Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 7

BAITUL MAL WA TAMWIL


(BMT)

NAMA ANGGOTA

MUHAMMAD REZA ALFIYON


MUHAMMAD FAUZAN
MUHAMMAD AL FIKRI
MUHAMMAD ARSYAD IRWANDA

DOSEN PENGAMPU :
ERMANSYAH,S.E.,M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT sang pemilik dan pemberi cinta, yang telah

memberikan begitu banyak berkah dan rahmatnya sehingga kami mampu menyelesaikan

makalah yang berjudul “Sumber, Penggunaan BMT dan Produk serta Aqad dalam BMT”.

Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Agung

Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman kejahilian menuju zaman

menuju hamparan ilmu pengetahuan seperti apa yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Dalam penyelesaian makalah kami mengalami berbagai hambatan dan menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini terjadi karena kelemahan dan keterbatasan

yang dimiliki oleh kami. Alhamdulillah hambatan dapat teratasi tentu tidak lepas dari dukungan,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan oleh kami dalam mencapai kesempurnaan

makalah ini. Akhir kata kami mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kami dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Pekanbaru , 01 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Sumber Dana dalam BMT...............................................................................6

B. Penggunaan Dana dalam BMT.......................................................................7

C. Produk Dan Aqad dalam BMT.....................................................................10

BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep syariah yang

lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu kegiatan

lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim

dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS)

secara produktif. Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang

murni untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah

(mikro). Kehadiran BMT untuk menyerap aspirasi masyarakat muslim di tengah

kegelisahan kegiatan ekonomi dengan prinsip riba, sekaligus sebagai supporting funding

untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Kehadiran

lembaga keuangan mikro syariah yang bernama Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

dirasakan telah membawa manfaat finansil bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil

yang tidak bankable dan menolak riba, karena berorientasi pada ekonomi kerakyatan.

Kehadiran BMT di satu sisi menjalankan misi ekonomi syariah dan di sisi lain

mengemban tugas ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan ekonomi mikro, itulah

sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di tengah perkembangan lembaga keuangan

mkro konvensional lainnya.(Masyithoh, 2014)

BMT merupakan sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi juga

sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada sebagian kecil

orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan adil. BMT juga

merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan


lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Perkembangan tersebut terjadi tidak lain

karena kinerja BMT yang selalu meningkat sepanjang tahunnya dan juga sistem yang

dianut BMT sangat membantu masyarakat.(Kuatismanto, Maal et al., 2015)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep sumber dana dalam BMT?

2. Bagaimana Konsep penggunaan dana dalam BMT?

3. Bagaimana konsep produk dan aqad dalam BMT?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui sumber dana dalam BMT

2. Untuk mengetahui penggunaan dalam BMT

3. Untuk mengetahui produk dan aqad dalam BMT


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Dana dalam BMT


Upaya penghimpunan dana harus dirancang dengan baik untuk menarik minat

masyarakat untuk menjadi anggota di BMT. Prinsip utama dalam manajemen funding ini

adalah kepercayaan. Artinya kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT

sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri.

Sumber dana BMT pada prinsipnya dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni dana pihak

pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar), dan dana pihak ketiga

(simpanan atau tabungan).(Ii & Dana, n.d.)

1) Dana pihak pertama

Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat pendirian. Tetapi

dana ini dapat terus dikembangkan, seiring dengan perkembangan BMT. Sumber dana

pihak pertama meliputi.

a) Simpanan pokok khusus (modal penyertaan), yaitu simpanan modal penyertaan, yang

dapat dimiliki oleh individu maupu lembaga dengan jumlah penyimpanan tidak harus

sama. Simpanan hanya dapat ditarik setelah jangka waktu 1 tahun melalui musyawarah

tahunan. Atas simpanan ini, penyimpan akan mendapatkan porsi sisa hasil usaha atau

laba pada tiap akhir tahun secara proporsional dengan modalnya.

b) Simpanan pokok, merupakan simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota

BMT. Besarnya pokok harus sama. Simpanan pokok tidak dapat ditarik, jika ditarik maka

keanggotaan dinyatakan berhenti.


c) Simpanan wajib, merupakan sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar

kecilnya tergantung pada kebutuhan permodalan dan anggotanya.

2) Dana Pihak Kedua

Dana yang bersumber dari pinjaman pihak luar. Nilai dana ini tidak terbatas,

tergantung pada kemampuan BMT masing-masing dalam menanamkan kepercayaan pada

investor. Pihak luar yang dimaksud adalah bank syariah (BMI, BRIS, BPRS, BNIS)

maupun lembaga antar BMT, seperti puskopsyah atau Inkopsyah.

2) Dana Pihak Ketiga

Dana ini merupakan simpanan sukarela atau tabungan dari para anggota BMT.

Jumlah dan sumber dana ini sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara

pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi dua yakni simpanan lancar

(tabungan), dan simpanan tidak lancar (deposito).

