Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT

MASYARAKAT MENJADI NASABAH PADA BANK SYARIAH


Tugas Besar II
Dosen pengampu: Dr., Sudjono, M.Acc

Disusun oleh: Natasha Anggira Saragih


43120010403

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul “FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT MASYARAKAT MENJADI
NASABAH PADA BANK SYARIAH” dapat diselesaikan tepat waktu.
Demikian pula saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, saya tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan
dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr., Sudjono, M.Acc yang telah memberikan
kesempatan kapada saya untuk membuat makalah ini.

Jakarta, 25 November 2023

Natasha Anggira Saragih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................9
BAB IV...............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, sehingga dalam setiap melakukan
aktifitas khususnya dalam bidang ekonomi seharusnya juga menggunakan transaksi yang
sesuai dengan prinsip Islam. Salah satunya dengan cara memilih produk dari lembaga
keuangan syariah yaitu bank syariah. Bank syariah dikenal dengan bank Islam tanpa riba.
Riba disini berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman pokok secara
bathil, dan riba hukumnya haram.
Bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem bagi hasil dalam pembagian
nisbah atau keuntungan. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia merupakan jawaban
dari keresahan masyarakat dengan adanya bunga bank. Perbankan syariah adalah salah
satu aplikasi sistem ekonomi syariah yang sesuai dengan prinsip Islam baik secara
komperhensif maupun universal. Komperhensif berarti mencakup seluruh aspek
kehidupan, baik ritual maupun sosial kemasyarakatan yang bersifat universal. Universal
bermakna bahwa syariat Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa
memandang ras, suku, golongan dan agama sesuai prinsip Islam. (Muhammad, 2006)
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank syariah
diposisikan sebagai bank umum (commercial bank) atau bank pengkreditan rakyat syariah
(BPRS). Dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang
merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dipertegas bahwa
pertama, bank umum adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran; kedua, bank perkreditan rakyat adalah bank yang
melaksankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (www.ojk.go.id)
Berikut jumlah kantor bank syariah di Indonesia:
Tabel 1.1
Jumlah Kantor Bank Syariah di Indonesia Tahun 2021

Sumber: Statistik Perbankan Syariah April 2021

iii
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bank syariah sampai pada bulan April
2021 adalah sebanyak 2.883 kantor yang terdiri dari bank umum syariah sebanyak 2.037,
unit usaha syariah sebanyak 374 dan bank pembiayaan rakyat syariah adalah 472 kantor
di Indonesia. (www.ojk.go.id)
Dari data tersebut menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa
perbankan saat ini sudah cukup baik, tidak terkecuali kesadaran masyarakat
menggunakan layanan jasa keuangan syariah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
perbankan konvensional yang mendirikan unit syariah. Dengan asumsi bahwa nasabah
akan lebih berminat dengan menggunakan layanan secara syariah karena lebih tenang dan
mengutamakan kemaslahatan.
Fungsi utama bank syariah adalah sebagai lembaga intermediasi keuangan dimana ada
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, menyalurkan
kembali kepada masayarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan
pelayanan jasa-jasa. Bank syariah memiliki beberapa produk yang menggunakan prinsip
syariah seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, wadiah, salam dan istishna.
(Kasmir, 2011)
Yang menjadi landasan permasalahan penelitian kurang diminatinya perbankan
syariah oleh masyarakat indonesia, khususnya kaum muslim. Dalam persepsi masyarakat,
bank syariah adalah bank yang sempurna dan paling ideal, karena bukanlah islam adalah
agama yang sempurna. Padahal bank syariah bukanlah islam itu sendiri, ia merupakan
bank yang menerapkan konsep syariah, tanggapan atau sikap masyarakat terutama bagi
masyarakat muslim itu sendiri, baik mengenai produk dan 7 jasa yang ditawarkan. Oleh
karena itu, perkembangan perbankan syariah perlu mendapatkan perhatian dari pihak
yang terkait. Berikut perkembangan jumlah nasabah di bank syariah:
Tabel 1.2
Jumlah Nasabah Bank Syariah di Indonesia Tahun 2021

