Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP MINAT

MENABUNG MASYARAKAT INDONESIA DI BANK SYARIAH

METODE PENELITINAN

Oleh:

NOVATHA FARHAN RAMADHANA

NIM: 2017041243

PRODI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................


B. Identifikasi Masalah ................................................................................................
C. Batasan Masalah .....................................................................................................
D. Rumusan Masalah ...................................................................................................
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................................
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................................
G. Sistematika Penulisan .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka ........................................................................................................


B. Studi Relevan ..........................................................................................................
C. Kerangka Pemikiran................................................................................................
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Objek Penilitian ......................................................................................................


B. Jenis Penilitan .........................................................................................................
C. Jenis Dan Sumber Data ...........................................................................................
D. Populasi Dan Sampel ..............................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................
F. Definisi Operasional Variabel.................................................................................
G. Metode Analisis Data ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menginjak akhir tahun 2022 di era modernisasi tentunya masyarakat dituntut untuk
mempelajari dan memahami apa itu literasi keuangan, yang merupakan pedoman untuk
mengelola keuangan menjadi lebih bijak. Hadirnya Lembaga keuangan di masyarakat
sebagai peran pembantu dalam kehidupan sehari-hari dari pengaplikasian literasi
keuangannya, yaitu menabung. Tentunya masyarakat sudah tak asing mendengar kata
bank baik itu yang ada perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Sebab hampir
keseluruhan aktivitas masyarakat mengenai keuangan erat kaitannya dengan perbankan
yang berperan penting bagi perekonomian di suatu negara. Lembaga keuangan perbankan
di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu bank umum dan bank syariah.

Lembaga kuangan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu negara,
apalagi pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Lembaga keuangan
memiliki peran strategis yang disebabkan fungsi utama lembaga keuangan sebagai suatu
lembaga yang berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan
dana ke masyarakat secara efektif dan efisien. Dengan peranan yang dimiliki tersebut,
adanya lembaga keuangan diharapakan memberikan suatu kemanfaatan yang lebih bagi
masyarakat, serta masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih antara lembaga
keuangan syariah dan lembaga keuangan non syariah. Bagi masyarakat yang memiliki
kekhawatiran terhadap bunga bank (riba), maka lembaga keuangan syariah dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk menghindari bunga tersebut sebagai sarana peminjaman modal
ataupun menginvestasikan dana.

Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada prinsip
yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk
menghindari riba, sedangkan bank konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan
berprinsip meraih untung sebesar-besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah sedangkan pada bank konvensional tidak ada.

Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank
konvensional. Salah satu ciri khas bank yakni tidak menerima bunga kepada nasabah, akan
tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad
yang diperjanjikan. Bank syariah sudah beroperasi sejak tahun 1992, dengan mulai
beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Bank indonesia diatur secara formal sejak
diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 diubah dalam UU No.
23 tahun 1999, UU No. 4 tentang Bank Indonesia dan terakhir diubah dalam UU No. 21
tahun 2008 tentang bank syariah.

Perbankan syariah sebagai bagian dari institusi bisnis umat Islam, muncul
dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat untuk menciptakan sistem perbankan yang
bebas bunga. Perbankan syariah berperan dan berfungsi sebagai pengelola investasi dana
nasabah, jasa layanan perbankan, serta pelaksana kegiatan sosial seperti zakat serta dana
sosial lainnya.5 Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang bergerak di bidang jasa
yang menghimpun dan menyalurkan dana berdasarkan atas prinsip syariah. Perkembangan
Bank Syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik, dilihat dari
terbentuknya BSI (Bank Syariah Indonesia) di tahun 2021 yang merupakan penggabungan
dari tiga Bank Syariah, yaitu BSM (Bank Syariah Mandiri), BRI syariah (Bank Rakyat
Indonesia Syariah), BNI Syariah (Bank Negara Indonesia Syariah).

Perbankan syariah juga bertujuan mengarahkan kegiatan ekonomi umat dalam di


bidang perbankan, keadilan dalam ekonomi, meningkatkan kualitas hidup dengan
berwiraswasta, menanggulangi kemiskinan, menjaga stabilitas ekonomi dan moneter,
menyelamatkan ketergantungan umat Islam kepada bank non-syariah (bank konvensional).
Perbankan syariah juga merupakan sebuah sistem perbankan yang mengedepankan nilai
moralitas dan etika, nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pengaturan dan pengembangan
yang diterapkan dalam operasi perbankan adalah shiddiq, tabligh, amanah, fathonah,
kerjasama (ta’awun), pengelolaan yang profesional (ri’ayah), tanggung jawab (mas’uliyah)
dan upaya bersama dan terus menerus melakukan perbaikan (fastabiqul khairat).

Bank syariah memiliki produk atau jasa yang tidak ditemukan dalam operasi bank
konvensional. Prinsip-prinsip seperti musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah, istishna
dan sebagainya tidak memuat adanya prinsip-prinsip bunga seperti yang dikembangkan
oleh bank konvensional. Pandangan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di
antaranya dapat mewakili dengan pandangan masyarakat secara umum terhadap perbankan
syariah. Kesan umum yang ditangkap oleh masyarakat tentang perbankan syariah adalah
(1) perbankan syariah tidak ada bunga (2) perbankan syariah identik dengan bank sistem
bagi hasil. Namun demikian, ternyata persepsi dan sikap masyarakat terhadap bunga bank
dan sistem bagi hasil sangat beragam. Sebagian masyarakat tetap menerima bunga,
sebagiannya lagi menerima sistem bagi hasil. Sikap yang mencampur adukkan berbagai
paradigma ini, memberi nuansa yang cukup menarik sebagai gambaran tentang sikap,
pengetahuan, persepsi serta perilaku masyarakat dalam menyikapi kebijakan dual banking
system tersebut.

Saat ini pengetahuan dan pemahaman keuangan syariah di masyarakat masih dianggap
tidak terlalu penting. lebih mengutamakan keinginan pribadinya untuk menghabiskan uang
yang mereka miliki untuk aktivitas konsumsi tanpa memikirkan dampak jangka panjang
yang akan di alami. Hal ini tentunya bertentangan dengan Al-Qur’an bahwasannya Allah
tidak menyukai orang yang bersikap berlebih-lebihan, yakni dijelaskan pada ayat berikut
ini:

Artinya: “….. Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak


menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS Al-An’am, 6:141)

Dari ayat di atas dapat di ketahui bahwa seorang muslim di himbau untuk tidak bersikap
berlebih-lebihan perilaku konsumsi. Pendapatan yang telah diperoleh semestinya bisa
dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pribadi, tabungan, dan juga di
investasikan.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, literasi keuangan adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam mengelola
keuangan. OJK sangat aktif mendorong kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap
produk jasa keuangan. Literasi keuangan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Hal
ini dikarenakan literasi keuangan di Indonesia masih terbilang cukup rendah. OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) mencatat indeks literasi keuangan pada tahun 2022 senilai 49,68 dan
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu.

