Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan dengan
konsep syariah yang lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep
maal dan tamwil dalam suatu kegiatan lembaga. Konsep maal lahir dan
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim dalam hal menghimpun
dan menyalurkan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) secara produktif.
Sedangkan konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang murni
untuk mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke
bawah (Novita, 2014).
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isinya berintikan Baitul maal wat tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya (Soemitra, 2009 : 448). BMT melaksanakan dua jenis kegiatan,
yaitu Baitul Mal dan Baitul at Tamwil. Baitul Maal adalah lembaga
keuangan Islam yang memiliki kegiatan utama menghimpun dan
mendistribusikan dana ZISWAHIB (Zakat, Infak, Shadaqah, Waqaf dan
Hibah) tanpa adanya keuntungan (non profit oriented) (Mufti, 2007 : 199).
BMT tidak menentukan keuntungan pasti, jadi keuntungan ditentukan
oleh akad yang dilakukan kedua belah pihak untuk menghindari unsur riba.
Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan dengan akad
murabahah, salam, dan istishna yang merupakan produk BMT. Produk
BMT meliputi, simpanan, pembiayaan, tabungan masa depan, dengan
produk yang beragam dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat diharapkan bisa membantu sektok-sektor yang kecil. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa perekonomian Indonesia ini sangat
dipengaruhi oleh sektor tersebut atau yang lebih kita kenal dengan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
UMKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang
pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang (Handini, 2019:19). Salah satu
fungsi UMKM adalah dapat membantu mengolah Sumber Daya Alam
(SDA) yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi besar terhadap
pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia. Selain itu UMKM
juga mempunyai beberapa permasalahan yang harus dihadapi, adapun
permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor UMKM adalah berupa
permodalan, di mana terkadang dalam memperoleh modal dari bank
mengalami kesulitan.
Sektor UMKM mempunyai keunggulan dan sangat potensial untuk
lebih dikembangkan lagi melalui suatu kebijakan yang tepat dan
dukungan dari lembaga yang tepat. Untuk itu salah satu pemberdayaan
ekonomi masyarakat adalah dengan keberadaan lembaga keuangan mikro
seperti BMT yang penting dalam keberhasilan ekonomi khususnya pada
UMKM. BMT melakukan pengembangan UMKM dengan cara
memberikan modal usahanya. Dengan adanya pengembangan usaha mikro
kecil berupa bertambahnya modal ataupun bertambahnya jenis usaha, maka
akan berdampak terhadap bertambahnya tingkat penghasilan dan
pendapatan, yang secara langsung akan menekan angka kemiskinan dan
menekan angka pengangguran.
Dapat disimpulkan bahwa BMT sangat dibutuhkan oleh masyarakat
khususnya usaha kecil, keberadaan BMT menjadi salah satu solusi sumber
pendanaan untuk mengembangkan usaha kecil. Pertumbuhan BMT yang
cukup pesat dikarenakan masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim
cocok dengan sistem yang diterapkan oleh BMT, dengan itu masyarakat
menengah kebawah mampu menjalankan usahanya untuk mencapai hidup
yang lebih baik dan kesejahteraan hidup mereka.
Demikian juga yang dilakukan pada Baitul Maal wa Tamwil Usaha
Gabungan Terpadu Sidogiri (BMT UGT Sidogiri) Cabang Pembantu Arjasa.
BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa, merupakan lembaga keuangan yang
berbasis syariah dan masih di bawah naungan Pesantren Sidogiri. Dengan
berdirinya BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa diharapkan bisa meningkatkan
keberhasilan ekonomi khususnya UMKM, meningkatkan taraf hidup
masyarakat kecil dan masyarakat luas umumnya. Kemudahan yang
ditawarkan oleh BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa kepada masyarakat
membuat semakin banyak diminati karena prosedur peminjaman yang
mudah, angsuran yang tidak terlalu besar dan tentunya tidak ada bunga akan
tetapi ada sebuah istilah bagi hasil atau menggunakan akad murabahah.
BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa memberikan argumentasinya bahwa
tahun demi tahun jumlah kelahiran penduduk di Kabupaten Jember semakin
bertambah dan semakin sempitnya lowongan kerja yang memadai sehinggah
banyaknya kemiskinan maupun pengangguran yang terjadi, dengan
demikian itu BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa yang bergerak di bidang
pendistribusian memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha mikro kecil
menengah untuk menggerakkan di sektor ekonomi, selain itu BMT UGT
Sidogiri Capem Arjasa mendapatkan penghargaan pembiayaan terbaik di
antara Capem yang lain, maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh
pembiayaan murabahah khususnya di BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa
terhadap pengembangan UMKM. Dalam hal ini penulis mengambil judul
“PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT UGT
SIDOGIRI CAPEM ARJASA TERHADAP PERKEMBANGAN
UMKM”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri Capem
Arjasa?
2. Bagaimana berpengaruh pembiayaan murabahah di BMT UGT
Sidogiri Capem Arjasa terhadap perkembangan UMKM ?
C. Tujuan Dan Kegunaan
Adapun tujuan-tujuan yang dimaksud adalah :

