Anda di halaman 1dari 28

Baitul Maal watTammwil

(BMT)
Nama anggota
Fathirul Rais
Suci Nur Afika
Rifa Inas Faizah
Aulia Ramadlonna
Pengertian, Karakteristik, dan Peran BMT
Pengertian Baitul Maal Mattamwil (BMT) atau disebut dengan
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah balai Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan syariah
usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana
bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan kepada anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala
mengembangkan usaha-usaha produktif dan mikro. Baitul Maal Mattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan yaitu :
ekonomi pengusaha kecil ke bawah dan kecil 1. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta) merupakan
dengan antara lain mendorong kegiatan usaha yang melakukan kegiatan pengembangan
menabung dan menunjang pembiayaan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
kegiatan ekonominya. Baitul Maal Wat Tamwil meningatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro kecil
juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan untuk kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan kegiatan ekonomi.
peraturan dan amanatnya. Selain itu, yang 2. Baitul maal (rumah harta) merupakan bentuk usaha
mendasar adalah bahwa seluruh aktivitas BMT yang berperan dalam mengumpulkan dan menyalurkan
harus dijalankan berdasarkan prinsip muamalah dana non profit, seperti zakat, infak, shadaqoh dan
ekonomi dalam islam. wakaf. Serta mengoptimalkan distribusinya sesuai
dengan aturan dan amanatnya .

2
Pengertian, Karakteristik, dan Peran BMT
Karakteristik Khusus Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
• Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, jangan menunggu tetapi Karakteristik Utama Baitul Maal Wat
mengambil bola, bahkan mengambil bola, baik untuk mengumpulkan Tamwil (BMT)
dana anggota dan untuk membiayai. • Berorientasi bisnis, mencari keuntungan
• Kantor dibuka pada waktu tertentu yang ditetapkan sesuai dengan bersama, meningkatkan pemanfaatan
persyaratan pasar. ekonomi yang paling untuk anggota dan
• BMT melakukan bantuan bisnis untuk anggota. masyarakat.
• Manajemen BMT adalah profesional Islami yaitu : • Bukan lembaga sosial, tetapi berguna
1. Setiap tahun buku ini dilaksanakan secara maksimal hingga Maret untuk merampingkan pengumpulan dan
berikutnya, BMT akan mengadakan pertemuan anggota tahunan. penyajian dana zakat, infaq dan
Forum ini adalah forum konsultasi tertinggi. sedekah untuk kesejahteraan banyak
2. Menjemput bola secara aktif, memprakarsai, kreatif-inovatif, orang.
menemukan masalah dan menyelesaikannya dengan bijak dan • Tumbuh dari bawah berdasarkan
memberikan kemenangan kepada semua pihak (solusi menang- partisipasi masyarakat sekitar.
menang). • Milik kelas bawah, bersama dengan
3. Berpikir, bertindak dan bersikap “Ahsanuamala” atau layanan yang orang kaya di sekitar BMT, bukan milik
unggul. individu atau orang dari luar komunitas.
4. Berorientasi pasar bukan pada produk. Meskipun produk itu
penting, pendirian dan pengembangan BMT harus selalu
memperhatikan aspek pasar, baik dari segi lokasi, potensi pasar,
tingkat persaingan dan lingkungan bisnis. 3
Pengertian, Karakteristik, dan Peran BMT
Menurut Wahyu Dwi Agung BMT setidaknya tiga peran yang dimainkan BMT dalam membantu
memberdayakan ekonomi rakyat dan sosialisasi sistem syariah secara bersama antara lain :
a. Sektor finansial, yaitu dengan cara memberikan fasilitas pembiayaan kepada para pengusaha kecil
dengan konsep syariah, serta mengaktifkan nasabah yang surplus dana untuk menabung.
b. Sektor riil, dengan pola binaan terhadap para pengusaha kecil manajemen, teknis pemasaran dan
lainnya untuk meningkatkan profesionalisme dan produktivitas, sehingga para pelaku ekonomi
tersebut mampu memberikan konstribusi laba yang proporsional untuk ukuran bisnis.
c. Sektor religious, dengan bentuk ajakan dan himbauan terhadap umat Islam untuk aktif membayar
zakat dan mengamalkan infaq dan sadaqah, kemudian BMT menyalurkan ZIS pada yang berhak
serta memberi fasilitas pembiayaan Qardul Hasan (pinjaman lunak tampa beban biaya).
Peran BMT merupakan salah satu kontribusi bagi suksesnya proses pembangunan, sehingga pelan tapi
pasti dapat mengikis atau mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Perspektif tekno-ekonomi
dapat menjadi pertimbangan yang cukup strategis dalam upaya pengembangan usaha mikro, terutama
yang diperankan oleh BMT. Di samping berfungsi sebagai alat (tools) pengembangan usaha, tekno-
ekonomi ini juga berperan sebagai pemicu kreativitas dan inovasi di kalangan pelaku usaha mikro dan
BMT itu sendiri. Dalam peranannya BMT selalu berprinsip kepada tiga sektor yang harus mendapat
keutamaan, pertama sektor finansial, kedua sektor riil, dan yang ketiga sektor religious. Sektor-sektor ini
dinilai mampu memberdayakan sumber-sumber yang ada bagi UMKM indonesia dewasa ini.