Literasi keuangan syariah merupakan suatu pemahaman seseorang individu atau


kelompok mengenai sistem keuangan syariah, pemahaman ini merupakan pemahamanan
tentang akad dan produk yang terdapat di lembaga keuangan syariah. Dalam sistem
ekonomi Islam sudah sharusnya menerapkan prinsip syariah di dalam kehidupan sehari-
hari. Secara khusus, literasi keuangan Islam yang buruk akan menyebabkan tidak dapat
diaksesnya lembaga keuangan Islam dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Dan ketika
tingkat literasi keuangan syariah di masyarakat tinggi, maka akan mengarah pada
pertumbuhan pembiayaan pembangunan, yang didasarkan pada kesadaran masyarakat
untuk menabung dan berinvestasi di perbankan syariah, sehingga potensi keuangan yang
lebih tinggi dan upaya untuk meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.
pertumbuhan. Literasi keuangan syariah akan meningkat secara langsung ketika
masyarakat mempercayakan keuangannya kepada lembaga dan layanan keuangan yang
ada. Literasi keuangan telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan literasi keuangan antara lain tingkat bunga tabungan rendah,
meningkatnya tingkat kebangkrutan dan tingkat hutang, dan meningkanya tanggung jawab
individu dalam membuat keputusan yang akan mempengaruhi perekonomian di masa yang
akan datang.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia tahun 2022
menunjukkan bahwa indeks tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68
persen, naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen. Sementara indeks inklusi
keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode Survey Nasional
Keuangan Indonesia sebelumnya di tahun 2019 yaitu 76,19 persen. Hal tersebut
menunjukkan gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun, dari 38,16
persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022. Dari sisi gender, untuk pertama
kalinya, indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi yakni sebesar 50,33 persen
dibanding laki-laki 49,05 persen. Pada tahun 2020 s.d. 2022, OJK menjadikan perempuan
sebagai sasaran prioritas dalam arah strategis literasi keuangan. Di sisi lain, indeks inklusi
keuangan laki–laki lebih tinggi yakni sebesar 86,28 persen, dibanding indeks inklusi
keuangan perempuan di angka 83,88 persen.

Indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah perkotaan masing-masing sebesar 50,52
persen dan 86,73 persen, lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan yakni sebesar
48,43 persen dan 82,69 persen. Namun demikian gap indeks literasi keuangan semakin
mengecil dari 6,88 persen di tahun 2019 menjadi 2,10 persen di tahun 2022 dan gap indeks
inklusi keuangan juga semakin mengecil dari 15,11 persen di tahun 2019 menjadi 4,04
persen di tahun 2022. Hal ini sejalan dengan strategi pelaksanaan edukasi keuangan yaitu
meningkatkan kuantitas pelaksanaan edukasi keuangan di wilayah perdesaan.
SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang
diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia meningkat
dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022. Sementara itu, tingkat
inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen di tahun
2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019.

Sementara itu SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan
syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat
Indonesia meningkat dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022.
Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi
12,12 persen di tahun 2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019.
SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang
diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia meningkat
dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022. Sementara itu, tingkat
inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen di tahun
2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019. Meski membaik
dibanding tahun-tahun sebelumnya, tingkat literasi keuangan tersebut masih tergolong
rendah. Berbanding dengan pengeluaran perkapita penduduk di 34 provinsi tahun 2022
dengan rata -rata nasional berkisar Rp.1,55 Juta/kapita/bulan. Menandakan dengan tingkat
konsumsi seperti itu harus di balance dengan tingkat literasi keuangan yang kuat tentunya
dalam hal menabung juga agar meningkatkan taraf hidup dan simpanan untuk kedepannya.

Friderica menjelaskan, masih rendahnya tingkat inklusi dan literasi keuangan syariah
merupakan pekerjaan rumah bersama semua pemangku kepentingan. Edukasi tentang
keuangan dan ekonomi syariah perlu terus dilakukan di berbagai lingkup masyarakat.

Dalam penelitian Nuraini Lestari menyatakan bahwa literasi keuangan syariah dapat
menghasilkan banyak benefit besar teruntuk jasa keuangan syariah. Kedua belah pihak,
yaitu masyarakat atau dalam hal ini nasabah dan Lembaga keuangan syariah memiliki
hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga semakin tinggi tingkat
literasi keuangan syariah maka semakin banyak pula masyarakat yang memutuskan
menggunakan produk dan jasa dari Lembaga keuangan syariah. Hasil penelitian yang sama
dari peneliti Mochamad Reza Adiyanto and Arie Setyo Dwi Purnomo dengan judul
Dampak Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap Minat Menggunakan Produk
Keuangan Syariah yaitu literasi keuangan syariah berpengaruh positif terhadap minat
menggunakan produk perbankan syariah

Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti berfokus pada penelitian dengan judul
“PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP MINAT MENABUNG
MASYARAKAT DI BANK SYARIAH”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini, identifikasi masalahnya
adalah:
1. Masalah yang masih di hadapi oleh masyarakat Indonesia, terkait dengan literasi
keuangan.
2. Keterbatasan pengatahuan tentang Lembaga keuangan perbankan syariah membuat
minat masyarakat dalam menabung di bank syariah belum maksimal.
C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh literasi keuangan terhadap minat masyarakat
menabung pada Bank Syariah. Seluruh masyarakat dari berbagai usia dan gender yang
menjadi objek penelitian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat peneliti rumuskan
adalah bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap minat menabung masyarakat pada
Bank Syariah di akhir tahun 2022 ini?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap
minat menabung masyarakat pada Bank Syariah.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Adanya penelitian ini diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan
terutama tentang perbankan syariah terhadap masyarakat, khususnya yang
pembaca dan penulis.
b. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari kenyataan
yang ada dilapangan yang sangat berharga untuk diaplikasikan dengan
pengetahuan yang diperoleh.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai sarana potensial untuk mengembangkan pemikiran dalam menerapkan
teori yang ada dengan keadaan sebenarnya.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana informasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat literasi
keuangan terhadap minat menabung masyarakat saat ini dibanding tahun lalu.
c. Bagi Pembaca
Sebagai sarana informasi untuk menambah pengetahuan khususnya
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat menabung di
Bank Syariah.
G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan pemahaman penjelasan, dan penelaahan pokok permasalahan yang akan
dibahas maka skripsi ini disusun dengan sistematika pembahasan, yaitu:
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Identiikasi
Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini
membahas tentang Kajian Pustaka, Studi Relevan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis
Penelitian.
BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini membahas tentang Objek Penelitian, Jenis
Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data,
Definisi Operasional Variabel, Metode Analisis Data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Bank Syariah

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi keuangan yang berdasarkan prinsip


syariah. Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan
ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank
syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi maupun ketentuan lainnya harus
memenuhi ketentuan akad. Berbeda dengan bank konvensional, jika pada perbankan
syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah
pihak tidak menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang
mengaturhukum materi atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan
Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau Bamui yang didirikan secara bersama oleh
kejaksaan agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

Bank islam atau yang selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan
bank tanpa bunga, adalah Lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Saw. Atau
dengan kata lain, bank islam adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengeoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.