Sumber: Statistik Perbankan Syariah April 2021


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nasabah perbankan syariah mengalami
peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Perkembangan jumlah nasabah
perbankan syariah di tahun 2019 meningkat sebanyak hampir 4 juta nasabah ditahun
2020. Sedangkan ditahun 2021 perkembangan jumlah nasabah perbankan syariah
sebanyak 3 juta. Meskipun terlihat bahwa peningkatan jumlah nasabah cukup baik ada
baiknya peningkatan jumlah nasabah di perbankan syariah perlu ditingkatkan kembali

iv
dari tahun ketahun, minimal setiap tahun peningkatan tersebut mencapai angka yang lebih
baik dari tahun sebelumnya. (www.ojk.go.id)
Menurut Snapshot Perbankan Syariah Indonesia pada Maret 2019, bank syariah
memiliki pangsa pasar sebesar 5,94% dengan komposisi bank umum syariah 64,62%, unit
usaha syariah 32,86%, dan bank pembiayaan rakyat syariah 2,52%. Hal ini berimpilikasi
pada rendahnya jumlah kepemilikan rekening bank syariah. Per Juli 2019, jumlah
rekening pada bank syariah sebanyak 30.663.585 rekening. Dengan rincian jumlah
rekening bank umum syariah sebanyak 25.615.145 rekening dan 5.048.440 rekening pada
unit usaha syariah. Fenomena ini membuat Indonesia berada di posisi ke 8 dalam kategori
Keuangan Islam dengan Aset Terbesar di dunia. Masih kalah jauh bila dibanding
Malaysia dan Iran yang masing-masing berada di posisi ke 3 dan ke 1 (State of Global
Islamic Economy Report, 2018).
Padahal menurut Badan Pusat Statistik (2010) jumlah penduduk Islam di Indonesia
sebanyak 207.176.162 jiwa dan menjadikan penduduk Islam terbanyak di dunia.
Mengingat agama merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku konsumen
(Sumarwan, 2015). Seharusnya, masyarakat Indonesia hanya boleh megonsumsi barang
yang mengandung unsur thoyyibat dan rizq. Hoetoro (2018) menjelaskan bahwa
Thoyyibat artinya sesuai dengan etika Islam berarti tidak mengandung unsur riba, gharar,
masyhir, dan haram.
Kemudian, menurut Islamic Finance Development Report (2018), Dari sisi regulasi,
Indonesia termasuk ke dalam kategori Strong Regulatory Landscape. Masih dalam
dokumen yang sama, Indonesia pernah menempati urutan ke 3 pada kategori Pendidikan
Keuangan Islam di tahun 2017. Kemudian, berada ditingkat ke 2 untuk kategori
Penelitian di rentang waktu 2015 sampai 2017. Artinya, dari segi hukum dan peneltian,
masyarakat Indonesia dapat dikatakan baik.
Rendahnya pengguna bank syariah mengindikasikan bahwa produk yang ditawarkan
oleh perbankan syariah masih belum sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Maka
dari itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perilaku konsumen dalam
memilih bank. Variabel yang diduga memiliki hubungan dengan perilaku konsumen
dalam menggunakan bank konvensional dan syariah adalah pendapatan, harga, motivasi,
kualitas layanan, dan pengetahuan konsumen. Tujuan dari penelitian ini yang pertama
mencari tahu hubungan antara variabel pendapatan, harga, motivasi, kualitas layanan, dan
pengetahuan konsumen dengan memilih bank syariah. Kedua, mencari tahu hubungan
antara variabel pendapatan, harga, motivasi, kualitas layanan, dan pengetahuan konsumen
dengan memilih bank konvensional.

A. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan mengingat ada keterbatasan baik dari segi
waktu, tenaga dan pengetahuan maka penelitian ini akan dilakukan pada pihak regulator

v
dilakukan kepada Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek
Indonesia (BEI).