4
Pengertian, Karakteristik, dan Peran BMT
Keberadaan BMT diharapkan mempunyai beberapa peran sebagai berikut :
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang non syari’ah. Jadi BMT harus mempunyai peran
aktif dalam bersosialisasi tetntang peran sistem ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat yang
tidak begitu paham tentang ekonomi Islam. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
pelatihan mengenai tata cara dalam bertransaksi secara syariah.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. Dalam hal ini BMT harus aktif dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro dalam pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan
terhadap usaha-usaha nasabah.
3. Melepaskan maasyarakat dari ketergantungannya kepada rentenir. Dalam hal ini BMT harus mampu
mendapatkan simpati dari masyarakat dengan cara melayani masyarakat dengan cara lebih baik.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarkat dengan distribusi yang merata. Dalam hal ini BMT sebagai
lembaga ekonomi mikro syariah dalam pelaksanaannya harus mengkituti pada aturan-aturan syariah
Islam. (Anwar, 2013)

5
Regulasi dan Pengawasan BMT
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro menentukan
kelembagaan BMT dalam dua bentuk hukum yaitu koperasi atau perseroan terbatas.
Sebagaimana diketahui bahwa BMT merupakan lembaga keuangan yang melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat berdasarkan prinsip
syariah.
UndangUndang Nomor no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, UndangUndang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, UndangUndang Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Lembaga Keuangan Mikro, UndangUndang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan. Selain undang-undang tersebut, terdapat berbagai macam
peraturan yang membantu pelaksanaan BMT.
Pengawasan terhadap Baitul Maal Wat-tamwil (BMT) atau koperasi syariah pada
pelaksanaan diawasi oleh tiga lembaga diantaranya otoritas jasa keuangan, Dewan
Pengawas Syariah, dan kementrian koperasi atau dinas koperasi
.

6
Regulasi dan Pengawasan BMT
Pengawasan terhadap Baitul Maal Wat-tamwil (BMT) atau koperasi syariah pada
pelaksanaan diawasi oleh tiga lembaga diantaranya otoritas jasa keuangan, Dewan
Pengawas Syariah, dan kementrian koperasi atau dinas koperasi
Pertama, Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaannya diatur dalam peraturan
otoritas jasa keuanganNo./POJK.05/2014 tentang penyelenggaraan usaha lembaga
keuangan mikro pasal 12 menyebutkan bahwa:
(1)LKM yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib menggunakan
akad yang sesuai dengan
(2)Akad yang sesuai dengan Prinsip Syariah Kegiatan usaha penghimpunan Simpanan
dilakukan dengan menggunakan Akad Wadiah, Akad Mudharabah, atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah serta disetujui oleh OJK dan Kegiatan
usaha penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan dilakukan dengan menggunakan Akad
Mudharabah, Akad Musyarakah, Akad Murabahah, atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah serta disetujui oleh OJK .