Sebagai sebuah bank dengan prinsip syariah, maka bank syariah diharapkan menjadi
lembaga keuangan yang dapat menjembatani antara para pemilik modal atau pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Adapun beberapa fungsi
dari didirikannya perbankan syariah adalah:

a. Mengarahkan agar umat Islam dalam melaksanakan kegiatan muamalahnya


secara islami, dan terhindar dari praktek riba serta praktik lain yang
mengandung unsur gharar, di mana jenis usaha tersebut selain dilarang dalam
Islam juga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan perekonomian
masyarakat.
b. Dalam rangka menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi dengan melakukan
pemerataan pendapatan melalui berbagai kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan ekonomi yang besar antara pemilik modal dengan mereka yang
membutuhkan dana
c. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup umat manusia dengan jalan
membuka peluang usaha yang lebih besar, terutama kepada kelompok miskin
serta mengarahkan mereka untuk menjalankan kegiatan usaha yang produktif.
d. Dalam rangka membantu penanggulangan masalah kemiskinan yang biasa
terjadi di negara-negara sedang berkembang, yang ironisnya banyak dihuni
umat Islam di dalam usaha pengentasan kemiskinan ini adalah berupa
pembinaan nasabah yang lebih menonjol dengan sifat kebersamaan dengan
siklus usaha yang lengkap, seperti program pembinaan perdagangan perantara,
program pengembangan modal kerja, serta dikembangkannya program
pengembangan modal bersama.
e. Untuk menjaga tingkat stabilitas dari ekonomi dan moneter dan juga untuk
menghindari persaingan yang tidak sehat yang mungkin dapat terjadi antara
lembaga keuangan.

Landasan Hukum Bank Syariah

1) Al-Qur’an

Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil, bank syariah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan atau
membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga
merupakan riba yang diharamkan. Berdasarkan yang telah dijelaskan di dalam
Al Qur'an QS. Al-Baqarah 275 bahwa Allah melarang adanya riba dan
menghalalkan jual beli.
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

2) Al-Hadist

Di dalam beberapa kasus, Rasulullah menjelaskan contoh-contoh pinjaman


dan perdagangan yang dianggap riba, Hadist juga menjelaskan bahwa riba itu
perbuatan yang dilarang oleh Allah.Riba sangat bertentangan secara langsung
dengan semangat kooperatif dan kollektif yang ada dalam sistem ekonomi
islam. Orang kaya seharusnya memberikan hak-hak orang miskin dengan
membayar zakat dan memberi sadaqah sebagai tambahan dari zakat tersebut.
Pada sistem ekonomi islam tidak mengizinkan kaum muslimin untuk
menjadikan kekayaannya sebagai alat untuk menghisap darah orang-
orangmiskin. Hadisnya antara lain yaitu:

Dari Abu Said Al-khudri, Rasulullah bersabda yang artinya:

“Jangan melebih-lebihkan satu dengan yang lainnya, jangan menjual perak


untuk perak kecuali keduanya setara, dan jangan melebihlebihkan satu dengan
yang lainnya, dan jangan menjual sesuatu yang tidak tampak.” (HR.Bukhari:
Muslim, Tirmidzi Masai, dan Ahmad)

Dari Ubada Bin Sami, Rasulullah Bersabda yaitu:

“Emas untuk emas, perak untuk perak, Gandum untuk gandum, barang
siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba. Pemberi dan
penerima sama saja (dalam dosa).” (HR.Muslim dan Ahmad)

3) Fatwa MUI/DSN tentang Perbankan Syariah


Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dibentuk
dengan rangka mewujudkan aspirasi umat Islam mengenai masalah
perekonomian atau keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Islam.
Fatwa DSN-MUI NO.7/DSN-MUI/IV/2000, dalam fatwa ini di jelaskan:
“Lembaga keuangan syariah (LKS) sebagai penyedia dana menanggung semua
kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib atau nasabah
melakukan melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian”.
4) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang merupakan peraturan yang


secara khusus pelaksana dari regulasi dari Peraturan Bank Indonesia (PBI)
tentang perbankan Syariah yang telah diundangkan Hingga saat ini yaitu:

a. POJK Nomor 19/POJK.03/2017 Tentang penetapan status dan tindak lanjut


pengawasan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.
b. POJK Nomor 75/POJK.03/2016 Tentang standar penyelenggaraan teknologi
informasi bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Badan Pembiayaan Rakyat
Syariah.
c. POJK Nomor 66/POJK.03/2016 Tentang kewajiban penyediaan modal
minimum dan pemenuhan modal inti minimum Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
d. POJK Nomor 65/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
e. POJK Nomor 62/POJK.03/2016 tentang Transformasi Lembaga Keuangan
Mikro Konvensional Menjadi Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
f. POJK Nomor 37/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
g. POJK Nomor 02/POJK.03/2016 tentang pengembangan jaringan kantor
perbankan syariah dalam rangka stimulus perekonomian nasional bagi bank.
h. POJK Nomor 02/POJK.03/2016 Tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
i. POJK Nomor 12/POJK.03/2015 tentang Stimulus Perekonomian Bank Syariah.
5. Undang- Undang Tentang Bank Syariah

Akomodasi peraturan perundang-undangan Indonesia terhadapruang gerak


perbankan syariah terdapat pada beberapa peraturan perundang-undangan berikut
ini:

a. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah “Perbankan


Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.
b. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
c. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral. UndangUndang ini
memberi peluang bagi BI untuk menerapkan kebijakan moneter berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
d. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei
1999 tentang Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah. Kedua peraturan perundangundangan ini mengatur kelembagaan bank
syariah yang meliputi pengaturan tata cara pendirian, kepemilikan,
kepengurusan, dan kegiatan usaha bank.
e. Peraturan Bank Indonesia No. 2/7/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang
Giro Wajib Minimum Peraturan Bank Indonesia No. 24/PBI/2000 tanggal 11
Februarui tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 1/3/PBI/1999
tanggal 13 Agustus 1999 tentang Penyelenggaraan Kliring Lokal dan
Penyelesaian Akhir Transaksi Pembayaran Antar Bank atas Hasil Kliring Lokal,
Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000 tanggal 23 Februari 106 2000
tentang pasar Uang antarbank berdasarkan Prinsip Syariah, dan peraturan Bank
Indinesia Ni. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februaru 2000 tentang Serifikat Wadi’ah
Bank Indonesia. Peraturan perundang-undangan tersebut mengatur tentang
likuiditas dan instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah.
f. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank for international Settlement
(BIS) yang berkedudukan di basel, Swiss yang dijadikan acuan oleh perbankan
Indonesia untuk mengatur Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian (Prudential
Banking Regulations).
g. Peraturan lainnya yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan lembaga lain
sebagai pendukung operasi bank syariah yang meliputi ketentuan berkaitan
dengan pelaksanaan tugas bank sentral, ketentuan standar akuntansi dan audit,
ketentuan pengaturan perselisihan perdata antara bank dengan nasabah
(arbitrase muamalah), standardisasi fatwa produk bank syariah, dan peraturan
pendukung lainnya.

