Anda di halaman 1dari 19

RENDAHNYAPEMANFAATAN JASA BANK

SYARIAH PADA MASYARAKAT DI INDONESIA:


FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK, DAN STRATEGI
MENGATASI

Disusun Oleh:
Akuntansi A

Nama mahasiswa 1 NIM:


Nama mahasiswa 2 NIM:
Nama mahasiswa 3 NIM:
Nama mahasiswa 4 NIM:
Nama mahasiswa 5 NIM:
Nama mahasiswa 6 NIM:

PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

1
PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya karena kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Faktor Penyebab, Dampak, dan Strategi Mengatasi Rendahnya Pemanfaatan Jasa
Bank Syariah Pada Masyarakat”.
Perubahan dan perkembangan baru dalam sistem perbankan Indonesia
telah menemukan konsep baru, yaitu perbankan syariah. Sistem perbankan syariah
diharapkan menjadi suatu alternatif pilihan dan sistem tersebut telah menjadi daya
tarik tersendiri di kalangan praktisi bank dan kalangan bisnis. Akan tetapi, pada
kenayataannya pemanfataan bank tersebut belum sesuai dengan tujuannya
sehingga kami perlu membahas sebagian masalah tersebut sebagai sumbangn
pemikiran yang konstruktif.
Makalah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa ada dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Kami ucapkan termakasih untuk semua pihak yang telah
mendukung dan membantu mencari referensi untuk makalah ini.
Akhirnya, besar harapan kami ada kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini agar makalah ini lebih komunikatif dan memuat informasi yang lebih
lengkap.

Surakarta, November 2015

Tim

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PRAKATA ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II: PEMBAHASAN MASALAH ........................................................... 3
A. Hakikat Bank Syariah .................................................................... 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pemanfaatan Jasa Bank
Syariah .......................................................................................... 5
C. Dampak yang Ditimbulkan dari Rendahnya Pemanfaatan
Jasa Bank Syariah pada Masyarakat .............................................. 9
D. Strategi untuk Mengatasi Rendahnya Pemanfaatan Jasa
Bank Syariah pada Masyarakat ...................................................... 11
BAB III: SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 14
A. Simpulan ........................................................................................ 14
B. Saran............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun
waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem
perekonomian Indonesia (Sunandar, 2020:12). Dalam periode tersebut
banyak lembaga keuangan, termasuk perbankan mengalami kesulitan
keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya
biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan
merosotnya kemampuan sektor usaha produksi. Sebagai akibatnya, kualitas
aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan diwajibkan
untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat
suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha sektor produksi
telah menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara umum
untuk menjalankan fungsinya sebagai mediator kegiatan investasi.
Dari beberapa sumber, selama krisis ekonomi tersebut, bank syariah
masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan
perbankan konvensional (Ardan & Zulva, 2011; Dulhak, 2010). Hal ini
dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah
pada bank syariah dan tidak terjadinya hambatan dalam kegiatan
operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat
pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga
yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank
syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan
tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga bank syariah mampu
menyediakan modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah
dari bank konvensional kepada masyarakat.
Berkaitan dengan hal di atas, pada sisi lain perkembangan bank
syariah di Indonesia belum sepenuhnya didukung oleh masyarakat. Hal itu
dapat dikaitkan dengan hasil survei Iskandar (2012) yang menemukan

