Anda di halaman 1dari 16

“ANALISIS TERHADAP PRODUK LEMBAGA KEUANGAN

DAN PERBANKAN SYARI’AH”

makalah ini dipersentasikan pada mata kuliah ushul fiqih

Studi Hukum Ekonomi Syari’ah


LOKAL : HES. C

Dosen Pengampu :
MUBARIK, S.HI., M.SI

Disusun Oleh : Kelompok

PRANSISCO

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2023
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ANALISIS
TERHADAP PRODUK LEMBAGA KEUANGAN DAN PERBANKAN
SYARI’AH”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok tahun akademik 2023

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Produk Lembaga Keuangan....................................3


B. Bank syari’ah.........................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................12
B. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bank syariah adalah lembaga perbankan yang menggunakan
sistem operasinya Berdasarkan pada syariah Islam. Bank adalah salah
satu lembaga keuangan yang memberikan Sebuah produk berupa
jasa, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, bank juga
Mengikuti konsep produk jasa yang diberikan. Dalam berientasi pada
produk perbankan yaitu Memfokuskan dalam pembuatan produk
yang baik dan perbanikannya terus menerus karena Konsumen
menyukai produk yang memberikan kualitas dan prestasi yang paling
baik. Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil (lebih
dikenal dengan Istilah Bank Syariah) didasarkan pada dua alasan
utama yaitu :
Dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap
salah satu pihak dinilai Melanggar norma keadilan.1
Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dinegara
Indonesia untuk sangat mulia sekali pada dasarnya untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia, melalui kebijakan fiskal maupun
kebijakan moneter yang oleh pemerintah di bidang perbankan. Bank
sebagai badan usaha yang berorientasi pada pencapaian keuntungan
dan pemerintah sebagai agent of diploma yang memberikan
kesempatan bagi pihak yang berkeinginan menghimpun sebuah usaha
yang berawal dari masyarakatdan melepaskan kembali ke masyarakat
yang berupa pembiayaan. Adapun jenis bank yang berkembang di
Indonesia dewasa ini ada dua jenis bank yaitu Bank Syari’ah dan Bank
Konvensional. Bank Syari’ah adalah salah satu bank umum yang
berkembang di Indonesia yang ikut memberikan dukungan dalam

1
Salam, Adi Bastian. “Kedudukan Perbankan Bina Ummat Sejahtera Islam dalam Tata
Hukum. Hal. 90

1
2

pembangunan ekonomi di Indonesia melalui pembiayaan kepada


nasabah dan memberi fasilitas jasa-jasa perbankan untuk menunjang
aktifitas ekonomi rakyat. Namun, sistem yang ditawarkan kedua bank
tersebut dalam prinsipnya berbeda. Bank konvensional lebih bersifat
profit oriented, sedangkan bank syariah lebih bersifat kemitraan, yaitu
cara-cara bagi profit dan resiko dengan tujuan mewujudkan kegiatan
ekonomi yang lebih adil dan lebih transparan. Dengan berkembangnya
bank syariah dewasa ini, diharapkan mampu membunuh wabah
penyakit negative spirit (Keuntungan minus) dari dunia perbankandan
diharapkan menghapus sampai ke akar-akarnya.
Hal ini biasanya berakibat pada peluang terjadinya resiko
pengembalian pembiayaan yang lebih besar. Untuk itu perlu strategi
mengantipasinya. Salah satu alat yang tepat dan efektif dalam
menangani masalah pembiayaan, yaitu dengan melaksanakan fungsi
pengawasan managerial dengan baik.
Pengawasan yang baik dari pihak bank, maka tingkat resiko
pengembalian pembiayaan atau angsuran akan lebih ringan yang
disebabkan oleh hal-hal yang dikemukakan diatas. Dan apabila
terdapat hal- hal yang tidak diinginkan maka setidaknya akan mampu di
antisipasi pihak bank sebab masing-masing pihak akan bertanggung
jawab terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Analisis Terhadap Produk Lembaga Keuangan
2. Bank Syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Terhadap Produk Lembaga Keuangan


Islam melarang praktik riba serta akumulasi kekayaan hanya
pada pihak tertentu secara tidak adil. Secara praktis, bentuk produk
jasa dan pelayanan, prinsip- prinsip dasar hubungan antara Lembaga
keuangan dan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam
lembaga keuangan syariah, masih sangat perlu disosialisasikan secara
luas pada masyarakat umum.
Lembaga keuangan syariah menjembatani antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana
melalui produkdan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah yang memilki ciri yang berbeda dengan Lembaga keuangan
konvensional. Lembaga Keuangan Syari’ah mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan bank konvensional. Karakteristik ini bersifat
universal dan kualitatif. Bank Syari'ah beroperasi dimana harus
memenuhi karakteristik- karakteristik.2
Produk dalam Lembaga keuangan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian besar, yaitu: Produk Penghimpunan dana,
Penyaluran dana dan pemberian jasa. Produk yang ada menyesuaikn
pada kebutuhan masyarakat yang ada.