1. Untuk mengetahui pembiayaan akad murabahah di BMT UGT


Sidogiri Capem Arjasa
2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah di BMT
UGT Sidogiri Capem Arjasa terhadap perkembangan UMKM .

Adapun manfaat yang dimaksud adalah :

1. Manfaat secara akademik yaitu, karya ilmiah ini bermanfaat


sebagai khazanah keilmuan bagi penulis dan teman-teman
mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam Universitas Islam
Jember.
2. Manfaat secara praktis yaitu, dapat menambah pengetahuan,
wawasan mengenai peran penting pembiayan murabahah BMT
UGT Sidogiri Capem Arjasa terhadap perkembangan UMKM
D. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan


dari seluruh pembahasan yang sudah ada. Pada bagian sistematika
pembahasan ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian
atau garis-garis besar dalam penelitian ini sehingga akan lebih
memudahkan dalam meninjau dan menanggapi isinya. Masing-masing bab
disusun dan dirumuskan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari


latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi istilah dan sitematika pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka, berisi terkait penelitian terdahulu serta kajian
teori.
Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi tentang jenis dan
pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel dan indikator penelitian, serta pengumpulan data.
Bab IV Hasil Penelitian, berisis terkaitmhasil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti.
Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilengkapi saran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Tabel 1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian


. (Tahun)
1. Dilla Marzani Analisis pengaruh Permasalahan klasik
(2020) pembiayaan yang dihadapi UMKM
murabahah terhadap dan beberapa pengaruh
perkembangan langsung dari
UMKM (studi pada murabahah terhadap
koperasi syariah perkembangan
mitra niaga UMKM.
Lambaro)
Persamaan Sama-sama meneliti tentang peran
pembiayaan murabahah terhadap
pengembangan Usaha mikro ,Kecil dan
Menengah
Perbedaan Studi kasus penelitian ini berada di koperasi
syariah dan objek penelitian Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah berada di lokasi yang
berbeda
2. Henita Sahany Pengaruh Pembiayaan
(2015) pembiayaan murabahah dan
murabahah dan pembiayaan
mudharabah mudharabah terhadap
terhadap perkembangan UMKM
perkembangan di daerah tersebut.
usaha mikro kecil
menengah (UMKM)
BMT El-syifa
Ciganjur
Persamaan Sama-sama meneliti tentang peran
pembiayaan murabahah terhadap
pengembangan Usaha mikro ,Kecil dan
Menengah
Perbedaan Penelitian ini tidak hanya membahas tentang
murabahah tetapi juga membahas tentang
pembiayaan mudharabah terhadap UMKM,
dan penelitian ini berada di lokasi yang
berbeda.

3. Apliyannasri Rambe Pengaruh Pembiayaan


(2020) pembiayaan murabahah dan Ijarah
murabahah dan perlu mendapatkan
ijarah terhadap perhatian dari Bank
pekembangan usaha Mandiri Syariah karena
mikro, kecil dan variabel pembiayaan
menengah. murabahah dan Ijarah
(studi kasus bank mempengaruhi
mandiri syariah perkembangan UMKM
cabang ahmad pada nasabah.
yani).
Persamaan Sama-sama meneliti tentang peran
pembiayaan murabahah terhadap
pengembangan Usaha mikro ,Kecil dan
Menengah
Perbedaan Penelitian ini tidak hanya membahas tentang
murabahah tetapi juga membahas tentang
pembiayaan ijarah terhadap UMKM, dan
penelitian ini berada di lokasi yang berbeda
4. Moh. Aliyanto (2019) Peran BMT UGT Strategi khusus dalam
Sidogiri cabang memberikan pelayanan
kangen dalam jasa keuangan kepada
pemberdayaan masyarakat khususnya
UMKM di kepulauan kangean.
kepulauan Kangean Pemberdayaan dengan
bantuan modal berupa
penyaluran pembiayaan
dari segi non-financial.
Persamaan Sama-sama meneliti Studi kasus penelitian
tentang peran ini berada di
pembiayaan di Perbankan Syariah
sebuah lembaga dan objek penelitian
keuangan terhadap Usaha Mikro, Kecil
pemberdayaan dan Menengah berada
Usaha Mikro, Kecil di lokasi yang
dan Menengah. berbeda.
5. Daru Luhur Sasmito Peran pembiayaan Pembiayaan
(2019) murabahah terhadap murabahah dapat
pengembangan membantu siklus usaha
usaha mikro kecil mikro tetap berjalan
dan menengah di serta membantu
KSU BMT Artha meningkatkan omzet
bina ummat pasar usaha
sukodono sidoarjo
Persamaan Sama-sama meneliti tentang peran
pembiayaan di sebuah lembaga keuangan
terhadap pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
Perbedaan Studi kasus penelitian ini berada di
Perbankan Syariah dan objek penelitian
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berada
di lokasi yang berbeda

