METODE PENELITINAN
Oleh:
NIM: 2017041243
PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menginjak akhir tahun 2022 di era modernisasi tentunya masyarakat dituntut untuk
mempelajari dan memahami apa itu literasi keuangan, yang merupakan pedoman untuk
mengelola keuangan menjadi lebih bijak. Hadirnya Lembaga keuangan di masyarakat
sebagai peran pembantu dalam kehidupan sehari-hari dari pengaplikasian literasi
keuangannya, yaitu menabung. Tentunya masyarakat sudah tak asing mendengar kata
bank baik itu yang ada perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Sebab hampir
keseluruhan aktivitas masyarakat mengenai keuangan erat kaitannya dengan perbankan
yang berperan penting bagi perekonomian di suatu negara. Lembaga keuangan perbankan
di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu bank umum dan bank syariah.
Lembaga kuangan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu negara,
apalagi pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Lembaga keuangan
memiliki peran strategis yang disebabkan fungsi utama lembaga keuangan sebagai suatu
lembaga yang berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan
dana ke masyarakat secara efektif dan efisien. Dengan peranan yang dimiliki tersebut,
adanya lembaga keuangan diharapakan memberikan suatu kemanfaatan yang lebih bagi
masyarakat, serta masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih antara lembaga
keuangan syariah dan lembaga keuangan non syariah. Bagi masyarakat yang memiliki
kekhawatiran terhadap bunga bank (riba), maka lembaga keuangan syariah dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk menghindari bunga tersebut sebagai sarana peminjaman modal
ataupun menginvestasikan dana.
Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada prinsip
yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk
menghindari riba, sedangkan bank konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan
berprinsip meraih untung sebesar-besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah sedangkan pada bank konvensional tidak ada.
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank
konvensional. Salah satu ciri khas bank yakni tidak menerima bunga kepada nasabah, akan
tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad
yang diperjanjikan. Bank syariah sudah beroperasi sejak tahun 1992, dengan mulai
beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Bank indonesia diatur secara formal sejak
diamandemennya UU No. 7 tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 diubah dalam UU No.
23 tahun 1999, UU No. 4 tentang Bank Indonesia dan terakhir diubah dalam UU No. 21
tahun 2008 tentang bank syariah.
Perbankan syariah sebagai bagian dari institusi bisnis umat Islam, muncul
dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat untuk menciptakan sistem perbankan yang
bebas bunga. Perbankan syariah berperan dan berfungsi sebagai pengelola investasi dana
nasabah, jasa layanan perbankan, serta pelaksana kegiatan sosial seperti zakat serta dana
sosial lainnya.5 Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang bergerak di bidang jasa
yang menghimpun dan menyalurkan dana berdasarkan atas prinsip syariah. Perkembangan
Bank Syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik, dilihat dari
terbentuknya BSI (Bank Syariah Indonesia) di tahun 2021 yang merupakan penggabungan
dari tiga Bank Syariah, yaitu BSM (Bank Syariah Mandiri), BRI syariah (Bank Rakyat
Indonesia Syariah), BNI Syariah (Bank Negara Indonesia Syariah).
Bank syariah memiliki produk atau jasa yang tidak ditemukan dalam operasi bank
konvensional. Prinsip-prinsip seperti musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah, istishna
dan sebagainya tidak memuat adanya prinsip-prinsip bunga seperti yang dikembangkan
oleh bank konvensional. Pandangan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di
antaranya dapat mewakili dengan pandangan masyarakat secara umum terhadap perbankan
syariah. Kesan umum yang ditangkap oleh masyarakat tentang perbankan syariah adalah
(1) perbankan syariah tidak ada bunga (2) perbankan syariah identik dengan bank sistem
bagi hasil. Namun demikian, ternyata persepsi dan sikap masyarakat terhadap bunga bank
dan sistem bagi hasil sangat beragam. Sebagian masyarakat tetap menerima bunga,
sebagiannya lagi menerima sistem bagi hasil. Sikap yang mencampur adukkan berbagai
paradigma ini, memberi nuansa yang cukup menarik sebagai gambaran tentang sikap,
pengetahuan, persepsi serta perilaku masyarakat dalam menyikapi kebijakan dual banking
system tersebut.
