Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Lembaga Keuangan Mikro Syariah


Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Lembaga Keuangan
Syariah Non Bank (LKSNB)

Dosen Pengampu : Dr. Elan Jaelani, SH., MH.

Di Susun Oleh :

Nama : Usman Taufik


NPM : 18.02.053
Semester : III (Tiga)
Prodi : Hukum Ekonomi Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BHAKTI PERSADA MAJALAYA BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam. Tak lupa shalawat serta salam kita hanturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunah wal jamaah)
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada kesempatan kali ini kami akan berusaha mencoba membahas suatu
masalah yang akan diperbincangkan, yaitu pembahasan kelompok kami ialah
salah satu Lembaga Keuangan Syariah Non Bank (LKSNB) yakni lembaga
keuangan mikro BMT. Kami berusaha seobjektif mungkin meskipun pembahasan
hanya sebatas pada kajian secara umum, namun tidak mengurangi pembahasan.
Lembaga keuangan non bank adalah sebuah lembaga yang fungsinya
hamper sama dengan bank yakni menghimpun dan menyalurkan dana. Lembaga
ini menjadi salah satu alternative bagi para masyarakat umum kelas menengah
kebawah dalam perihal pemenuhan kebutuhan hidupnya yang apabila ke bank
mereka agak segan karena untuk kalangan kelas atas. Adapun bagi ummat muslim
ada juga lembaga keuangan syariah non bank yang menjadi solusi dalam
pemenuhan kebutuhan kehidupannya yang prinsipnya memegang prinsip-prinsip
syariah.
Sekilas pengantar yang merupakan testimony dari makalah ini, kami akan
menjelaskan baik secara utuh, maupun secara sudut pandang gambaran umum
mulai dari Pengertian, Fungsi, Landasan Hukum, Produk dan jasa yang
ditawarkan, skema akad yang diterapkan, peluang dan tantangan kedepan BMT.
Demikianlah pengantar singkat tentang makalah kami, tidak ada
kesempurnaan dalam diri manusia kecuali Allah SWT semata. Masukan serta
kritikan berguna bagi kami, guna penyempurnaan pembahasan yang telah kami
lakukan, terimakasih.
Bandung, September 2019

Penulis

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Sejarah, Pengertian, Fungsi dan Landasan Hukum Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) ................................................................................ 4
B. Produk dan Jasa Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ........................... 6
C. Skema Akad Syariah yang di terapkan di Baitul Maal Wa Tamwil
(BMT) .............................................................................................. 8
D. Peluang dan Tantangan BMT ke depannya ..................................... 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya BMT di Indonesia di awali dengan kemunculan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) konvensional. Indonesia merupakan negara pertama
yang mengembangkan keuangan mikro secara komersial di Asia, dengan
mengatur lembaga keuangan mikro semi profesional mulai pelayanan jasa
keuangan mikro. Secara nasional eksistensi keuangan mikro dan praktek
perbankan Syari’ah diawali dengan berdirinya BPRS (Bank Perkreditan Rakyat
Syari’ah) di Bandung pada tahun 1991, yaitu P.T. BPRS Berkah Awal Syari’ah
dan PT BPRS Amanah Rabbaniyyah. Di Aceh berdiri BPRS Hareukat. Pada tahun
1992 sistem perbankan yang dibuka multinasional adalah Bank Muamalat
Indonesia (BMI).1 Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia dalam sejarah dan
perkembangannya merupakan
pilar intermediasi praktek keuangan di Indonesia. Eksistensi Lembaga
Keuangan Mikro sangat dibutuhkan bagi masyarakat menengah ke bawah atau
masyarakat kecil. Selama ini lembaga keuangan mikro syari’ah telah berjasa
memberikan solusi keuangan untuk konsumsi, biaya produksi, usaha,
penyimpanan dan deposito. Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah
(LKM Syari’ah) di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan serta telah
mengambil peran yang strategis dalam perekonomian di Indonesia. Perkembangan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah terutama BMT mengalami peningkatan yang
signifikan sejak tahun 2015, bahkan BMT mampu menyalurkan kredit sebanyak
1,9 persen dari jumlah kredit perbankan di Indonesia. Menjamurnya Lembaga
Keuangan Mikro ini, maka pada tahun 1992 PINBUK kali
208 Al Masraf: Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan-Volume 2,
Nomor 2, Juli-Desember 2017 pertama memperkenalkan BMT sebagai Lembaga
Keuangan Mikro Syari’ah di Indonesia. Proyek percontohan BMT ini terus

1
Slamet Mujiono. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya Bmt Di Indonesia.
Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 9 (1).

