Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga makalahini dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Oleh karena itu penyusun pada kesempatan ini mengucapkan rasa terima kasih kepada
Dosen Lembaga Keuangan Syariah yang sekaligus menjadi Pembimbing dalam penyusunan
makalah ini sehingga penyusun dapat menyeselesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Ibu Elfa Septi Hanani,
M.SE.I selaku Dosen Lembaga Keuangan Syariah Semester 1 Universitas Islam Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
Penyusun menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penyusun butuhkan. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
DAFTAR ISI
2
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan masalah.....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PENBAHASAN.................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orang- orang atau badan–
badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,
dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi
kesejahteraan para anggotanya. Koperasi memiliki berbagai latar belakang usaha, salah
satunya yaitu usaha koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam, yang merupakan
lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat walaupun dalam
ruang lingkup terbatas. Menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat melalui kegiatan
simpan pinjam (perkreditan) dari dan untuk anggota koperasi. Kegiatan usaha simpan
pinjam sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi karena banyak manfaat yang
diperoleh terutama dalam rangka meningkatkan modal usaha sehingga tercipta
kesejahteraan hidup yang baik.
Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar ke berbagai pelosok
tanah air, rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti. Hal ini
nampak dari banyaknya lembaga keuangan mikro yang hanya mengejar target pendapatan
masing-masing, sehingga tujuan yang lebih besar sering terabaikan, khususnya dalam
pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah. Padahal, lembaga keuangan mikro
mempunyai posisi strategis dalam pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah. Jika
berharap kepada peran lembaga keuangan makro, jelas hal ini sulit diharapkan. Kredit
yang diberikan berbagai lembaga keuangan sampai saat ini masih didominasi kredit
konsumtif, sehingga laju ekonomi masyarakat cenderumg konsumtif, kurang produktif.
Dalam kondisi yang demikian inilah baitul maal wa tamwil (BMT) sebagai lembaga
keuangan mikro berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi
masyarakat kelas bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiyanto (2008:16) yang
mengatakan “BMT sendiri merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang
bisa dibilang paling sederhana”. Realitas di lapangan, dalam beberapa tahun terakhir
BMT mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan BMT yang pesat ini
terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat akan jasa intermediasi keuangan, namun
disisi lain akses ke dunia perbankan yang lebih formal relatif sulit dilakukan.
BMT lahir ditengah-tengah masyarakat dengan tujuan memberikan solusi pendanaan
yang mudah dan cepat, terhindar dari jerat rentenir, dan mengacu pada prinsip syariah.
Geraknya yang gesit, dikelola oleh tenaga- tenaga muda yang progresif dan inovatif, serta
4
pelayanannya yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan membuat BMT cepat
populer.
Namun realitas keberadaannya ini masih belum selaras dengan tatanan hukum yang ada.
Masalah utamanya adalah faktor kelembagaan yang sering menjadi kendala. Sampai saat
ini kelembagaan BMT belum diatur secara spesifik sebagaimana lembaga-lembaga
keuangan mikro lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan koperasi syariah/ BMT?
2. Apa dasar hukum dari koperasi syariah/ BMT?
3. Apa produk-produk koperasi syariah/ BMT?
4. Apa prinsip-prinsip koperasi syariah/ BMT?
5. Bagaimana sistem operasional koperasi syariah/ BMT?
6. Apa manajemen dan kelembagaan koperasi syariah/ BMT?
C. Tujuan
1. Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang koperasi syariah/ BMT.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah lembaga keuangan syariah yang
diharapkan mahasiswa baik masyarakat umum dapat memahaminya secara
mendalam.
BAB II PEMBAHASAAN
5
A. Konsep dan Sejarah Perkembangan Koperasi Syariah/ BMT
Koperasi Syariah ataupun Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) ialah salah satu aksi
ekonomi yang penyelenggaraannya berdasarkan prinsip koperasi yang berdasar
kekeluargaan dan mempraktikkan prinsip syariah. Koperasi Pelayanan Keuangan Syariah
merupakan upaya ekonomi serta keuangan yang tertata dengan cara demokratis, afdal,
berkelakuan sosial serta kebebasan partisipatif yang aktivitas operasionalnya berdasarkan
prinsip-prinsip etika akhlak yang dijalani sesuai dengan anutan agama Islam (Buchori,
2012). Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ada 2 sebutan, ialah baitul maal yang merupakan
cara menuangkan serta mengakulasi informasi yang tidak mencari profit semata.