Peran Bank tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan kedudukannya, peranan bank
syariah meliputi:

1. Memurnikan operasional Perbankan Syariah hingga dapat lebih


meningkatkan kepercayaan masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran syariat umat Islam sehingga dapat memperluas
segmen dan pangsa pasar Perbankan Syariah.
3. Menjalin kerjasama para ulama, karena bagaimanapun peranan ulama
sangat dominan bagi kehidupan umat Islam.

Adanya Bank Syariah diharapkan memberikan sumbangan terhadap


pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia melalui pembiayaan yang dikeluarkan
oleh Bank Syariah, melalui pembiayaan bank syariah dapat menjadikan mitra
dengan nasabah. Sehingga hubungan nasabah tidak lagi hubungan antara kreditur
dan debitur tetapi dengan hubungan kemitraan.

2. Literasi Keuangan

Pengertian Literasi keuangan telah dipelajari diberbagai bidang, termasuk tentang


perilaku dari konsumen. Literasi merupakan hal yang berhubungan dengan pengetahuan
dan pengetahuan itu menunjukan unsur yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Menurut Program International for Student Assesment (PISA) literasi keuangan adalah
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep keuangan dan risiko, dan
keterampilan, motivasi, kepercayaan diri untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman
tersebut untuk membuat keputusan yang efektif dan berbagai konteks keuangan, untuk
meningkatkan partisipasi dalam kehidupan ekonomi. Sehingga literasi keuangan mengacu
pada pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani tantangan
keuangan dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Tujuan Literasi
keuangan adalah untuk meningkatnya kualitas pengambilan keputusan keuangan individu
dan dapat berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku individu dalam pengelolaan
keuangan menjadi lebih baik, sehingga mampu menentukan dan memanfaatkan lembaga,
produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Konsumen atau masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Menurut Rohrke & Robinson literasi keuangan merupakan solusi terbaik untuk
memberitahu konsumen tentang manfaat mempunyai hubungan pada lembaga keuangan
yang diantaranya yaitu pendanaan serta kredit, kemampuan untuk membangun keuangan
yang positif. Sedangkan menurut Hailwood, financial literacy tentunya mempengaruhi
bagaimana seseorang menyimpan dana, meminjam, berinvestasi serta mengelola
keuangan. kecakapan finansial juga disini lebih menekankan pada kemampuan untuk
memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan, sehingga bagaimana dapat
menerapkan secara tepat.

Ruang lingkup kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan adalah


perencanaan dan pelaksanaan atas.

1. Edukasi Keuangan
2. Pengembangan infrastruktur yang mendukung Literasi Keuangan bagi
Konsumen dan/atau masyarakat.

Prinsip pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan literasi keuangan.

1. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan disusun oleh


PUJK sebagai program tahunan yang dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
2. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan Literasi Keuangan dilakukan
berdasarkan prinsip:
a. Terencana dan Terukur, penerapan prinsip ini diwujudkan melalui pelaksanaan
kegiatan dengan konsep yang sesuai sasaran, strategi, kebijakan otoritas, dan
kebijakan PUJK serta mendasarkan pada indikator tertentu untuk memperoleh
informasi peningkatan Literasi Keuangan,
b. Berorientasi pada Pencapaian, penerapan prinsip ini diwujudkan melalui
kegiatan untuk mencapai tujuan peningkatan Literasi Keuangan dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada,
c. Berkelanjutan, penerapan prinsip ini diwujudkan melalui pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang
direncanakan serta memiliki aspek jangka panjang terhadap pemahaman
Konsumen dan/atau masyarakat mengenai pengelolaan keuangan, lembaga,
produk dan/atau layanan jasa keuangan,
d. Kolaborasi, penerapan prinsip ini diwujudkan melalui keterlibatan berbagai
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama
dengan memperhatikan peran masing-masing PUJK.

Literasi keuangan didefinisikan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai kemampuan


untuk memahami, oleh karena itu literasi keuangan adalah kemampuan untuk mengelola
dana yang dimiliki agar dapat berkembang dan hidup lebih sejahtera di masa depan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), misi penting dari program literasi keuangan
adalah memberikan edukasi di bidang keuangan kepada masyarakat luas agar dapat
mengelola keuangannya secara cerdas, sehingga rendahnya pengetahuan tentang industri
keuangan dapat diatasi, dan masyarakat tidak mudah tertipu dengan produk investasi yang
menawarkan keuntungan. tinggi dalam jangka pendek tanpa memperhitungkan
konsekuensinya.

Literasi keuangan dapat mempengaruhi cara berpikir orang terkait kondisi serta
mempengaruhi pengambilan keputusan yang strategis dalam hal keuangan dan
pengelolaan yang lebih baik bagi pemilik usaha. Literasi keuangan adalah sebuah
tingkatan yang mana dapat memahami konsep pada keuangan dan proses dari seatu
kemampuan untuk mengurus pribadinya secara baik jangka waktu pendek, sedang,
maupun seumur hidup dan merubah keadaan ekonominya.