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 1


berkembang sebagai pilar Lembaga keuangan Mikro Syariah, dan menjadi
pendukung perekonomian masyarakat. Sangat pesatnya perkembangan BMT,
sehingga memiliki potensi yang baik untuk menunjang pembangunan di
Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka keberadaan BMT
sebagai lembaga keuangan mikro diakui dengan lahirnya UU No 1 tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro. Sejak tahun 2013 BMT dengan berbadan
Hukum Koperasi atau PT merupakan lembaga keuangan yang legal yang
perizinan, pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh OJK (Otoritas Jasa
Keuangan).
Maka dari itu yang menjadi latar belakang munculnya lembaga keuangan
mikro syariah salah satunya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) karena atas
kebutuhan masyarakat menengah kebawah khususnya ummat muslim yang
mengharapkan adanya lembaga keuangan yang prinsipnya menerapkan prinsip
syariah.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
beberapa persoalan antara lain :
1. Sejarah, Pengertian, Fungsi, dan landasan hokum Baitul Maal Wa Tamwil
2. Produk dan Jasa Baitul Maal Wa Tamwil
3. Skema Akad Syariah yang diterapkan
4. Peluang dan Tantangan kedepan Baitul Maal Wa Tamwil

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah, Pengertian, Fungsi, dan landasan hokum
Baitul Maal Wa Tamwil
2. Untuk mengetahui Produk dan Jasa Baitul Maal Wa Tamwil
3. Untuk mengetahui Skema Akad Syariah yang diterapkan
4. Untuk mengetahui Peluang dan Tantangan kedepan Baitul Maal Wa
Tamwil

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 2


D. Manfaat
Kegunaan pembuatan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan keilmuan, khususnya bagi penulis mengenai
Lembaga Keuangan Syariah Non Bank.
2. Sebagai bahan informasi, saran, evaluasi, dan penelitian terhadap Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank.
3. Menambah wawasan Mengenai sistematika pada Lembaga Keuangan
Syariah Non Bank.
4. Meningkatkan Kemampuan pemahaman mengenai Perbedaan Skema
Akad Lembaga Keuangan Syariah Non Bank.

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah, Pengertian, Fungsi dan Landasan Hukum Baitul Maal Wa


Tamwil (BMT)
1. Sejarah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
Perkembangan BMT di Indonesia berawal dari berdirinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, yang mana pada prakteknya
BMI dalam kegiatan operasionalnya berlandaskan nilai-nilai syariah.
Setelah berdirinya BMI timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang
berprinsip syariah, namun operasionalisasi BMI kurang menjangkau
usaha masyarakat kecil dan menengah. Maka muncul usaha mendirikan
bank dan lembaga keuangan mikro, seperti Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan
operasionalisasi di daerah. Kondisi tersebut menjadi latar belakang
munculnya BMT agar dapat menjangkau masyarakat daerah hingga ke
pelosok pedesaan.
Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK), yang merupakan
badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan
Menengah (YINBUK). YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Umum Ikatan Cendikiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) dan Direktur Utama Bank Muamalat
Indonesia (BMI).

2. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)


Baitul Maal Wattamwil terdiri dari dua istilah yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil.2 Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau
menyimpan Harta.3

2
Slamet Mujiono. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya Bmt Di Indonesia.
Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 9 (4).

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 4


Adapun secara terminilogis uraian Abdul Qadim Zallum (1983) dalam
kitab al-Amwaal fi Daulah alKhilafah Baitul Maal adalah suatu lembaga
atau pihak (arab: al-jihad) yang mempunyai tugas khusus menangani
segala harta umat baik berupa pendapatan maupun pengeluaan negara
Sedangkan Baitul Tamwil adalah suatu lembaga yang melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kesejahteraan pengusaha mikro melalui kegiatan pembiayaan dan
menabung (berinvestasi). Baitul Tamwil diartikan rumah pengembangan
harta yang melakukan kegiatankegiatan produktif seperti investasi,
menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.4

3. Fungsi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)


Keberadaan BMT dapat dipandang memiliki dua fungsi utama, yaitu
Baitut tamwil (rumah pengembangan harta), yang bertugas melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara
lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonomi atau sebagai media penyalur pendayagunaan harta ibadah, serta
Baitul maal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan
sedekah serta mengoptmalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya beserta bergerak di bidang investasi yang berifat produktif
sebagaimana layaknya bank. BMT bersifat informal karena lembaga ini
didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda
dengan lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya.5

4. Asas dan Landasan Hukum Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

3
Slamet Mujiono. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya Bmt Di Indonesia.
Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 9 (4).
4
Slamet Mujiono. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya Bmt Di Indonesia.
Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 9 (5).
5
Abdul Hakim, Peluang Dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah Indonesia Pada Era Pasar
Bebas ASEAN, 6.