Kemudian baitul tamwil ialah aktivitas pengumpulan serta distribusi anggaran yang
bertabiat menguntungkan. BMT merupakan salah satu bagian dari bank syariah dengan
aktivitas operasionalnya mempunyai guna semacam koperasi. Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) adalah badan keuangan mikro yang dioperasikan dengan suatu rancangan bagi
hasil, meningkatkan bidang usaha mikro yang bermaksud mengangkat derajat serta
martabat dan membela kebutuhan kalangan orang yang kurang mampu. Baitul Maal
mempunyai arti rumah anggaran serta Baitul Tamwil berarti suatu rumah usaha. Baitul
Maal dikembangkan berdasarkan sejarah, ialah dari era Rasul hingga dengan era
pertengahan kemajuan Islam. Dapat di simpulkan bahwa BMT selaku suatu badan
keuangan Islam yang sangat sederhana dalam mengaktifkan kenaikan pengembangan
aktivitas ekonomi warga dengan berdasarkan hukum-hukum syariah dalam tiap
aktivitasnya (Nurfadila, 2020).
BMT memiliki fungsi seperti bank tetapi masih dalam ukuran yang kecil, contohnya
koperasi simpan pinjam (KSP) dan juga merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
BMT selain memiliki usaha dan kegiatan pengelolaan modal juga memiliki usaha dan
kegiatan di dalam pengumpulan infaq, zakat dan shodaqoh. BMT juga memiliki prinsip
ekonomi kerakyatan karena BMT memiliki acuan dan dasar yang berpegang pada prinsip
syariah. Prinsip syariah ini memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pemilik dana
dan pengguna dana. Berdasarkan definisi para ahli, peran merupakan pandangan dinamis
dari kedudukan ataupun status. Seseorang yang melakukan hak serta peranan, berarti
sudah melaksanakan suatu kedudukan. Peran pula dapat disandingkan dengan fungsi.
Peran serta status tidak dapat dipisahkan. Tidak terdapat peran tanpa kedudukan ataupun
status, sedemikian itu pula tidak terdapat status tanpa peran. Tiap orang memiliki
6
beragam peran yang dijalani dalam pergaulan hidupnya didalam warga. Peran
memastikan kesempatan- kesempatan yang diserahkan oleh warga kepadanya. Peran
diatur oleh norma- norma yang legal (Anoraga & Widayanti, 2023).
Dalam KBBI, sejahtera merujuk pada suasana yang nyaman sentosa, serta makmur.
Aman berarti terbebas dari ancaman serta kendala. Hidup yang aman menunjukkan suatu
kehidupan yang terbebas dari seluruh kesukaran serta musibah. Alhasil, hidup yang
sentosa merupakan hidup dalam suasana aman, rukun, serta tidak terdapat kekalutan.
Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan merupakan terbebasnya seorang dari jeratan
kekurangan, kebodohan serta rasa khawatir sehingga ia mendapatkan kehidupan yang
aman dan tenteram dengan cara lahir batin. KBBI menyatakan bahwa masyarakat
merupakan beberapa orang yang terikat oleh suatu kultur yang mereka kira serupa
(Sugono, 2003). Menurut Charles Horton, masyarakat merupakan suatu yang global yang
melingkupi bermacam bagian yang berhubungan dengan cara analitis fungsional.
Kesejahteraan masyarakat merupakan situasi terpenuhinya keinginan dasar yang
tercermin dari rumah yang layak, tercukupinya keinginan pakaian serta pangan, biaya
pendidikan serta kesehatan yang ekonomis dan bermutu ataupun situasi dimana tiap orang
sanggup untuk mengoptimalkan utilitas pada tingkatan batasan perhitungan.