Menurut (Pohan, 2007:42) penyusunan kajian pustaka bertujuan


mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau
pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam
bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen,
dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Selain itu, kajian ini dilakukan
dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat,
termasuk suaplagiat.
Penelitian terdahulu yang pertama dilakukan oleh Dilla Marzani
(2019) yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap
Perkembangan UMKM (Studi Pada Koperasi Syariah Mitra Niaga
Lambaro)”. Dari penelitian ini terdapat hasil yaitu permasalahan klasik
yang dihadapi UMKM dan beberapa pengaruh langsung dari murabahah
terhadap perkembangan UMKM antara lain memberikan modal atau biaya
kepada nasabah guna untuk membeli barang atau komuditas yang
diperlakukannya.
Penelitian kedua dilakukan oleh Henita Sahany (2015) yang berjudul
“Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BMT El-syifa
Ciganjur” dari penelitian ini terdapat hasil yaitu, tentang pembiayaan
murabahah dan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan UMKM
di daerah tersebut. Kemudian penjelasan ini menjelaskan tentang faktor-
faktor yang menyebabkan nasabah memilih antara pembiyaan murabahah
dan pembiayaan mudharabah adalah lebih pepada kesesuain kebutuhan saja.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Apliyannasri Rambe (2020) yang
berjudul “Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Ijarah terhadap
Pekembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, (studi kasus bank mandiri
syariah cabang ahmad yani)” dari penelitian ini terdapat hasil yaitu, muncul
permasalahan, yakni Pembiayaan murabahah dan Ijarah perlu mendapatkan
perhatian dari Bank Mandiri Syariah Cabang Ahmad Yani karena variabel
pembiayaan murabahah dan Ijarah mempengaruhi perkembangan UMKM
pada nasabah Bank Mandiri Syariah Cabang Ahmad Yani.
Penelitian keempat dilakukan oleh Moh. Aliyanto (2019) yang
berjudul “Peran BMT UGT Sidogiri Cabang Kangean dalam Pemberdayaan
UMKM di kepulauan Kangean”. Dari penelitian ini terdapat hasil yaitu,
tentang strategi khusus dalam memberikan pelayanan jasa keuangan kepada
masyarakat khususnya kepulauan kangean. Pemberdayaan dengan bantuan
modal berupa penyaluran pembiayaan dari segi non-finencial melalui
pendampingan berupa control dan monitoring.
Penelitian kelima dilakukan oleh Daru Luhur Sasmito (2019) yang
berjudul “Peran Pembiayaan Murabahah terhadap Pengembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah di KSU BMT Artha bina ummat Pasar
Sukodono Sidoarjo”. Dari penelitian ini terdapat hasil penelitian yaitu,
pembiayaan murabahah dapat membantu siklus usaha mikro tetap berjalan
serta membantu meningkatkan omzet usaha. Berikut tabel penelitian
terdahulu sebagai bahan perbandingan ataupun acuan penelitian dalam
membuat penelitian yang akan dilakukan.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil (Kasmir, 2008:96). Istilah pembiayaan ini sebenarnya pada intinya
adalah I Belive I Trust, yang berarti lembaga pembiayaan selaku Shohibul
Mal (pemilik dana) menaruh sebuah kepercayaan kepada seseorang untuk
melaksanakan amanah yang diberikan (Rivai, 2008:3). Kepercayaan yang
diberikan oleh Shohibul Mal ini adalah semata-mata untuk memberisebuah
kebebasan kepada seseorang yang meminjam dana untuk usaha serta
memberikan sebuah kemudahan dengan tujuan utama menolong sesama
saudara muslim. Dana yang telah diberikan harus dikelola dengan benar, adil
dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak (Abdul Mun’im, 2020)
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang RI No.21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan hal serupa :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam
bentuk Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan
Istisna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Qord.
e. Transaksi Sewa menyewa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syari’ah
atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lainnya mewajibkan pihak
dibiayai atau diberikan fasilitas dana untuk mengembalikan dan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalah ujrah, tanpa
imbalan atau bagi hasil.
2. Murabahah
a. Pegertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana
penjual menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga pokok dan
tingkat keuntungan tertentu atas barang dimana harga jual tersebut
disetujui oleh pembeli (Institut Bankir Indonesia, 2003 : 76). Dalam
akad murabahah, penjual (dalam hal ini adalah bank) harus memberi
tahu harga poduk yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan
sebagai tambahannya. Saat ini, produk inilah yang paling banyak
digunakan oleh bank Syariah karena paling mudah dalam
implementasinya dibandingkan dengan produk pembiayaan lainnya
(Rianto, 3012 : 149). Menurut (Wiroso, 2005:15) dalam bukunya,
murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang
sehingga biaya/ harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-
up/ keuntugan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah
bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai harga
pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.
Telah menjadi pendapat dimuka umum bahwa pembiayaan
murabahah keluar dari prinsip syariah, masyarakat menyebut bahwa
margin yang ditetapkan pada pembiayaan murabahah adalah sama
dengan bunga bank. Banyak yang berpendapat bahwa bunga sama
dengan riba, namun ada yang beranggapan bahwa bunga tidak sama
dengan riba. Anggapan ini seketika membingungkan masyarakat,
padahal riba merupakan dosa besar yang harus dihindari.
Berdasarkan Fatwa MUI (2000) Bunga (interest) adalah tambahan
yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang diperhitungkan
dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan pokok
tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di
muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase.
Menurut Usmani, 2002 Murabahah adalah penjualan dan
pembelian yang meliputi penetapan harga dan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli.
Murabahah pada dasarnya yaitu penjualan yang berasakan pada
kepercayaan, dimana pembeli tergantung dan bergantung pada
kejujuran penjual dan penjual menyebutkan biaya sesungguhnya atas
perolehan barang tersebut. Sedangkan menurut Haitam, 2015
murabahah adalah sebuah pergeseran kepemilikan sesuatu yang
dimiliki yang kemudian dijual dengan harga pertama lalu diberikan
sedikit tambahan keuntungan. Dari seluruh definisi yang dinyatakan
oleh beberapa sumber intinya adalah sama, bahwa murabahah adalah
kegiatan jual beli dimana penjual menceritakan biaya perolehan
barang yang sesungguhnya kepada pembeli lalu ditambahkan
keuntungan atas penjualan tersebut berdasarkan biaya yang
dikeluarkan dan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Oleh
karena itu seringkali salah presepsi mengenai penetapan margin
murabahah menjadi hal yang kurang menguntungkan, karena tujuan
jual beli yang baik bisa disalah artikan.

