Anda di halaman 1dari 28

TB 2 PERBANKAN SYARIAH

ANALISIS PENYEBAB KURANGNYA MINAT MASYARAKAT


TERHADAP LAYANAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Disusun oleh :

Nabilah Putri Syahrani

Dosen Pengampu :

Dr. Sudjono, M.Acc.

UNIVERSITAS MERCUBUANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah-Nya yang telah
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi Tugas Besar 2 Perbankan Syariah yang diampu oleh Bapak Dr. Sudjono, M.Acc.
Saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas kontribusi berharga dari pihak-pihak yang
telah turut serta dengan memberikan sumbangan baik berupa ide maupun materi.

Dengan tulus, penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan saya berharap agar isi makalah ini
dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca maupun penulis.

Sebagai penulis, Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 21 November 2023

Nabilah Putri Syahrani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah....................................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.4 Tujuan....................................................................................................................................4
1.5 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI................................................................................................................5
2.1 Grand Theory.........................................................................................................................5
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu..............................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.....................................................................................................................12
3.1 Penerapan............................................................................................................................12
3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek.............................................13
3.3 Pembahasan........................................................................................................................15
3.3.1 Pengertian Bank Syariah..............................................................................................15
3.3.2 Perbedaan bank Syariah dan bank konvesional...........................................................16
3.3.3 Faktor penyebab rendahnya minat masyarakat pada bank Syariah............................17
3.3.4 Solusi untuk mengatasi problematika pada bank Syariah............................................20
BAB IV....................................................................................................................................23
PENUTUP...............................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................23
4.2 Saran....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank di Indonesia memiliki kedudukan yang strategis sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan bank yang sehat, transparan dan
dapat dipertanggung jawabkan. Menurutt Kasmir (2016) definisi bank adalah sebagai
berikut: “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.” Menurut A, Abdurrachman (2014)
definisi bank adalah sebagai berikut: “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan
yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,
mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan.”

Bank syariah adalah suatu sistem perbankan yang berdasarkan syariah Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana,
pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan syariah. Dengan
perkembangan sistem perbankan yang begitu pesat, maka perlu adanya strategi
pengembangan perbankan. Untuk mengetahui strategi pengembangan bank syariah,
Muhammad Syafi’i Antonio,10 dalam bukunya, Bank Syariah dari Teori ke Praktek‛
mengemukakan bahwa strategi pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk
meningkatkan kompetisi usaha yang sejajar dengan sistem kekuatan dan kelemahan
perbankan syariah di Indonesia, perbankan konvensional ataupun antar bank syariah
lainnya yang di lakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis saat ini.
Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

Ada dua jenis bank di Indonesia, yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Bank konvensional ialah lembaga yang beraktifitas dalam melakukan perputaran
uang yang kesepakatan nya sesuai kesepakatan nasional dan internasional, dan bank
ini mengikuti hukum formal suatu negara. Bank konvensional juga berperan sebagai

iv
perantara (financial intermediaries) antara tiga pihak yaitu yang memegang saham,
pengelola bank dan pelanggan atau nasabah. Sedangkan bank syariah adalah suatu
sistim perbankan yang pelaksanaan nya berdasarkan dengan syariat agama Islam.
(Alinda & Riduwan, 2016). Perbedaan dari kedua bank ini ialah, bank konvensional
dapat melakukan pengelolaan dana di dalam seluruh lini bisnis menguntungkan di
bawah naungan undang undang. Sedangkan, bank syariah akan mengelola dana
nasabah pada lini bisnis yang di izinkan oleh aturan islam. (Putri & Dharma, 2016).

Masyarakat telah memiliki pengetahuan tentang bank syariah, namun mereka


masih kurang memahami produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah.
Akibatnya, orang-orang yang belum akrab dengan berbagai produk bank syariah
cenderung tidak tertarik menggunakan layanan tersebut. Mereka mungkin
menganggap bahwa fasilitas yang disediakan oleh bank syariah masih kalah
dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh bank konvensional. Pengecualian terjadi
pada individu yang memiliki tekad kuat untuk menabung di bank syariah karena
keinginan mereka untuk menghindari unsur riba. Dengan kata lain, persepsi
masyarakat terhadap bank syariah sangat bergantung pada tingkat pengetahuan yang
dimiliki. Jika pengetahuan mengenai bank syariah rendah, pandangan mereka
terhadap bank syariah juga cenderung rendah.

Perbankan syariah menawarkan berbagai produk dan layanan, seperti


mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, ishtisna, dan produk lainnya, yang
memiliki daya tarik tersendiri dan tidak dimiliki oleh bank konvensional. Produk dan
layanan tersebut tidak melibatkan sistem bunga, yang berbeda dengan bank
konvensional. Meskipun ada pandangan umum bahwa bank syariah dikenal dengan
sistem bagi hasil dan tidak menggunakan sistem bunga, kenyataannya, pandangan,
sikap, dan persepsi masyarakat terhadap bank syariah sangat bervariasi. Variasi ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang
perbankan syariah. Perbedaan pandangan ini berpotensi memengaruhi tingkat
pengetahuan masyarakat tentang kelayakan penggunaan bank syariah. Sebagai
hasilnya, kurangnya minat masyarakat untuk melakukan transaksi di bank syariah
dapat terjadi (Desiana & Putri, 2018).

v
Namun demikian, dari semua jenis dan model pembiayaan yang ditawarkan
oleh lembaga keuangan Bank Syariah, minat masyarakat muslim untuk
menggunakannya masih tergolong rendah. Dengan kata lain, masih banyak
masyarakat muslim yang justru lebih memilih menggunakan produk pembiayaan
yang ditawarkan oleh Bank konvensional dibanding Bank Syariah.