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) memuat revisi yang lebih
luas untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera secara finansial. Tujuannya
adalah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan
(literacy) yang tinggi, sehingga mereka dapat memanfaatkan barang dan jasa keuangan
yang sesuai untuk mencapai kemakmuran keuangan jangka panjang. Dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang tinggi, misi
SNLKI dijabarkan sebagai berikut

1. Basic Personal Finance (Dasar-dasar keuangan) Basic personal finance yaitu mencakup
berbagai pemahaman dasar seseoram dalam suatu sistem keuangan, yaitu bagaimana
seorang individu mengatur pendapatan dan pengeluaran serta memahami konsep dasar
keuangan, seperti perhitungan sederhana, bunga majemuk, likuiditas, dan lain
sebagainya.
2. Money Management (Pengelolaan Keuangan) Pengelolaan keuangan mengajari
bagaimana seorang individu mengelola keuangan pribadi mereka. Semakin banyak
pemahaman mengenai literasi keuangan maka semakin baik individu tersebut dalam
mengelola keuangan pribadi mereka. Konsep money management mencakup
bagaimana setiap individu dalam mengananlisis keuangan pribadi mereka. Dalam hal
ini individu diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan membuat prioritas
penggunaan dana yang tepat sasaran.
3. Credit and Debt Management (Managemen Utang dan Kredit) Berdasarkan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan berdasarkan persetujuan
atau kesepaktan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi utangnya setekah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Indikator literasi keuangan, untuk menilai seberapa baik kemampuan literasi keuangan,
terdapat beberapa indikator yang bisa dijadikan sebagai penentu, yang terdiri dari:

1. Pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan.


2. Pengetahuan dan keyakinan tentang produk jasa keuangan.
3. Pengetahuan dan keyakinan tentang fitur jasa keuangan.
4. Mengetahui manfaat dan riiko terkait produk jasa keuangan.
5. Mengetahui hak dan kewajiban terkait produk jasa keuangan.
6. Keterampiran dalam mengunakan produk dan jasa keuangan.

Pelaksanaan Edukasi dalam rangka meningkatkan keuangan masyarakat sangat


diperlukan karena berdasarkan survei yang dilakukan oleh OJK pada 2013, bahwa tingkat
literasi keuangan penduduk Indonesia dibagi menjadi empat bagian, yakni:

1. Well literate (21,84 %), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga
jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko,
hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
3. Less literate (2,06%), hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan,
produk dan jasa keuangan.
4. Not literate (0,41%), tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga
jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan
dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat,
yaitu:

• Meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate
menjadi well literate;
• Meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan.

Agar masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko,
mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan
yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. Bagi masyarakat, Literasi Keuangan memberikan manfaat yang besar, seperti:


2. Mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai
kebutuhan; memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan
lebih baik
3. Terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas;

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) terdapat penyempurnaan


yang lebih komprehensif untuk mencapai masyarakat indonesia yang sejahtera secara
keuangan. Visi tersebut adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat
literasi keuangan yang tinggi (well literate) sehingga dapat memanfaatkan produk dan
layanan jasa keuangan yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan keuangan yang
berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang memiliki indeks
literasi keuangan yang tinggi, misi SNLKI dijabarkan sebagai berikut:
a. Melakukan edukasi dan pengembangan infrastrukur pengetahuan di bidang
keuangan
b. Memperluas akses dan ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

Mendapatkan pemahaman mengenai manfaat dan risiko produk dan layanan jasa
keuangan. Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa
keuangan. Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain sehingga
semakin tinggi tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat
yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.

Berbeda dengan literasi keuangan konvensional, literasi keuangan syariah merupakan


pemahaman seseorang mengenai keuangan syariah. pemahaman ini termasuk prinsip dasar,
akad transaksi, lembaga dan juga produk keuangannya. Perilaku keuangan syariah diartikan
sebagai implementasi yang didasarkan atas ilmu hukum syariah, setiap individu harus dapat
mengelola keuangan pribadinya dengan cara membangun finansial yang mengarah pada
perilaku keuangan yang sehat dan sesuai dengan tuntutan syariah. Dari pembahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan syariah adalah pengetahuan dan kemampuan
individu dalam mengelola keuangan untuk tujuan pengambilan keputusan yang sesuai
dengan hukum dan prinsip dasar syariah yang kemudian akan bermanfaat bagi masyarakat
dimasa mendatang, dalam penelitian ini terfokus pada pengetahuan mahasiswa Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam mengenai pengetahuan dan keyakinan mahasiswa tentang
Lembaga keuangan, produk jasa keuangan, fitur jasa keuangan, pengetahuan manfaat dan
risiko terkait produk jasa keuangan, pengetahuan hak dan kewajiban terkait produk jasa
keuangan serta keretampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Dalam penelitian Reza Adiyanto dan Purnomo menyatakan bahwa tingkat literasi
keuangan syariah memiliki pengaruh positif terhadap minat responden dalam menggunakan
produk bank syariah. Sehingga konsep literasi merupakan salah satu komponen utama
dalam meningkatkan inklusifitas produk bank syariah. Hal ini mengindikasikan edukasi
literasi keuangan syariah kepada masyarakat berpotensi meningkatkan minat masyarakat
untuk menggunakan produk bank syariah yang ditawarkan oleh perbankan syariah.

3. Minat

Minat adalah keinginan yang datang dari dalam diri sendiri tanpa adanya paksaan dari
orang lain untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Menurut Pandji, minat adalah suatu
perasaan suka dan tertarik pada suatu objek atau aktivitas tanpa diminta, dan biasanya
terdapat kecenderungan untuk memberikan objek yang disukainya. Minat lebih umum
dikenal sebagai keputusan konsumsi dalam memilih layanan atau produk tertentu.32

Keinginan untuk mengetahui, mempelajari, menghargai, atau memiliki sesuatu disebut


minat. Selanjutnya, minat adalah komponen keterikatan, dimulai dengan kesadaran dan
berlanjut ke pemilihan nilai. Menurut Gerungan, minat adalah arah perasaan dan interpretasi
terhadap sesuatu. Keputusan memilih produk menurut Hutomo Rusdianto dan Chanafi
Ibrahim merupakan proses pengumpulan yang menggabungkan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih alternatif perilaku, memilih salah satu yang memiliki
keterkaitan kuat dengan karakter pribadi, dan mengambil keputusan. Minat merupakan
faktor psikologis yang mempengaruhi lebih dari sekedar perilaku seseorang yang tertarik
pada sesuatu. Selanjutnya, bunga memiliki konotasi yang luas karena memungkinkan Anda
untuk memperbaiki sesuatu yang tidak berfungsi.

Minat konsumen, sering dikenal sebagai minat dalam memilih, mengacu pada seberapa
besar kemungkinan konsumen untuk membeli suatu produk atau beralih dari satu produk ke
produk lainnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukanan bahwa minat
mengandung unsur yaitu sebagai berikut:

1. Adanya pemusatan perhatian. Perasaan dan pikirian dari apa yang membuat tertarik.
2. Ada perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat pada dasarnya sama dengan yang diberikan
oleh nasabah, artinya jika lembaga keuangan ingin meningkatkan minat nasabah sebaiknya
memasarkan produknya melalui komunikasi eksternal (iklan dan bentuk promosi lainnya),
sehingga calon nasabah mengetahui dari produk dan kegunaannya. Adapun unsur-unsur
yang menentukan adalah sebagai berikut:

1) Bauran pemasaran memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana organisasi


menjual produk dan layanan mereka. Kegiatan promosi tidak hanya berfungsi
sebagai sarana komunikasi antara pelaku usaha dengan konsumen, tetapi juga
sebagai sarana membujuk konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Promosi adalah pertukaran informasi
antara penjual dan konsumen dengan tujuan untuk mengenalkan mereka agar
pembeli mengingat produk yang digunakan. Pelanggan akan menerima informasi
tentang apa saja yang akan digunakan sebagai faktor dalam memutuskan produk
mana yang akan dibeli sebagai hasil dari kampanye.
2) Kebutuhan dan keinginan adalah hal yang sama. Manusia membutuhkan kebutuhan
untuk hidup dan untuk mencapai kenyamanan, kesejahteraan, dan kelangsungan
hidup.