7
Regulasi dan Pengawasan BMT
Kedua, Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) . Dalam
keputusan DSN-MUI Nomor 3 Tahun 2000, terdapat pengaturan mengenai dewan pengawas syariah
terhadap lembaga keuangan syariah diantaranya, tugas dan fungsi Dewan pengawasan syariah adalah:
a)Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN, Fungsi utama DPS adalah:Sebagai
penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usah syariah dan pimpinan kantor cabang
syariah mengenai hal yang terkait dengan aspek syariah dan Sebagai mediator antara lembaga
keuangan syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
Ketiga, Pengawasan Oleh Kementrian Koperasi Dan UKM Terhadap BMT berbasis koperasi .
Mengenai pengawasan koperasi diatur dalam peraturan mentri koperasi dan usaha kecil dan menengah
Nomor 39/Per/M.KUKM/XII/2007 Tentang pedoman pengawasan koperasi jasa keuangan syariah dan
unit jasa keuangan syariah koperasi. Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengawasan adalah kegiatan
pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan
Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat
yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi dilakukan secara baik dan
terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait.

8
Sistem Operasional BMT
Prinsip Operasional BMT
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, BMT yang berbadan hukum KSPPS beroperasi layaknya bank dan
menggunakan prinsip:
1) Prinsip Bagi Hasil,
2) Sistem Jual Beli,
3) Sistem NonProfit,
4) Akad Bersyariat, dan
5) Produk Pembiayaan.
Namun, tidak dapat melakukan transaksi transfer, kliring, dan giro (Sudarsono, 2008:108)

Pada dataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, baik seba usaha
(KSU) maupun simpan pinjam (KSP). Namun demikian, sangant mungkin dibentuk perundangan tersendiri. Mengingat
sistem operasional BMT tidak sama persis dengan perkoperasian.4 Lembaga keuangan syariah berfungsi
menyediakan jasa perantara bagi pemilik modal dengan perusahaan yang mebutuhkan dana tersebut. Kehadiran
lembaga keungan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam dunia bisnis, sehingga uang dari masyarakat
dapt dikumpulkan melalui berbagai bentuk produk penghimpunan dana sebelum disalurkan kembali kepda yang
membutuhkan dalam bentuk pembiayaan.

9
Sistem Operasional BMT
Dalam operasionalnya BMT memiliki empat prinsip perbankan syariah, yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: mudharabah dan
musyarakah.
2. Prinsip Jual Beli dengan Marjin Keuntungan (Mark Up) Prinsip jual beli berdasarkan dengan
Marjin Keuntungan (Mark Up) berdasarkan akad Antara lain: murabahah, istishna’ dan salam.
3. Prinsip Sewa Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/ atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya
bit tamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu:
• Pembiayaan ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang berupa transaksi sewa dalam
bentuk akad ijarah dengan opsi perpindahan hak kepemilikan dengan akad ijarah Muntahiya
bit Tamlik (IMBT) berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah
pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan untuk melunasi utang/kewajiban sewa sesuai
akad.
• Pembiayaan ijarah muntahiya bit tamlik merupakan pembiayaan sewa beli berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan sebagai pihak yang
diwajibkan untuk melunasi utang/kewajiban sewa beli sesuai akad.

10
Sistem Operasional BMT
4. Prinsip Non Profit Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh. Qardh adalah pinjam
meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Prinsip non profit biasanya
diperuntukan bagi karyawan dan orang-orang yang membutuhkan dana untuk keperluan yang
sifatnya bukan untuk menambah modal kerja.

