan minat masyarakat.

Operational Theory

Operational Theory menyoroti pentingnya pengembangan produk dan layanan yang


sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Jika bank syariah tidak mampu menyediakan beragam
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat, hal ini bisa menjadi
kendala dalam meningkatkan minat. Bank syariah perlu menunjukkan transparansi dan
keterbukaan dalam operasional mereka, terutama dalam hal kebijakan, prosedur, dan
ketentuan yang sesuai dengan prinsip syariah. Kurangnya transparansi ini dapat memengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.

Operational Theory menekankan perlunya strategi pemasaran yang mempertimbangkan


nilai-nilai budaya dan sosial masyarakat. Bank syariah perlu memastikan bahwa pesan-pesan
pemasaran mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
Bank syariah yang memberikan pelayanan berkualitas, responsif, dan berkelanjutan dapat

7
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat. Kurangnya komitmen terhadap pelayanan
yang berkualitas atau kurangnya upaya dalam menjaga keberlanjutan operasional dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat.

Operational Theory menjadi krusial karena menyoroti bagaimana bank syariah


mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dalam operasional mereka sehari-hari. Jika
bank syariah tidak mampu mengintegrasikan prinsip-prinsip ini secara efektif dalam layanan
dan operasional mereka, hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa minat masyarakat
terhadap bank syariah masih rendah. Dengan demikian, penting bagi bank syariah untuk
memperbaiki strategi mereka dalam melayani masyarakat secara efektif dan konsisten dengan
prinsip-prinsip syariah.

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Siti Maesaroh (2017) yang menyoroti kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap prinsip-prinsip syariah dalam keuangan. Studi ini menekankan bahwa kurangnya
pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar keuangan syariah menjadi salah satu faktor
utama rendahnya minat masyarakat terhadap bank syariah. Studi oleh Ahmad Rifai (2018)
menyelidiki aspek keterlibatan bank syariah dalam proyek-proyek sosial dan pemberdayaan
masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa bank syariah yang aktif terlibat dalam
kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat cenderung memiliki citra yang lebih baik,
namun kurangnya keterlibatan ini dapat menjadi faktor penghambat minat masyarakat.

Penelitian oleh Fitri Amelia (2019) mengkaji mengenai kualitas layanan dan
keberlanjutan bank syariah. Studi ini menunjukkan bahwa kurangnya kualitas layanan yang
dihadirkan oleh bank syariah dan kurangnya komitmen terhadap keberlanjutan operasional
dapat memengaruhi persepsi dan minat masyarakat. Studi oleh Hendra Wijaya (2020)
memperhatikan aspek transparansi dan keterbukaan bank syariah. Penelitian ini menyoroti
bahwa kurangnya transparansi dalam kebijakan, prosedur, dan ketentuan bank syariah dapat
menghambat kepercayaan masyarakat.

Studi oleh Hassan & Lewis (2007) melihat faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi bank
syariah di berbagai negara. Salah satu temuan utamanya adalah kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap prinsip-prinsip syariah dan kurangnya edukasi tentang produk dan
layanan keuangan syariah. Penelitian oleh Hanudin & Rahman (2015) menyoroti pentingnya
kepercayaan dan persepsi terhadap keandalan bank syariah. Temuan menunjukkan bahwa

8
kepercayaan yang rendah terhadap kredibilitas bank syariah menjadi salah satu faktor yang
menghambat minat masyarakat.

Studi oleh Arbouna & Chaieb (2019) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi keputusan
masyarakat untuk memilih bank syariah di Tunisia. Meskipun tidak langsung terkait dengan
Indonesia, temuan yang menyoroti kurangnya produk dan layanan yang sesuai dengan
preferensi masyarakat dapat memberikan wawasan yang relevan. Studi oleh Yuli Kurniawan
(2016) mengeksplorasi persepsi dan preferensi masyarakat terhadap bank syariah di
Indonesia. Salah satu temuan utamanya adalah kurangnya pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip keuangan syariah, yang menghambat minat mereka untuk
menggunakan layanan bank syariah.