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 5


Berdasarkan Pedoman Cara Pembentukan BMT (PINBUK)
dinyatakan bahwa BMT berazaskan Pancasila dan UUD’45 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan dan ketaqwaan.6 Adapun status dan
legalitas hukum, BMT dapat memperoleh status kelembagaan sebagai
berikut:
a. Kelompok swadaya masyarakat yang berada di bawah pengawasan
PINBUK berdasarkan Naskah Kerjasama YINBUK dengan PHBK –
Bank Indonesia.
b. Berdasarkan Hukum Koperasi:
1) Koperasi simpan pinjam syariah (KSP Syariah);
2) Koperasi serba usaha syariah (KSU Syariah) atau Koperasi Unit
Desa Syariah (KUD Syariah);
3) Unit Usaha Otonom dari Koperasi seperti KUD, Kopontren atau
lainnya.

B. Produk dan Jasa Baitul Maal Wa Tamwil


BMT sebagai lembaga non perbankan memiliki berbagai macam produk
yang dapat memberikann manfaat kepada anggota atau nasabah. Berikut ini
produk – produk yang ada di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) menurut Khaerul
Ummam.7 Produk Baitul Mal wa Tamwil sebagai berikut:
1. Produk penghimpunan dana (funding). Produk penghimpunan dana yang
ada di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pada umumnya berupa simpanan
atau tabungan. Produk simpanan terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Simpanan wadiah adalah simpanan atau titipan yang sewaktu waktu
nasabah atau anggota dapat menariknya dengan mengeluarkan surat
berharga pemindahan buku/transfer dan untuk membayar lainnya.
Simpanan wadi’ah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu wadhi’ah
amanah (titipan dana seperti zakat, infaq, dan shodaqoh) danwadhi’ah
yadhomanah ( titipan yang akan mendapat bonus dari bank apabila
6
https://www.hestanto.web.id/sejarah-dan-badan-hukum-baitul-mal-wat-tanwil/(20 September
2019)
7
http//suaramerdeka.cetak/Membentuk BMT

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 6


bank mengalami keuntungan dari pemanfaatan pemutaran dana
nasabah).
b. Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana yang
penyetorannya atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan akad
atau perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Jenis – jenis produk
simpanan yang menggunakan akad mudharabah antara lain : simpanan
Idul Fitri, simpanan Idul Qurban, simpanan Haji, simpanan
Pendidikan, simpanan Kesehatan, dan lain-lain.
2. Produk penyaluran dana (lending) adalahtransaksi penyedia dana atau
barang kepada nasabah sesuai dengan syariat islam dan standar akuntansi
yang memiliki fungsi untuk meningkatkan daya guna dan peredaran
uang/barang serta pemerataan pendapatan. Jenis penyaluran dana yang
disediakan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) didasarkan pada akad
yang digunakan. Berikut macam-macam akad yang digunakan oleh BMT
:
a. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati bersama.
b. Salam, adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-
syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
c. Istishna, adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barangdengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan
pembayaran sesuaidengan kesepakatan.
d. Akad Bagi Hasil. Dalam akad menggunakan bagi hasil pada Baitul
Maal waTamwil (BMT), dapat digunakan pada penghimpunan dana
(funding) dan penyaluran dana (lending).
e. Akad Sewa-Menyewa , pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) akad
sewa-menyewa diterapkan dalam produk penyaluran dana berupa
pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah muntahiah bit tamlik
(IMBT).
f. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial. Pada Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) transaksi pinjam-meminjam dikenal dengan nama

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 7


pembiayaan qardh, yaitu pinjam meminjam dana tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman
sekaligu cicilan dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Adapun qardh al-hasan (pinjaman kebajikan), bila nasabah tidak
mampu mengembalikan, maka pihak pemberi pinjaman bisa
merelakan atau ikhlas kalau memang benar – benar nasabah tidak
sanggup membayarnya.
3. Produk jasa.
Produk tabarru yakni ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan
Hibah).

C. Skema Akad Syariah yang di terapkan di Baitul Maal Wa Tamwil


(BMT)
Akad adalah Ikatan antara satu pihak dengan pihak lain dalam sesuatu
urusan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak.
Menurut ada tidak konvensasi akad di bagi kedalam dua bagian, yakni :
1. Akad Tabarru, adalah akad yang Segala macam perjanjian yang menyangkut
transaksi non komersial. Contohnya Akad Qard, Wadi’ah, Wakalah, Kafalah,
Rahn, Hibah, dan Waqf.
2. Akad Tijaroh, adalah akad yang Segala macam perjanjian yang menyangkut
transaksi komersial. Contohnya akad Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah,
Musyarakah, Muzara’ah, Mukhabarah dan Musaqah.
Salah satu contoh skema akad yang penulis cantumkan dalam makalah ini
adalah skema akad murabahah. Akad Murabahah adalah jual beli sesuatu barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang diketahui dan disepakati
bersama antara penjual dan pembeli.