Tujuan bank Syari’ah bukan memaksimalkan keuntungannya


sebagaimana halnya sistem perbankanyang berdsarkan bunga,
melainkan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-
orang muslim. Kegiatan uasaha Bank Syari'ah lebih variatif dibanding
bank konvensional, yaitu bagi hasil sistem jual beli, sistem sewa beli
serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan dengan

2
Salam, Adi Bastian. “Kedudukan Perbankan Bina Ummat Sejahtera Islam dalam Tata
Hukum. Hal. 87

3
4

nilai dan prinsip-prinsip syari’ah. Mudharabah adalah sistem


kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh kebutuhan modal (100%)
sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai pengelola dana dan
keuntungannya dibagi menurut kesepakatan kedua belah pihak
Murobahah adalah jasa pembiayaan jual beli barang pada harga asli
ditambah dengan keuntungan yangtelah disepakati. 3

1. Tujuan Lembaga Keuangan Syari’ah


Ada beberapa tujuan dari perbankan Islam. Para
ilmuwan dan professional Muslim berbeda pendapat mengenai
tujuan dari perbankan tersebut.
Perbankan Islam merupakan lembaga yang menyediakan
fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrument-
instrumen keuangan (Finansial Instrumen) yang sesuai denga
ketentuan dan norma syari'ah. Bank Islam berbeda dengan bank
konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam
proses pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam,
perbankan Islam bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan
keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang
berdsarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan
sosial ekonomi bagi orang-orang muslim. Pembiayaan bank Islam
harus disediakan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Usaha
yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan untuk memastikan
bahwa pembiayaan yang dilakukan bank-bank Islam tidak akan
meningkatkan konsentrasi kekayaan atau meningkatkan konsumsi
meskipun sistem Islam telah memiliki pencegahan untuk

3
Suhendri, Aan. Mukhlisin, Ahmad. 2018. Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah
Di Indonesia. Hal. 64-66
5

menangani masalah ini.4 Pembiayaan tersebut harus dapat


dinikmati oleh pengusaha sebanyak-banyaknya yang bergerak
dibidang industri pertanian dan perdagangan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-
barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
Para banker Muslim beranggapan bahwa peranan bank Islam
semata-mata komersial berdasarkan pada instrumen-instrumen
keuangan yang bebas bunga dan ditunjukkan untuk mengjasilkan
keuangan finansial. Dengan kata lain para banker muslim tidak
beranggapan bahwa suatu bank Islam adalah suatu lembaga
sosial, dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh Kazarian, Dr
Abdul Halim Ismail, manajer bank Islam Malaysia berhaj,
mengemukakan, “sebagaimana bisnis muslim yang patuh, tujuan
saya sebagai manajer dari bank tersebut (bank Malaysia Berhaj)6
adalah semata-mata mengupayakan setinggi mungkin keuntungan
tanpa menggunakan instrumen-instrumen yang berdasarkan
bunga.

B. Bank Syariah
Pengembangan inovasi produk perbankan syariah mengacu
pada standar syariah (shariah standards) dan shariah governance,
berpedoman pada standar internasional, Pemenuhan integritas dan
kualitas sumber daya manusia perbankan Islam, kesesuaian akad,
Dan tidak mendzalimi masyarakat sebagai konsumen. Pada sistem
operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak
Dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil.5

4
Gemina, Dwi. 2011. Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah Di Indonesia.
Jurnal Sosial. Hal. 45
5
Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.hal. 88
6

Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka


yang membutuhkan dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai
kesepakatan.Pembiayaan dalam perbankan syariah tidak bersifat
menjual uang yang mengandalkan Pendapatan bunga atas pokok
pinjaman yang diinvestasikan, tetapi dari pembagian laba yang
Diperoleh pengusaha.
Pendekatan bank syariah mirip dengan investment banking di
mana Secara garis besar produk adalah mudarabah (trust financing)
dan mushaRakah (partnership Financing), sedangkan yang bersifat
investasi diimplementasikan dalam bentuk murabahah (jual-beli). 6
Pola simpanan yang diajarkan oleh Islam, umat Islam mempunyai
pendapatan yang Harus diproduktifkan dalam bentuk investasi.
Maka bank Islam menawarkan tabungan Investasi yang disebut
dengan mudarabah (simpanan bagi hasil atas usaha bank). Untuk
Membagihasilkan usaha bank kepada penyimpan mudarabah, bank
syariah memberikan jasa Perbankan kepada masyarakat dalam bentuk
berikut :
Pertama pembiayaan untuk berbagai kegiatan investasi atas
dasar bagi hasil terdiri dari:
Pembiayaan investasi bagi hasil mudarabah, yaitu adalah bentuk
kerjasama antara dua Pihak atau lebih di mana pemilik modal (sahuib
al-ma) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudarib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
Menegaskan kerjasama dengan kontribusi seluruh modal dari sahib al-
mal dan keahlian dari mudarib
Pembiayaan investasi bagi hasil musharakah, yaitu akad kerja
sama antara dua Pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu.
Yang masing-masing pihak memberikan Kontribusi dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan
6
Perbankan Indonesia”. Jurnal Penelitian Hukum, Vol. 10, Januari, 2000. Syafe’i,
Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.hal. 65
7

Ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Disyaratkan


bercampur antara harta dari Kedua pihak yang bekerja sama
sehingga tidak dapat dibedakan harta dari kedua pihak Tersebut
Kedua pembiayaan untuk berbagai kegiatan perdagangan atau
jual beli terdiri dari:7
a) Pembiayaan salam, yaitu transaksi jual beli di mana barang yang
diperjual belikan belum ada Barang diserahkan secara tangguh
sementara pembayaran dilakukan tunai. Dalam transaksi ini
Kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan.
b) pembiayaan istisna, yaitu transaksi jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang berdasarkan Persyaratan tertentu,
kriteria dan pola pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Seperti
untuk Pembangunan proyek perumahan, gedung sekolah, listrik,
pertambangan dan lain lain. Pembiayaan perdangan al-bay’ bi
thaman aJil Atau dikenal sebagai murabahah, yaitu transaksi
Jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan. Bank
bertindak sebagai penjual, Sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
Keuntungan (margin).
Dari pembiayaan perdagangan tersebut, bank akan memperoleh
berupa (mark-up) atau (margin) keuntungan.Ketiga pembiayaan
pengadaan barang untuk disewakan atau untuk disewabelikan dalam
Bentuk:
Sewa guna usaha atau disebut ijaRah Sewa beli atau disebut al-
bay’ al-takjir . Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan
alat-alat produk lainnya (operating Lease). Dalam teknis perbankan,
Bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan oleh Nasabah
kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati
7
Antonio, M. Syafi’i. Bisnis dan Perbankan dalam Prespektif Islam. Jakarta: Tazkiya
Institute, 2002.Dendawijaya, Lukman.hal. 91
8

kepada Nasabah. Dan al-bay’ al-takjiri Atau ijarah al- muntahiya bi al-
tamlik merupakan Penggabungan sewa dan beli, di mana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang Pada akhir masa sewa
(financial lease).
Keempat pemberian pinjaman tunai untuk kebajikan (al-qard al-
hasan) tanpa dikenakan Biaya apapun kecuali biaya administrasi
berupa segala biaya yang diperlukan untuk sahnya Perjanjian utang,
seperti bea materai, bea akta notaris, bea studi kelayakan. Dari
pemberian Pinjaman al-qard Al-hAsan, bank akan menerima kembali
biaya administrasi.
Kelima Fasilitas perbankan umumnya yang tidak bertentangan
dengan syariah, seperti Penitipan dalam dalam rekening lancar (current
account), dalam bentuk giro wadi’ahYang Diberi bonus dan jasa lainnya
untuk memperoleh balas jasa (fee), seperti pemberian jaminan(al-
kafaLah), pengalihan tagihan (al-hiwalah), dan lain-lain. Dari pemakaian
fasilitas tersebut Bank akan memperoleh berupa.
a) Pengembangan Produk Bank Syariah
pengembangan produk merupakan bagian dari strategi
korporasi. Dalam strategi pengembangan produk terdapat potensi
keuntungan maupun risiko Dari aktivitas pengembangan produk,
dan banyak factor yang menyebabkan suatu organisasi
Mempertimbangkan melakukan pengembangan produk baru.
Hampir seluruh organisasi Menemukan bahwa pendekatan strategi
manajerial pada aktivitas pengembangan produk baru Akan
meningkatkan peluang keberhasilan serta meminimasi biaya dan
risiko.Pada saat ini, pasar perbankan secara umum
diidentifikasi mengarah kepada permintaan Terhadap layanan
pinjaman cepat seperti kredit tanpa agunan dan kredit skala kecil
(mikro). Hal yang sama terjadi pada perbankan syariah disebabkan
target pasar yang sama dan adanya Kecenderungan replikasi
produk perbankan syariah dari perbankan Konvensional.
9