Saat ini pengetahuan dan pemahaman keuangan syariah di masyarakat masih dianggap
tidak terlalu penting. lebih mengutamakan keinginan pribadinya untuk menghabiskan uang
yang mereka miliki untuk aktivitas konsumsi tanpa memikirkan dampak jangka panjang
yang akan di alami. Hal ini tentunya bertentangan dengan Al-Qur’an bahwasannya Allah
tidak menyukai orang yang bersikap berlebih-lebihan, yakni dijelaskan pada ayat berikut
ini:
Dari ayat di atas dapat di ketahui bahwa seorang muslim di himbau untuk tidak bersikap
berlebih-lebihan perilaku konsumsi. Pendapatan yang telah diperoleh semestinya bisa
dikelola dengan baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pribadi, tabungan, dan juga di
investasikan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, literasi keuangan adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam mengelola
keuangan. OJK sangat aktif mendorong kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap
produk jasa keuangan. Literasi keuangan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Hal
ini dikarenakan literasi keuangan di Indonesia masih terbilang cukup rendah. OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) mencatat indeks literasi keuangan pada tahun 2022 senilai 49,68 dan
mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia tahun 2022
menunjukkan bahwa indeks tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68
persen, naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen. Sementara indeks inklusi
keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode Survey Nasional
Keuangan Indonesia sebelumnya di tahun 2019 yaitu 76,19 persen. Hal tersebut
menunjukkan gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun, dari 38,16
persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022. Dari sisi gender, untuk pertama
kalinya, indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi yakni sebesar 50,33 persen
dibanding laki-laki 49,05 persen. Pada tahun 2020 s.d. 2022, OJK menjadikan perempuan
sebagai sasaran prioritas dalam arah strategis literasi keuangan. Di sisi lain, indeks inklusi
keuangan laki–laki lebih tinggi yakni sebesar 86,28 persen, dibanding indeks inklusi
keuangan perempuan di angka 83,88 persen.
Indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah perkotaan masing-masing sebesar 50,52
persen dan 86,73 persen, lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan yakni sebesar
48,43 persen dan 82,69 persen. Namun demikian gap indeks literasi keuangan semakin
mengecil dari 6,88 persen di tahun 2019 menjadi 2,10 persen di tahun 2022 dan gap indeks
inklusi keuangan juga semakin mengecil dari 15,11 persen di tahun 2019 menjadi 4,04
persen di tahun 2022. Hal ini sejalan dengan strategi pelaksanaan edukasi keuangan yaitu
meningkatkan kuantitas pelaksanaan edukasi keuangan di wilayah perdesaan.
SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang
diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia meningkat
dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022. Sementara itu, tingkat
inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen di tahun
2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019.
Sementara itu SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan
syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat
Indonesia meningkat dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022.
Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi
12,12 persen di tahun 2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019.
SNLIK 2022 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang
diperoleh menunjukkan indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia meningkat
dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022. Sementara itu, tingkat
inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen di tahun
2022 dari sebelumnya 9,10 persen pada periode survei tahun 2019. Meski membaik
dibanding tahun-tahun sebelumnya, tingkat literasi keuangan tersebut masih tergolong
rendah. Berbanding dengan pengeluaran perkapita penduduk di 34 provinsi tahun 2022
dengan rata -rata nasional berkisar Rp.1,55 Juta/kapita/bulan. Menandakan dengan tingkat
konsumsi seperti itu harus di balance dengan tingkat literasi keuangan yang kuat tentunya
dalam hal menabung juga agar meningkatkan taraf hidup dan simpanan untuk kedepannya.
Friderica menjelaskan, masih rendahnya tingkat inklusi dan literasi keuangan syariah
merupakan pekerjaan rumah bersama semua pemangku kepentingan. Edukasi tentang
keuangan dan ekonomi syariah perlu terus dilakukan di berbagai lingkup masyarakat.