11
Sumber Pendanaan
Dana Pihak I Dana Pihak II Dana Pihak III (nasabah)
(modal/equity) (pinjaman) • Simpanan Wadiah
• SimPokSus • Hutang bank, • Simpanan Mudharabah
• Simpanan Pokok BUMN, PNM • Simpanan lainnya
• Simpanan Wajib • Dana Bergulir
• Penyertaan • Pinjaman lainnya
• Hibah
• Laba Ditahan

12
Sumber Pendanaan
Sumber dana pihak pertama dapat dikelompokkan
ke dalam : 3) Simpanan Wajib Simpanan ini menjadi sumber
Dana Pihak I (modal/equity) modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar
1) Simpanan pokok khusus (Modal penyertaan) kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan
Simpanan pokok khusus merupakan simpanan permodalan dan anggotanya. Besarnya simpanan
modal penyertaan, yang dapat dimiliki oleh wajib setiap anggota sama. Baik simpanan pokok
individu maupun lembaga dengan jumlah maupun wajib akan turut diperhitungkan dalam
setiap penyimpanan tidak harus sama, dan pembagian Simpanan Hasil Usaha.
jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam
rapat.
2) Simpanan Pokok Simpanan pokok merupakan
simpanan pokok yang harus dibayar saat
menjadi anggota BMT. Besarnya simpanan
pokok harus sama. Pembayarannya dapat saja
dicicil, supaya dapat menjaring jumlah anggota
yang lebih banyak. Sebagai bukti keanggotaan,
simpanan pokok tidak boleh ditarik selama
menjadi anggota. Jika simpanan ini ditarik,
maka dengan sendirinya keanggotaannya
dinyatakan berhenti.
13
Sumber Pendanaan
Dana Pihak II (pinjaman) Dana Pihak Ketiga (DP III)
Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Dana ini merupakan simpanan sukarela atau tabungan
Nilai dana ini memang sangat tidak terbatas. dari para anggota BMT. Jumlah dan Sumber dana ini
Artinya tergantung pada kemampuan BMT sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara
masing-masing, dalam menanamkan pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi
kepercayaan kepada calon investor. Pihak luar dua, yakni simpanan lancar (Tabungan), dan simpanan
yang dimaksud ialah mereka yang memiliki tidak lancar (deposito).
kesamaan sistem yakni bagi hasil, baik bank
maupun non bank. Oleh sebab itu, sedapat • Tabungan adalah simpanan anggota kepada BMT yang
mungkin BMT hanya mengakses sumber dana dapat diambil sewaktu-waktu (setiap saat). BMT tidak
yang dikelola secara Syariah. Berbagai lembaga dapat menolak permohonan pengambilan tabungan ini.
yang mungkin dijadikan mitra untuk meraih • Deposito adalah simpanan anggota kepada BMT, yang
pembiayaan misalnya, Bank Muamalat pengambilannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh
Indonesia, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, tempo. Jangka waktu yang dimaksud meliputi satu, dua,
BRI Syariah dll serta Bank Pembiayaan Rakyat tiga, enam dan dua belas bulan (Ridwan, 2004: 153).
Syariah (BPRS).

14
Produk-Produk
BMT
• Produk Penghimpunan/ funding
Dana Produk penghimpunan dana pada dalam operasionalnya pada BMT menggunakan Prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Prinsip Mudharabah merupakan akad kerjasama dimana shahibul maal sebagai pemilik modal dan
mudharib sebagai pengelola. Keuntungan dari usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang
telah disepakati.
b. Prinsip Wadi’ah merupakan tempat titipan untuk menjaga sebuah barang yang dimiliki oleh seseorang
• Produk Penyaluran
Dana Produk penyaluran dana dalam BMT yang dapat dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip Jual Beli (At-Tijarah) merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara jual beli. Prinsip ini dapat
berupa murabahah, salam, dan istishna.
b. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) pada dasarnya sama dengan prinsip jual beli (AtTijarah) namun memiliki perbedaan
dimana perbedaan itu terletak pada transaksinya, dimana transaksi pada jual beli tramsaksinya berupa barang
sedangkan ijarah transaksinya berupa jasa.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) merupakan suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarkah.

