Anda di halaman 1dari 4

BMT

A. SEJARAH SINGKAT AWAL MULA BMT BERDIRI

Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk
mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasinalisasi BMI kurang menjangkau usaha
masyakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan
mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasioanal daerah.

Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan muncul
kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi oleh
aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu peran
BMT agar mampu lebih aktif dalam memperbaiki kondisi tersebut.

BMT ada di Indonesia dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang
mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT
lebih diberdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Sebagaimana diuraikan di atas bahwa istilah BMT
merupakan penggabungan dari baitul mal dan baitut tamwil. Sebelum berkembang istilah BMT, kita
telah lebih dahulu akrab dengan istilah Baitul Mal (BM). Saat ini kita mengenal istilah BM sebatas
sebagai lembaga pengelola ZIS. Pengertian ini sebenarnya telah mengalami penyempitan fungsi karena
pada masa Nabi SAW dan para khalifah sesudahnya, BM menjalankan fungsi negara bukan hanya pada
aspek ekonomi tapi pada semua aspek kehidupan. Adapun istilah Baitut Tamwil (BT) kurang populer.
Namun ini pernah terdengar melalui nama BT Teknosa di Bandung dan BT Ridha Gusti di Jakarata.
Fungsinya kurang lebih sama dengan praktik perbankan Islam yang menerapkan sistem bagi hasil.
Perbedaannya terletak pada status kelembagaannya sebagai kelompok swadaya masyarakat dan lingkup
usaha yang relatif kecil

B. PENGERTIAN BMT ( BAITUL MAAL WA TAMWIL )

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari’ah),
menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat
serta membela kepentingan kaum fakir miskin. BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil ( Bait =
Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta), yaitu melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal
(Bait = Rumah, Maal = Harta), yaitu menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta
mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu
meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan
sebagai wakil pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang
professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Misi BMT adalah membangun dan
mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran,
serta berkeadilan berlandaskan syari’ah dan diridhoi Allah SWT. Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba modal pada
golongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil,
sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Secara konsep BMT memiliki dua fungsi yaitu :

1. Baitul Maal (Bait = rumah, Maal = Harta) yaitu menerima titipan dana zakat, infak dan
shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya, yang
merupakan fungsi amal zakat yang menerima dan menyalurkan ZIS.

2. Baitul Tanwil (Bait = rumah, Tanwil = pengembangan Harta) merupakan fungsi untuk
melakukan pengembangan usaha- usaha prodiktif dan investasi dalam rangka meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorang dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.

C. TUJUAN DIDIRIKANNYA BMT

1. Melepaskan ketergantungan masyarakat pada rentenir.

2. Menjadi motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.

3. Menjadi ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah.

4. Penghubung antara kaum aghnia dan kaum dhuafa.

5. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah dan salam

melalui spiritual communication dengan dzikir qalbiyah ilahiyah.

C. FUNGSI DANA BMT

Dana BMT memiliki fungsi yakni:

1. Sebagai sumber dana biaya operasional BMT

2. Sumber dana untuk investasi primer dan sekunder BMT

3. Sebagai penyangga (cushion) dan penyerap kerugian BMT bersangkutan

4. Sebagai tolok ukur besar kecilnya suatu BMT

5. Untuk menarik masyarakat yang kelebihan dana agar menabungkan uangnya di BMT

bersangkutan

6. Untuk memperbesar solidaritas masyarakat terhadap BMT bersangkutan

7. Untuk memperbesar daya saing BMT bersangkutan


8. Untuk mempermudah penarikan dan peningkatan sumber daya manusia

9. Untuk memperbanyak pembukaan kantor cabang

D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BMT DENGAN PERBANKAN LAINNYA

BMT sebagai alternatif Bank-bank konvensional, memiliki keunggulan-keunggulan yang juga


merupakan perbedaan dan perbandingan jika dengan perbankan konvensional. Disamping hal tersebut
muncul juga kelemahan-kelemahan karena sebagai pemain baru dalam dunia lembaga keuangan.