Hal semacam ini dapat menyebabkan peningkatan


pembiayaan yang bersifat Konsumtif. Maka dari itu diperlukan produk
penyeimbang yang mendukung sektor produktif. Selain itu produk
yang meningkatkan kebersamaan bank dan nasabah juga perlu
dikaji dan Dikembangkan agar core product perbankan syariah
yang merupakan sharing economics Tetap dapat dipertahankan.
Untuk keperluan tersebut, kajian mengenai produk bagi hasil, yaitu
musyarakah mutanaqisah dan mudarabah muqayyadah Harus giat
dilaksanakan.8 Tentu saja Upaya pengkajian seperti ini mesti
melibatkan semua pihak, termasuk di dalamnya industri Dan
lembaga pendukung. Momentum ini tepat karena bertepatan dengan
upaya dari Pemerintah menyediakan perumahan murah bagi
masyarakat.Dewan Pengawas Syariah yang bereran sebagai
pengawas, juga berperan sebagai Advisor, yaitu pemberi nasehat,
inspirasi, pemikiran, saran serta konsultasi untuk Pengembangan
produk dan jasa yang inovatif untuk persaingan global. Sebagai
marketer, Yaitu menjadi mitra strategis untuk peningkatan kuantitas
dan kualitas industri LKS melalui Komunikasi massa untuk
memberikan motivasi, penjelasan dan edukasi publik sebaga
Penyiapan SDM, dan peran strategis lainnya dalam bentuk
hubungan kemasyarakatan (public realitiship). Sebagai supporter,
yaitu pemberi berbagai support dan dukungan baik Networking,
pemikiran, motivasi, doa dan lainnya untuk pengembangan
perbankan dan Ekonomi syariah. Sebagai player, yaitu sebagai
pemain dan pelaku ekonomi syariah baik Sebagai pemilik,
pengelola, nasabah penyimpan/investor maupun mitra/nasabah
penyaluran Dan pembiayaan.Adanya bank syariah banyak
memberikan pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh
Pembiayaan yang tidak hanya bergantung pada satu jenis bank

8
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.hal. 98
10

dengan produk-produknya, Tetapi masyarakat bebas memilih


lembaga dan produk mana yang paling sesuai dengan Kapasitas
yang dimiliki dan kondisi usaha yang dijalankan. Jika bank syariah
mampu Membaca potensi wilayah dan kebutuhan penduduk tersebut
telah dimiliki perbankan syariah, Maka pengembangan produk
perbankan syariah menjadi satu keniscayaan bagi bank syariah
Yang ada di wilayah terseterjadi tidak terlepas dari dukungan Dewan
Penasehat Syariah (DPS) yang harus aktif dan inovatif serta
berada pada masing-masing bank yang ada di daerah 9
Prinsip-prinsip operasional bank syariah menjadi dasar
beroperasinya bank syariah, Yaitu dengan tidak mengenal konsep
bunga uang dan tidak kalah pentingnya, yaitu untuk Tujuan
komersial Islam.10 Secara umum, setiap bank Islam dalam
menjalankan usahanya Mempunyai lima prinsip operasional
Pertama, prinsip simpanan murni. Yaitu fasilitas yang diberikan oleh
bank untuk Memberikan kesempatan kepada kepada pihak yang
kelebihan dana untuk menyimpan Dananya dalam bentuk al-wadiah,
yang diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan
Keuntungan seperti halnya tabungan atau deposito. Dalam dunia
perbankan konvensional al wadiah indentik dengan giro.
Kedua, prinsip bagi hasil, adalah sistem yang mengikuti tata
cara pembagian hasil usaha Antara penyedia dana dan pengelola
dana, maupun antara bank dengan bank nasabah penerima Dana.
Seperti (mudarabah dan mushaRaka) yaitu meliputi tata cara
pembagian hasil usaha Antara pemilik dana (sahinb al-mal) dan
pengelola dana (mudarib). Pembagian hasil ini dapat Terjadi antara
bank dengan penyimpanan dana maupun antara bank dengan
nasabah penerima Dana.