7
hal-hal yang bersifat khusus. Koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip
Syariah diatur dalam Pasal 87 ayat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang
Perkoperasian, namun pada penerapan pelaksaannya koperasi syariah didasarkan pada
Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah , dan PERMA no. 2 tahun 2008 tentang KHES sebagai dasar
pengoperasionalan Koperasi Syariah. Jika dikaitkan dengan teori Hans Nawiasky tentang
Stufebau Theory prinsip bagi hasil pada koperasi syariah terdapat kekosongan norma
hukum di dalam pelaksanaanya, karena pada Undang-undang tentang Perkoperasian
hanya mengatur koperasi syariah secara kerangka luarnya, tidak menjelaskan bagaimana
tata cara pengoperasionalan prinsip bagi hasil pada Koperasi Syariah. Pada hal ini
berlaku asas Lex Specialis derogat legi generali . Tanggung jawab yang diberikan
koperasi syariah, apabila usahanya mengalami kerugian jika dilihat dari perjanjian
pembiayaan musyarakah adalah menjadi tanggung-jawab bersama pengurus dan anggota
koperasi syariah sesuai proporsi modal masing-masing. Namun, hal ini berbeda apabila
pengurus koperasi syariah melakukan miss-management dan ultra vires . Pengurus
koperasi syariah yang bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya. Bentuk
tanggung jawabnya adalah penggantian sejumlah uang yang telah di setorkan kepada
koperasi syariah, dengan bersumber dari harta pribadi milik pengurus koperasi syariah
tersebut, sebagaimana secara eksplisit tercantum dalam pasal 60 ayat dan Undang-
Undang nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian.
8
penyetorannya dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan
keluar dari keanggotaan koperasi syariah.
c. Simpanan Sukarela
Simpanan anggota yang merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota
yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpan di koperasi syariah. Bentuk
simpanan sukarela ini memiliki 2 jenis karakter antara lain:
1. Karakter yang pertama bersifat akad titipan, yang disebut (Wadi’ah) yang berarti
transaksi penitipan dana anggota kepada Koperasi Syariah dengan kewajiban bagi
Koperasi Syariah untuk dapat mengembalikannya pada saat diambil sewaktu-waktu oleh
anggota.
2. Karakter kedua bersifat investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha
dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing maupun Profit and
sharing. Konsep simpanan yang diberlakukan dapat berupa simpanan berjangka
Mudharabah Mutlaqoh maupun simpanan berjangka MudharabahMuqayadah.
Simpanan/tabungan Mudharabah Mutlaqoh adalah bentuk kerja sama antara pemilik
dana (ShahibulMaal) dengan Koperasi Syariah selaku pengusaha (Mudharib) yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah
usaha. Sementara Mudharabah Muqayadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana
dengan Koperasi Syariah selaku pengusaha dimana penggunaan dana dibatasi oleh
ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemilik dana.
10
anggotanya dimana anggota mewakilkan urusan tersebut kepada koperasi seperti
contohnya: pengurusan SIM, STNK.
e. Kafalah, berarti penjaminan, pengertian yang dimaksud dalam Koperasi Syariah
adalah penjaminan yang dilakukan Koperasi Syariah kepada anggotanya dengan tujuan
mendapatkan fasilitas
dari pihak lain dan anggota memberikan imbalan dalam bentuk fee/ujroh.
11
E. Sistem Operasional Koperasi Syariah/ BMT
Sistem Operasional
Dalam operasionalnya, Koperasi Syariah ini tidak terlalu banyak perbedaannya dengan
BMT. Sebagai lembaga keuangan, keduanya mempunyai fungsi yang sama dalam
penghimpunan dan penyaluran dana. Istilah-istilah yang digunakan juga tidak ada
bedanya. Dalam proses penghimpunan dana, keduanya menggunakan istilah simpanan
atau tabungan. Begitu pula dalam penyaluran dana, keduanya menggunakan istilah
pembiayaan. Dalam hal pembiayaan, akad yang dikembangkan berupa pola bagi hasil
(sistem mudlarabah). Sedang syarat pendirian kedua lembaga tersebut mengharuskan
minimal 20 orang (Anonimous, 2012: 6).