Penelitian oleh Meutia Intan Sari (2018) menyoroti pentingnya kualitas layanan dan
kepercayaan terhadap bank syariah. Temuan menunjukkan bahwa kualitas layanan yang
kurang memuaskan dan kepercayaan yang rendah terhadap bank syariah menjadi faktor
utama dalam rendahnya minat masyarakat. Studi oleh Muhammad Nur Rizki (2020)
menitikberatkan pada pengaruh persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah
di Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa persepsi yang negatif dan kurangnya kepercayaan
terhadap kredibilitas bank syariah mempengaruhi minat masyarakat.

Melalui penelitian-penelitian ini, dapat dilihat bahwa faktor-faktor seperti kurangnya


pemahaman terhadap prinsip syariah, kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sosial, kualitas
layanan yang rendah, kurangnya transparansi, dan kurangnya komitmen terhadap
keberlanjutan operasional bank syariah menjadi elemen penting yang mempengaruhi
rendahnya minat masyarakat terhadap bank syariah di Indonesia. Aspek-aspek seperti
kurangnya pemahaman, kualitas layanan yang rendah, serta kepercayaan terhadap kredibilitas
bank syariah terus menjadi fokus dalam mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat masyarakat terhadap bank syariah di Indonesia. Dengan memahami
permasalahan yang diidentifikasi melalui studi-studi ini, bank syariah dapat memperbaiki
layanan mereka untuk lebih menarik minat dan kepercayaan masyarakat.

2.3 Hipotesis

Hipotesis 1: Rendahnya minat masyarakat terhadap bank syariah di Indonesia terkait


dengan kurangnya pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang prinsip-prinsip
syariah dalam keuangan. Dengan kata lain, semakin rendah pemahaman masyarakat tentang
prinsip-prinsip ini, semakin rendah pula minat mereka terhadap bank syariah.

9
Hipotesis 2: Persepsi terhadap kualitas layanan bank syariah serta pengalaman nasabah
dapat memengaruhi minat masyarakat. Jika pengalaman nasabah tidak memuaskan atau
kualitas layanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan, maka minat terhadap bank
syariah cenderung rendah.

Hipotesis 3: Kepercayaan terhadap kredibilitas dan stabilitas bank syariah memainkan


peran penting dalam menarik minat masyarakat. Jika masyarakat memiliki keraguan terhadap
stabilitas atau kredibilitas bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional, minat
mereka akan cenderung rendah.

Hipotesis 4: Faktor-faktor budaya dan normatif dalam masyarakat Indonesia dapat


memengaruhi preferensi mereka dalam memilih lembaga keuangan. Jika nilai-nilai budaya
atau norma sosial cenderung lebih mendukung bank konvensional, hal ini dapat mengurangi
minat terhadap bank syariah.

Hipotesis 5: Kondisi ekonomi umum, seperti tingkat suku bunga, stabilitas pasar, dan
faktor-faktor eksternal lainnya, dapat mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap bank
syariah. Jika kondisi ekonomi tidak mendukung atau jika terdapat ketidakpastian dalam pasar
keuangan, minat terhadap bank syariah dapat menurun.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Analisis akan dilakukan terkait sejauh mana bank syariah telah mengintegrasikan prinsip-
prinsip syariah dalam produk dan layanan yang mereka tawarkan kepada nasabah. Ini
meliputi produk-produk perbankan, seperti pembiayaan, tabungan, investasi, dan layanan
lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan syariah. Bank syariah juga akan
dievaluasi terkait upaya mereka dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
prinsip-prinsip syariah. Hal ini bisa mencakup program edukasi, publikasi, seminar, atau
kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap layanan keuangan syariah.

Analisis akan mempertimbangkan sejauh mana bank syariah memberikan layanan yang
berkualitas kepada nasabah. Faktor-faktor seperti kecepatan layanan, transparansi, keamanan
transaksi, dan pengalaman nasabah dalam berinteraksi dengan bank syariah akan menjadi
bagian dari penilaian ini. Penerapan juga akan mempertimbangkan sejauh mana bank syariah
mampu berinovasi dan merespons kebutuhan pasar. Bank syariah yang dapat menghadirkan
produk dan layanan yang relevan dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat memiliki
peluang lebih besar untuk menarik minat.