Dalam penelitian Nuraini Lestari menyatakan bahwa literasi keuangan syariah dapat
menghasilkan banyak benefit besar teruntuk jasa keuangan syariah. Kedua belah pihak,
yaitu masyarakat atau dalam hal ini nasabah dan Lembaga keuangan syariah memiliki
hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga semakin tinggi tingkat
literasi keuangan syariah maka semakin banyak pula masyarakat yang memutuskan
menggunakan produk dan jasa dari Lembaga keuangan syariah. Hasil penelitian yang sama
dari peneliti Mochamad Reza Adiyanto and Arie Setyo Dwi Purnomo dengan judul
Dampak Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap Minat Menggunakan Produk
Keuangan Syariah yaitu literasi keuangan syariah berpengaruh positif terhadap minat
menggunakan produk perbankan syariah
Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti berfokus pada penelitian dengan judul
“PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP MINAT MENABUNG
MASYARAKAT DI BANK SYARIAH”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini, identifikasi masalahnya
adalah:
1. Masalah yang masih di hadapi oleh masyarakat Indonesia, terkait dengan literasi
keuangan.
2. Keterbatasan pengatahuan tentang Lembaga keuangan perbankan syariah membuat
minat masyarakat dalam menabung di bank syariah belum maksimal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh literasi keuangan terhadap minat masyarakat
menabung pada Bank Syariah. Seluruh masyarakat dari berbagai usia dan gender yang
menjadi objek penelitian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat peneliti rumuskan
adalah bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap minat menabung masyarakat pada
Bank Syariah di akhir tahun 2022 ini?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap
minat menabung masyarakat pada Bank Syariah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Adanya penelitian ini diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan
terutama tentang perbankan syariah terhadap masyarakat, khususnya yang
pembaca dan penulis.
b. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari kenyataan
yang ada dilapangan yang sangat berharga untuk diaplikasikan dengan
pengetahuan yang diperoleh.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai sarana potensial untuk mengembangkan pemikiran dalam menerapkan
teori yang ada dengan keadaan sebenarnya.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai sarana informasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat literasi
keuangan terhadap minat menabung masyarakat saat ini dibanding tahun lalu.
c. Bagi Pembaca
Sebagai sarana informasi untuk menambah pengetahuan khususnya
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat menabung di
Bank Syariah.
G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan pemahaman penjelasan, dan penelaahan pokok permasalahan yang akan
dibahas maka skripsi ini disusun dengan sistematika pembahasan, yaitu:
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Identiikasi
Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini
membahas tentang Kajian Pustaka, Studi Relevan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis
Penelitian.
BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini membahas tentang Objek Penelitian, Jenis
Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data,
Definisi Operasional Variabel, Metode Analisis Data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Bank Syariah
Bank islam atau yang selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan
bank tanpa bunga, adalah Lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Saw. Atau
dengan kata lain, bank islam adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengeoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.
Sebagai sebuah bank dengan prinsip syariah, maka bank syariah diharapkan menjadi
lembaga keuangan yang dapat menjembatani antara para pemilik modal atau pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Adapun beberapa fungsi
dari didirikannya perbankan syariah adalah:
1) Al-Qur’an
Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil, bank syariah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan atau
membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga
merupakan riba yang diharamkan. Berdasarkan yang telah dijelaskan di dalam
Al Qur'an QS. Al-Baqarah 275 bahwa Allah melarang adanya riba dan
menghalalkan jual beli.
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
2) Al-Hadist
“Emas untuk emas, perak untuk perak, Gandum untuk gandum, barang
siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba. Pemberi dan
penerima sama saja (dalam dosa).” (HR.Muslim dan Ahmad)
Peran Bank tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan kedudukannya, peranan bank
syariah meliputi:
2. Literasi Keuangan
Menurut Rohrke & Robinson literasi keuangan merupakan solusi terbaik untuk
memberitahu konsumen tentang manfaat mempunyai hubungan pada lembaga keuangan
yang diantaranya yaitu pendanaan serta kredit, kemampuan untuk membangun keuangan
yang positif. Sedangkan menurut Hailwood, financial literacy tentunya mempengaruhi
bagaimana seseorang menyimpan dana, meminjam, berinvestasi serta mengelola
keuangan. kecakapan finansial juga disini lebih menekankan pada kemampuan untuk
memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan, sehingga bagaimana dapat
menerapkan secara tepat.
1. Edukasi Keuangan
2. Pengembangan infrastruktur yang mendukung Literasi Keuangan bagi
Konsumen dan/atau masyarakat.
Literasi keuangan dapat mempengaruhi cara berpikir orang terkait kondisi serta
mempengaruhi pengambilan keputusan yang strategis dalam hal keuangan dan
pengelolaan yang lebih baik bagi pemilik usaha. Literasi keuangan adalah sebuah
tingkatan yang mana dapat memahami konsep pada keuangan dan proses dari seatu
kemampuan untuk mengurus pribadinya secara baik jangka waktu pendek, sedang,
maupun seumur hidup dan merubah keadaan ekonominya.
Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) memuat revisi yang lebih
luas untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera secara finansial. Tujuannya
adalah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan
(literacy) yang tinggi, sehingga mereka dapat memanfaatkan barang dan jasa keuangan
yang sesuai untuk mencapai kemakmuran keuangan jangka panjang. Dalam rangka
mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang tinggi, misi
SNLKI dijabarkan sebagai berikut
1. Basic Personal Finance (Dasar-dasar keuangan) Basic personal finance yaitu mencakup
berbagai pemahaman dasar seseoram dalam suatu sistem keuangan, yaitu bagaimana
seorang individu mengatur pendapatan dan pengeluaran serta memahami konsep dasar
keuangan, seperti perhitungan sederhana, bunga majemuk, likuiditas, dan lain
sebagainya.
2. Money Management (Pengelolaan Keuangan) Pengelolaan keuangan mengajari
bagaimana seorang individu mengelola keuangan pribadi mereka. Semakin banyak
pemahaman mengenai literasi keuangan maka semakin baik individu tersebut dalam
mengelola keuangan pribadi mereka. Konsep money management mencakup
bagaimana setiap individu dalam mengananlisis keuangan pribadi mereka. Dalam hal
ini individu diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan membuat prioritas
penggunaan dana yang tepat sasaran.
3. Credit and Debt Management (Managemen Utang dan Kredit) Berdasarkan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan berdasarkan persetujuan
atau kesepaktan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi utangnya setekah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Indikator literasi keuangan, untuk menilai seberapa baik kemampuan literasi keuangan,
terdapat beberapa indikator yang bisa dijadikan sebagai penentu, yang terdiri dari:
1. Well literate (21,84 %), yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga
jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko,
hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.
3. Less literate (2,06%), hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan,
produk dan jasa keuangan.
4. Not literate (0,41%), tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga
jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan
dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat,
yaitu:
• Meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate
menjadi well literate;
• Meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan.
Agar masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko,
mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan
yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mendapatkan pemahaman mengenai manfaat dan risiko produk dan layanan jasa
keuangan. Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa
keuangan. Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain sehingga
semakin tinggi tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat
yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Dalam penelitian Reza Adiyanto dan Purnomo menyatakan bahwa tingkat literasi
keuangan syariah memiliki pengaruh positif terhadap minat responden dalam menggunakan
produk bank syariah. Sehingga konsep literasi merupakan salah satu komponen utama
dalam meningkatkan inklusifitas produk bank syariah. Hal ini mengindikasikan edukasi
literasi keuangan syariah kepada masyarakat berpotensi meningkatkan minat masyarakat
untuk menggunakan produk bank syariah yang ditawarkan oleh perbankan syariah.
3. Minat
Minat adalah keinginan yang datang dari dalam diri sendiri tanpa adanya paksaan dari
orang lain untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Menurut Pandji, minat adalah suatu
perasaan suka dan tertarik pada suatu objek atau aktivitas tanpa diminta, dan biasanya
terdapat kecenderungan untuk memberikan objek yang disukainya. Minat lebih umum
dikenal sebagai keputusan konsumsi dalam memilih layanan atau produk tertentu.32
Minat konsumen, sering dikenal sebagai minat dalam memilih, mengacu pada seberapa
besar kemungkinan konsumen untuk membeli suatu produk atau beralih dari satu produk ke
produk lainnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukanan bahwa minat
mengandung unsur yaitu sebagai berikut:
1. Adanya pemusatan perhatian. Perasaan dan pikirian dari apa yang membuat tertarik.
2. Ada perasaan senang terhadap objek yang menjadi sasaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat pada dasarnya sama dengan yang diberikan
oleh nasabah, artinya jika lembaga keuangan ingin meningkatkan minat nasabah sebaiknya
memasarkan produknya melalui komunikasi eksternal (iklan dan bentuk promosi lainnya),
sehingga calon nasabah mengetahui dari produk dan kegunaannya. Adapun unsur-unsur
yang menentukan adalah sebagai berikut:
Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu.
Disamping itu, minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada
pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat merupakan pengarahan perasaan dan penafsiran
untuk sesuatu hal.