b. Landasan Hukum Murabahah


Landasan hukum murabahah terdapat pada Q.S An-Nisa 04:29,

‫َيا اَيَّهَا الّ ِذ ْينَ اَ َمنُوْ ا اَل تَا ْء ُكلُ ُوا اَ ْم َو الَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط َل اِاّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةَ ع َْن تَ َراضَّ ِم ْن ُك ْم‬
‫َواَل تَ ْقتُلُوْ ا اَ ْنفُ َس ُك ْم اِ َّن هللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي َما‬

yang artinya, yaitu Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

c. Syarat dan Rukun Murabahah

Murabahah yang merupakan sama halnya dengan transaksi


jual beli, maka rukun dari akad murabahah sama dengan rukun
dalam akad jual beli. menurut (Ghazali, 2012:71) rukun dalam jual
beli antara lain :

a) Bai’(penjual)
b) Mustari (pembeli)
c) Shighat (ijab qobul)
d) ma’qud alaih (barang)

Adapun syarat dari jual-beli menurut jumhur ulama syarat-


syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : Pertama, syarat
bagi orang yang berakal, yaitu berakal dan orang berakal harus cakap
hukum. Kedua, barang yang diperjual belikan harus memenuhi
syarat, yaitu barang harus ada, milik sendiri atau diwakilkan, barang
harus diserahkan ketika akad, barang tersebut bisa diketahui oleh
penjual, dan barang tersebut harus ada manfaatnya, Ketiga, syarat
dalam melakukan ijab kabul, yaitu tujuan pernyataan jelas, ijab kabul
harus ada kesamaan antara penjual dan pembeli.