Besar kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh suatu lembaga keuangan

merupakan ukuran dalam menilai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank atau

lembaga keuangan tersebut. Dan tingkat kepercayaan masyarakat sangat dipengaruhi oleh

kinerja bank atau lembaga yang bersangkutan.

B. Penggunaan Dana dalam BMT


Penggunaan dana BMT merupakan upaya menggunakan dana BMT untuk

keperluan operasional yang dapat mengakibatkan berkembangnya BMT atau sebaliknya,

jika penggunaannya salah.

Dua kondisi ini dapat dicapai, jika manajemen mampu bertindak sesuai dengan

landasan BMT Pengalokasian dana BMT ini harus selalu berorientasi untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota. Manajemen akan selalu dihadapkan pada dua

persoalan, yakni bagaimana akan semaksimal mungkin mengalokasikan dana yang

dapat memberikan
pendapatan maksimal pula dan tetap menjaga kondisi keuangan sehingga dapat

memenuhi kewajiban jangka pendeknya setiap saat. yang sebenarnya. Untuk itu,

pengalokasian dana BMT harus memperhatikan aspek sebagai berikut:

a. Aman, artinya dana BMT dapat dijamin pengembaliannya.

b. Lancar, artinya perputaran dana dapat berjalan dengan cepat.

c. Menghasilkan, artinya pengalokasian dana harus dapat memberikan pendapatan

maksimal.

d. Halal, artinya pengalokasian dana BMT harus pada usaha yang halal baik dari tinjauan

hukum positif maupun agama.

e. Diutamakan untuk pengembangan usaha ekonomi anggota.

Setelah dana pihak ketiga (DPK) dikumpulkan, maka sesuai dengan

fungsi intermediary-nya maka lembaga keuangan berkewajiban menyalurkan dana tersebut

untuk pembiayaan. Dalam hal ini, BMT harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-

dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah

digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:

 Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah.

 Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap

aman.

Untuk mencapai kedua keinginan tersebut maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan

sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi.

Dalam bukunya Dendawijaya (2005: 54) dijelaskan cara penempatan (alokasi) dana oleh

suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas
dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan/dipilih oleh eksekutif bank dan

lembaga keuangan lainnya, yaitu:

a. Pool of Fund Approach

Adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang

berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga

perolehannya.

b. Assets Allocation Approach

Adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing

sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan

tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.

Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian

penting dari aktiva bank, yaitu:

c. Earning Assets (aktiva yang menghasilkan)

Aktiva yang dapat menghasilkan atau Earning Assets adalah aset bank yang digunakan

untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri

atas:

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)

2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)

3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al-Bai’)

4) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina/Ijarah Muntahiah

bi Tamlik)

5) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.


Pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan dana.

Dalam kaitan dengan perbankan maka ini merupakan fungsi yang terpenting. Portofolio

pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar, pada umumnya sekitar 55%

sampai 60% dari total aktiva. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank

diharapkan dapat memberikan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on

financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Sesuai dengan

karakteristik dari sumber dananya, pada umumnya bank komersial memberikan

pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan

dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap

jenis pembiayaan juga bervariasi, tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan

dan sektor usaha yang dibiayai.

Di samping penggunaan dana untuk pembiayaan, bagi bank syariah juga dapat

mengalokasikan dananya untuk fungsi investasi pada surat-surat berharga. Porsi terbesar

berikutnya dari fungsi penggunaan dana bank adalah berupa investasi pada surat-surat

berharga. Selain untuk tujuan memperoleh penghasilan, investasi pada surat berharga ini

dilakukan sebagai salah satu media pengelolaan likuiditas, di mana bank harus

menginvestasikan dana yang ada seoptimal mungkin, tetapi dapat dicairkan sewaktu-

waktu bila bank membutuhkan dengan tanpa atau sedikit sekali mengurangi nilainya.

Tingkat penghasilan dari investasi (yield on investment) pada surat berharga tersebut pada

umumnya lebih rendah daripada yield on financing

C. Produk Dan Aqad dalam BMT


Secara umum dalam menjalankan fungsinya, produk BMT diklasifikasikan

menjadi empat hal (Ii & Dana, n.d.) yaitu:


a. Produk penghimpunan dana (funding)Produk penghimpun dana secara umum berupa

simpanan atau tabungan yang didasarkan pada akad wadiah dan mudhrabah itu dalam

BMT dikenal adanya dua jenis simpanan yaitu simpanan wadi’ah dan simpanan

mudhrabah.