Seiring dengan perkembangan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di


era globalisasi ini, kondisi sosio ekonomi masyarakat juga mengalami perubahan
terutama nilai-nilai dan cara pandang yang dianut masyarakat. Semakin banyaknya
perusahaan penyedia barang dan jasa akan menuntut masyarakat untuk lebih teliti
dan kritis dalam memilih segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat
pemenuhan kebutuhan perubahan kondisi masyarakat tersebut merupakan salah satu
penyebab semakin ketatnya persaingan di segala bidang.

Faktor keterbatasan kemampuan SDM pengelola bank syariah, minimnya


sosialisasi dan edukasi tentang visi dan praktek perbankan syariah kepada
masyarakat umum yang menjadikan kurangnya pemahaman masyarakat tentang
perbankan syariah dan rendahnya minat untuk melakukan transaksi melalui
bank syariah, serta keterbatasan layanan terhadap nasabah oleh bank-bank
syariah menjadi hambatan bagi bank syariah. Untuk itu diperlukan adanya
terobosan-terobosan yang dapat menjadi solusi dan membantu
perkembangan perbankan syariah di era globalisasi sekarang ini.

Contoh lain yang menjadi kekurangan dalam hal pelayanan adalah


keterbatasan jaringan kerjasama bank syariah untuk pemanfaatan fasilitas kartu
debit atau kredit, dikarenakan bank syariah ini masih tergolong sebagai
pendatang baru sehingga jaringan vendor(toko) dan merchantyang dimiliki
pun belum sebanyak bank-bank konvensional. Kondisi ini sedikit banyak
menyulitkan nasabah-nasabah yang memerlukan layanan bank syariah,
sehingga ada nasabah yang mengeluh ketika kartu debit atau kredit bank
syariah yang dimilikinya tidak bisa digunakan di kota-kota besar diluar negeri
seperti yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional.

vi
1.2 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar Bank Syariah
2. Informasi yang disajikan yaitu : faktor faktor penyebab rendahnya minat masyarat
terhadap bank Syariah, solusi mengatasi problematika pada bank Syariah

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah adalah:
 Pengertian bank syariah
 Perbedaan bank Syariah dan bank konvesional
 Faktor penyebab rendahnya minat masyarakat pada bank Syariah
 Solusi untuk mengatasi problematika pada bank Syariah

1.4 Tujuan
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud bank Syariah
 Untuk mengetahui perbedaan bank Syariah dengan bank konvesional
 Untuk mengetahui factor – factor apa saja yang menjadi penyebab rendahnya
minat pada bank Syariah
 Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika yang ada pada bank
Syariah

1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini:
 Mengetahui lebih dalam tentang bank Syariah
 Mengetahui apa saja perbedaan bank Syariah dengan bank konvesional
lainnya

vii
 Mengetahui penyebab kurangnya minat masyarakat terhadap bank Syariah
dan bagaimana solusinya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory


Secara spesifik, pada bank syariah, sulit menemukan teori yang menjelaskan
dampak tingkat bagi hasil terhadap jumlah tabungan dan deposito di bank tersebut.
Namun, berbeda halnya dengan bank konvensional, di mana terdapat teori klasik yang
menguraikan pengaruh tingkat suku bunga terhadap jumlah simpanan di bank
tersebut. Teori klasik ini menyatakan bahwa jumlah simpanan berkaitan dengan
tingkat bunga; dengan kata lain, semakin tinggi tingkat bunga, semakin mendorong
minat masyarakat untuk berinvestasi di bank tersebut. Sebaliknya, tingkat bunga yang
rendah akan mengurangi minat masyarakat untuk menyimpan dana mereka. Dalam
konteks perilaku konsumen, teori klasik mengenai tingkat bunga dapat mencerminkan
teori yang menjelaskan dampak tingkat bagi hasil terhadap akumulasi deposito
mudharabah di bank Syariah.

Menurut Suryani (2014) Bank Umum Syariah atau Bank Syariah merupakan
bank yang melakukan kegiatan usaha atau beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan
tidak mengandalkan pada bunga dalam memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran. Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan
yang kegiatan operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran
dan Hadis Nabi SAW. Bank syariah melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasar hukum islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.

Kurangnya minat masyarakat pada Bank Syariah karena minimnya


pengetahuan dapat dijelaskan oleh beberapa factor. Pertama, karena kurangnya

viii
Edukasi, masyarakat mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang
prinsip-prinsip dan produk perbankan syariah. Edukasi yang kurang bisa membuat
mereka kurang yakin atau memahami manfaat dan kelebihan yang ditawarkan oleh
lembaga perbankan syariah. Kemudian Minimnya pengetahuan juga dapat
mengakibatkan kesalahpahaman atau stereotip negatif terkait dengan perbankan
syariah. Beberapa orang mungkin salah mengira bahwa perbankan syariah hanya
untuk kelompok tertentu atau memiliki keterbatasan dalam layanan yang ditawarkan.
Jika informasi tentang produk dan layanan perbankan syariah tidak tersedia secara
jelas dan transparan, masyarakat mungkin kesulitan untuk memahami cara kerjanya
dan keuntungan yang dapat diperoleh.