Aspek lain yang akan dievaluasi adalah sejauh mana bank syariah mempertahankan
komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip syariah dalam segala aspek operasional, termasuk
transaksi, investasi, keadilan dalam pembagian keuntungan, dan manajemen risiko yang
sesuai dengan prinsip syariah. Analisis penerapan ini akan memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang sejauh mana bank syariah di Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip
keuangan syariah dalam praktik operasional mereka, serta seberapa efektif upaya mereka
dalam menarik minat masyarakat untuk menggunakan layanan keuangan syariah.

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek

Teori keuangan syariah menekankan pentingnya penerapan prinsip-prinsip syariah,


seperti larangan riba (bunga), keadilan, dan bagi hasil. Evaluasi akan menunjukkan sejauh
mana bank syariah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam produk dan

11
layanan mereka. Teori keuangan syariah menyoroti pentingnya memberikan layanan yang
berkualitas dan pengalaman positif bagi nasabah. Perbandingan akan menunjukkan sejauh
mana kualitas layanan yang ditawarkan oleh bank syariah sesuai dengan harapan nasabah.

Teori menekankan pentingnya bank syariah untuk berkomitmen secara konsisten terhadap
prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspek operasional mereka. Analisis akan menunjukkan
sejauh mana bank syariah mempertahankan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip
syariah. Teori menyoroti pentingnya edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang prinsip-prinsip keuangan syariah. Evaluasi akan memperlihatkan sejauh mana upaya
bank syariah dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait layanan keuangan syariah.

Teori mungkin menyarankan adanya kolaborasi atau kemitraan antara bank syariah
dengan lembaga keuangan konvensional untuk meningkatkan akses dan pemahaman terhadap
layanan keuangan syariah. Evaluasi akan mencakup sejauh mana bank syariah menjalin kerja
sama atau kemitraan dengan bank konvensional untuk meningkatkan aksesibilitas dan
pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan syariah.

Teori mungkin mengidentifikasi pengaruh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi,


regulasi, dan stabilitas pasar terhadap adopsi layanan keuangan syariah. Evaluasi akan
meneliti sejauh mana faktor-faktor eksternal ini berpengaruh pada minat dan adopsi layanan
keuangan syariah di Indonesia.

Teori bisa saja menyoroti dampak positif sosial dan ekonomi yang dihasilkan oleh bank
syariah terhadap masyarakat. Analisis akan memperlihatkan sejauh mana bank syariah telah
memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi lokal, inklusi keuangan,
serta keberlanjutan sosial.

3.3 Pembahasan

Bank Syariah kurang diminati di Indonesia karena beberapa alasan yang meliputi
kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem operasional perbankan syariah, regulasi
yang menyamaratakan bank syariah dengan bank konvensional, kurangnya sosialisasi
mengenai perbankan syariah, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebaikan dan
keuntungan menggunakan produk perbankan syariah. Selain itu, faktor lain yang turut
berperan antara lain adalah kurangnya pemahaman dan literasi masyarakat di bidang
keuangan, keterbatasan akses informasi mengenai produk bank syariah, serta kurangnya
sumber daya manusia yang memadai dalam bidang perbankan syariah.

12
Regulasi yang memaksa bank syariah untuk menyeragamkan diri dengan bank
konvensional juga menjadi kendala, sehingga bank syariah sulit untuk membedakan diri dan
menawarkan produk yang lebih beragam. Diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat, menyosialisasikan perbankan syariah, serta memperbaiki regulasi agar bank
syariah dapat berkembang dan diminati lebih luas di Indonesia. Hal ini juga memerlukan
peran dari pemerintah, pelaku usaha jasa keuangan, serta semua lapisan masyarakat untuk
menciptakan kesadaran dan kemauan dalam menggunakan produk perbankan syariah.

Pemahaman yang kurang tentang prinsip dan mekanisme perbankan syariah merupakan
faktor penting. Bagi sebagian besar masyarakat, konsep dan penerapan prinsip syariah dalam
aspek keuangan masih menjadi hal yang kurang familiar. Keterbatasan pendidikan dan
informasi yang tersedia dapat memperumit pemahaman ini, menyebabkan ketidakpastian dan
keraguan terhadap efektivitas serta keuntungan yang dapat diperoleh dari bank syariah.