15
Produk-Produk
• Produk Jasa
BMT
Produk jasa terdiri atas :
a. Qardh, merupakan pemberian pinjaman untuk kebutuhan mendesak dan bukan bersifat konsumtif,
pengembalian pinjaman sesuai dengan jumlah yang ditentukan dengan cara angsur atau tunai.
b. Al wakalah, merupakan pemberian untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu,
penerima kuasa mendapat imbalan yang ditentukan dan disepakati bersama
c. Al hawalah, merupakan penerimaan pengalihan utang/piutang dari pihak lain untuk kebutuhan mendesak dan
bukan bersifat konsumtif, BMT sebagai penerima pengalihan hutang atau piutang akan mendapatkan imbalan
dari pengaturan pengalihan (management fee).
d. Rahn, merupakan pinjaman dengan cara menggadaikan barang sebagai jaminan utang dengan membayar
jatuh tempo, ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhum) ditanggung oleh penggadai (rahin), barang
jaminan adalah milik sendiri (rahin), untuk itu hendaknya rahin bersedia mengisi surat pernyataan kepemilikan.
e. Kafalah, merupakan pemberian garansi kepada anggota yang akan mendapatkan pembiayaan (pelaksanaan
suatu usaha atau proyek) dari pihak lain, BMT mendapatkan imbalan dari anggota sesuai dengan kesepakatan
bersama.

16
Langkah-Langkah Pendirian BMT

17
Langkah-Langkah Pendirian BMT
• Pertama, Pemprakarsa dan pendamping • Ketiga, undanglah para sahabat yang telah didaftarkan
menyiapkan diri (menginfaqkan waktu, tadi sebnayak 5-10 orang untuk mendiskusikan lebih
lanjut tantang BMT. Sasarn pertemuan ini adalah
pemikiran, dan semangat) untuk menjadi
membentuk sebuah tim atau panitia penyiapan
motivator pendirian BMT. Pemrakarsa dan pendirian BMT (P3B)yang terdiri dari ketua dan wakil
pendamping terlebih dahulu mengetahui ketua, sekretaris dan wk sekretaris, dan bendahara.
dan memahami isi dan falsafah (visi, misis, Jika diperlukan dapat menunjuk dan memeinta
tujuan, usaha, dll) yang berada di belakang kesediaan penasehat tim terdiri dari tokoh-tokoh yang
BMT paling berpengaruh dalam masyarakat.
• Keempat, Rapat Pendiri untuk memilih Pengurus BMT,
• Kedua, Setelah ide berkembang dan
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota bila perlu
direspon oleh 4-5 orang aktivis / motivator, upayakan Pengurus dari orang yang memiliki pengaruh,
maka carilah dukungan tambahan yang memiliki dasar kemampuan mencari dukungan, diterima
lebih besar seperti imam masjid, ulama, oleh masyarakat banyak; mengikuti urutan
lurah, camat dan lainnya. Mintalah waktu penyandang : “waktu, ilmu, akal, nama dan dana”.
untuk beranjangsana, kunjungilah secara Khusus untuk Bendahara perlu ditunjuk tokoh yang
benar-benar mendapat kepercayaan masyarakat, belum
bersama-sama dan tim motivator
pernah tercatat pengalaman hal-hal yang tercela dalam
meyakinkan mereka atas visi, misi, tujuan, sejarah di lokasi itu.
usaha, cara kerja dan ide pendirian BMT.