Menurut Notoatmodjo dalam Fauzi (2017) pengetahuan merupakan hasil tahu


manusia, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu
indera penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan yang didapat seseorang diperoleh melalui mata dan telinga, selain
pengetahuan yang didapat langsung dengan melihat maupun mendengar, seseorang
juga bisa mendapat pengetahuan dari pengalaman yang dilakukan oleh orang lain,
seperti mendengar cerita
dari sumbernya langsung.

Menurut Slameto (2010) minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan terhadap suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh atau bisa
diartikan rasa itu muncul dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa kurangnya minat adalah kurangnya
ketertarikan dalam diri seseorang terhadap suatu hal yang muncul atas rasa senang
atau tidak senang (Sari, 2015).

Hal ini disebabkan karena konsumen melihat bahwa tingkat suku bunga
simpanan yang diberikan bank konvensional ataupun tingkat bagi hasil yang diberikan
bank syariah adalah sama-sama merupakan imbal jasa yang diberikan pihak bank
kepada nasabah atau deposan atas dana yang disimpankan di bank. Dimana semakin
besar tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah, maka akan semakin

ix
mendorong keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya dan berinvestasi pada
bank syariah (Natalia et al., 2014:2) dalam (Alinda, 2016).

Menurut Adiwarman dan Affif, sebagaimana disampaikan oleh Natalia et al.


(2014:2), Teori Floating Market menjelaskan bahwa segmentasi nasabah yang
memilih menyimpan uangnya di bank lebih banyak dipengaruhi oleh alasan rasional
ekonomi, seperti tingkat keuntungan dan kualitas layanan yang disediakan oleh bank.
Salah satu bentuk pilihan yang ditawarkan adalah bagi hasil di bank syariah dan suku
bunga di bank konvensional. Apabila suku bunga di bank konvensional lebih tinggi
daripada tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah, kemungkinan besar
nasabah yang awalnya menjadi pelanggan bank syariah akan beralih menjadi
pelanggan bank konvensional. Sebaliknya, jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan
oleh bank syariah lebih tinggi daripada suku bunga di bank konvensional, maka ada
peluang bahwa nasabah yang sebelumnya menjadi pelanggan bank konvensional akan
pindah menjadi pelanggan bank syariah (Alinda, 2016).

Selain bagi hasil bank syariah, faktor lain yang dianggap mampu
mempengaruhi nasabah dalam memilih bank syariah untuk menghimpun dana yang
dimiliki adalah suku bunga bank konvensional (Abdaliah & Ikhsan, 2018). Suku
bunga bank konvensional juga menjadi salah satu faktor yang perlu untuk dikaji lebih
lanjut. Suku bunga konvensional yang tinggi dikhawatirkan mampu menarik nasabah
bank syariah karena yang secara harfiah nasabah akan lebih tertarik dengan bank yang
memberikan tingkat suku bunga lebih tinggi (Evi Natalia et al., 2014).

Middle Theory
Jenis persaingan dalam sektor perbankan, menurut Freixas dan Rochet (2008:70),
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perfect competition, didasarkan pada kebijakan moneter modern di mana bank


umum berfungsi sebagai entitas pasif. Bank sentral secara eksplisit campur tangan
dalam menetapkan tingkat suku bunga saat me-refinancing bank umum, dengan
asumsi bahwa tingkat suku bunga tersebut sebanding dengan tingkat bunga antarbank.
2. Monopoly competition, menyoroti eksistensi perbankan dalam konteks persaingan
sebagai lembaga keuangan yang menekankan perbedaan dalam kegiatan utamanya,

x
yaitu mengubah sekuritas keuangan dari input (deposito) menjadi output (pinjaman).
Model ini konsisten dengan penyesuaian classical transaction cost, berdasarkan
asumsi economies of scope dan economies of scale, yang memisahkan kedua unit
asset keuangan (input dan output), tetapi tetap menguntungkan.
3. Monopolistic competition, merujuk pada model Monti-Klein, di mana perilaku
persaingan perbankan dianggap monopoli karena bank menghadapi slope demand
loans yang menurun seiring dengan slope supply deposits yang meningkat. Meskipun
bank masih menggunakan tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral dan
tingkat keseimbangan yang telah ditetapkan oleh pasar modal internasional.
4. Nonprice competition atau Beyond Price Competition, di mana perusahaan dapat
bersaing dalam dimensi selain harga, seperti kualitas atau kapasitas. Ini karena model
persaingan yang lebih sesuai dalam industri perbankan membutuhkan pertimbangan
variabel strategis yang mempengaruhi karakteristik deposito dan pinjaman, melebihi
aspek harga semata.

Operational Theory
Menurut Santi (2015 : 4) menjelaskan bahwa Dalam pasal 1 undang-undang
No. 21 tahun 2008 definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Bank terdiri dari dua jenis yaitu bank konvesional dan bank syariah.
Bank konvesional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional, yang terdiri atas bank umum konvensional dan bank pengkreditan
rakyat (BPR) sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank umum syariah (BUS) dan
bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam
dalam kegiatan perbankan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penerapan Al-Mujaddid Jurnal Ilmu-ilmu Agama ISSN: 2655-
271X VOL.2, NO.1 | JUNI 2020 63 fatwa di bidang syariah. BUS adalah bank syariah
yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran sedangkan BPRS
adalah bank syariah yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari
kantor pusat.

xi
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal sistem
bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang
dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu (penelitian sebelumnya) memiliki berbagai tujuan, tergantung
pada konteks dan fokus penelitian tersebut. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai
acuan penelitian agar memudahkan peneliti untuk mengaplikasikan penelitiannya.
Beberapa penelitian terdahulu dilakukan untuk menjelajahi atau memahami
fenomena tertentu. Peneliti dapat melakukan survei literatur atau studi pustaka untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang topik yang akan diteliti.