d. Prosedur Pembiayaan Murabahah

Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam


melaksanakan akad murabahah diantaranya adalah :

a. Mitra/anggota
b. Menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk
membelikan barang/alat produksi/mesin yang
dibutuhkan. Kegunaan barang tersebut dalam usaha
bisnisnya serta sumber dana dan cara melunasi
pembelian barang tersebut.
c. Menyerahkan data-data : legalitas keungan minimal 3
bulan terakhir data jaminan dan hubungan hukum
anggota usaha dengan jaminan serta persyaratan
lainnya yang diperlukan.
d. Melampirkan informasi barang atau alat yang
diajukan dengan beberapa spesifikasi antara lain tipe,
jumlah, warna, dan ukuran serta penjual/ supplier
barang tersebut.

Pada awalnya murabahah hanya dijadikan sebagai model jual


beli saja bukan pembiayaan. Model pembiayaan yang sesungguhnya
menurut syariah adalah mudharabah dan musyarakah, namun ada
kesulitan tersendiri dalam praktiknya. Oleh sebab itu ahli syariah
kontemporer telah memungkinkan murabahah dijadikan sebagai
model pembiayaan sesuai dengan kondisi tertentu. Menurut
(Usmani, 2002) ada dua poin penting yang harus dipahami dalam hal
ini :

a. Hal ini tidak boleh diabaikan pada konteks aslinya bahwa


murabahah bukanlah sebuah model pembiayaan, namun
murabahah dijadikan sebagai pembiayaan karena untuk
menghindar dari adanya bunga dan bunga bukanlah
sebuah instrumen yang ideal untuk melakukan tujuan riil
ekonomi islam. Penggunannya harus dibatasi pada kasus-
kasus tertentu dimana mudharabah dan musyarakah tidak
lagi praktis.
b. Hal yang penting kedua adalah pembiayaan murabahah
tidak hanya mengganti bunga dengan laba atau mark-up
saja, namun murabahah digunakan sebagai model
keuangan oleh para ulama dengan model jual beli barang
produktif atau yang dapat dijual kembali. Oleh sebab itu
murabahah haruslah sesuai dan tidak boleh sama dengan
pinjaman berbunga. Apabila sama maka transaksi
murabahah tidak valid.
3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian UMKM
Menurut (Rudjito, 2003) Mengemukakan bahwa pengertian Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha yang punya peranan
penting dalam perekonomian Negara Indonesia, baik dari sisi lapangan
kerja yang tercipta maupun dari sisi jumlah usahanya. UMKM
merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendirinya
berdasarkan inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat
beranggapan bahwa UMKM hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu saja. Padahal sebenarnya UMKM sangat berperan dalam
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. UMKM dapat
menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang menganggur. Selain itu
UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun
pendapatan Negara Indonesia. Di Indonesia sebelum di sahkan undang-
undang nomor 20 tahun 2008 terdapat berbagai rumusan definisi yang
dibuat oleh berbagai instansi. Menurut UU nomor 9 tahun 1995, usaha
kecil didefinisikan : Usaha produktif milik warga Negara Indonesia
yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.
Menurut (Syariuddin, 2016) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi
perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur
perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti
sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan
politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar
yang semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih
dapat mempertahankan kegiatan usahanya. Secara umum, tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang memiliki daya
saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi
kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk
menghadapi persaingan bebas.

b. Masalah yang dihadapin Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


(UMKM)

Menurut Tulus Tambunan perkembangan UMKM di negara sedang


berkembang dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan
tersebut bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau antara
perdesaan dan perkantoran, atau antara sektor, atau antara sesama
perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah
persoalan yang umum untuk semua UMKM di negara manapun juga,
khususnya di dalam kelompok negara yangsedang berkembang.
Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal
kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi
dan pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke
informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja
dengan keahliam tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan
teknologi, biaya transportasi dan energi yang tinggi; keterbatasan
komunikasi, biaya tinggiakibat prosedur administrasi dan birokrasi
yang kompleks khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidak
pastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas
atau tidak menentu arahnya.

c. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan usaha adalah Metode dan tugas persiapan


investigatif terhadap prospek pertumbuhan potensial, pertolongan dan
pengamatan pelaksanaan peluang kemajuan usaha, namun bukan bagian
dari keputusan strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan
usaha. Sedangkan usaha yang besar di bidang teknologi industri,
pengembangan usaha adalah istilah yang kerap mengacu pada
pengaturan dan pengelola hubungan strategis dan aliansis dengan yang
lain (Sugiono A. M., 2016).