B. Rumusan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Apakah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan
bank syariah di Indonesia,
2. Bagaimana faktor internal dan eksternal mempengaruhi pertumbuhan bank syariah di
Indonesia,
3. Bagaimana upaya penanganan yang perlu dilakukan bank syariah di Indonesia terkait
adanya perlambatan pertumbuhan

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perlambatan
pertumbuhan bank syariah di Indonesia,
2. Memahami faktor internal dan eksternal mempengaruhi pertumbuhan bank syariah di
Indonesia
3. Memahami upaya penanganan yang perlu dilakukan bank syariah di Indonesia terkait
adanya perlambatan pertumbuhan

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat
tentang Bank Syariah dan dapat menabah pengetahuan serta minat untuk menjadi
Nasabah pada Bank Syariah.
2. Manfaat Praktis
 Kegunaan Praktis
a) Untuk rujukan penulis lain
Bagi penulis lain/ lanjutan, penulisan ini dapat diharapkan mampu memberikan
rujukan dan masukan baru bagi perkembangan dan pengetahuan baru mengenai
minat masyarakat menjadi Nasabah pada Bank Syariah
b) Bagi Pihak Bank Syariah
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan agar pihak Bank memperluas
sosialisasi kepada masyarakat untuk mengetahui produk-produk dan informasi
tentang Bank Syariah sehingga dapat menabah pengetahuan dan minat masyarakat
menabung pada Bank Syariah.

vi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory


 Teori Perilaku Konsumen

Solomon (2006) mendefinisikan perilaku konsumen adalah proses studi yang


melibatkan individu atau kelompok ketika memilih, membeli, menggunakan atau
membuang produk, pelayanan, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan. Kemudian, Pindyck dan Rubinfeld (2012), menjelaskan bahwa perilaku
konsumen dapat dengan mudah dipahami melalui tiga aspek, yaitu:
1) Kendala Anggaran
Menjadi seorang konsumen diperlukan sebuah syarat, yaitu memiliki daya beli. Di
dalam realita, jumlah barang yang dibeli oleh konsumen akan dibatasi oleh
pendapatan dan kekayaannya. Terdapat garis anggaran yang mengindikasikan seluruh
kombinasi barang dengan jumlah total uang yang dihabiskan sama dengan pendapatan
yang diterima. Sebagai contoh seorang perempuan memiliki Secara umum, kegiatan
konsumsi ialah proses menghabiskan nilai barang dan jasa tertentu dalam hal
pemenuhan kebutuha.
2) Pilihan Konsumen
Dengan selera dan pendapatan terbatas yang ada, konsumen memilih untuk membeli
kombinasi barang yang memaksimumkan kepuasan mereka. Kombinasi ini
bergantung pada harga berbagai barang.
3) Preferensi atau Selera Konsumen
Setiap konsumen memiliki seleranya tersendiri yang bersifat subyektif dalam
mengonsumsi suatu barang. Dengan mengetahui preferensi konsumen, kita dapat
menjawab pertanyaan mengapa Barang A lebih disukai ketimbang Barang B dan
mengapa Barang C tidak dipilih? Terdapat beberapa asumsi dalam preferensi
konsumen agar memudahkan memetakannya, yaitu:
a) Transitivitas, preferensi konsumen bersifat transitif. Artinya setiap konsumen
dalam memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh keterkaitan antar kombinasi
barang dan jasa yang tersedia. Hal ini dapat diilustrasikan dengan seorang
konsumen lebih memilih mobil bermerek Mercedes ketimbang BMW. Lalu,
lebih memilih BMW ketimbang Honda. Maka, konsumen tersebut akan
memilih mobil bermerek Mercedes ketimbang Honda, dikarenakan ada unsur
keterkaitan antar kombinasi barang yang tersedia yang dibuat oleh dirinya
sendiri.
b) Kelengkapan, preferensi bersifat lengkap. Lengkap yang dimaksud adalah
segala informasi mengenai produk yang tersedia di pasar. Maka dari itu,

vii
konsumen dapat memilih, membandingkan, dan memeringkat barang yang
tersedia di pasar.
c) Banyak lebih disukai dari sedikit, dengan asumsi barang yang dikonsumsi
memiliki utilitas. Maka, semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh
konsumen akan memberikan kepuasan yang banyak pula.