 Penelitian yang dilakukan oleh Muh Risky Adi Hirmawan yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Bertransaksi di Bank
Syariah”. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor lokasi,
keyakinan, pelayanan, kualitas produk, bagi hasil berpengaruh pada minat
nasabah bertransaksi di Bank Syariah Cabang Surakarta.
 Penelitian yang dilakukan Ani Nawadatul Nikmah yang berjudul “ Pengaruh
Persepsi Masyarakat, Citra Perusahaan Dan Tingkat Religiusitas Terhadap
Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah Kota Blitar”. Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat, citra perusahaan dantingkat
religiusitas berpengaruh positif secara simultan dan signifikan terhadap minat
menjadi nasabah di bank syariah di kota Blitar.
 Penelitian yang dilakukan oleh Wiwiek Rabiyatul Adwiyah yang berjudul”
pertimbangan, pengetahuan dan sikap konsumen individu terhadap bank
syariah”. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tujuh faktor
yang di pertimbangkan konsumen dalam memilih bank Syariah antaralain:
persepsi, proses, kondisifisik, harga, sumber daya manusia, sosial dan faktor
lokasi. Persepsi konsumen merupakan faktor yang paling berpengaruh

xii
terhadap keputusan konsumen dalam memilih bank syariah. Sebagian
responden memiliki keterbatasan pengetahuan tentang produk perbankan
syariah. Agama bukanlah alasan utama konsumen inidividu dalam memilih
bank Syariah. Konsumen lebih mempertimbangkan laba atau bagi hasil yang
ditawarkan bank syariah di banding faktor lainnya.
 Penelitian yang dilakukan oleh Neng Kamarni dengan judul “faktor-faktor
yang mempengaruhi minat masyarakat dalam berhubungan dengan bank
syariah di kota padang” hasil penelitian variabel agama tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap minat Masyarakat, Pekerjaan berpengaruh secara
signifikan terhadap minat Masyarakat, Tingkat pendapatan berpengaruh secara
signifikan terhadap minat Masyarakat, Tingkat pengeluaran berpengaruh
secara signifikan terhadap minat masyarakat, pengetahuan tentang keberadaan
bank syariah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat masyarakat,
Preferensi terhadap bank syariah berpengaruh secara signifikan terhadap minat
masyarakat, Pengetahuan produk dan mekanisme bank syariah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap minat masyarakat.
 Menurut Sari (2015) dalam penelitiannya mengenai kurangnya minat
masyarakat menabung pada bank syariah yang dilakukan di Bantul,
Yogyakarta didapat hasil bahwa variabel fasilitas pelayanan, pengetahaun dan
promosi secara individu berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kurangnya minat masyarakat muslim di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Sedangkan variabel lokasi secara individu berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap kurangnya minat masyarakat muslim di Kabupaten Bantul,
Yogyakarta menabung pada bank syariah.

2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sehingga hipotesis tersebut
dapat diterima atau ditolak.56 Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pengaruh persepsi terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank syariah


H01 : Persepsi tidak berpengaruh terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank
syariah

xiii
Ha1 :Persepsi berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank
syariah.

Pengaruh pengetahuan terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank


syariah
H02 :Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank
syariah.
Ha2 :Pengetahuan berpengaruh signfikan terhadap minat masyarakat Desa Ogan 5 menjadi
nasabah di bank syariah.

Pengaruh pelayanan terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank


syariah
H03 :Pelayanan tidak berpengaruh terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank
syariah.
Ha3 :Pelayanan berpengaruh signfikan terhadap minat masyarakat Desa Ogan 5 menjadi
nasabah di bank syariah.

Pengaruh persepsi, pengetahuan dan pelayanan terhadap minat masyarakat


menjadi nasabah di bank syariah
H04 : Persepsi, pengetahuan dan pelayanan tidak berpengaruh secara simultan terhadap
minat menjadi nasabah di bank Syariah
Ha4 : Persepsi, pengetahauan dan pelayanan berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap minat masyarakat menjadi nasabah di bank syariah.

xiv
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan
Lembaga keuangan, termasuk perbankan, memiliki peran sentral dalam
struktur ekonomi suatu negara. Meskipun demikian, perkembangan lembaga
perbankan syariah tidak secepat perbankan konvensional, meskipun mayoritas
penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Di sisi lain, masih ada berbagai masalah
hukum yang terkait dengan pembiayaan murabahah, yang menunjukkan
ketidaksesuaian dengan prinsip-prinsip syariah.

Praktik perbankan syariah di Indonesia masih menuai kontroversi. Pendapat


pertama menekankan penggunaan bunga sebagai parameter utama untuk mengukur
keuntungan perbankan konvensional, yang juga digunakan sebagai standar utama oleh
perbankan syariah. Hal ini menyebabkan citra perbankan syariah di mata masyarakat
tidak berbeda jauh dengan perbankan konvensional. Oleh karena itu, mayoritas
masyarakat Indonesia yang beragama Islam meragukan kehalalan layanan perbankan
di Indonesia. Pendapat kedua menyoroti situasi di mana perbankan syariah memiliki
persentase keuntungan yang lebih besar dibandingkan perbankan konvensional.
Kondisi ini sebenarnya menjadi dilema bagi perbankan syariah, karena kemungkinan
besar masyarakat Indonesia lebih memilih perbankan konvensional daripada
perbankan syariah.