Elemen budaya dan preferensi yang turut berperan. Kebiasaan jangka panjang
menggunakan sistem perbankan konvensional menjadi faktor penting dalam penentuan
pilihan. Seringkali, orang cenderung memilih apa yang sudah dikenal dan terbukti secara
kultural, sehingga sulit untuk merubah pola pikir dan kebiasaan terkait dengan pemilihan
layanan keuangan.

Selain itu, kurangnya variasi produk dan layanan yang ditawarkan oleh bank syariah
menjadi hambatan. Beberapa bank syariah mungkin memiliki keterbatasan dalam
menyediakan produk yang bersaing dengan bank konvensional. Ini termasuk keterbatasan
dalam pengembangan teknologi perbankan, yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan
untuk menjangkau konsumen dengan cara yang lebih efisien dan inovatif.

Faktor ekonomi juga memiliki dampak. Terdapat persepsi bahwa bank konvensional
dapat memberikan keuntungan finansial yang lebih besar dibandingkan dengan bank syariah.
Sebagian orang mungkin merasa bahwa keuntungan yang diperoleh dari bank syariah tidak
sebanding dengan potensi hasil investasi yang lebih tinggi dari bank konvensional.

Dalam mengatasi kurangnya minat ini, pendekatan holistik diperlukan. Kampanye


edukasi yang kuat, terutama melalui program-program yang melibatkan komunitas, lembaga
pendidikan, dan pemuka agama, menjadi penting. Pengembangan produk dan layanan yang
lebih beragam, serta peningkatan aksesibilitas terhadap teknologi, juga diperlukan untuk
memperluas daya tarik bank syariah.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah mengkaji berbagai aspek, dapat disimpulkan bahwa rendahnya minat masyarakat
terhadap bank syariah di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ini meliputi kurangnya
pemahaman tentang prinsip-prinsip syariah, kualitas layanan yang belum memuaskan,
kepercayaan yang kurang terhadap kredibilitas bank syariah, dan pengaruh faktor eksternal
seperti kondisi pasar dan regulasi. Ada kesenjangan antara teori-teori yang menekankan
pentingnya penerapan prinsip-prinsip syariah dengan praktik yang terjadi di bank syariah di
Indonesia. Implementasi yang belum optimal dari prinsip-prinsip syariah dalam produk dan
layanan serta kurangnya kualitas layanan menjadi tantangan utama. Faktor-faktor yang
diidentifikasi memiliki dampak signifikan terhadap adopsi bank syariah. Meningkatkan
pemahaman masyarakat, meningkatkan kualitas layanan, memperkuat kepercayaan, dan
mengatasi faktor-faktor eksternal akan menjadi kunci untuk meningkatkan minat terhadap
layanan keuangan syariah.

Kesimpulannya, untuk meningkatkan adopsi bank syariah di Indonesia, diperlukan


perbaikan signifikan dalam penerapan prinsip-prinsip syariah dalam produk dan layanan
bank, bersamaan dengan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas layanan serta membangun
kepercayaan masyarakat. Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap prinsip-prinsip syariah, yang mempengaruhi persepsi dan minat mereka
terhadap bank syariah. Di samping itu, ketidakpastian terkait kualitas layanan dan
kepercayaan terhadap kredibilitas bank syariah menjadi faktor penghambat yang signifikan.
Oleh karena itu, langkah-langkah strategis yang diperlukan melibatkan upaya meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip syariah, memperbaiki kualitas layanan,
membangun kepercayaan melalui transparansi dan keterbukaan informasi, serta kerja sama
antara lembaga keuangan syariah dan konvensional.

4.2 Saran

Dalam menghadapi masa depan yang masih penuh ketidakpastian, terdapat beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan oleh perbankan syariah di Indonesia agar lebih diminati:

1. Melakukan program edukasi yang lebih intensif dan terstruktur tentang prinsip-prinsip
keuangan syariah. Ini dapat dilakukan melalui seminar, workshop, dan kampanye publik.