 Teori Konsumen dalam Islam

Pada teori ekonomi modern utilitas diukur berdasarkan preferensi material


atau disebut dengan istilah al-nafs alammarah. Seperti yang dijelaskan oleh teori
modern bahwa konsumsi adalah fungsi dari pendapatan dan harga C = f (I, P). Hal
ini berarti setiap orang dipacu untuk terus mengikuti perkembangan harga agar
konsumsi dapat terus berjalan. Konsumsi yang berjalan ini berdampak pada
bergeraknya mesin-mesin produksi sehingga roda perekonomian terus berputar.
Pada perspektif Islam hal ini disempurnakan hingga level yang lebih tinggi,
yaitu al-nafs al-muthmainah (keseimbangan material dan spiritual). Dalam Islam
dikenal dua unsur barang yang dapat diperdagangkan dan dikonsumsi. Pertama,
mengandung unsur thoyyibat, artinya barang yang baik-baik sesuai dengan etika
Islam, seperti halal, baik, bersih, dan suci. Unsur kedua adalah rizq yang artinya
semua barang yang kita konsumsi dan diperdagangkan adalah pemberian ilahi
(Hoetoro, 2018).
Kahf dalam Hoetoroe (2018) berpendapat bahwa perilaku konsumsi adalah
tindakan yang dipengaruhi oleh pendapatan, bukan harga barang. Artinya faktor
determinan yang menentukan seseorang akan mengonsumsi bukanlah harga
barang. Melainkan alokasi pendapatan yang disesuaikan dengan kemampuan dan
konsumsi dilakukan bukan karena perubahan harga. Tapi apakah alokasi
pendapatan ini dapat membantunya mencapai falah atau tidak. Hal ini dapat
dimodelkan sebagai C = f (F, W) dimana F adalah falah dan W adalah kekayaan.
Masih dalam buku yang sama, Kahf menjelaskan lebih lanjut melaui model
perilaku konsumen yang didorong dari dalam (endogenous factor) dan ditarik dari
luar (exogenous factor). Faktor endogen, yaitu faktor yang menjadi pertimbangan
dalam mengonsumsi sesuatu, seperti harga, kuantitas, kualitas, informasi
mengenai barang substitusi dan komplementer.
Sementara faktor eksogen diklasifikan seperti pendapatan, informasi,
teknologi bersifat netral, dan beberapa aspek lainnya yang mengandung nilai-nilai
agama, norma hukum, maupun tradisi. Kemudian faktor maslahah dijelaskan lebih
lanjut oleh Hoetoro (2018) yang dapat ditujukan melalui point-point berikut:
a) Barang dan jasa yang dikonsumsi hanya yang halal (thoyyibat).
b) Pendapatan sebagai kendala anggaran diperoleh secara halal.
c) Pemenuhan kebutuhan pokok (dharuriyat) didulukan daripada kebutuhan
sekunder (hajiyat) dan tersier (tahsinat).

viii
d) Tujuan konsumsi adalah untuk mendapatkan falah sehingga menyeimbangkan
hasrat diri dan kepentingan sosial melalui alokasi pendapatan yang tidak
memboroskan sumber daya.

 Kualitas Layanan

Sementara itu, Gronroos dalam Tjiptono (2000) menjelaskan bahwa persepsi


pelanggan terhadap kualitas total suatu jasa terdiri atas dua dimensi utama, yaitu
technical quality dan functional quality. Technical quality, berkaitan dengan
kualitas output jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Dimensi ini kemudian
dijabarkan menjadi tiga jenis, yaitu search quality, experience quality, dan
credence quality. Sementara functional quality berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian jasa. Parasuraman dalam Tjiptono (2000) menjelaskan terdapat lima
dimensi utama untuk mengukur kualitas jasa, yaitu:
a. Reliabilitas, yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan
segera dan akurat.
b. Daya tanggap, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan layanan dengan tanggap.
c. Jaminan, mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risikio, atau keragu-
raguan.
d. Empati, meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan.