18
Langkah-Langkah Pendirian BMT
• Kelima, Pengurus yang terpilih segera mencari • Kedelapan, BMT Siap Beroperasi.
calon pengelola BMT yaitu lulusan S1 atau D3 •  Kesembilan, Pengurus bersama Pengelola BMT
yang selain berkemampuan intelektual memadai, membuat Naskah Kerjasama kemitraan dengan
juga kuat landasan iman dan akhlaknya, jujur, PINBUK setempat, dan memproses sertifikat
amanah dan aktif, dinamis, ikhlas, sabar, operasi BMT dari PINBUK Kabupaten/ Kota, atau
istiqomah, dan berprakarsa, memiliki potensi PINBUK Propinsi atau PINBUK Pusat. Kantor
untuk bekerjasama, mampu bekerja purna waktu PINBUK Pusat, Gd. ICMI Center Lt. 4, Jl. Warung
(sepenuh waktu dan hati). Selain itu, bertempat Jati Timur No. 1 Jakarta Selatan 12740 Telp. 021 –
tinggal di sekitar lokasi BMT akan lebih baik. 79180980, 79192310 Facs.021–79192310 Email:
• Keenam, Tenaga ini dilatih dan dimagangkan oleh pinbuk_pst@com.  
PINBUK setempat selama 2 minggu sehingga • Kesepuluh, Jika BMT tersebut telah mencapai
menjadi tenaga pengelola profesional BMT. kekayaan/ aset Rp. 75 juta, maka Pengelola BMT
Tenaga ini perlu dipilih dan disetujui oleh para segera memohon Badan Hukum Koperasi Jasa
Pengurus serta tunduk pada Keuangan Syariah (KJKS) kepada Dinas Koperasi
kebijaksanaan/kekuasaan Pengurus. dan UKM setempat .
• Ketujuh, Pengurus bersama pengelola
melaksanakan persiapan-persiapan sarana kantor
dan ATK serta form/ berkas administrasi yang
diperlukan sebagaimana yang distandarisasikan
oleh PINBUK.

19
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
Pengelolaan Internal BMT Dalam hal pengelolaan operasional BMT pada penelitian ini, dengan
mengacu pada konsep tentang tugas-tugas perbankan, unsur kredibilitas dan profesionalitas
sebuah lembaga keuangan sebagaimana menurut Saadah (1996), Fitri (1998), Team Kofesmid
(2000) dan Karim (2002) dapat disimpulkan bahwa elemen kegiatan pengelolaan dalam
operasional BMT dijabarkan dalam beberapa kegiatan yang menyangkut:
• Pendayagunaan dana
Sebagai usaha mendayagunakan dana yang berhasil dihimpun oleh BMT. Hal tersebut merupakan
bagian dari fungsi manajemen keuangan yaitu fungsi penggunaan dana/ keputusan investasi atau
capital budgeting, dan fungsi mendapatkan dana/keputusan pembelanjaan (Husnan, 1994).
Adapun indikator atau ukuran pendayagunaan yaitu besarnya kekayaan bank syariah yang
menghasilkan pendapatan (aktiva produktif), besarnya kekayaan yang tidak menghasilkan, yaitu
kas dan inventaris (aktiva tetap), besarnya modal bank, besarnya simpanan atau hutang dari pihak
lain, banyaknya pendapatan usaha keuangan bank syariah berupa bagi hasil, mark up, fee dari
jasa-jasa bank serta pendapatan administrasi yang diterima serta besarnya biaya yang harus
dipikul meliputi biaya operasi, biaya gaji, manajemen, kantor dan bagi hasil bagi nasabah
penyimpan dana (Arifin, 2000).

20
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
• Pengelolaan Baitul Maal
Pengelolaan baitul maal dapat diartikan sebagai kegiatan operasional BMT yang menghimpun
dana dari masyarakat untuk kepentingan kesejahteraan umat. Lembaga ini berorientasi sosial
keagamaan sehingga tidak dapat dimanipulasi untuk kepentingan bisnis (profit oriented). Peran
baitul maal dalam BMT yaitu sebagai fasilitator pembayar zakat dengan orang yang berhak
menerima, penampung dan penyalur harta infaq dan shadaqah/ sedekah, berperan dalam usaha
peningkatan bidang kesejahteraan umat seperti bantuan pembangunan sarana peribadatan,
penyaluran bea siswa, santunan kesehatan (Ilmi, 2002).
• Pengelolaan Operasional
Pengelolaan operasional BMT dapat diartikan sebagai sejauh mana BMT melakukan kegiatan
operasional sehariharinya dengan menggunakan segala fasilitas yang ada yang terkait dengan
bagaimana job description dan job specification dilakukan. Pengelolaan operasional yang
berkaitan dengan karakteristik, kerja BMT antara lain perencanaan fasilitas, perancangan sistem
kerja, penjadwalan dan penugasan serta penilaian kepuasan.