1) Perhatian (Attention) adanya perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu
produk (barang atau jasa).
2) Ketertarikan (Interest) setelah adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik pada
konsumen.
3) Keinginan (Disire) berlanjut pada perasaan untuk mengingini atau memiliki suatu
produk tersebut.
4) Keyakinan (Conviction) kemudian timbuul keyakinan pada diri individu terhadap
produk tersebut sehingga menimbulkan keputusan (proes akhir) untuk
memperolehnya dengan tindakan membeli.
Penelitian terkait literasi keuangan terhadap minat menabung telah banyak dilakukan
oleh peneliti terdahulu, yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Resti dan Radia
dengan judul “Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Syariah Dan Kepercayaan Masyarakat
Terhadap Minat Menbaung Di Bank Syariah” menyatakan bahwa variabel tingkat literasi
keuangan syariah dan kepercayaan masyarakat berpengaruh positif terhadap minat
menabung di bank syariah. Temuan pada penelitian ini memberikan referensi pada bank
syariah, bahwa tingkat literasi dan kepercayaan masyarakat mempengaruhi minat
menabung, maka dari itu bank syariah harus terus melakukan sosialisasi pada masyarakat.
Minat adalah aspek kejiwaan dan bukan hanya mewarnai perilaku seseorang untuk
melakukan aktifitas yang menyebabkan seseorang merasa tertarik kepada sesuatu. Selain itu
minat memiliki makna yang luas, karena dengan minat akan mampu merubah sesuatu yang
belum jelas menjadi lebih jelas. Dalam dunia perbankan maka sumber dana terbesar
bersumber dari para nasabah yang melakukan transaksi yaitu dalam hal ini nasabah yang
melakukan transaksi menabung, sehingga pihak lembaga keuangan mempunyai aturan yang
ketat kepada pengelolaan keuangan yang bersumber dari masyarakat atau nasabah.
B. Studi Relevan
Tabel.1
Studi Relevan
1. Penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel X yaitu literasi keuangan (X1) dan
pendapatan (X2) sedangkan pada penelitian saya hanya 1 (satu) variable X yaitu literasi
keuangan, serta objek penelitian sebelumnya pada PNM Mekar Desa Sidorejo
Kabupaten Blitar, sedangkan objek dalam penelitian saya pada Masyarakat Indonesia.
2. Penelitian sebelumnya yaitu peran literasi keuangan syariah dalam memoderasi
pengaruh demografi sedangkan penelitian saya berfokus pada pengaruh literasi
keuangan. Serta objek penelitiannya juga berbeda.
3. Pada penelitian sebelumnya objek penelitiannya ialah mahasiswa STIA YPPT
PRATIM Tasikmalaya Tahun Akademik 2017/2018 sedangkan pada penelitian saya
objek penelitiannya yaitu masyarakat Indonesia.
4. Penelitian sebelumnya varibel independenya yaitu tingkat literasi dan dependenya
mengunakan produk keuangan, sedangkan penelitian saya variabel independenya
hanya literasi keuangan dan dependenya minat menabung, obejek penelitiannya juga
berbeda.
5. Pada penelitian memiliki 2 (dua) variabel independen sedngkan penelitian saya hanya
1 (satu) variabel independen, objek penelitiannya juga berbeda.
6. Pada penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel dan minat yang menjadi variabel
independentnya, sedangkan pada penelitian saya minat menjdi variabel dependen, dan
memiliki objek yang berbeda.
7. Pada penelitian sebelumnya memiliki 2 (dua) variabel yangberbeda yaitu pendapatan
dan pendidikan, serta objek penelitiannya juga berbeda.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2
Kerangka Pemikiran
Literasi Keuangan (X)
Minat Masyarakat
Menabung di Bank Syariah
(Y)
D. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara literasi keuangan terhadap minat
menabung masyarakat Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah masyarakat di Indonesia. Literasi keuangan yang di dapat
apakah membuat masyarakat minat menabung pada Lembaga keuangan bank syariah,
dimana diliat dari faktor seagala usia dan gender. Peneliti memilih objek penelitian di
seluruh provinsi Indonesia karena ingin mengetahui sebara banyak masyarakat yang
mempelajari dan memahami literasi keuangan dari kota maupun desa, pria maupun
Wanita, remaja maupun tua, dan yang beragama islam ataupun tidak. mengetahui
keilmuan tentang Lembaga Keuangan syariah Perbankan, sehingga pengaruh liliterasi
terhadap minat menabung masyarakat dibank syariah tepat untuk diteliti.
B. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono, metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder untuk memperoleh
data mengenai pengaruh literasi keuangan terhadap minat menabung masyarakat
Indonesia di Bank Syariah. Penelitian dilakukan dengan perolehan data bersumber pada
lembaga OJK, jurnal, artikel, dan skirpsi terdahulu.
Ada satu Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data sekunder adalah data yng diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkn dan diolah oleh pihak lain, biasany sudah dalam bentuk publikasi.
Data ini bersifat mendukung data primer yang diperoleh oleh peneliti dengn cara
membaca, melihat atau mendengarkan. Data sekunder diperoleh dari arsip-arsip
(dokumen-dokumen) atau literatur-literatur pustaka lainnya yang dapat
mendukung penelitian 2017-2022.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang
diukur dalam skala numberik (angka). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data komentar) yang
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999: 147).
Pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan baku untuk memperoleh
data yang dibutuhkan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dilakukan berdasarkan
infromasi yang diperoleh dari penelitian terdahulu maupun sumber-sumber yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
website OJK (sumber-sumber yang dipublikasikan): www.ojk.go.id , google scholar
(Jurnal,artikel,skripsi): https://scholar.google.com.
Tabel.2
Operasional Variabel
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah jika distribusi datanya normal atau mendekati
normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal P-P Plot dan
Kolmogorov Smirnov. Grafik histogram membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
b. Uji Heteroskedastitas
Analisis regresi sederhana yaitu ketergantungan satu variabel dependen dengan satu
atau lebih variabel independent, nilai variabel independen yang diketahui bertujuan
untuk memprediksikan niai rata-rata variabel dependen. Hasil analisis regresi berupa
koefisien variabel independen. Koefisien ini dapat dengn cara memprediksi nilai
variabel dependen dengan suatu persamaan.
Koefisien regresi dihitung dengan tujuan meminimumkan penyimpangan antara
nilai sesungguhnya dan nilai estimasi variabel terikat berdasarkan data yang ada. Selain
mengukur kekuatan hubungam antara dua variabel, analisis regresi juga menunjukan
arah antara variabel terikat dengan variabel interikat. Persamaan regresi linear
sederhana dalam penelitian ini dpat diformulasikan sebagai berikut:
Y = a + Bx
Keterangan:
Y = Minat Menabung
X = Literasi Keuangan
b = Koefisien Regresi
a = Nilai Konstanta
4. Hipotesis
a. Uji t
1) Jika Thitung > Ttabel dan taraf signifikansi < 0,05 (5%) maka variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
2) Jika Thitung < Ttabel dan taraf signifikansi > 0,05 (5%) maka variabel bebas
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Koefisien Determinasi
Dina Shofa Ulfi, S. D. (2017). HUBUNGAN LITERASI KEUANGAN DAN PERILAKU TEMAN SEBAYA
DENGAN KEBIASAAN MENABUNG. Tata Arta : Jurnal Pendidikan Akuntansi.
Ervi Maharani, A. B. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan dan Pendapatan Terhadap Keputusan
Menabung Masyarakat Pada PNM Mekar Desa Sidorejo Kabupaten Blitar. UIN SATU
Tulungagung.
Hastuti, R. I. (2021). Pengaruh Literasi Keuangan, Pendapatan Dan Pendidikan Terhadap Keputusan
Menabung Pada Bank Rakyat Indonesia Di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto.
Journal Management.
Mister Candera, N. A. (2020). Peran Literasi Keuangan Syariah dalam memoderasi Pengaruh
Demografi terhadap Minat Menabung Pada Bank Syariah. Jurnal Manajemen Motivasi.
Mochamad Reza Adiyanto, A. S. (2021). Dampak Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap Minat
Menggunakan Produk Keuangan Syariah. Jurnal Administarasi Kantor.
Robin, D. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Minat dan Perilaku Menabung Pada Masyarakat Kota
Batam. JURNAL DIMENSI.
Setiawan, R. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Minat Menabung (Studi Pada Mahasiswa
STIA YPPT PRIATIM Tasikmalaya Tahun Akademik 2017/2018. JAK PUBLIK.