Keunggulan BMT adalah:

1. BMT Islam memiliki dasar hukum operasional yakni Al Qur’an dan Al Hadist. Sehingga dalam
operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip dasar seperti diperintahkan oleh Allah SWT, juga
nilai dasar seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
2. BMT Islam mendasarkan semua produk dan operasinya pada prinsip-prinsip efisiensi, keadilan,
dan kebersamaan.
3. Adanya kesamaan ikatan emosional keagamaan yang kuat antara pemegang saham, pengelola,
dan nasabah, sehingga dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan
membagi keuntungan secara jujur dan adil.
4. Adanya keterikatan secara religi, maka semua pihak yang terlibat dalam BMT Islam akan
berusaha sebaik-baiknya sebagai pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun hasil yang
diperoleh diyakini membawa berkah.
5. Adanya fasilitas pembiayaan (Al Mudharabah dan Al Musyarakah) yang tidak membebani
nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap, hal ini memberikan
kelonggaran physichologis yang diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara tenang dan
bersungguh-sungguh.
6. Adanya fasilitas pembiayaan (Al Murabahah dan Al Ba’i Bitsaman Ajil) yang lebih
mengutamakan kelayakan usaha dari pada jaminan (kolateral) sehingga siapa pun baik
pengusaha ataupun bukan mempunyai jaminan kesempatan yang luas untuk berusaha.
7. Tersedia pembiayaan (Qardu Hasan) yang tidak membebani nasabah dengan biaya apapun,
kecuali biaya yang dipergunakan sendiri:seperti bea materai, biaya notaris, dan sebagainya.
Dana fasilitas ini diperoleh dari pengumpulan zakat, infak dan sadaqah, para amil zakat yang
masih mengendap.
8. Dengan diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga, maka tidak ada diskriminasi
terhadap nasabah yang didasarkan atas kemampuan ekonominya sehingga akseptabilitas BMT
Islam menjadi luas.
9. Dengan adanya sistem bagi hasil, maka untuk kesehatan BMT yang bisa diketahui dari naik
turunnya jumlah bagi hasil yang diterima.
10. Dengan diterapkannya sistem bagi hasil, maka persaingan antar BMT Islam berlaku wajar yang
diperuntukkan oleh keberhasilan dalam membina nasabah dengan profesionalisme dan
pelayanan yang baik.
Kelemahan-kelemahan serta permasalahan-permasalahan yang ada dalam BMT Islam
adalah:

1. Dalam operasional BMT Islam, pihak-pihak yang terlibat didasarkan pada ikatan emosional
keagamaan yang sama, sehingga antara pihak-pihak khususnya pengelola BMT dan BMT harus
saling percaya, bahwa mereka sama-sama beritikad baik dan jujur dalam bekerjasama. BMT
dengan sistem ini terlalu berprasangka baik kepada semua nasabah dan berasumsi bahwa semua
orang yang terlibat adalah jujur. Dengan demikian, BMT Islam rawan terhadap mereka yang
beritikad tidak baik sehingga diperlukan usaha tambahan untuk mengawasi nasabah yang
menerima pembiayaan dari BMT Islam karena tidak dikenal bunga, denda keterlambatan dan
sebagainya.
2. Sistem bagi hasil yang adil memerlukan tingkat profesionalisme yang tinggi bagi pengelola
BMT untuk membuat penghitungan yang cermat dan terus-menerus.
3. Motivasi masyarakat muslim untuk terlibat dalam aktivitas BMT Islam adalah emosi
keagamaan, ini berarti tingkat efektifitas keterlibatan masyarakat muslim dalam BMT Islam
tergantung pada pola pikir dan sikap masyarakat itus sendiri.
4. Semakin banyak umat Islam memanfaatkan fasilitas yang disediakn BMT Islam, sementara
belum tersedia proyek-proyek yang bisa di biayai sebagai akibat kurangnya tenaga-tenaga
profesional yang siap pakai, maka BMT Islam akan menghadapi ”kelebihan likuiditas”.
5. Salah satu misi BMT Islam yakni mengentaskan kemiskinan yang sebagian besar kantong-
kantong kemiskinan terdapat di pedesaan.

Anda mungkin juga menyukai