21
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
• Pengelolaan SDM
Pengelolaan SDM di BMT dapat diartikan sebagai kemampuan BMT dalam mengelola aspek sumber
daya manusia sebagai penggerak utama dalam menentukan keberhasilan BMT. Jika dijabarkan dalam
pengelolaan BMT meliputi pemberian sistem reward, pemberian kesejahteraan bagi karyawan,
penarikan tenaga kerja yang berkompeten, pengembangan karyawan dengan pelatihan yang diikuti
karyawan berkaitan dengan prinsip operasional lembaga keuangan syariah, pengembangan karyawan
dengan pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah), evaluasi
secara rutin dari rapat anggota BMT, dewan pengurus dan dengan pengelola BMT mengenai kinerja
yang dicapai.
• Pelaksanaan Fungsi Manajemen
Pelaksanaan fungsi manajemen dapat diartikan sebagai bagaimana BMT mengelola aspek
pengorganisasian sebaiknya melalui penerapan fungsi manajemen. Pelaksanaan fungsi manajemen
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Implikasinya dalam
lembaga keuangan syariah khususnya BMT antara lain perencanaan untuk mencapai tujuan
manajemen, pengorganisasian dalam pengembangan organisasi syariah meliputi pembagian kerja
yang logis, penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, serta pengurus yang amanah
serta pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan pimpinan untuk mengambil keputusan.
22
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
• Komitmen Syariah
Komitmen syariah dapat diartikan sebagai sejauh mana penerapan prinsipprinsip dasar
operasional syariah yaitu: sistem simpanan, bagi hasil, marjin keuntungan, sewa jasa, dalam
mengelola suatu lembaga keuangan syariah. Muhammad (2000) mengidentifikasi bahwa
penerapan prinsip dasar operasional syariah tersebut meliputi pemahaman pengelola tentang ke-
mudharat-an sistem bunga, pemahaman pengelola mengenai konsep dasar akad syariah yang
menjadi dasar produk-produk lembaga keuangan syariah yang ditawarkan.
• Usaha Sosialisasi
Usaha sosialisasi dapat diartikan sebagai aspek sosialilasi BMT kepada masyarakat mengenai
keberadaan BMT dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menjadi calon nasabah
BMT. Dalam hal pelaksanaan aspek sosialisasi BMT, diperlukan suatu usaha untuk memasarkan
produk BMT sehingga dapat memantapkan positioning BMT di tengah persaingan yang ada.

23
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
▧ SDM ▧ Pemasaran
○ Ketrampilan kurang ○ Performance masih kurang
○ Tidak ada program ○ Kurang fokus
○ Belum terstandarisasi
pengembanga
○ Komitmen syariah kadang ▧ Permodalan
masih dipertanyakan ○ Rasio permodalan rendah
○ Kemampuan mencari dana
▧ Hukum rendah
○ Payung hukum ○ Bad debt
○ DPS kurang berfungsi ○ Profitabilitas kurang stabil