Kotler menjelaskan bahwa menabung diasumsikan sebagai minat beli merupakan


perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan
pelanggan untuk melakukan pembelian.

Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu.
Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada
pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat merupakan pengarahan perasaan dan penafsiran
untuk sesuatu hal.

Indikator minat yang digunakan oleh peneliti, yaitu:

1) Perhatian (Attention) adanya perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu
produk (barang atau jasa).
2) Ketertarikan (Interest) setelah adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik pada
konsumen.
3) Keinginan (Disire) berlanjut pada perasaan untuk mengingini atau memiliki suatu
produk tersebut.
4) Keyakinan (Conviction) kemudian timbuul keyakinan pada diri individu terhadap
produk tersebut sehingga menimbulkan keputusan (proes akhir) untuk
memperolehnya dengan tindakan membeli.

Penelitian terkait literasi keuangan terhadap minat menabung telah banyak dilakukan
oleh peneliti terdahulu, yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Resti dan Radia
dengan judul “Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Syariah Dan Kepercayaan Masyarakat
Terhadap Minat Menbaung Di Bank Syariah” menyatakan bahwa variabel tingkat literasi
keuangan syariah dan kepercayaan masyarakat berpengaruh positif terhadap minat
menabung di bank syariah. Temuan pada penelitian ini memberikan referensi pada bank
syariah, bahwa tingkat literasi dan kepercayaan masyarakat mempengaruhi minat
menabung, maka dari itu bank syariah harus terus melakukan sosialisasi pada masyarakat.
Minat adalah aspek kejiwaan dan bukan hanya mewarnai perilaku seseorang untuk
melakukan aktifitas yang menyebabkan seseorang merasa tertarik kepada sesuatu. Selain itu
minat memiliki makna yang luas, karena dengan minat akan mampu merubah sesuatu yang
belum jelas menjadi lebih jelas. Dalam dunia perbankan maka sumber dana terbesar
bersumber dari para nasabah yang melakukan transaksi yaitu dalam hal ini nasabah yang
melakukan transaksi menabung, sehingga pihak lembaga keuangan mempunyai aturan yang
ketat kepada pengelolaan keuangan yang bersumber dari masyarakat atau nasabah.

Minat merupakan kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Pengertian minat


diartikan sebagai keinginan, kehendak atau kesukaan. Dan atau minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Hasil penelitian dari M. Krisdayanti dengan judul “Pengaruh Literasi Keuangan,


Inklusi Keuangan, Uang Saku, Teman Sebaya, Gaya Hidup Dan Control Diri Terhadap
Minat Menabung Mahasiswa” menunjukan bahwa Literasi Keuangan memiliki keterkaitan
dengan Minat Menabung. Hal serupa terdapat pada hasil penelitian Indah Fajarwati, dkk
yang berjudul “Pengaruh Pengertahuan Tentang Bank Syariah Dan Literasi Keuangan
Terhadap Minat Menabung Siswa Di Bank Syariah” hasil penelitian menunjukan bahwa
pengetahuan tentang bank syariah berpengaruh terhadap minat menabung siswa pada bank
syariah.

B. Studi Relevan

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sudah


relatif banyak dilakukan. Namun demikian memiliki variasi yang berbeda, baik dari variable
penelitian maupun objek penelitian. Kegunaan studi yang relevan ini untuk mendukung
penelitian dan untuk membandingkan penelitian sebelumnya. Penelitian terdahulu tentang
hubungan literasi keuangan dengan minat menabung diantaranya adalah:

Tabel.1

Studi Relevan

No Nama/Tahun Judul Metode Hasil


Penelitian
1 Ervi maharani, Ahmad Pengaruh Metode Berdasarkan hasil
Budiman Literasi penelitian analisis data
Keuangan dan kuantitatif membuktikan
Pendapatan bahwa variabel
Terhadap literasi keuangan
Keputusan berpengaruh
Menabung positif dan
Masyarakat signifikan terhadap
Pada PNM keputusan
Mekar Desa menabung
Sidorejo masyarakat
Kabupaten
Blitar
2 Mister Candera, Nadia Peran Literasi Kuantitatif Hasil analisis
Afrillianaa, Keuangan menunjukkan
Renggawuni Ahdan Syariah dalam bahwa literasi
memoderasi keuangan syariah
Pengaruh tidak mampu
Demografi memoderasi
terhadap Minat pengaruh
Menabung Pada demografi pada
Bank Syariah indikator jenis
kelamin, usia, dan
pendapatan
terhadap minat
menabung
masyarakat pada
Bank Syariah di
Kota Palembang.
Namun, mampu
memoderasi
pengaruh
demografi pada
indikator tingkat
pendidikan (pada α
= 0,10) terhadap
minat menabung
masyarakat pada
bank syariah di
Kota Palembang.
Literasi keuangan
syariah hanya
3 Rudi Setiawan (2020) Pengaruh Kuantitaf terdapat pengaruh
Literasi literasi keuangan
Keuangan terhadap minat
Terhadap Minat menabung pada
Menabung Mahasiswa. Hal
(Studi Pada tersebut
Mahasiswa menunjukan
STIA YPPT bahwa semakin
PRIATIM tinggi literasi
Tasikmalaya keuangan yang
Tahun dilakukan akan
Akademik meningkatkan
2017/2018 minat menabung
para mahasiswa
4 Mochamad Reza Dampak Tingkat Metode literasi keuangan
Adiyanto, Arie Setyo Literasi penelitian syariah
Dwi Purnomo Keuangan kuantitatif. berpengaruh
Syariah positif terhadap
Terhadap Minat minat
Menggunakan menggunakan
Produk produk perbankan
Keuangan syariah
Syariah
5 Dina Shofa Ulfi, Hubungan Metode literasi keuangan
Siswandari, Dini Literasi penelitian dan perilaku teman
Octoria (2017) Keuangan dan kuantitatif. sebaya memiliki
Perilaku Teman hubungan terhadap
Sebaya Dengan kebiasaan
Kebiasaan menabung
Menabung
6 Robin, Djanuarko Faktor Yang Metode literasi keuangan,
(2021) Mempengaruhi penelitian bimbingan orang
Minat dan kuantitatif. tua, dan rekan
Perilaku sebaya
Menabung Pada berpengaruh
Masyarakat signifikan positif
Kota Batam terhadap perilaku
menabung.
7 Hatuti, dkk Pengaruh Metode literasi keuangan
Literasi penelitian pendapatan dan
Keuangan, kuantitatif. pendidikan
Pendapatan Dan berpengaruh
Pendidikan positif dan
Terhadap signifikan terhadap
Keputusan keputusan
Menabung Pada menabung. Literasi
Bank Rakyat keuangan,
Indonesia Di pendapatan dan
Kecamatan pendidikan secara
Bontoramba bersama-sama
Kabupaten berpengaruhi
Jeneponto positif dan
signifikan terhadap
keputusan
menabung
Perbedaan dengan penelitian terdahulu:

1. Penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel X yaitu literasi keuangan (X1) dan
pendapatan (X2) sedangkan pada penelitian saya hanya 1 (satu) variable X yaitu literasi
keuangan, serta objek penelitian sebelumnya pada PNM Mekar Desa Sidorejo
Kabupaten Blitar, sedangkan objek dalam penelitian saya pada Masyarakat Indonesia.
2. Penelitian sebelumnya yaitu peran literasi keuangan syariah dalam memoderasi
pengaruh demografi sedangkan penelitian saya berfokus pada pengaruh literasi
keuangan. Serta objek penelitiannya juga berbeda.
3. Pada penelitian sebelumnya objek penelitiannya ialah mahasiswa STIA YPPT
PRATIM Tasikmalaya Tahun Akademik 2017/2018 sedangkan pada penelitian saya
objek penelitiannya yaitu masyarakat Indonesia.
4. Penelitian sebelumnya varibel independenya yaitu tingkat literasi dan dependenya
mengunakan produk keuangan, sedangkan penelitian saya variabel independenya
hanya literasi keuangan dan dependenya minat menabung, obejek penelitiannya juga
berbeda.
5. Pada penelitian memiliki 2 (dua) variabel independen sedngkan penelitian saya hanya
1 (satu) variabel independen, objek penelitiannya juga berbeda.
6. Pada penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel dan minat yang menjadi variabel
independentnya, sedangkan pada penelitian saya minat menjdi variabel dependen, dan
memiliki objek yang berbeda.
7. Pada penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel yangberbeda yaitu pendapatan
dan pendidikan, serta objek penelitiannya juga berbeda.
C. Kerangka Pemikiran

Karangka pemikiran merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur


pikiran peneliti, dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai
anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis. Penelitian ini melibatkan 2 (dua)
variabel yang terdiri dari satu variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel
independen (X) dalam penelitian ini adalah literasi keuangan dan variabel dependen (Y)
adalah minat menabung. Maka secara sederhana karangka berpikir dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2

Kerangka Pemikiran
Literasi Keuangan (X)

Minat Masyarakat
Menabung di Bank Syariah
(Y)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana


rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
di dasarkan kepada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik. Hipotesis penelitan ini adalah sebagai berikut:
Minat Menabung (Y) dan literasi keuangan Syariah (X). Berdasarkan latar belakang
masalah, rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya maka
penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Literasi Keuangan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung masyarakat


Indonesia.

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara literasi keuangan terhadap minat
menabung masyarakat Indonesia.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah masyarakat di Indonesia. Literasi keuangan yang di dapat
apakah membuat masyarakat minat menabung pada Lembaga keuangan bank syariah,
dimana diliat dari faktor seagala usia dan gender. Peneliti memilih objek penelitian di
seluruh provinsi Indonesia karena ingin mengetahui sebara banyak masyarakat yang
mempelajari dan memahami literasi keuangan dari kota maupun desa, pria maupun
Wanita, remaja maupun tua, dan yang beragama islam ataupun tidak. mengetahui
keilmuan tentang Lembaga Keuangan syariah Perbankan, sehingga pengaruh liliterasi
terhadap minat menabung masyarakat dibank syariah tepat untuk diteliti.

B. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono, metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder untuk memperoleh
data mengenai pengaruh literasi keuangan terhadap minat menabung masyarakat
Indonesia di Bank Syariah. Penelitian dilakukan dengan perolehan data bersumber pada
lembaga OJK, jurnal, artikel, dan skirpsi terdahulu.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode


kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka seperti data yang telah diteliti oleh
peneliti terdahulu yang bersifat nyata. Guna memperoleh data yang representatife.

C. Jenis dan Sumber Data

Ada satu Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data sekunder adalah data yng diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkn dan diolah oleh pihak lain, biasany sudah dalam bentuk publikasi.
Data ini bersifat mendukung data primer yang diperoleh oleh peneliti dengn cara
membaca, melihat atau mendengarkan. Data sekunder diperoleh dari arsip-arsip
(dokumen-dokumen) atau literatur-literatur pustaka lainnya yang dapat
mendukung penelitian 2017-2022.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang
diukur dalam skala numberik (angka). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data komentar) yang
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999: 147).

D. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
Populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan elemen yang menjadi perhatian
dalam suatu penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
data time series (data deretan waktu) literasi keuangan, dan nasabah pada bank syariah.
2) Sampel

Soetriono dan Hanafie (2007:175) menjelaskan sampel adalah anggota populasi


yang dianggap dapat mewakili. Besarnya sampel harus mencerminkan karakteristik
populasi agar data yang diperoleh representative (terwakili). Agar dapat
menggambarkan secara tepat variabel yang diteliti, maka peneliti mengambil semua
populasi sebagai sampelnya. Oleh karena itu, pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode sampling jenuh. “Metode sampling jenuh atau istilah lainnya
sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel” (Sugiyono, 2008:122). Berdasarkan teknik pengambilan sampel
tersebut, diperoleh jumlah sampel (n) dari data time series setiap bulan selama periode
Januari 2017 – Desember 2022, yaitu sebanyak 33 sampel.

E. Teknik Mengumpulkan Data

Pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan baku untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dilakukan berdasarkan
infromasi yang diperoleh dari penelitian terdahulu maupun sumber-sumber yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
website OJK (sumber-sumber yang dipublikasikan): www.ojk.go.id , google scholar
(Jurnal,artikel,skripsi): https://scholar.google.com.

F. Definisi Operasional Variabel


Operasionalisasi Variabel adalah suatu cara untuk mengukur konsep dan bagaimana
caranya sebuah konsep harus diukur sehingga terdapat variabel-variabel yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat menyebabkan masalah lain dan
variabel yang situasi dan kondisinya tergantung oleh variabel lain.