Salah satu cara perbankan syariah menyalurkan dana adalah melalui produk
pembiayaan murabahah, di mana terdapat transaksi jual-beli barang dengan harga asal
ditambah keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Sistem murabahah
mewajibkan penjual untuk menginformasikan harga perolehan barang kepada calon
pembeli, beserta jumlah keuntungan dan biaya yang terkait dengan produk tersebut
(Antonio, 2001; Balz & Saeed, 2000; Sjahdeini & Mangunwijaya, 1999).

xv
Di zaman yang semakin maju ini, Perbankan Syariah dituntut untuk berupaya
mengembankan jaringannya baik dengan cara menguatkankan pemahaman
terhahadap
masyarakat tentang produk, system, dan mekanisme, serta komplikasi atau seluk
beluk dari perbankan Syariah. Tuntutan dari masyarakat terhadap sistem perbankan
Syariah menjadi acuan dari berkembangnya jaringan perbankan itu sendiri. Produk
yang disajikan oleh lembaga perbankan menjadi perhatian utama masyarakat dalam
menentukan pilihan menjadi nasabah di bank tertentu. Salah satu motivasi masyarakat
untuk menyimpan di perbankan Syariah adalah karena produk perbankan yang sejalan
dengan prinsip-prinsip Syariah. Dalam konteks perbankan Syariah, ditekankan bahwa
bunga bank dianggap sebagai riba yang dinyatakan sebagai haram, sementara bagi
hasil dianggap sebagai halal.

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional juga mencakup sistem
operasional yang diterapkan. Di bank konvensional, umumnya diterapkan suku bunga
dan perjanjian umum yang mengacu pada aturan nasional. Dalam konteks ini, akad
antara bank dan nasabah dilakukan sesuai dengan jumlah suku bunga yang disepakati.

Situasinya menjadi jelas berbeda di bank syariah. Dalam praktiknya, bank


syariah menghindari penerapan suku bunga dalam setiap transaksi karena dianggap
sebagai bentuk riba. Oleh karena itu, sistem operasional bank syariah mengadopsi
akad bagi hasil atau nisbah antara bank dan nasabah. Dalam proses ini, pihak bank
dan nasabah biasanya menyepakati pembagian keuntungan dan terlibat dalam
kegiatan jual beli.

Inti dari prinsip perbankan Syariah terletak pada eliminasi bunga. Berdasarkan
prinsip ini, lembaga perbankan Syariah menerapkan sistem bagi hasil. Pendekatan ini
bertujuan untuk memupuk rasa tanggung jawab, dan dalam pelaksanaannya, pihak
terlibat akan senantiasa mematuhi prinsip kehati-hatian untuk mengurangi risiko
kegagalan bisnis. Keuntungan yang dihasilkan dari model bagi hasil akan dibagikan
sesuai dengan kesepakatan awal, dan jika terjadi kerugian, tanggung jawab akan
dipikul bersama.

xvi
3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek
Pada teori diatas telah dijelaskan bahwa kurangnya minat masyarakat pada Bank
Syariah karena minimnya pengetahuan dapat dijelaskan oleh beberapa factor.
Pertama, karena kurangnya Edukasi, masyarakat mungkin tidak memiliki pemahaman
yang memadai tentang prinsip-prinsip dan produk perbankan syariah. Edukasi yang
kurang bisa membuat mereka kurang yakin atau memahami manfaat dan kelebihan
yang ditawarkan oleh lembaga perbankan syariah. Kemudian Minimnya pengetahuan
juga dapat mengakibatkan kesalahpahaman atau stereotip negatif terkait dengan
perbankan Syariah.

Berdasarkan penelitian terdahulu Menurut Sari (2015) dalam penelitiannya


mengenai kurangnya minat masyarakat menabung pada bank syariah yang dilakukan
di Bantul, Yogyakarta didapat hasil bahwa variabel fasilitas pelayanan,
pengetahuan dan promosi secara individu berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kurangnya minat masyarakat muslim di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Sedangkan variabel lokasi secara individu berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap kurangnya minat masyarakat muslim di Kabupaten Bantul, Yogyakarta
menabung pada bank syariah.

Terdapat beberapa persamaan antara teori yang dijelaskan dan hasil penelitian
terdahulu yang disampaikan oleh Sari (2015). Berikut adalah beberapa persamaan
antara teori dan penelitian terdahulu yang telah disampaikan:

Kurangnya Pengetahuan sebagai Faktor Penghambat:


 Teori menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan menjadi salah satu faktor
utama yang menghambat minat masyarakat pada Bank Syariah.
 Hasil penelitian Sari (2015) juga menemukan bahwa pengetahuan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kurangnya minat masyarakat menabung pada
bank syariah.

Kurangnya Edukasi dan Pemahaman:


 Teori menyatakan bahwa kurangnya edukasi dapat mengakibatkan kurangnya
pemahaman masyarakat tentang prinsip-prinsip dan produk perbankan syariah.

xvii
 Hasil penelitian Sari (2015) mendukung ide ini dengan menunjukkan bahwa
fasilitas pelayanan, pengetahuan, dan promosi secara individu berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kurangnya minat masyarakat.