Selain itu, dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang
diterbitkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, pada pasal 25 ditegaskan bahwa
operasional Koperasi Syariah juga memungkinkan untuk melaksankan fungsi ‘Maal’ dan
fungsi ‘Tamwil’, sebagaimana yang selama ini dijalankan oleh BMT. Adapun yang
sedikit membedakan dalam pelaksanaannya, pada BMT memungkinkan penyaluran
dananya pada pihak luar, yaitu pihak yang belum menjadi anggota BMT. Sedangkan,
dalam operasional Koperasi Syariah, penyaluran dananya hanya diperuntukkan pada
pihak yang telah terdaftar menjadi anggota Koperasi Syariah. Dalam hal ini, Koperasi
Syariah hanya diperkenankan memberikan pembiayaan kepada anggota. Hal ini sesuai
dengan prinsip dasar koperasi, dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Koperasi
syariah merupakan bagian dari model lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). Oleh
karenanya, fokus koperasi syariah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat di
tingkat menengah ke bawah, yaitu dengan memberikan pembiayaan pada skala mikro
(kecil).
3. Manajemen Islam
Dalam manajemen Syariah yang dibahas adalah tentang, perilaku dalam manajemen,
struktur organisasi dan sistem yang dijalankan. Adapun keterangannya sebagai berikut:
a. Perilaku dalam Manajemen
Yang dimaksud dengan prilaku personal manajemen adalah perilaku orang-orang yang
menjalankan kegiatan manajemen yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
13
ketauhidan. Jika setiap orang yang terlibat kegiatan dalam manajemen syariah menyakini
dan menyadari tanggung jawab dan konsekuensi logisnya, maka diharapkan prilakunya
akan terkendali dan tidak akan terjadi prilaku KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme)
karena ia menyadari sepenuhnya adanya pengawasan dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT yang akan memperhitungkan semua perbuatannya.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangatlah penting, hal ini menjelaskan bahwa dalam mengatur
kehidupan dunia, peranan manusia tidak akan sama. Kepintaran dan jabatan seseorang
tidak akan sama.
Sesungguhnya struktur itu merupakan sunnatullah dan struktur yang berbeda-beda itu
merupakan ujian dari Allah dan bukan digunakan untuk kepentingan sendiri.
c. Sistem yang dijalankan
Sistem yang dijalankan dalam manajemen syariah adalah sistem yang menjadikan prilaku
pelaku-pelakunya berjalan baik, tidak mudah tergoda untuk melakukan penyimpangan.
Sistem yang dilengkapi dengan koridor dan rambu-rambu pengawasan, serta ada jaminan
untuk dapat hidup (gaji) yang memadai bagi pelakunya.
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah (LKS) adalah lembaga yang dalam aktifitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil
BMT adalah aktor-aktor daerah yang sangat berperan penting dalam pengembangan
Dalam era otonomi daerah,. Sebab bagaimanapun juga, untuk memfasilitasi
pengembangan keuangan mikro syariah tersebut, diperlukan suasana yang kondusif,
misalnya dukungan peraturan-peraturan yang memfasilitasi pengembangannya
maupun melindungi keuangan mikro itu sendiri, bukan malahan menghambat atau
mematikannya. Tentu aturan merupakan satu faktor untuk pengembangan keuangan
mikro, faktor lain adalah para pelaku yang terlibat di daerah.
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang Lembaga Keuangan Syari’ah Khususnya BMT
ini diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang Lembaga Keuangan
Syari’ah (BMT), Fungsi, Peran dan Tujuan Serta Mnafaat Lembaga Keuangan
Syari’ah dan bagaimana menjadikan Lembaga Keuangan Syari’ah ini selalu diminati
masyarakat luas serta tidak mematikan fungsi dan peran asalnya. Dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012. Modul Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Jakarta: Deputi Bid.
Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM RI.
Malayu S.P, Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara, 2014.
Iqbal Aminuddin, Mohammad. 2013. Prinsip bagi hasil pada pembiayaan koperasi
syariah dalam https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5976
16