Dalam ilmu fiqih akad wadi’ah ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan

untuk memanfaatkan barang titipan tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Wadi’ah al-Amanah, yaitu akad wadi’ah yang mana pihak yang menerima titipan tidak

boleh memanfaatkan barang yang dititipkan.

b) Wadi’ah ad Dhamanah, yaitu akad wadi’ah yang mana pihak yang menerima titipan

diperbolehkan untuk memanfaatkan uang/barang yang dititipkan, dengan ketentuan

bahwa sewaktu-waktu pemilik barang membutuhkan uang/barang yang bersangkutan

masih utuh.Sedangkan mudhrabah merupakan salah satu akad kerjasama kemitraan

berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan

sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan memyediakan

modal yang disebut shohib al mal sedangkan yang kedua memiliki keahlian dan

bertanggung jawab mengelola dana atau manajemen usaha (proyek) halal tertentu, yang

disebut mudharib. Dasar perjanjian mudhrabah adalah kepercayaan murni, sehingga

dalam kerangka pengelolaan dana oleh mudarib, shohib al mal tidak diperkenankan

melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan

(Controling) untuk menghindari pemanfaatan dan di luar rencana yang dispakati.

b. Produk penyaluran dana (lending)

a) Jual beli (murabahah)


Salah satu produk penyaluran dana yang banyak digunakan dalam BMT adalah

murabahahatau dalam ilmu perbankan merupakan jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati. Produk ini banyak digunakan karena

yang profitable, mudah dalam penerapanya, dimana BMT bertindak sebagai pembeli

sekaligus penjual barang halal tertentu yang dibutuhkan nasabah. Selain produk

murabahah terdapat penyaluran dana musyarakah yaitu akad kerja sama yang dilakukan

oleh dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

b) pinjam-meminjam (al-qard) adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan.

c) Produk tabarru’: ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah).

Adapun jenis – jenis produk penghimpunan dana yang dimiliki oleh Baitul Maal Wat

Tamwil,(PINBUK, 2000) antara lain:

a. Tabungan Mudharabah Tabungan

Tabungan mudharabah merupakan simpanan yang dapat dipergunakan oleh

mudharib (Bank), dengan memperoleh keuntungan bagi hasil (mudharabah).

Keuntungan akan diberikan kepada Shahibul Maal atau deposan berdasarkan

kesepakatan bersama. penarikan dan penyetoran menggunakan buku tabungan, dapat

dilakukan secara tunai maupun pemindah bukuan. Secara umum, tabungan

mudharabah merupakan produk penghimpunan dana oleh lembaga keuangan Syariah


yang menggunakan akad mudharabah mutlaqoh. Bank Syariah bertindak sebagai

mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal.

b. Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah merupakan dana investasi yanh ditempatkan oleh nasabah

yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah dan penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu, sesuai denga akad perjanjian yang dilakukan antar

bank dan investor. Deposito, muda diprediksi ketersediaan dananya karena terdapat

jangka waktunya, sehingga pada umumnya balas jasa yang beripa nisbah bagi hasil

yang diberikan oleh bank untuk deposito lebih tinggi dibanding tabungan

mudharabah.

c. Giro Wadiah

Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan

pengamblan setiap dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh

perusahaan/yayasan, dan bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan

mereka. Dalam giro meskipun tidak memberikan bagi hasil, pihak bank berhak

memberikan bonus kepada nasabah yang besarannya tidak ditentukan diawal,

bergantung pada kebaikan pihak bank.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber dana BMT pada prinsipnya dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni dana

pihak pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar), dan dana pihak ketiga

(simpanan atau tabungan). Penggunaan dana BMT merupakan upaya menggunakan dana

BMT untuk keperluan operasional yang dapat mengakibatkan berkembangnya BMT atau

sebaliknya, jika penggunaannya salah. Pengalokasian dana BMT ini harus selalu

berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Secara umum dalam

menjalankan fungsinya, produk BMT diklasifikasikan menjadi empat hal yaitu : Produk

penghimpunan dana (funding), Produk penyaluran dana (lending).Dalam ilmu fiqih akad

wadi’ah ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan untuk memanfaatkan barang titipan

tersebut dibedakan menjadi dua macam,yaitu: Wadiah Al-Amanah dan Wadiah Ad-

Dhamanah, Sedangkan mudhrabah merupakan salah satu akad kerjasama kemitraan

berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle
DAFTAR PUSTAKA

Ii, B. A. B., & Dana, A. P. P. (n.d.). Sunarto Zulkifli, Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,

2003), 93. 16. 16–36.

Kuatismanto, Maal, B., Tamwil, W. A., Di, B. M. T., Pekalongan, K., & Ismanto, K. (2015).

Kuatismanto. Pengelolaan Baitul Maal Pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di Kota

Pekalongan, 12, 24–38.

Masyithoh, N. D. (2014). Analisis Normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Tentang

Lembaga Keuangan Mikro (Lkm) Atas Status Badan Hukum Dan Pengawasan Baitul Maal

Wat Tamwil (Bmt). Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 5(2), 17–36.

https://doi.org/10.21580/economica.2014.5.2.768

PINBUK. (2000). Pedoman Cara Pembentukan BMT. April, 2.

Anda mungkin juga menyukai