Minimnya Kepercayaan dan Kesalahpahaman:


 Teori menyatakan bahwa minimnya pengetahuan dapat membuat masyarakat
kurang yakin atau memahami manfaat dan kelebihan perbankan syariah, yang
dapat mengakibatkan kesalahpahaman atau stereotip negatif.
 Hasil penelitian Sari (2015) tidak secara langsung membahas kepercayaan,
tetapi variabel pengetahuan dapat diasosiasikan dengan tingkat kepercayaan,
karena pemahaman yang lebih baik dapat meningkatkan kepercayaan.

Dengan demikian, penelitian terdahulu secara konsisten mendukung beberapa aspek


teori yang telah dijelaskan, memperkuat keyakinan bahwa faktor-faktor seperti
pengetahuan, edukasi, dan lokasi memainkan peran penting dalam menentukan minat
masyarakat pada Bank Syariah.

3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
mengenai perbankan syariah, Bank Syari`ah didefinisikan sebagai lembaga
perbankan yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Sementara itu, Perbankan syariah merujuk pada semua aspek
yang terkait dengan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup struktur
lembaga, aktivitas usaha, serta metode dan prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.

Menurut Zainul Arifin Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk


mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam,
syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis
lain yang terkait.

xviii
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah) atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (Ijarah Wa Iqtina).

3.3.2 Perbedaan bank Syariah dan bank konvesional

Definisi bank konvensional adalah lembaga keuangan yang


menjalankan aktivitasnya sesuai dengan kesepakatan nasional dan
internasional, serta berdasarkan hukum formil negara. Di sisi lain, bank
syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
atau hukum Islam yang diatur oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain perbedaan definisi, perbandingan antara bank syariah dan konvensional
berikut:

Prinsip Bank Konvensional dan Bank Syariah:


Bank konvensional mengikuti prinsip perbankan yang diakui secara nasional
dan internasional, serta didasarkan pada hukum formil negara. Sebaliknya,
bank syariah beroperasi sesuai prinsip hukum Islam yang tercantum dalam
fatwa MUI, dengan aktivitas yang mencakup jual beli dan bagi hasil.

Tujuan Bank Konvensional dan Bank Syariah:


Bank konvensional bertujuan mencapai keuntungan dengan sistem nilai
bebas atau sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bank syariah
tidak hanya fokus pada keuntungan dan profit, melainkan juga harus
mematuhi prinsip syariah dan melibatkan kerelaan pihak terlibat dalam produk
perbankan syariah.

xix
Sistem Operasional Bank Konvensional dan Bank Syariah:
Bank konvensional menggunakan suku bunga dan perjanjian umum
berdasarkan aturan nasional, sedangkan bank syariah menggunakan sistem
bagi hasil atau nisbah. Bagi hasil yang diterima oleh nasabah bergantung pada
keuntungan yang diperoleh oleh bank.

Pengawas Kegiatan Bank Konvensional dan Bank Syariah:


Pengawasan kegiatan bank konvensional diatur oleh Undang-Undang No 10
Tahun 1998 mengenai perbankan, melibatkan Dewan Komisaris. Sementara
bank syariah diawasi oleh lembaga seperti Dewan Syariah Nasional, Dewan
Pengawas Syariah, dan Dewan Komisaris Bank.

Hubungan antara Nasabah dan Bank Konvensional dan Bank Syariah:


Hubungan nasabah dan bank konvensional bersifat debitur-kreditur,
sementara pada bank syariah terdapat empat jenis hubungan, yaitu penjual-
pembeli, kemitraan, sewa, dan penyewa.

Pengelolaan Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah:


Pengelolaan dana pada bank konvensional dapat dilakukan di seluruh lini
bisnis sesuai aturan hukum yang berlaku, sedangkan pada bank syariah,
pengelolaan dana didasarkan pada prinsip Islam, yang melarang investasi
dalam bidang usaha yang bertentangan dengan nilai atau aturan Islam.

Berbicara tentang perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah


menarik perhatian, terutama karena mayoritas muslim cenderung lebih tertarik
pada bank konvensional daripada bank syariah. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perbandingan presentase antara nasabah Bank Syariah dengan
Bank Konvensional. Pelayanan yang diberikan oleh kedua bank memiliki
perbedaan yang signifikan yang dimana menurut para nasabah pelayanan di
Bank Syariah itu kurang memuaskan. Mengingat pendirian bank ini masih
terlalu dini sehingga pelayanan yang diberikan oleh Bank Syariah kepada
Nasabah kurang memuaskan, Minat individu, Pengetahuan calon nasabah

xx
yang terbatas, persaingan, promosi produk, kejadian dan kondisi di lingkungan
nasabah tinggal.