4
bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal dan
mengerti tentang sistem perbankan syariah bahkan belum ada bentuk
keterlibatan yang optimal dari seluruh masyarakat di Indonesia, terutama
masyarakat muslim yang notabene dekat dengan sistem ini. Persepsi
masyarakat menganggap bahwa ada kesamaan operasionalisasi antara bank
syariah dan bank konvensional tentang sistem bagi hasil dan sistem bunga
yang telah mereka kenal sebelumnya. Disamping itu, pada masyarakat juga
ada perbedaan pendapat tentang hukum riba atau bunga, ada yang
berpendapat halal, haram maupun syubhat sehingga membawa dampak
banyaknya kaum muslim yang masih tetap menggunakan jasa perbankan
konvensional (Maryati & Handoyo, 2012).
Tumbuhnya pandangan negatif terhadap bank syariah tentu tidak
mendukung penerapan syariat Islam dalam bidang ekonomi. Sebagaimana
dinyatakan Ibrahim (2009) bahwa berdirinya bank syariah murni berasal
kehendak masyarakat, bukan pemerintah dengan tujuan agar warga muslim
dapat menjalankan ajaran agamanya di berbagai bidang, termasuk ekonomi.
Oleh karenanya, permasalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Hal itu disebabkan menjalankan ajaran agama dari waktu ke waktu
harus semakin baik, termasuk dalam pemanfaatan jasa bank. Bertolak dari
pemikiran tersebut, penulis termotivasi untuk membahas masalah
pemanfaatan jasa bank syariah apada masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
Yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi rendahnya pemanfaatan jasa
bank syariah?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari rendahnya pemanfaatan jasa
bank syariah pada masyarakat?
3. Bagaimana strategi mengatasi rendahnya pemanfaatan jasa bank syariah
pada masyarakat?

5
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan faktor penyebab rendahnya pemanfaatan bank syariah
2. Mendeskripsikan dampak rendahnya pemanfaatan bank syariah
3. Mengidentifikasi strategi yang dapat ditempuh untuk mengatasi
rendahnya pemanfaatan jasa bank syariah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bank Syariah


Bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam dengan mengacu kepada Al Qur’an
dan Al Hadist (Rifai, 2002: 11).
Pada wilayah tinjauan hukum materilnya, bank konvensional dengan
bank syariah pasti sangat berbeda. Hukum perbankan konvensional didasari
oleh prinsip penetapan bunga yang dibawa oleh sistem ekonomi kapitalis,
dengan filosofi “uang memiliki nilai waktu” (time value of money).
Sedangkan hukum perbankan syariah mempunyai filosofi berbeda dengan
prinsip perbankan konvensional tersebut. Dimana Islam memandang
sebaliknya, uang hanyalah alat penukaran yang tidak memiliki “nilai waktu”.
Karena itu, berapapun besarnya tingkat suku bunga tetap saja diharamkan.
Seperti yang tertulis pada QS Al-Baqarah : 275 (Muhammad, 2000: 23).
Hal inilah yang menjadi pembeda mendasar antara bank konvensional dengan
bank syariah.
Beberapa Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ,
yaitu :
 Dari segi falsafah, bank syariah tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan
gharar (ketidakjelasan) tetapi menggunakan prinsip bagi hasil. Sementara,
bank konvensional berdasarkan bunga.
 Dari segi operasional, dana masyarakat dalam bank syariah berupa titipan
dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih
dahulu. Sementara, pada bank konvensional dana masyarakat berupa
simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo. Selain
penyaluran bank syariak pada usaha yang halal dan menguntungkan.
Sementara, penyaluran pada bank konvensional tidak mempertimbangkan
unsur kehalalan.

7
 Dari segi organisasi bank syariah memilih dewan pembina syariah.
Sementara dalam bank konvensional, tidak.
 Beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah
 Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan
Alquran dan Haditz
 Bank Syariah berasaskan kemitraan , transparansi , keadilan , dan
universal
 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan
berlipat/keadaan ekonomi sedang boming. Sementara jumlah pembagian
laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
 Penentuan bunga ditetapkan pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. Sementara, besarnya rasio bagi hasil ditentukan pada waktu akad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional


(Rifai, 2002: 10) disajikan dalam tabel 1 berikut ini.
Bank Islam Bank Konvensional
 Melakukan investasi yang halal  Halal dan haram
saja  Memakai bunga
 Berdasarkan prinsip bagi hasil,
 Profit oriented
jual beli atau sewa
 Profit dan kemakmuran dunia  Debitur – kreditur
akhirat oriented (falah)  Tidak ada dewan sejenis
 Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan
 Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai
 dengan fatwa Dewan
Pertimbangan Syariah (DPS).