9
Gemina, Dwi. 2011. Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah Di Indonesia.
Jurnal Sosial. Hal. 99
10
Veithzal dan Arvian Arifin, Islamic banking. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.hal. 88
11

Ketiga, prinsip jual beli, seperti (murabahah, istissnah dan


salam). Yaitu pembiayaan Bank yang diperhitungkan secara lump-
sum dalam bentuk nominal di atas kredit yang diterima Nasabah
penerima kredit dari bank. Biaya bank tersebut ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan Antara bank dengan nasabah.
Keempat, prinsip sewa. Sewa adalah akad pemindahan hak
penggunaan atau Pemanfaatan atas barang atau jasa dengan
melalui pembayaran sewa kepada pemilik. Prinsip ijarah Atau sewa
terdiri dari dua macam, yaitu ijarah (sewa-menyewa) dan ijarah
muntahiya biAl- tamlik (sewa dengan hak opsi atau sewa beli). Ijarah
Tanpa kepemilikan, yaitu pemindahan Hak penggunaan atau
pemanfaatan tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang iItu sendiri. Ijarah muntahiya bi al-tamliK (financial lease with
purchase option) yaitu Perpaduan antara kontrak jual beli dan
sewa-menyewa, atau dengan kata lain akad sewa yang Diakhiri
pemindahan kepemilikan ke tangan penyewa.
Kelima, prinsip jasa (fee), meliputi seluruh kekayaan non-
pembiayaan yang diberikan Bank. Bentuk produk yang didasarkan
pada prinsip ini antara lain seperti, bank garansi, Inkaso, kliring,
jasa transfer, dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, setiap bank Islam dalam menjalankan usahanya
mempunyai lima prinsip Operasional, yaitu prinsip simpanan murni,
prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip sewa, Dan prinsip jasa.
Strategi pengembangan produk merupakan bagian dari strategi
Korporasi. Bank syariah banyak memberikan pilihan bagi masyarakat
Untuk memperoleh pembiayaan yang tidak hanya bergantung pada
satu jenis bank dengan Produk-produknya, jika bank syariah mampu
membaca potensi wilayah dan kebutuhan Penduduk tersebut telah
dimiliki perbankan syariah, maka pengembangan produk perbankan
Syariah menjadi satu keniscayaan bagi bank syariah yang ada di
wilayah tersebut agar mampu Menjawab kebutuhan masyarakat.
Kondisi ini dapat terjadi tidak terlepas dari dukungan Dewan Penasehat
Syariah (DPS) yang harus aktif dan inovatif serta berada pada
masingmasing bank yang ada di daerah. Serta strategi pemasaran
produk mesti diselenggarakan agar produk tersebut Dikenal luas dan
langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Dalam ekspo
tertentu Seperti masyarakat dapat langsung mendaftar untuk kartu
kredit syariah atau melakukan Permohonan pembiayaan untuk
pembelian produk syariah yang sedang dipamerkan. Melalui Strategi ini
bank syariah bisa mendapat banyak keberhasilan, baik dalam
peningkatan Portofolio maupun pemasaran produk baru.
B. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah sunah versus bia’h ini,
penulis khususnya dan para pembaca dapat memahami bagaimana
Pemikiran tokoh ilmu kalam modren yang terjadi pada masa sekarang
ini.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Suhendri, Aan. Mukhlisin, Ahmad. 2018. Strategi Pengembangan Produk


Bank Syariah Di Indonesia,

Jurnal Ekonomi Syariah Volume 3, Nomor 2, hlm. 190-199.

Gemina, Dwi. 2011. Strategi Pengembangan Produk Bank Syariah


Di Indonesia. Jurnal Sosial

Antonio, M. Syafi’i. Bisnis dan Perbankan dalam Prespektif Islam. Jakarta:


Tazkiya Institute, 2002.Dendawijaya, Lukman.

Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,


2002. Rifai,

Veithzal dan Arvian Arifin, Islamic banking. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Salam, Adi Bastian. “Kedudukan Perbankan Bina Ummat Sejahtera Islam


dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia”. Jurnal Penelitian Hukum, Vol. 10, Januari, 2000.


Syafe’i, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Anda mungkin juga menyukai