3.3.3 Faktor penyebab rendahnya minat masyarakat pada bank Syariah

Beberapa Faktor yang menjadi penyebab kurangnya minat masyarakat


terhadap bank Syariah :

a. Minat
Menurut Poerwadaminta (2006), minat adalah kecenderungan hati atau
kesukaan terhadap suatu hal. Minat muncul dari dalam diri individu karena
tertarik pada sesuatu dan dianggap bermanfaat atau berguna untuk kebutuhan
hidupnya. Minat mengarahkan individu pada suatu obyek berdasarkan rasa
senang atau tidak senang. Dengan kata lain, kurangnya minat dapat diartikan
sebagai kurangnya ketertarikan dalam diri individu terhadap suatu hal yang
timbul dari rasa senang atau tidak senang.

b. Lokasi
Lokasi merujuk pada tempat di mana perusahaan bermarkas dan menjalankan
operasinya (Lupiyoadi, 2001). Huryati (2005) menyatakan bahwa penentuan
lokasi berkaitan erat dengan keputusan perusahaan mengenai di mana operasi
dan stafnya akan ditempatkan, dengan fokus pada tipe dan tingkat interaksi
yang terlibat. Menentukan lokasi merupakan tugas krusial bagi pemasar
karena keputusan yang tidak tepat dapat mengakibatkan kegagalan. Lokasi
kantor memengaruhi minat nasabah untuk melakukan transaksi.

c. Fasilitas Pelayanan
Hardiansyah (2011) mendefinisikan pelayanan sebagai aktivitas yang
diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan mengurus barang atau jasa dari
satu pihak ke pihak lain. Fasilitas pelayanan pada bank syariah mencakup
fasilitas fisik dan pelayanan dari karyawan. Fasilitas pelayanan yang nyaman
dan memadai dapat menarik perhatian masyarakat dan membuat mereka
merasa nyaman dengan bank syariah.

xxi
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor pendukung penting bagi individu atau
masyarakat dalam membuat pilihan terhadap suatu hal, termasuk dalam
menentukan di mana mereka akan menitipkan dananya. Pengetahuan adalah
hasil dari penginderaan manusia atau "tahu" seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pengalaman, pendidikan, keyakinan, penghasilan, lingkungan sosial,
dan lainnya. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh, baik dari diri
sendiri maupun orang lain, semakin bertambah pula pengetahuan yang
dimiliki.

e. Promosi
Menurut Kotler (2002), promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan
membujuk konsumen sasaran agar membelinya. Dalam mempromosikan
produk hendaknya dapat dipertimbangkan faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk,
sehingga bentuk promosi yang diberikan harus mencakup hal-hal yang bersifat
persuasif agar konsumen tertarik untuk menggunakan produk yang
ditawarkan.

Alasan-alasan yang mendasari bahwa Perbankan Syariah kurang


diminati menurut masyarakat yang paling besar adalah karena kurangnya
pengetahuan terkait perbankan Syariah baik dari sistem ataupun yang lainnya.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut juga yang manjadi dasar minat masyarakat,
sebagaimana Pengetahuan masyarakat terhadap perbankan syariah sangat
penting, dikarenakan pengetahuan sendiri merupakan informasi yang diketahui
oleh masyarakat terhadap perbankan syariah sehingga masyarakat tersebut
memiliki daya tarik terhadap dunia perbankan Syariah. Sebelum pengetahuan
dimiliki oleh nasabah seseorang tersebut harus memiliki minat terlebih dahulu,
jika minat yang dimiliki oleh seseorang tersebut rendah maka pengetahuan
yang didapatkan mengenai perbankan syariah juga rendah, namun jika minat
yang dimiliki leh seseorang tersebut tinggi maka pengetahuan yang didapat

xxii
mengenai perbankan syariah juga akan tinggi. Dengan pengetahuan
masyarakat yang tinggi terhadap perbankan syariah dapat menjadi potensi
terhadap tingginya juga tingkat perkembangan masyarakat yang ada di
Indonesia.

Selain minat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, pengetahuan yang


dimiliki oleh masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah faktor media. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai media
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi secara luas, dan dapat diakses
oleh berbagai kalangan masyarakat. Media tersebut mencakup televisi, radio,
media sosial, dan bahkan koran serta majalah yang tetap menjadi sumber
informasi yang dapat diandalkan. Selain faktor media, keterbukaan informasi
yang disajikan oleh perbankan syariah juga menjadi faktor penting. Calon
nasabah atau masyarakat tidak akan memperoleh informasi tentang perbankan
syariah jika perbankan itu sendiri tidak memberikan informasi kepada
masyarakat umum. Oleh karena itu, keterbukaan informasi menjadi faktor
kunci untuk meningkatkan minat dan pengetahuan masyarakat terhadap dunia
perbankan syariah.

3.3.4 Solusi untuk mengatasi problematika pada bank Syariah


Dalam upaya merumuskan alternatif strategi pengembangan bank
syariah, dapat disusun matriks SWOT yang mencakup kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan, serta strategi yang dapat diterapkan oleh bank syariah.
Beberapa alternatif strategi pengembangan bank syariah antara lain:

 Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar dilakukan dengan memperluas pangsa pasar dalam
penghimpunan dan penyaluran dana. Fokusnya dapat diarahkan pada segmen
yang belum terjamah oleh bank syariah, seperti kelompok yang peduli pada
halal-haram namun belum mengenal bank syariah, kelompok yang meragukan
bank syariah, dan kelompok yang lebih memperhatikan pelayanan dan return
daripada pertimbangan halal-haram.

xxiii
 Pengembangan Produk yang Kompetitif dan Inovatif
Bank syariah dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan produk-produk baru. Dalam pasar yang masih terbuka lebar
dan dengan keuntungan dari penetapan harga oleh bank konvensional, bank
syariah memiliki peluang untuk menciptakan produk yang unik dan menarik
konsumen, bukan sekadar mengikuti produk konvensional.

 Peningkatan Kualitas Pelayanan


Peningkatan kualitas pelayanan menjadi strategi yang vital, terutama
karena survei BI tahun 2006 menunjukkan bahwa faktor kualitas pelayanan
memotivasi masyarakat di Jawa Barat dan Jawa Timur untuk memilih
perbankan syariah. Oleh karena itu, fokus pada pelayanan yang baik dan
memberikan kenyamanan kepada nasabah dapat meningkatkan minat
masyarakat terhadap bank syariah.