8
B. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan jasa
bank syariah
Keberadaan bank Islam di Indonesia masih memiliki peluang yang
mengembirakan dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem
perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program pemulihan dan
pendayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan. Hal itu
dikarenakan adanya beberapa faktor, antara lain :
Faktor-faktor pendukung:
Faktor-faktor yang mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia
diantaranya:
1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat
menerima konsep bunga.
Rakyat Indonesia 85 % beragama Islam, meskipun pada
hakikatnya agama non Muslim pun (Yahudi dan Nasrani) juga menolak
konsep bunga, yang telah nyata gagal dalam usahanya mensejahterahkan
masyarakat dan bangsa ini, bahkan telah membuat terpuruk perekonomian
Indonesia. Berdasarkan data BMI bahwa jumlah nasabah BMI dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun keuangan mikro lainnya yang
berprinsip syariah masih 0,2 % dari nasabah bank nasional sehingga bank
syariah masih dapat memobilisasi dana masyarakat dengan bersaing
dengan bank konvensional, terutama dari segmen masyarakat yang selama
ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional.
2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan.
Dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan
adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debitor to creditor
relationship). Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan pokok
pinjaman dan bunganya, apakah debitur mendapatkan untung atau rugi.
Kreditur tidak mau ambil peduli. Hal ini berbeda dengan sistem perbankan
syariah. Konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor yang
harmonis (mutual investor relationship), sehingga adanya saling kerjasama

9
dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah menerapkan nilai
ilahiyah sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai keadilan,
persaudaraan, kepedulian sosial yang bersifat horizontal (Khatimah, 2001:
61).
3. Peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah
Pada saat krisis tahun 1998 baru ada satu Bank Umum Syariah,
yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan 9 kantor cabang dan itu hanya
tersebar di Pulau Jawa dan 77 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
maka per tanggal 23 Juli 2002, sudah ada 2 Bank Umum Syariah, yaitu
BMI dan Bank Syariah Mandiri (BSM) serta 6 Bank Umum Konvensional
yang membuka unit syariah, yaitu BNI 1946, Bukopin, BRI, Danamon, IFI
dan Bank Jabar dengan 36 kantor cabang, 52 kantor cabang pembantu
serta 81 BPRS yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Kinerja bank
syariah juga sangat memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari loan to deposit
ratio (LDR) atau perbandingan jumlah kredit dengan simpanan pihak ke-3,
yang rata-rata 100 %, terkecuali BMI yang hanya 81 %. Ini masih lebih
bagus dibandingkan LDR perbankan nasional yang hanya 39 %. Namun,
asset bank syariah yang pada Mei 2002, totalnya Rp 3.02 Trilyun masih
kalah apabila dibandingkan perbankan yang menempati rangking
menengah, seperti Bank Niaga yang pada tahun 1995 sudah mencapai Rp
4.74 Trilyun, apalagi jika dibandingkan dengan BCA yang total assetnya
sebesar Rp 99 Trilyun (Tribun, 10 Agustus 2013).
4. Adanya pelayanan yang meluruskan pelanggan dengan cara sesuai
Islam
Hal itu dapat terbukti dengan diraihnya penghargaan Quality Assurance
Service Australia, predikat ISO 9001 tahun 2000 untuk pelayanan bank
khususnya customer service dan taller banking diberikan pada BMI (Bank
Syariah Mandiri).

10
Faktor-Faktor Penghambat
Faktor-faktor penghambat yang dikemukan lebih berkaitan dengan penerapan
suatu sistemyang baru, suatu sistem yang mempunyai sejumlah perbedaan
prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan yang telah berkembang pesat di
Indonesia. Faktor-faktor penghambat itu adalah:

1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan


operasional bank syariah
Pada dasarnya, Sistem Ekonomi Islam telah jelas, yaitu melarang
praktek riba serta akumulasi kekayaan hanya pada pihak tertentu secara
tidak adil. Namun, secara praktis, bentuk produk dan jasa pelayanan,
prinsip-prinsip dasar hubungan antar bank dan nasabah, serta cara-cara
berusaha yang halal dalam bank syariah, masih perlu disosialisasikan
secara luas.
Adanya perbedaan karakteristik produk bank konvensional dengan
bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa
perbankan. Keengganan tersebut antara lain disebabkan oleh hilangnya
kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan.
Oleh karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa dana pada bank
syariah juga dapat memberikan keuntungan finansiil yang kompetitif.
Disamping itu, salah satu karakteristik khusus dari hubungan bank dengan
nasabah dalam sistem perbankan syariah adalah adanya moral force dan
tutunan terhadap etika usaha yang tinggi dari semua pihak. Hal ini
selanjutnya akan mendukung prinsip kehati-hatian dalam usaha bank
maupun nasabah.
2. Peraturan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir
operasional bank syariah
Hal ini disebabkan adanya sejumlah perbedaan dalam pelaksanaan
operasional antara bank syariah dan bank konvensional. Ketentuan-
ketentuan perbankan perlu disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah

11
sehingga bank syariah dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain hal yang menyatakan :
a. Instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas
b. Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk
keperluan pelaksanaan tugas bank sentral
c. Standar akuntansi, audit dan pelaporan
d. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian.
3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam
rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu,
kurangnya jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan
kerjasama antar bank syariah. Kerjasama yang sangat diperlukan antara
lain, berkenaan dengan penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi
masalah likuiditas sebagai suatu badan usaha, bank syariah perlu
beroperasi dengan skala yang ekonomis, karena jumlah jaringan kantor
bank yang luas juga akan meningkatkan efisiensi usaha. Berkembangnya
jaringan bank syariah juga diharapkan dapat meningkatkan komposisi ke
arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan
jasa bank syariah.
4. Kecilnya market share
Adanya bank syariah yang beroperasi dengan tujuan utama
menggerakan perekonomian secara produktif. Di samping sungguh-
sungguh menjalankan fungsi intermediasi karena secara syariah tugas bank
selaku mudharib (pengelola dana) harus menginvestasikan pada sektor
ekonomi secara riil untuk kemudian berbagi hasil dengan sahibul maal
(pemilik dana) sesuai dengan nisbah yang disepakati. Hal ini terbukti,
meskipun market share bank syariah masih sangat kecil, yaitu kurang dari
1 %, namun rasio pembiayaan dengan dana pihak ketiga lebih dari 100 %,
yang berarti bank telah menjalankan fungsi intermediasinya tersebut.
Masih kecilnya market share itu disebabkan antara lain karena bank
syariah mempunyai keterbatasan dana baik dari segi permodalan maupun

12
jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun karena alasan-alasan
seperti yang diungkapkan diatas.
5. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah
masih sedikit
Kendala-kendala di bidang sumber daya manusia dalam
pengembangan bank syariah disebabkan karena sistem ini masih belum
lama dikembangkan. Disamping itu, lembaga-lembaga akademik dan
pelatihan dibidang ini sangat terbatas sehingga tenaga terdidik dan
berpengalaman dibidang non perbankan syariah, baik dari sisi bank
pelaksana maupun dari bank sentral (pengawas dan peneliti bank), masih
sangat sedikit. Pengembangan sumber daya manusia dibidang perbankan
syariah sangat perlu karena keberhasilan pengembangan bank syariah pada
level mikro sangat ditentukan oleh kualitas manajemen dan tingkat
pengetahuan, serta ketrampilan pengelola bank.

C. Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya pemanfaatan jasa perbankan


syariah saat terjadi krisis ekonomi dunia
Isu sentral yang sering kita dengar adalah bahwa pemahaman
masyarakat mengenai sistem, prinsip pelayanan dan produk perbankan yang
berdasarkan syariah Islam sebagian besar masih kurang tepat. Hal demikian
bukan hanya terjadi pada kalangan masyarakat awam, tetapi juga pada diri
Ulama, Kyai dan para tokoh masyarkat lainnya. Meskipun sistem ekonomi
Islam telah jelas dan mudah dipahami, yaitu melarang menggandakan uang
secara tidak produktif dan konsentrasi kekayaan pada satu pihak dan secara
tidak adil. Namun secara praktis bentuk produk dan perbedaan layanan jasa,
prinsip-prinsip dasar hubungan antara bank dengan nasabah, serta cara-cara
berusaha yang halal dalam bank Syariah masih terasa awam dan belum di
pahami secara benar.
Dampak dari itu semua diatas adalah belum optimalnya perolehan
atau pemanfaatan pasar umat muslim yang sangat banyak di
Indonesia,dimana dari sekian banyak kaum muslim, baru sekitar 3% yang