Menurut (Chandra, 2000) perkembangan usaha adalah Satu titik


atau puncak menuju keberhasilan yang dilakukan suatu bentuk usaha
terhadap usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik
lagi. Usaha yang telah melalui proses dan terlihat ada kesempatan untuk
lebih berkembang lagi bisa disebut dengan perkembangan usaha.

Menurut (Elin, 2017) pengembangan UMKM pada dasarnya


menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat.
Dengan memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh UMKM, maka ke
depan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut :

a. Penciptaan iklim usaha yang kondusif


Pemerintah perlu mengupayakan terciptanaya iklim yang
kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman
dan keamanan berusaha serta penyerdehanaan prosedur
perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
b. Bantuan permodalan
Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus
dengan syarat-syarat tidak memberatkan bagi pelaku
UMKM, untuk membantu peningkatan permodalanya,
baik itu melalui sector jasa finansial formal, sektor jasa
finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana
modal ventura. Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya
mengunakan Lembaga Keuangan Mikro(LKM) yang
ada, maupun non bank.
c. Perlindungan usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha
tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi
lemah, harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun
peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling
menguntungkan.
d. Pengembangan kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu
antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri
maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya
monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untuk
memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang
lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan
mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku
bisnis lainya, baik dari dalam maupun luar negeri.
e. Pelatihan
Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM
baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen,
administrasi, dan pengetahuan serta ketrampilan dalam
mengembangkan usahanya. Disamping itu juga perlu
diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan
dilapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan.
f. Pembentuk lembaga khusus
Agar UMKM dapat berkembang, harus ada lembaga
yang dengan khusus mengurusi dalam perkembangan
UMKM dan akan bermaanfaat bagi UMKM dalam
mengatasi permasalahan yang mungkin timbul baik dari
internal maupun eksternal.
g. Memantapkan asosiasi
Untuk mengembangankan keanggotaan, meningkatkan
pengembangan jaringan informasi usaha akan
memperkuat peran asosiasi yang sudah ada.

h. Mengembangkan promosi
Mengadakan talk show antara asosiasi dengan mitra
usaha adalah upaya dalam memperkenalkan produk yang
telah dihasilkan yang berguna mempercepat proses
kemitraan.
i. Mengembangkan kerja sama yang setara
Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi
antara pemerintah dengan dunia usaha UMKM untuk
menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait
dengan perkembangan usaha.

2. Indikator
Indikator Perkembangan Usaha Barometer tingkat keberhasilan
dan perkembangan Usaha dapat dilihat dari pertumbuhan omzet
penjualan dan pertumbuhan tenaga kerja. Tolak ukur perkembangan
usaha haruslah merupakan parameter yang dapat diukur sehingga tidak
bersifat nisbi atau bahkan bersifat maya yang sulit dapat untuk
dipertanggungjawabkan. Semakin kongkrit tolak ukur itu semakin
mudah bagi semua pihak untuk memahami serta membenarkan atas
diraihnya keberhasilan tersebut (Mohammad, 2008). Para peneliti (Kim
dan Choi, 1994; Lee dan Miller, 1996;Lou, 1999; Miles at all, 2000;
Hadjimanolis, 2000) menganjurkan peningkatan omset penjualan,
pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan pelanggan sebagai
pengukuran perkembangan usaha (Sholeh, 2008)
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu konklusi atau gambaran yang sifatnya masih
sementara atau pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang
masih lemah dan harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesa
merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan
kebenarannya melalui analisis data. Hipotesis yang dikemukakan adalah:
H0 = Pembiayaan BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa tidak berpengaruh
terhadap perkembangan UMKM.
H1 = Pembiayaan BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa berpengaruh terhadap
perkembangan UMKM.
Dalam hipotesis ini disebutkan bahwa Pembiayaan BMT UGT Sidogiri
Capem Arjasa berpengaruh terhadap perkembangan UMKM.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif . Metode
kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016:8).

B. Tempat dan Waktu


Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat BMT UGT Sidogiri
Capem Arjasa sebagai tempat penelitian. Untuk waktu penelitian dilakukan
selama kurun waktu3 bulan di mulai dari September-November 2021.
C. Populasi dan Sample
Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan diguakan sebagai
bahan penelitian dengan ciri-ciri mempunyai karakteristik yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota nasabah BMT UGT Sidogiri
Capem Arjasa yang menggunakan akad murabahah. Jumlah keseluruhan
anggota nasabah yang menggunakan akad murabahah di tahun 2020 yaitu
70 anggota.
Sampel merupakan bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai bahan
penelaah dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat
mewakili populasinya. Anggota nasabah yang menggunakan akad
murababah yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. teknik
pengambilan sampel adalah sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota
populasi digunakan menjadi sampel (Sugiyono, 2017: 85). Jadi jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 88 anggota.