 Pengetahuan Konsumen

Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2015) mendefinisikan pengetahuan


konsumen sebagai nilai dari pengalaman dan informasi mengenai produk tertentu
atau pelayanan yang seseorang miliki. Terdapat beragam jenis pegetahun produk,
namun dalam kasus ini Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2015),
mengklasifikasikannya menjadi tiga, yaitu pengetahuan produk, pengetahuan
pembelian, dan pengetahuan pemakaian.
a) Pengetahuan Produk. Peter dan Olson dalam Sumarwan (2015), yang
dimaksud dengan pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek,
terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan
produk.
b) Pengetahuan Pembelian. Engel, Blackwell, dan Minard dalam Sumarwan
(2015), menyebutkan bahwa pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan
tentang toko, lokasi produk di dalam toko tersebut, dan penempatan produk
yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Perilaku membeli menurut Peter dan
Olson dalam Sumarwan (2015) memiliki urutan sebagai berikut; Store
Contact, Product Contact, dan Transaction
c) Pengetahuan Pemakaian. Sebuah produk akan memberikan manfaat kepada
konsumen apabila produk tersebut telah digunakan sebagaimana mestinya.
ix
Agar tercapainya hal tersebut, maka diperlukan pengetahuan pemakian bagi
konsumen.

B. Studi dan Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1

No Nama Judul Hasil


.
1. Dinai Pengaruh Lokasi Dan Lokasi dan pengetahuan nasabah
Fitriana Pengetahuan Nasabah berpengaruh positif dan signifikan
(2020). Terhadap Minat Menabung terhadap minat menabung
Pada BRI Syariah KC Kediri
2. Tika Analisis Penentu Kurangya Penelitian ini memiliki relevansi
Ambarwati Minat Masyarkat Menjadi dengan penelitian penulis yaitu
(2020) Nasabah Perbankan Syariah Sama-sama membahas tentang
(Studi Kasus Kecamatan yang mempengaruhi minat
Durenan Kabupaten masyarakat menjadi nasabah pada
Trenggalek
3. Choirun Pengaruh Persepsi Masyarakat Pengetahuan, sosialisasi dan letak
Nada Firdaus Pedesaan dan Perkotaan bank syariah pada masyarakat
(2019) Tentang Perbankan Syariah pedesaan dan perkotaan
Terhadap Minat Menjadi berpengaruh positif dan signifikan
Nasabah Bank Syariah di terhadap minat menjadi nasabah
Kabupaten Pati bank syariah