13
menggunakan dan memafaatkan lembaga keuangan berbasis syariah.(Bank
Indonesia, Oktober 2001. pp.6)
Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia tahun
2000 di empat wilayah yang terdiri dari Jawa Barat bekerja sama dengan LP-
IPB, Jawa Tengah dan DIY bekerja sama dengan LP-UNDIP Semarang,
Jawa Timur bekerjasama dengan PPBEI-UIBRAW. Hasilnya sebagai berikut
(Bank Indonesia, Desember 2000) :
a. Lebih dari 4000 responden yang tersebar di empat propinsi, sebagian
besar (lebih dari 95%) berpendapat bahwa sistem perbankan penting dan
dibutuhkan dalam mendukung kelancaran transaksi ekonomi.
b. Kesan umum yang ditangkap oleh masyarakat tentang bank syariah: 1)
bank syariah identik dengan sistem bagi hasil, 2) Bank syariah adalah
bank yang Islami, namun berdasarkan survei yang dilakukan di wilayah
Jawa Barat, 8,8% responden menyatakan bahwa bank syariah secara
aksklusif hanya khusus untuk umat Islam.
c. Pandangan masyarakat mengenai sistem bunga:
1. Untuk responden wilayah Jawa Timur: 10,2% menyatakan bahwa
bank syariah sama saja dengan bank konvensional; dan 16,5%
menyatakan bahwa bagi hasil sama dengan bunga. Namun demikian,
sistem bagi hasil adalah sistem yang dinilai universial dan dapat
diterima (94%) karena bersifat menguntungkan bagi bank maupun
bagi nasabah.
2. Untuk bertentangan atau tidaknya bank syariah dengan ajaran agama
Islam dapat di jelaskan sebagai berikut a) untuk wilyah Jawa Barat,
62% menyatakan bertentangan dengan ajaran Islam, b) untuk wilayah
Jawa Tengah dan DIY, 48% menyatakan bertentangan dengan ajaran
agama Islam, c) wilayah Jawa Timur, 31% menyatakan bertangan
dengan ajaran Islam; 69% menyatakan tidak bertangan dengan ajaran
agama Islam.
d. Pengetahuan masyarakat mengenai sistem perbankan syariah relatif tinggi
(Jawa Barat 88,6% Jawa Tengah-DIY 71,2%). Meskipun demikian

14
pemahaman mengenai keunikan sistem produk/jasa bank syariah secara
umum masih rendah.
e. Analisis faktor-faktor yang memotivasi penggunaan jasa perbankan
Syariah ternyata untuk masyarakat Jawa Barat dan Jawa Timur yang
lebih dominan adalah faktor kualitas pelayanan dan kedekatan lokasi
bank dari pusat kegiatan. Sedangkan faktor pertimbangan keagamaan,
bukanlah menjadi faktor penting dalam mempenaguruhi kecenderungan
menggunakan jasa bank syariah. Namun, untuk masyarakat jateng
pertimbangan agama adalah motivasi terpenting untuk mendorong
penggunaan jasa bank syariah.
f. Dari penelitian wilayah Jawa Barat di peroleh informasi bahwa
masyarakat non nasabah bank syariah yang diberi penjelasan mengenai
sistem produk dan jasa serta kehalalan bank syariah mempunyai
kecenderungan kuat memilih bank syariah. Namun sebaliknya, nasabah
yang telah menggunakan jasa bank syariah, sebagian memiliki
kecenderungan untuk berhenti jadi nasabah antara lain karena kualitas
yang kurang baik dan atau keraguan akan konsistensi penerapan prinsip-
prinsip Islam.