D. Variabel dan Indikator Penelitian

a. Variabel penelitian bermakna apa saja yang ditentukan oleh peneliti


untuk diamati dan dipelajari dengan maksud untuk mendapatkan
informasi terkait hal tersebut, untuk kemudian diambil
kesimpulannya (Sugiyono, 2014:38).

b. Indikator Penelitian merupakan sesuatu yang dapat digunakan


menjadi pedoman dasar atau satndar sebagai acuan dalam mengukur
perubahan dalam suatu kegiatan atau peristiwa.
1.) Variabel Independen (x)
Variabel independen merupakan variabel yang bebas. Variabel
bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
2019: 57).
 Murabahah (X1)
2.) Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.
 Perkembangan UMKM :
Table 1.2
Variabel dan Indikator penelitian

Variabel Penelitian Indikator


X1 (Murabahah) 1. Persyaratan awal pembiayaan tidak rumit;
2. Pembiayaan murabahah lebih sesuai dengan kebutuhan;
3. Besar pembiayaan mencukupi kebutuhan;
4. Pembiayan untuk membeli kebutuhan usaha;
5. Margin tidak memberatkan;
6. Jumlah angsuran sesuai pendapatan;
7. Jangka waktu
Y (Perkembangan 1. Omzet meningkat;
UMKM) 2. Laba atau keuntungan meningkat;
3. Asset meningkat;
4. Usaha berkembang;
5. Menambah tenaga kerja;

E. Pengumpulan Data
ini merupakan hal yang sangat penting didalam sebuah penelitian,
karena metode ini adalah strategi yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpilkan data yang diperlukan untuk penelitiannya. Pengumpulan
data yang dimaksud yaitu dalam mendapatkan bahan-bahan, keterangan,
fakta, serta informasi yang dipercaya (Sudaryono 2018:205). Penelitian ini
menggunakan data internal. Data internal adalah data yang
menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi (Djahir &
Pratita, 2014:263) data internal diperoleh dari anggota nasabah yang
menggunakan akad murabahah untuk pemberdaan UMKM.
a. Teknik pengumpulan data
1) Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan beberapa pernyataan maupun pertanyaan
tertulis kepada responden agar dijawab (Sugiyono, 2015:142).
Kuesioner di sebarkan kepada konsumen pengguna akad murabahah
di BMT UGT Sidogiri Capem Arjasa. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup/terbuka dengan, dapat di berikan
kepada responden secara langsung (Sugiyono, 2015:142). Dengan
ini diharapkan peneliti dapat memperoleh data yang akurat
mengenai pengaruh akad murabahah terhadap perkembangan
UMKM.
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data kemudian di telaah
(Sugiyono, 2015:329).
3) Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mepunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono,
2015:234). Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.
Dua diantara yang terpenting adalah proses–proses pengamatan dan
ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar
(Sugiyono, 2015:235).
b. Uji Validitas
Validitas merupakan tolak ukur yang membuktikan ketepatan
atau keandalan sebuah alat ukur, dalam menguji validitas terhadap
alat ukur yang digunakan maka terlebih dahulu menentukan korelasi
antara elemen alat ukur secara menyeluruh, yaitu mengkorelasikan
elemen alat ukur dengan skor total (Riduwan, 2018:109). Analisa
faktor dapat dilakukan dengan mengkorelasi jumlah skor faktor
dengan skor total. Apabila korelasi pada setiap faktornya positif dan
besarnya adalah 0,3 ke atas maka faktor tersebut adalah construct
yang kuat. Dalam penelitian ini jika korelasi antara skor butir
dengan skor total nilainya dibawah 0,3 maka butir-butir dalam
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2012:178).
c. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat
pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran relative konsisten dari waktu ke waktu (Purnomo,
2019:70). Reliabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari
suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas
karena reliabilitas memusatkan perhatian pada masalah konsistensi
(Kuncoro, M., 2013:175). Uji reliabilitas bisa dilakukan dengan
melihat koefisien Alpha Cronbach, (Nugroho, 2011:33). Indeks
kriteria reliabilitas dapat dibedakan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Indeks Kriteria Reliabilitas


No. Interval Alpha Cronbach Tingkat Reliabillitas
1 0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
2 0,201 – 0,40 Agak Reliabel
3 0,601 – 0,80 Reliabel
4 0,801 – 1,00 Sangat Reliabel
Sumber : Nugroho (2011: 33)
F. Analisis data