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 8


SKEMA IDEAL MURABAHAH

SKEMA MURABAHAH
(Bila BMT Mewakilkan)

D. Peluang dan Tantangan BMT ke depannya


Sementara dalam rangka mengembangkan industri perbankan syariah
untuk menjadi pemain yang unggul dan berperan signifikan di Indonesia,
terdapat beberapa tantangan dan strategis yang harus menjadi prioritas bagi
stakeholders Lembaga Keuangan Syariah Non Bank.
Pertama, yakni inovasi produk keuangan dan perbankan syariah yang
merupakan pilar utama dalam pengembangan industri perbankan syariah.
Bank-bank syariah harus memiliki produk inovatif yang makin beragam agar
bisa berkembang dengan baik. Upaya ini mutlak dilakukan karena bank
syariah akhir akhir ini mengalami pelambatan pertumbuhan bahkan

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 9


penurunan market share dibanding konvensional. Inovasi produk Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank adalah sebuah keniscayaan, agar bisa kembali
tumbuh dan bersaing dengan perbankan konvensional maupun lembaga lain.
Sebenarnya banyak peluang bisnis yang menguntungkan bagi perbankan
syariah, seperti international trade finance, sindicated financing, Margin
During Construction (MDC), hybrid take over dan refinancing, factoring,
KPRS inden, pembiayaan reimburs, IMBT dan Ijarah Maushifah fiz Zimmah,
serta Musyarakah Mutanaqishah. Akad Musyarakah Mutanaqishah dapat
diterapkan dalam 11 produk dan kebutuhan bisnis nasabah.
Kedua, sekuritisasi aset Bank Syariah. Salah satu kunci kesuksesan KPR
Syariah adalah sekuritisasi (tawriq) asset. Sekuritisasi akan meningkatkan
ketersediaan dana bagi bank bank syariah. Dalam konsep sekuritisasi asset
ini, bank syariah mentransformasikan aset berisikonya (pembiayaan) ke
dalam bentuk uang cash (uang segar) yang kemudian dapat digunakan untuk
ekspansi usaha dan dapat pula disalurkan kembali ke pihak yang memerlukan
dana. Uang segar tersebut diperoleh dari sebuah lembaga penerbit EBA yang
membeli asset produktif bank syariah.8

8
(http://infobanknews.com/tantanganperbankan-syariah-di-2016)

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 10


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah non bank mempunyai peran penting
dalam memberikan bantuan kepada masyarakat menengah ke bawah
dalam pemenuhan kebutuhannya. Salah satunya BMT atau Baitul Maal
Wa Tamwil yang memberikan bantuan kepada masyarakat baik berupa
pembiayaan, pemenuhan modal dll yang berkonsepkan syariah dengan
menggunakan akad akad syariah diantaranya akad murabahah,
mudharabah, istisna, qard, wakalah, dll. Keberadaaan Lemabaga keuangan
syariah non bank ini bersaing dengan lembaga keuangan konvensional
juga yang dalam hal ini peluang dan tantangan lembaga keuangan syariah
non bank supaya lebih dikenal dan masyarakat tertarik yaitu dengan
membuat inovasi inovasi terkait produk dan jasa yang ditawarkan kepada
masyarakat.

B. Saran
Lembaga keuangan syariah non bank harus lebih banyak bersosialisasi
kepada masyarakat menengah kebawah dan memberikan edukasi
mengenai produk – produk syariah dalam lembaga keuangan tersebut,
edukasi mengenai bahaya riba, dll. Yang membuat masyarakat lebih faham
mengenai konsep syariah dalam Lembaga Keuangan Syariah Non Bank.

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 11


DAFTAR PUSTAKA

Slamet Mujiono. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya Bmt Di
Indonesia. Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 9 (1).

Abdul Hakim, Peluang Dan Tantangan Lembaga Keuangan Syariah Indonesia Pada Era
Pasar Bebas ASEAN, 6.

http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/lembaga-ekonomi-islam.html.Dikutip tgl.
19 Desember 2013

https://www.hestanto.web.id/sejarah-dan-badan-hukum-baitul-mal-wat-tanwil/(20
September 2019)

http//suaramerdeka.cetak/Membentuk BMT

http://infobanknews.com/tantanganperbankan-syariah-di-2016

Makalah Lembaga Keuangan Syariah Non Bank | 12

Anda mungkin juga menyukai