 Promosi dan Sosialisasi Efektif


Promosi dapat dilakukan secara efektif dengan memanfaatkan potensi
daerah, melibatkan berbagai pihak seperti ulama, pemerintahan, cendekiawan,
dan lainnya. Hasil survei BI menunjukkan bahwa sosialisasi efektif terhadap
produk/jasa bank syariah dapat mengubah kecenderungan masyarakat yang
awalnya belum menjadi nasabah.

 Kerjasama dengan Institusi Lain


Kerjasama dengan institusi pendidikan dan perusahaan sejenis dapat
meningkatkan kualitas SDM dan memberikan dukungan dalam edukasi
perbankan syariah kepada masyarakat.

 Pengembangan Jaringan Kantor


Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan untuk
memperluas cakupan pelayanan, meningkatkan kerjasama antar bank syariah,
dan meningkatkan efisiensi usaha.

 Peningkatan Cakupan Pasar melalui Aliansi Strategis

xxiv
Aliansi strategis dengan perusahaan lain dapat menjadi sarana untuk
memperluas cakupan pasar tanpa perlu mengeluarkan modal besar, termasuk
penambahan fasilitas seperti ATM yang dapat diakses oleh semua bank.

 Peningkatan Efisiensi Internal


Efisiensi internal dapat ditingkatkan melalui perluasan cakupan pasar,
pengembangan instrumen transaksi syariah yang lebih lengkap, dan
pemanfaatan kemajuan dalam teknologi informasi untuk meningkatkan
fleksibilitas penerapan jasa keuangan syariah.

Antusias masyarakat untuk menabung di perbankan Syariah masih tergolong


sangat rendah. Kurangnya antusias masyarakat untuk menabung di perbankan
Syariah dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah belum paham dengan
sistem dan operasional yang diterapkan pada bank syariah, serta rasa nyaman
terhadap bank konvensional karena mereka lebih dulu mengenal bank
konvensional.

xxv
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemahaman seseorang mengenai perbankan syariah memiliki dampak
signifikan terhadap minat mereka untuk menabung di bank Syariah tingkat
pengetahuan tentang perbankan memiliki pengaruh terhadap minat. Secara
keseluruhan, pengetahuan mencakup segala informasi yang dimiliki seseorang
tentang suatu hal. Pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah
berpengaruh signifikan terhadap minat menabung di bank syariah. Untuk
masyarakat yang pernah menabung: semakin tinggi pengetahuan masyarakat
tentang perbankan syariah maka semakin bertambah minat transaksional dan
minat referensial menabung masyarakat dibank syariah. Oleh karena itu,
semakin tinggi pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah, semakin
besar pula dorongan minat mereka untuk menjadi nasabah. Sebaliknya,
keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah dapat
menghasilkan persepsi yang kurang positif terhadap lembaga perbankan
tersebut.

4.2 Saran

xxvi
Beberapa alternatif strategi yang bisa dilakukan untuk pengembangan
bank syariah yaitu penetrasi pasar, pengembangan produk-produk bank
syariah yang kreatif dan inovatif, pengingkatan promosi dan sosialisiasi
terhadap produk-produk bank syariah, peningkatan kualitas pelayanan,
peningkatan kerjasama dengan institusi lain, peningkatan jaringan kantor bank
syariah, peningkatan cakupan pasar dengan aliansi strategis dan peningkatan
efisiensi internal. Selain itu penting untuk melakukan promosi untuk
menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk
konsumen sasaran agar membelinya atau menggunakan jasa perbankan
syariah. Kurangnya promosi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
minat masyarakat, dengan kurangnya promosi yang dilakukan kurangnya
pendekatan langsung kepada masyarakat, sehingga masyarakat kurang
pengetahuan dan tidak tertarik untuk melakukan transaksi di bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Habibah, A. G., & Hasanah, A. N. (2021). PUBLIC KNOWLEDGE ABOUT ISLAMIC


BANKING ON THE. Jurnal Margin .
Ihsan, N., Hadi, N., & Muhammad , P. I. (2022). Analisis Minat Masyarakat Terhadap
Perbankan Syariah di Wilayah. Jurnal Baabu Al-Ilmi.
Muhlis, & Hasanah, A. (2023). Pengetahuan Produk dan Reputasi Bank Serta Pengaruhnya.
Jurnal Islam Ulil Albab.
Munawir, H. (2005). PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri.
Rahmawati, E. N. (2017). ANALYSIS OF FACTORS CAUSING LOW PUBLIC
INTEREST IN CHOOSING FINANCIAL PRODUCTS IN SYARIA BANK. I‘Anil
Islam .
Sari, A. R. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA
MINAT. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Sormin , S. K., Ardiasnsyah, M. V., & Darda, M. b. (2023). Kurangnya Nasabah Di Bank
Syariah Dibandingkan Bank Konvensional. Karimah Tauhid.
Syamsurizal, Putri, S., Movitaria, M. A., & Yanti, N. (2022). ANALISIS MINAT
MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH. Hikmah.
Syariah, T. B. (2023, Februari 16). megasyariah.co.id. Retrieved from 6 perbedaan bank
syariah dan bank konvesional:

xxvii
https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/perbedaan-bank-
syariah-dan-bank-konvensional

xxviii

Anda mungkin juga menyukai