C. Hipotesis

x
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penerapan
Perlambatan pertumbuhan perbankan syariah sudah mulai terasa pada tahun 2013
hingga 2015. Secara umum perlambatan, dapat dilihat dari sisi eksternal dan
internal.Secara eksternal, perlambatan terjadi karena disebabkan oleh kondisi
ekonomi dimana terjadi perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi di dunia termasuk
di Indonesia.Hal ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah terhadap US Dollar,
turunnya IHSG, dan turunnya daya beli masyarakat. Kondisi makro ekonomi ini
berpengaruh terhadap kinerja industri perbankan syariah yang mengalami
perlambatan dari sisi aset dan liabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasan dan Dridi (2010) yang menyatakan bahwa dalam kondisi
ekonomi yang menurun, perbankan syariah akan menghadapi tantangan sisi likuiditas
dan efisiensi bank. Likuiditas terkait jumlah penyaluran pembiayaan atas DPK yang
dihimpun oleh bank syariah. Sedangkan efisiensiterkait biaya modal akan sumber
dana yang relatif tinggi dan meningkatnya overhead cost bank.
Alasan-alasan yang mendasari bahwa Perbankan Syariah kurang diminati menurut
masyarakat yang paling besar adalah karena kurangnya pengetahuan terkait
perbankan syariah baik dari sistem ataupun yang lainnya. Salah satu indikator
pertumbuhan bank syariah adalah jumlah aset, dimana selama periode penelitian dari
sisi aset perbankan syariah mengalami perlambatan terhadap jumlah pembiayaan yang
disalurkan kepada masyarakat. Dalam hal ini, industri perbankan syariah semakin
mereview pembiayaan yang sudah dan yang akan diberikan. Manajemen melakukan
kontrol dan perbaikan kualitas pembiayaan untuk mengurangi terjadinya pembiayaan
yang bermasalah. Pembiayaan yang bermasalah terlihat dalam NPF industri
perbankan syariah selama Januari-Maret 2015 yang mencapai 4.93%, hampir
menyentuh batas maksimal NPF yang dinilai sehat oleh BI yaitu 5%. Rasio NPF yang
tinggi menyebabkan perbankan syariah harus lebih banyak menyediakan cadangan
modal untuk meng-cover jumlah pembiayaan yang bermasalah.Selama Januari-Maret
2015, posisi CAR perbankan syariah mengalami penurunan mencapai rata-rata
13.79%. Hal ini juga akan berdampak mengurangi laba yang diperoleh oleh bank
syariah. Kondisi laba yang menurun merupakan indikasi kinerja perusahaan yang
melemah sehingga manajemen bank harus merubah strategi pembiayaannya.
Salah satu faktor internal yang menyebabkan melemahnya kinerja bank syariah
adalah selama ini segmentasi pembiayaan perbankan syariah lebih didominasi oleh
sektor retail khususnya UMKM. Secara industri, pembiayaan bank syariah identik
dengan sektor bisnis UMKM, harus lebih berhati-hati karena sektor retail ini cukup
rentan terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan ekonomi melambat
maka akan berimbas pada kelangsungan usaha UMKM.
Faktor internal lainnya pembiayaan perbankan syariah lebih didominasi oleh
murabahah.Murabahah merupakan pembiayaan yang bersifat konsumtif dengan akad
xi
jual-beli. Bila kondisi ekonomi melambat, sektor murabahah yang merupakan
pembiayaan konsumtif juga turut melemah, hal ini dikarenakan menurunnya daya beli
masyarakat sehingga sebagian besar masyarakat menahan kebutuhan terhadap
barangbarang konsumsi. Dengan demikian minat masyarakat untuk mengajukan
pembiayaan konsumtif juga ikut menurun.
Masih kurang bervariasinya pembiayaan perbankan syariah jika dibandingkan
dengan produk kredit bank konvensional juga menjadi faktor internal penyebab
perlambatan pertumbuhan bank syariah. Dengan varian produk pembiayaan yang
masih cukup terbatas menyebabkan bank syariah kurang optimal mengambil pasar
potensial yang seharusnya dimiliki oleh bank syariah, yaitu pasar yang menginginkan
mengajukan pendanaan dari bank yang bebas dari riba atau pasar yang idealis.
Sumber lain menyebutkan faktor internal penyebab perlambatan pertumbuhan
bank syariah adalah efisiensi dalam kegiatan operasional bank.Bank syariah masih
kalah bersaing dengan perbankan konvensional dalam hal efisiensi terutama dalam
kondisi ekonomi yang kurang stabil, sehingga equivalent rate pembiayaan yang
diminta oleh bank syariah relatif lebih besar dibanding kredit bank konvensional. Hal
ini dapat menyebabkan berkurangnya daya tarik dari nasabah untuk mengambil
pembiayaan pada bank syariah, karena nasabah bank di Indonesia mayoritas masih
bersifat rasional, artinya dalam melakukan transaksi masih menilai untung-rugi dari
sisi nominal dana. Masyarakat yang memiliki motif ideolegi dalam bertransaksi
dengan bank syariah masih sangat terbatas.
Perbankan syariah juga mengalami kendala belum banyaknya jaringan kantordan
cabang untuk mendapatkan pendanaan dari masyarakat. Dalam hal ini, modal
perbankan syariah terbatas dan kalah bersaing dengan perbankan konvensional. Selain
itu belum banyaknya variasi produk simpanan sehingga mengurangi minat
masyarakat untuk menabung pada perbankan syariah.
Secara umum perlambatan perbankan syariah didominasi oleh faktor eksternal
dalam hal ini karena terjadinya perlambatan ekonomi yang juga terjadi di Indonesia.
Untuk merespon dan mengatasi hal tersebut, maka dari sisi internal memaksa
manajemen bank syariah melakukan konsolidasi internal. Dalam hal ini
memungkinkan terjadinya evaluasi manajemen yang mengarah kepada perubahan
strategi dalam merespon kondisi ekonomi yang melambat.Beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah perbankan syariah melakukan mapping bisnis proses, mereview dan
melakukan diversifikasi sisi pembiayaan serta sisi pendanaan. Hal ini dilakukan agar
kinerja aset dan liabilitas perbankan syariah tidak semakin menurun sehingga
perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang dalam industri perbankan nasional.

B. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

Kondisi laba yang menurun merupakan indikasi kinerja perusahaan yang melemah
sehingga manajemen bank harus merubah strategi pembiayaannya. Hal ini sejalan

xii
dengan penelitian yang menyatakan bahwa rasio NPF yang tinggi (Mawardi; 2004)
dan posisi CAR yang menurun (Azwir, 2006 dan Yuliani, 2007) berpengaruh terhadap
penurunan kinerja profitabilitas bank. Adapun menurut M. Bashir (2001) menyatakan
bahwa rasio modal erat kaitannya dengan kinerja pembiayaan yang merupakan
sumber pendapatan bagi bank syariah. Jika modal dan pembiayaan bank syariah
bermasalah maka akan berdampak terhadap menurunnya kinerja perbankan syariah.

C. Pembahasan

Setelah melakukan pengujian dan analisis korelasi rank spearman, maka dapat
dijelaskan beberapa pembahasan terkait hasil uji yang sesuai berdasarkan pengaruh
masing-masing variabel sebagai berikut:
a) Pengaruh variabel pendapatan. Variabel pendapatan tidak memiliki
hubungan dengan memilih bank syariah dan konvensional. Hal ini
dikarenakan beragam jenis pendapatan responden mampu untuk
mengonsumsi produk perbankan baik konvensional maupun syariah. Jadi,
besar tingginya pendapatan tidak memiliki hubungan dengan memilih
bank syariah dan konvensional.
b) Pengaruh variabel motivasi. Motivasi memiliki hubungan positif dalam
memilih bank konvensional. Hal ini sesuai dengan teori motivasi
mccleland. Sementara, untuk memilih bank syariaah, motivasi tidak
memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan alsan terbesar
masyarakat menggunakan produk perbankan syariah, karena sesuai syariat
Islam.
c) Pengaruh variabel harga. Harga memiliki hubungan positif dalam memilih
bank konvensional. Semakin tinggi harga yang dtawarkan oleh perbankan,
maka semakin banyak pula orang yang ingin menggunakan produk
perbankan konvensional. Sementara, untuk memilih bank syariah, harga
tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan alsan
terbesar masyarakat menggunakan produk perbankan syariah, karena
sesuai syariat Islam.
d) Pengaruh variabel kualitas layanan. Kualitas layanan memiliki hubungan
positif dalam memilih bank konvensional. Hal ini sejalan dengan yang
disampaikan oleh Parasuraman dalam Tjiptono (2000). Sementara, untuk
bank syariah, tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini
dikarenakan alsan terbesar masyarakat menggunakan produk perbankan
syariah, karena sesuai syariat Islam.
e) Pengaruh variabel pengetahuan konsumen. Pengetahuan konsumen tidak
memiliki hubungan yang signfikan dengan memilih bank konvensional.
Hal ini dikarenakan bank konvensional telah menawarkan fasilitas yang
baik, yang menjadikan masyarakat menggunakan bank konvensional tanpa
perlu mengetahui lebih dalam terkait produknya. Sementara, untuk
memilih bank syariah, terdapat hubungan yang positif. Semakin besar

xiii
konsumen mengetahui bank syariah, maka semakin banyak pula yang akan
menggunakan bank syariah.