Tabel.2

Operasional Variabel

No Jenis Variabel Definisi Indikator Skala


1. Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan: Likert
(X1) Keuangan 1. pengetahuan
mendefinisikan dan keyakinan
literasi keuangan tentang lembaga
sebagai jasa keuangan
kemampuan dalam 2. pengetahuan
memahami, jadi dan keyakinan
literasi keuangan tentang produk
adalah kemampuan jasa keuangan,
mengelola dana 3. pengetahuan
yang dimiliki agar dan keyakinan
berkembang dan tentang fitur jasa
agar bisa hidup keuangan,
lebih sejahtera di 4. mengetahui
masa yang akan manfaat dan
datang. risiko terkait
produk jasa
keuangan,
5. mengetahui hak
dan kewajiban
terkait produk
jasa
2. Minat Menabung Minat menabung Minat Menabung: Likert
(Y) adalah sebuah 1. Perhatian
kesukaan (Attention)
(kecenderungan adanya
hati) perhatian yang
kepada suatu besar dari
perhatian atau konsumen
keinginan. terhadap suatu
produk (barang
atau jasa).
2. Ketertarikan
(Interest) setelah
adanya
perhatian maka
akan timbul rasa
tertarik pada
konsumen.
3. Keinginan
(Disire)
berlanjut pada
perasaan untuk
mengingini atau
memiliki suatu
produk tersebut.
4. Keyakinan
(Conviction)
kemudian
timbul
keyakinan pada
diri individu
terhadap produk
tersebut
sehingga
menimbulkan
keputusan
(proses akhir)
untuk
memperolehnya
dengan tindakan
membeli.

G. Metode Analisis Data


1. Uji Instrument Penelitian
a. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen adalah seberapa jauh instrumen tersebut
benar-benar mengukur (objek) yang akan diukur. Uji validitas digunakan untuk
mengukur validitas atau validitas suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid atau valid jika pernyataan pada kuesioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung (nilai Corrected-
item-Total Correlation pada output alpha Cronbach) dengan nilai r tabel untuk
derajat kebebasan (df) = n – 2 (n adalah jumlah sampel dengan tingkat
signifikansi 0,05). Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki korelasi
positif, maka item pertanyaan tersebut valid. Atau dengan kata lain item
pertanyaan dikatakan valid jika skor item pertanyaan memiliki korelasi positif
dan signifikan dengan skor total variable.
Semakin tinggi validitas suatu instrumen maka semakin baik instrumen
tersebut digunakan, namun perlu diingat bahwa validitas alat ukur tidak dapat
dipisahkan dari kelompok yang dikenai instrumen tersebut karena validitas
validitasnya hanya sebatas itu. kelompok atau kelompok lain yang kondisinya
hampir sama dengan kelompok tersebut. Oleh karena itu, suatu alat ukur yang
valid untuk satu kelompok belum tentu valid untuk kelompok yang lain.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen
penelitian pada individu yang sama, dan diberikan pada waktu yang berbeda.
Keandalan adalah perkiraan derajat konsistensi atau stabilitas antara
pengukuran berulang dan pengukuran pertama menggunakan instrumen yang
sama. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan yang dinyatakan
valid. Tes ini digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator
dari suatu variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki
Cronbach Alpha > 0,60
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah jika distribusi datanya normal atau mendekati
normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal P-P Plot dan
Kolmogorov Smirnov. Grafik histogram membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

b. Uji Heteroskedastitas

Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians residual dari satu


periode pengamatan ke periode pengamatan lainnya. Cara memprediksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model dapat dilihat dengan pola gambar
Scatter plot, suatu regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik data
menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak
terkumpul saja atas atau bawah Tentu saja penyebaran titik-titik data tidak boleh
membentuk pola bergelombang yang melebar kemudian menyempit dan melebar
lagi, penyebaran titik-titik data tidak berpola.

3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi sederhana yaitu ketergantungan satu variabel dependen dengan satu
atau lebih variabel independent, nilai variabel independen yang diketahui bertujuan
untuk memprediksikan niai rata-rata variabel dependen. Hasil analisis regresi berupa
koefisien variabel independen. Koefisien ini dapat dengn cara memprediksi nilai
variabel dependen dengan suatu persamaan.
Koefisien regresi dihitung dengan tujuan meminimumkan penyimpangan antara
nilai sesungguhnya dan nilai estimasi variabel terikat berdasarkan data yang ada. Selain
mengukur kekuatan hubungam antara dua variabel, analisis regresi juga menunjukan
arah antara variabel terikat dengan variabel interikat. Persamaan regresi linear
sederhana dalam penelitian ini dpat diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + Bx

Keterangan:

Y = Minat Menabung

X = Literasi Keuangan

b = Koefisien Regresi

a = Nilai Konstanta

4. Hipotesis
a. Uji t

Uji-t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel


independen secara parsial atau individual terhadap variabel dependen. Dasar
pengambilan keputusan dapat digunakan kriteria pengujian:

1) Jika Thitung > Ttabel dan taraf signifikansi < 0,05 (5%) maka variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
2) Jika Thitung < Ttabel dan taraf signifikansi > 0,05 (5%) maka variabel bebas
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase


perubahan atau variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi
variabel bebas. Koefisien determinasi digunakan baik secara parsial (r) maupun
secara bersama-sama (R2) yang menyatakan besarnya reliabilitas model yang
digunakan, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel
independen (Xi) terhadap pengaruhnya terhadap variabel dependen (Yi). dari
persamaan regresi yang diperoleh. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 <
R2 < 1. Jika nilai koefisien determinasi mendekati 1 maka merupakan indikator
yang menunjukkan semakin kuat pengaruh perubahan variabel bebas terhadap
perubahan variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA

Dina Shofa Ulfi, S. D. (2017). HUBUNGAN LITERASI KEUANGAN DAN PERILAKU TEMAN SEBAYA
DENGAN KEBIASAAN MENABUNG. Tata Arta : Jurnal Pendidikan Akuntansi.

Ervi Maharani, A. B. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan dan Pendapatan Terhadap Keputusan
Menabung Masyarakat Pada PNM Mekar Desa Sidorejo Kabupaten Blitar. UIN SATU
Tulungagung.

Hastuti, R. I. (2021). Pengaruh Literasi Keuangan, Pendapatan Dan Pendidikan Terhadap Keputusan
Menabung Pada Bank Rakyat Indonesia Di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto.
Journal Management.

Mister Candera, N. A. (2020). Peran Literasi Keuangan Syariah dalam memoderasi Pengaruh
Demografi terhadap Minat Menabung Pada Bank Syariah. Jurnal Manajemen Motivasi.

Mochamad Reza Adiyanto, A. S. (2021). Dampak Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap Minat
Menggunakan Produk Keuangan Syariah. Jurnal Administarasi Kantor.

Robin, D. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Minat dan Perilaku Menabung Pada Masyarakat Kota
Batam. JURNAL DIMENSI.

Setiawan, R. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Minat Menabung (Studi Pada Mahasiswa
STIA YPPT PRIATIM Tasikmalaya Tahun Akademik 2017/2018. JAK PUBLIK.

Anda mungkin juga menyukai