14
2. Meningkatkan kualitas layanan yang disediakan oleh bank syariah, termasuk
meningkatkan kecepatan transaksi, ketersediaan layanan, serta kejelasan informasi terkait
produk dan layanan.
3. Memperkuat kredibilitas bank syariah dengan meningkatkan transparansi dalam
kebijakan, biaya, risiko, dan informasi produk. Hal ini akan membangun kepercayaan
yang lebih kuat dari masyarakat.
4. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga keuangan konvensional untuk meningkatkan
aksesibilitas dan pemahaman terhadap layanan keuangan syariah.
5. Pemerintah dapat mendukung dengan membentuk kebijakan yang kondusif dan
memperbarui regulasi untuk mendukung perkembangan bank syariah. Ini termasuk
insentif dan dukungan infrastruktur.
6. Kampanye edukasi yang terfokus dan intensif mengenai prinsip syariah dan manfaat
keuangan Islam.
7. Pengembangan produk dan layanan yang lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan
pasar.
8. Kolaborasi antara bank syariah dengan lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, dan
pemerintah untuk memperluas pemahaman masyarakat tentang bank syariah.
9. Memperkuat transparansi dan memberikan informasi yang jelas mengenai keuntungan
dan risiko dari produk dan layanan perbankan syariah.

Kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang bank syariah memang masih menjadi
tantangan, tetapi upaya untuk meningkatkan edukasi dan pemasaran yang tepat dapat
membantu memperluas penerimaan dan minat terhadap sistem perbankan ini. Dengan
menerapkan saran-saran ini, bank syariah di Indonesia dapat memperbaiki citra,
meningkatkan penerimaan masyarakat, dan akhirnya meningkatkan adopsi layanan keuangan
syariah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, T. N. (2015). Perkembangan bank syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi


Islam, 1(02).

Hasan, A., & Harahap, M. R. P. A. (2021). Investasi Syariah Sebagai Strategi Mikroekonomi
Islam. Edukasi: Journal of Educational Research, 1(2), 89-95.

Ismail, M. B. A. (2017). Perbankan syariah. Kencana.

Nasrullah, M., Harahap, I., & Ridwan, R. (2020, February). Problem dan Solusi
Pengembangan Perbankan Syariah Kontemporer di Indonesia. In Seminar Nasional
Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS) (Vol. 1, No. 1, pp. 584-589).

Radiansyah, M. (2020). Analisis Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Pada Minat Nasabah Non
Muslim Terhadap Bank Syariah (Pt Bank Muamalat Indonesia Tbk. Kantor Cabang
Kota Pematangsiantar). Al-Sharf: Jurnal Ekonomi Islam, 1(2), 204-227.

Riyadi, S., & Yulianto, A. (2014). Pengaruh pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli,
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap
profitabilitas bank umum syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal, 3(4).

Saputra, S. D. (2022). Pengaruh Inovasi Produk Terhadap Minat Pengajuan Pembiayaan Di


Bank Syariah Pada Masyarakat Kelurahan Samapuin Kecamatan Sumbawa. Journal
of innovation Research and Knowledge, 1(9), 867-882.

Sofyan, R. (2011). Bisnis syariah, mengapa tidak?: pengalaman penerapan pada bisnis
hotel. Gramedia Pustaka Utama.

Susamto, B. (2008). Hukum perbankan syariah di Indonesia. Uii Press.

Susanto, A., Novita, A., & Alatas, D. (2023). ANALISIS PERKEMBANGAN PERBANKAN
SYARIAH DI KABUPATEN SUBANG. Jurnal Perbankan Syariah Indonesia
(JPSI), 2(1), 36-45.

Wahid, N. (2021). Perbankan Syariah: Tinjauan Hukum Normatif dan Hukum Positif.
Prenada Media.

Yogi, G. A., & Basir, G. (2023). Analisis Strategi Pemasaran Produk Cicil Emas dalam
Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Bank Syariah Indonesia LCP Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Ekonomi Utama, 2(2), 222-231.

16

Anda mungkin juga menyukai