D. Strategi untuk mengatasi rendahnya pemanfaatan jasa bank syariah


pada masyarakat
Mencermati tingkat dan aspek pemahaman tentang bank syariah
yang dimiliki masyarakat pada saat ini, maka dibutuhkan suatu sistem
komunikasi pemasaran yang terpadu/menyeluruh (integrated marketing
communications) yang berdasarkan pada efektivitas proses penyampain pesan
(effective communication process). Sistem ini didasarkan kepada kondisi
masyarakat dan proses pengembangan komunikasi yang dibangun secara
bertahap.
Setelah pasar didentifikasi, komunikator harus memutuskan
tanggapan yang diharapkan audiens. Pemasar mungkin menginginkan
tanggapan kognitif (cognitive), pengaruh (affective), atau perilaku

15
(behavioural). Artinya, pemasar mungkin ingin memasukkan sesuatu ke
dalam pikiran konsumen, mengubah sikap konsumen, atau mendorong
konsumen untuk bertindak.
Berdasarkan pada teori di atas, maka penyusunan integreated
marketing communications didasarkan pada tiga tahapan yaitu tahapan
memepengaruhi: (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) perilaku. Setiap tahapan
dicirikan oleh karakter yang berbeda. Karena itu, perhatian terhadap profil
sasaran, formulasi pesan, dan pemilihan saluran kominikasi sangat penting
bagi efektifitas komunikasi.
Penerapan konsep Integrated Marketing Communications bagi
bank syariah haruslah berdasarkan pada kondisi aktual masyarakat yang
dijadikan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan proses
identifikasi dan analisa kondisi masyarakat saat ini maka konsep itu dapat
diterapkan sebagai berikut.
Masyarakat pada saat ini memiliki kepedulian yang rendah
terhadap ekonomi Islam dan memiliki pemahaman parsial dan terkotak-kotak
atas ajaran Islam. Karena itu yang menjadi sasaran komunikasi pemasaran
adalah membangun kesadaran dan kepedulian (aspek kognotif). Hal ini dapat
dicapai dengan cara menggugah perhatian dan membangun pengetahuan
(knowledge).
Komposisi pesan yang sesuai bagi tahapan ini adalah lebih
menekankan pada pendekatan moral (dari sisi agama) dan dilengkapi dengan
penjelasan rasional. Pendekatan moral mengupayakan penyampaian syariat
Islam secara tegas berikut penjelasan konsekuensi atas pelanggaran hal
tersebut. Secara teknis, metode yang dapat digunakan adalah dengan
pendidikan publik dengan strategi praktis antara lain : Mempengaruhi para
pengambil kebijakan sehingga tercipta sistem usaha yang jelas dan kondusif.
Strategi selanjutnya adalah mendorong penyebaran fatwa yang tegas serta
mendorong perkembangan ilmu Ekonomi Islam. Tahapan ini melibatkan
pihak pemerintah, Bank Sentral, Ulama, Lembaga keuangan syariah dan
akademisi.

16
Apabila masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kepedulian
terhadap ekonomi Islam, akan timbul kebutuhan akan lembaga keuanagan
syariah. Karena itu pada kondisi ini yang menjadi sasaran komunikasi
pemasaran adalah menciptakan kecenderungan, menganalisis pilihan, serta
membangun kepercayaan atas keyakinannya. Komposisi pesan yang sesuai
pada tahap ini adalah lebih menekankan pada penjelasan rasional (misalnya
analisis manfaat dan biaya, nilai tambah, pertumbuhan simultan, dan lain-
lain) tentunya dengan dilengkapi dengan penjelasan moral keagamaan.
Secara teknis, metode yang dapt digunakan adalah sosialisasi masal, yaitu
penggunaan media massa, program sponsor, semianr terbatas. Srtategi yang
yang dapat kita jalankan adalah melakukan sinergisitas antarpelaku dalam
industri perbankan syariah, serta dengan kompetisi yang sehat antar bank.
Strategi ini melibatkan Lembaga keuangan syariah serta DPS.
Apabila masyarakat telah memiliki kecenderungan dan percaya
atas pemberlakuan Syariat islam dalam aspek perbankan, tahapan selanjutnya
adalah mendorong keinginan mereka untuk berhubungan
langsung/bertransaksi dengan bank syariah dan menggunakan produk serta
jasa yang ditawarkan. Komposisi pesan yang sesuai bagi tahapan ini adalah
lebih menekankan pada aspek emosional, berupa dorongan untuk
memperkuat keputusan. Secara teknis metode yang dapat diterapkan adalah
kominikasi personal (melalui telepon, cyber media dll). Strategi ini juga
dibarengi dengan membangun kesiapan bank melalui memnagun
infrastruktur, pengembangan komitmen untuk menciptakan nilai tambah, dan
memberikan pelayanan optimal

