PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan mikro syariah memiliki segmen pasar yang sudah jelas yaitu
masyarakat level menengah kebawah, sehingga kegiatan LKMS akan berpusat disentrasentra
bisnis pada masyarakat level mikro dan menengah seperti pasar tradisional wilayah usaha
kecil dan menengah, serta lingkungan masyarakat perdesaan dan pinggiran perkotaan. LKMS
memiliki karakteristik yang dekat dengan masyarakat bahkan tidak jarang LKMS berusaha
untuk datang pada masyarakat (jemput bola), hal ini yang membuat LKMS menjadi populer
dan dekat dengan masyarakat. Lahirnya lembaga keuangan mikro syariah dewasa ini
memperlihatkan kecenderungan yang semakin baik di tengah krisis global yang melanda
negeri ini. Banyak produk yang ditawarkan cukup Variatif sehingga para nasabah dapat
memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Eksistensi lembaga keuangan mikro syariah jelas memiliki arti penting bagi pembangunan
ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi pemberdayaan usaha
kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan
sekaligus menjadi penyangga utama sistem perekonomian nasional. Hal ini menunjukkan
peranan LKMS sangat berarti bagi masyarakat karena ia merupakan suatu lembaga mikro
syariah yang mampu memecahkan permasalahan fundamental yang dihadapi oleh pengusaha
kecil dan menengah khususnya di bidang permodalan. LKMS tidak hanya befungsi dalam
penyaluran modal tetapi juga berfungsi untuk menangani kegiatan sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan4.BMT Aulia Magelang telah
memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat mungkid, muntilan dan sekitarnya yang
menginginkan pelayanan jasa perbankan dengan prinsip syariah. Seperti kegiatan BMT
lainnya. BMT aulia Magelang melakukan kegiatan operasionalnya yaitu funding dan lunding.
Sebagai lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah, BMT lebih mengembangkan
usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha Perbankan
yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota serta menyalurkannya kepada sektor
ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk
mengembangkan lahannya pada sektor riil maupun keuangan lain yyang dilarang dilakukan
oleh lembaga keuangan Bank, karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan
perbankan.2
Produk dalam Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua produk yaitu produk
penghimpunan dana dan juga produk penyaluran dana. Adapun contoh produk penghimpunan
dana yang terdapat di KSPPS BMT NU Jawa Timur yaitu sebagai berikut: (Yaqin, 2020)
1.Simpanan Anggota (SIAGA)
Siaga merupakan Simpanan Pemilik KSPP. SYARIAH. BMT NU dengan bagi hasil yang
menguntungkan yaitu 70% dari SHU (maksimal 60% sebagai partisipasi modal dan minimal
10% sebagai dana cadangan). Produk ini menggunakan Akad musyarakah. SIAGA terdiri dari
SIAGA Pokok dibayar satu kali sebesar Rp. 100.000,- SIAGA Wajib dibayar setiap bulan Rp.
20.000,- dan SIAGA Khusus dibayar kapan saja dengan minimal setoral Rp. 1.000.000,-
SIAGA Pokok dan Wajib hanya dapat ditarik ketika berhenti dari ke-Anggota-an sedangkan
SIAGA khusus dapat ditarik setiap bulan Januari
2. Simpanan Berjangka Mudlarabah (SIBERKAH)
Siberkah merupakan Simpanan dengan keuntungan yang melimpah dengan bagi hasil
65%. Produk ini menggunakan Akad mudhârabah mutlaqah. Setoran minimal Rp. 500.000,-
dengan jangka waktu minimal satu tahun.
3. Simpanan Berjangka Wad’iah Berhadiah ( SAJADAH)
Sajadah merupakan Simpanan dengan keuntungan yang dapat dinikmati di awal dengan
memperoleh hadiah langsung tanpa diundi. Produk ini menggunakan Akad wadi’ah yad al-
dhamânah dan dapat ditarik sesuai dengan kesepakatan bersama.3
4. Simpanan Pendidikan Fathonah (SIDIK Fathonah)
2
Ibid hlm. 184
3
Ahyari, M. , PRODUK-PRODUK BMT DHIYA KARYA INSANI TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN DI PASAR CUPLIK SUKOHARJO (2015)
hlm. 68
3
Sidik Fathonah merupakan simpanan untuk siswa dan orang tua siswa yang ingin meraih
cita-cita pendidikan secara sempurna dengan bagi hasil 45% yang menguntungkan. Produk
ini menggunakan Akad mudhârabah muthlaqah yang dapat disetor kapan saja dan dapat
ditarik pada saat tahun ajaran baru dan semesteran. Setoran awal Rp. 2.500,- dan setoran
selanjutnya minimal Rp. 500,-.