xiv
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa simpulan yang terkait permasalahan perlambatan pertumbuhan bank syariah di
Indonesia sebagai berikut:
a) Perlambatan pertumbuhan bank syariah mulai periode 2013 diindikasikan dengan
adanya penurunan permodalan, peningkatan pembiayaan bermasalah, dan
penurunan profit. Fenomena adanya perlambatan pertumbuhan bank syariah
disebabkan oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor
ekternal perlambatan terjadi disebabkan oleh kondisi ekonomi yang melambat di
dunia termasuk di Indonesia dengan indikator nilai tukar Rupiah melemah
terhadap US Dollar, turunnya IHSG, dan turunnya daya beli masyarakat.
b) Faktor internal yang berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan aset bank
syariah adalah jumlah pembiayaan UMKM, jumlah pembiayaan murabahah, dan
banyaknya jaringan kantor, sedangkan jumlah simpanan depositor tidak memiliki
pengaruh. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah IHSG, kurs IDR/USD, dan
tingkat inflasi.
c) Upaya yang perlu dilakukan bank syariah untuk menanggulangi perlambatan
pertumbuhan adalah; konsolidasi internal manajemen bank syariah untuk
mengevaluasi perubahan strategi dalam merespon perlambatan kondisi
ekonomijuga terhadap kualitas pembiayaan dan besaran biaya sumber dana dalam
perusahaan; diversifikasi pembiayaan dalam segmentasi korporasi, pembiayaan
mudharabah berjangka waktu relatif lebih panjang, dan pembiayaan pada sektor
bisnis pertambangan, perkebunan dan pertanian, serta infrastruktur;penambahan
jumlah jaringan, variasi produk dan layanan yang lebihmenarik serta
pengembangan channeling ke kalangan konglomerat dan nasabah pemerintah;
optimalisasi sumber pendanaan dengan cost of fund yang murah dari produk
simpanan non deposito; efisiensi bisnis dengan mengendalikan overhead cost
dengan baik.

B. Saran
Bagi pihak Pemerintah dan Bank Syariah diharapkan dari system pemasarannya lebih
mempromosikan dan mensosialisasikan produk-produk dan sistem yang ada di Bank Syariah
sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui nama Bank Syariah dari luarnya saja, tetapi
dalamnya juga mengetahui, dan agar tertarik untuk menjadi Nasabah di Bank Syariah. dengan
melibatkan media baik itu media cetak atau maupun elektronik, pemasangan spanduk di
lokasi yang strategis. Sehingga informasi yang disampaikan dapat sampai pada semua lapisan
masyarakat. Kemudian diharapkan agar Bank Syariah memperbanyak kantor cabang atau unit
dari Bank Syariah, sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkau Bank Syariah
tersebut.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Ariestonandri, P. (2006). Marketing Research for Beginner: Panduan Praktis Riset Pemasaran
Bagi Pemula. Yogyakarta: Andi Offset.
Antonio, S. (2001). Bank Syariah : Teori Ke Praktek. In S. Antonio, Bank Syariah : Teori Ke
Praktek. Jakarta: Gema Insani.
Beik, & Hapsari. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nasabah Non-Muslim.
Jurnal Al-Muzaraah.
Budiono, J. S. (2012). Statistik Terapan Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hoetoro, A. (2018). Ekonomi Mikro Islam Pendekatan Integratif. Malang: UB Press.
Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2019. Jakarta:
Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Statistik Lembaga Keuangan Non Bank. Jakarta: Otoritas
Jasa
Sinambela, L. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Sugiyanto. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

xvi

Anda mungkin juga menyukai