17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas kita dapat mengerti mengenai perbankan
syariah, faktor pendukung maupun penghambat bank syariah itu sendiri dan
dampak serta strategi untuk mengatasai rendahnya pemanfaatan jasa bank
syariah. Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor penyebab rendahnya pemanfaatan bank syariah meliputi: (1)
pemahaman masyarakat mengenai sistem, prinsip, pelayanan, dan
produk syariah Islam masih kurang dan (2) masih kecilnya lingkup
perbankan syariah dalam memasarkan dan jaringan juga masih sempit
2. Dampak yang terjadi akibat minimnya pengetahuan perbankan syariah
dimasyarakat adalah (1) belum optimalnya pemanfaatan bank syariah,
hanya dan (2) saat ini hanya 3% yang menggunakan lembaga keuangan
berbasis syariah.
3. Strategi pemasaran/sosialisi melalui (1) komunikasi pemasaran terpadu
ini diharapkan menjadi salah satu pendorong laju pertumbuhan bank
syariah sehingga menjadi lebih optimal dalam menjalankan fungsinya
dan (2) melakukan pembenahan aspek-aspek, seningga fondasi sistem
perbankan syariah ini menjadi kokoh dan siap menghadap tantangan
zaman.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Dalam kaitannya menjaring konsumen, hendaknya bank-bank syariah
memberikan penjelasan secara gamblang mengenai manfaat-manfaat
yang dapat diperoleh nasabah.
2. Selain poin 1, hendaknya bank-bank syariah memperluas jaringan,
contohnya dengan pembukaan kantor cabang di setiap wilayah atau
bekerjasama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal tarik tunai
melalui ATM.
3. Dalam memilih jasa perbankan, nasabah diharapkan jeli dan teliti
mengenai system perbankan yang digunakan untuk efisiensi dan
keamanan dalam berinvestasi pada bank.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardan, M.H & Zulva, F. (2011). Analisis Sikap terhadap Jasa Penbaknkan di
Indonesia pada Warga Muslin di Ponorogo. Kuota: Jurnal Parbankan
Indonesia.4(1), 56-61.
Dulhak, F. (2010). Pengaruh Sikap Religiusitas terhadap Pemanfataan Jasa
Perbankan pada Warga di Jambi. Jurnal Perekonoman Indonesia, 5(2).162-
172.
Iskandar, J.A. (2012). Tantangan Perbankan Syariah dan Peluangnya di
Banjarmasin. Kuota:Jurnal Perbankan Indonesia, 5(2), 177-182
Khatimah, K.. 2001. “ Persepsi Karyawan dan Dosen UNISMA tentang
Perbankan Syariah”, Jurnal Paradigma Vol. 2 No. 1: 58-58.
Maryati, S.A. & Handoyo, I.(2012).Hubungan Persepsi terhadap Bank Syariah
dan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Pemanfaatan Jasa Bank pada
Masyarakat Jawa Timur, Jurnal Ekonomi, 15(2), 220-228.
Muhammad. (2000). Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press.
Rifai, Moh. (2002). Konsep Perbankan Syariah. Semarang: CV Wicaksana
Rivai, Harif Amali. 2006. Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen
dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank syariah vs bank konvensional.
http://www.docstoc.com/docs/32813757/Jurnal-Penelitian-Bank-Syariah-
vs-Bank-Konvensional. Diakses pada 7 Oktober 2010.
Sunandar, B.A.(2020). Minat Masyarakat terhadap Jasa Perbankan. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 6(2), 34-44.
Surya, K. (13 September 2009). Analisa dan Dampak Krisis Global terhadap
Perbankan. Harian Surya, Hlm. 12.

19

Anda mungkin juga menyukai