4
Ibid hlm. 69
5
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Bank Syariah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hlm.196
4
4. Wadi’ah
Wadi’ah berasal dari bahasa arab yang berakar dari kata wa’u berarti meninggalkan dan
wadi’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang ditinggalkanpada orang yang bukan pemiliknya
untuk dijaga. (Wiroso, 2005). Menurut Ismail dalam bukunya yang berjudul Perbankan
Syariah, wadiah merupakan prinsip simpanan murni dari pihak yang menyimpan atau
menitipkan kepada pihak yang menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan ketentuan. (Astuti, 2017). Titipan harus dijaga dan dipelihara oleh pihak yang
menerima titipan, dan titipan ini dapat diambil sewaktuwaktu pada saat dibutuhkan oleh
pihak yang menitipkannya. (Ismail, 2005)
e. Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan yang dijalankan bank
syariah, yaitu bentuk pembiayaan dengan menggunakan skema jual beli suatu barang
(keperluan yang diajukan oleh nasabah kepada bank) antara bank dengan nasabah dengan
harga pembelian ditambah margin sesuai kesepakatan antara bank syariah dengan nasabah
(Ikit, 2018 dalam jurnal (Suryanto & Sa’adah, 2019)6
6
Ibid hlm. 197
5
ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju
berlandaskan syariah dan rida Allah SWT.7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan
lembaga keuangan pendukung peningkatan produktivitas dan kualitas usaha ekonomi,
pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawahdengan berlandaskan sistem syari‟ah.
7
A. Djazuli & Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2002, hlm .89
8
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek , Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 153.
6
c. Dana Pihak Ketiga, dana yang berasal dari penghimpunan dana BMT berupa giro
(anggota), tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito berjangka, kewajiban segera
lainnya.
Pada awalnya dana BMT diharapkan diperoleh dari para pendiri, berbentuk simpanan
pokok khusus. Sebagai anggota biasa, para pendiri jug membayar simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan investasi untuk
membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor dengan peralatannya, serta prangkat
administrasi. Selain modal dari para pendiri, modal dapat juga berasal dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan seperti yayasan, BAZ, LAZ, dan lain-lain.
Untuk menambah dana BMT, para anggota biasa menitipkan simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan sukarela dan akan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan BMT.
Mengenai bagaimana cara BMT mampu membayar bagi hasil kepada anggota, maka BMT
harus memiliki pemasukan keutungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal kerja
yang diberikan kepada para anggota.9
9
Ibid hlm. 154
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah hadir sebagai wujud perkembangan aspirasi masyarakat yang
menginginkan kegiatan perekonomian dengan berdasarkan prinsip syariah, selain lembaga
keuangan konvensional yang telah berdiri selama ini. Lembaga keuangan syariah tersebut
diantaranya adalah bank syariah dan Baitul Māl wat Tamwῑl (BMT) atau lembaga keuangan
mikro syariah. Bila pada perbankan konvensional hanya terdapat satu prinsip yaitu bunga,
maka pada lembaga keuangan syariah terdapat pilihan prinsip yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan nasabah, yaitu prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip sewa, dan prinsip jasa.
(Atmaja, 2009). Salah satu prinsip yang tepat diperuntukkan untuk meningkatkan kearifan
lokal yang berbasis ekonomi bisnis dengan prinsip bagi hasil. Secara umum prinsip bagi hasil
dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu mudārabah, musyarakah, muzāra’ah, dan musaqah.
Namun dalam praktiknya akad yang paling banyak dipakai adalah mudārabah dan
musyārakah
Produk dalam Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua produk yaitu produk
penghimpunan dana dan juga produk penyaluran dana. Adapun produk pemhimpunan dana
yang terdapat di KSPPS BMT NU Jawa Timur yaitu: 1) Simpanan Anggota (SIAGA), 2)
Simpanan Berjangka Mudlarabah (SIBERKAH), 3) Simpanan Berjangka Wad’iah Berhadiah
( SAJADAH), 4) Simpanan Pendidikan Fathonah (SIDIK Fathonah), dan 5) Simpanan Haji
dan Umrah (SAHARA). Dalam jenis akad pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yaitu ada
beberapa jenis: 1) Mudharabah, 2) Musyarakah, 3) Ijarah, 4) Wadi’ah, dan 5) Murabahah.
8
DAFTAR PUSTAKA