24
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
▧ Akumulasi kebutuhan dana masyarakat ▧ Beberapa BMT cenderung menghadapi masalah
belum bisa dipenuhi oleh BMT, hal ini yang yang sama, misalnya nasabah yang bermasalah.
menjadikan nilai pembiayaan dan jangka Kadang ada 30 satu nasabah yang tidak hanya
waktu pembayaran kewajiban dari nasabah bermasalah di satu tempat tetapi di tempat lain
cukup cepat. Dan belum tentu pembiayaan juga bermasalah. Oleh karena itu perlu upaya dari
yang diberikan BMT cukup memadai untuk masing-masing BMT untuk melakukan koordinasi
modal usaha masyarakat. dalam rangka mempersempit gerak nasabah
▧ Walaupun keberadaan BMT cukup dikenal yang bermasalah.
tetapi masih banyak masyarakat ▧ BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai
berhubungan dengan rentenir. Hal ini lawan yang harus dikalahkan, bukan sebagai
disebabkan masyarakat membutuhkan partner dalam upaya untuk mengeluarkan
pemenuhan dana yang memadai dan masyarakat dari permasalahan ekonomi yang ia
pelayanan yang cepat, walaupun ia hadapi. Keadaan ini kadang menciptakan iklim
membayar bunga yang cukup tinggi. Ternyata persaingan yang tidak Islami, bahkan hal ini
ada beberapa daerah yang terdapat BMT mempengaruhi pola pengelolaan BMT tersebut
masih ada rentenir, artinya BMT belum lebih pragmatis.
mampu memberikan pelayanan yang
memadai dalam jumlah dana dan waktu

25
Pengelolaan BMT dan Kendalanya
▧ Dalam kegiatan rutin BMT cenderung ▧ BMT lebih cenderung menjadi baitut tamwil
mengarahkan pengelola untuk lebih daripada baitul maal. Dimana lebih banyak
berorientasi pada persolan bisnis (business menghimpun dana yang digunakan untuk bisnis
oriented). Sehingga timbul kecenderungan daripada untuk mengelola zakat, infaq dan
kegiatan BMT bernuansa pragmatis lebih shadaqah.
dominan daripada kegiatan yang bernuansa ▧ Pengetahuan pengelola BMT sangat
idealis. mempengaruhi BMT tersebut dalam menangkap
▧ Dalam upaya untuk mendapatkan nasabah masalah-masalah dan menyikapi masalah ekonomi
timbul kecenderungan BMT yang terjadi di tengahtengah masyarakat.
mempertimbangkan besarnya bunga di bank Sehingga menyebabkan dinamisasi dan inovasi
konvensional terutama untuk produk yang BMT tersebut kurang (Sudarsono, 2003 : 118).
berprinsip jual beli (bai'). Hal ini akan
mengarahkan nasabah untuk berpikir profit
oriented daripada memahamkan aspek
syari'ah, lewat cara membandingkan
keuntungan bagi hasil BMT dengan bunga di
bank dan lembaga keuangan konvensional.

26
Sumber
• Mashuri, Mashuri. "Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat." Iqtishaduna, vol. 5, no. 2, 2016, pp. 114-123.
• Rosita, Irda, et al. "Administrasi Keuangan Untuk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)." Jurnal Akuntansi dan
Manajemen Politeknik Negeri Andalas, vol. 10, no. 1, 2015, doi:10.30630/jakmenpnp.10.1.30.
• Azis,M Amin. Tata Cara Pendirian BMT. Jakarta : Pkes Publishing. Halaman : 11-16. (ebook)
• Vargholy, Muhammad Najih (2018) Urgensi Regulasi Kelembagaan Baitul Maal Wat Tamwil Menurut Perspektif
Hukum Ekonomi Islam. Magister thesis, Universitas Brawijaya. Web : http://repository.ub.ac.id/180552/
• http://repository.uin-suska.ac.id/6939/4/BAB%20III.pdf
• https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-bmt/
• https://media.neliti.com/media/publications/163544-ID-regulasi-keberadaan-baitul-maal-wat-tamw.pdf
• http://www.ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/lab/article/view/108/80
• https://journal.unesa.ac.id/index.php/aj/article/view/294/164
• https://media.neliti.com/media/publications/73434-ID-administrasi-keuangan-untuk-baitul-mal-w.pdf
• https://
media.neliti.com/media/publications/11270-ID-model-pembiayaan-baitul-maal-wa-tamwil-dan-peranannya-dala
m-pembinaan-kesejahter.pdf
• http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/prinsip-operasional-bmt.html
• https://shallmanalfarizy.com/2017/12/pengawasan-baitul-maal-wat-tamwil-bmt-berbadan-hukum/

27
Thanks!
Any questions?

28

Anda mungkin juga menyukai