Analisis data adalah suatu kegiatan setelah dari dari semua responden
atau dari sumber data lain yang terkumpul. Kegiatan dalam analsis data
yaitu mengelompokkan data yang berdasarkan variabel serta jenis
responden, mentabulasi data yang mendasari variabel dari keseluruhan
responden, menyajikan data variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
dalam menjawab rumusan masalah serta melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang sudah diajukan (Menurut Sugiyono, 2015:238).
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah
jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian. Karena datanya
kuantitati, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik
(Sugiyono, 2016:243). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
sederhana.
1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data dari masing-
masing variabl dalam penelitian (Ghozali, 2011:19). Varian
maksismum, minimum, sum. Range, kurtoris serta skewness
(kemencangan distribusi).
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Berdasarkan pendapat (Basuki, A., & Prawoto, N.2017:57)
uji normalitas bermanfaat dalam memastikan data yang sudah
dikumpulkan telah berdistribusi normal atau diambil berasal
dari populasi normal atau tidak.Dalam uji asumsi klasik
pengujian normalitas bisa dikatakan tidak begitu sulit. Sebab
berdasarkan beberapa pengalaman dari pakar statistik, data
yang lebih banyak dari 30 angka, maka sudah bisa dianggap
berdistribusi normal dan bisa dinyatakan sebagai sampel
berjumlah besar.
Namun dalam hal ini diperlukan pembuktian dengan uji
normalitas, sebab data yang berjumlah lebih dari 30 atau kurang
dari 30 belum tentu dapat dipastikan berdistribusi normal.
Menurut (Bahri, S. 2018:162) menyatakan bahwa uji normalitas
yakni pengujian distribusi data yang akan dianalisis, dengan
maksud untuk melihat apakah penyebarannya berada di bawah
kurva normal atau tidak.
Distribusi normal yakni distribusi yang berbentuk mirip
lonceng serta simetris. Pengujian ini dipakai untuk menguji
normalitas data, salah satu metode yangdapat digunakan yakni
metode grafik, yakni dengan dengan mengamati tersebarnya
data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of
regression standardized residual. Apabila titik-titik tersebar di
sekitar garis serta mengikuti garis diagonal, maka nilai residual
dinyatakan normal.Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan metode grafik normal P-P Plot of regression
standardized residual.
Menurut (Paramita & Rizal, 20018:85) uji normalitas dapat
dilakukan dengan menggunakan cara lain yaitu dengan melihat
normal probability plot pada output SPSS, apabila niloai – nilai
selebaran data berada disekitar garis lurus diagonal yang berarti
data telah memenuhi syarat distibusi normal.
b) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Persyaratan dalam
regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Ghozali,
2011:139).
c) Uji Linearitas
Uji linearitas dapat dipakai untuk mengetahui apakah
variabel terikat dengan variabel bebas memiliki hubungan linear
atau tidak secara signifikan. Uji linearitas dapat dilakukan
melalui test of linearity. Kriteria yang berlaku adalah jika nilai
signifkansi pada linearity 0,05, maka dapat diartikan bahwa
antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan
yang linier (Sugiyono, 2015:323).

3. Uji Hipotesis
a) Analisis regresi linier sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kasual satu variabel independen dengan satu
variabel dependen (Sugiyono, 2016:300). Persamaan umum
regresi linier sederhana adalah :
Y1 = a+bX
Dimana :
Y = Subyek atau nilai dalam variabel dependen yang
diprediksikan.
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan
angka peningkatan ataupun perumusan variabel dependen
yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka
naik, dan b (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai
nilai tertentu.
Setelah dilakukan analisis regresi linier sederhana
kemudian dilakukan pengujian hipotesis yang digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dan seberapa
besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) baik secara persial maupun simultan.

b). Uji Koefisien determinasi R2


Menurut (Bahri, 2018:192) Uji koefisien determinasi R2
yakni perbandingan pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi ini
dapat diketahui dengan R-Square atau Adjusted RSquare
sebagai tolak ukurnya. R-Square umunya dipakai pada
penelitian dengan satu variabel independen (regresi linear
sederhana), sedangkan Adjusted R-Square dipakai pada
variabel independen lebih dari satu (regresi linear
berganda). Dengan koefisien determinasi R2 akan dapat
diperoleh nilai yang bermanfaat untuk menilai dan
mengukur seberapa besar bantuan dari beberapa variabel
bebas (X) terhadap naik turunnya variabel terikat (Y) yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk presentase (%) dengan
kisaran antara 0-100%. Semakin mendekatnya nilai R2
terhadap 100% mengandung makna bahwa variabel-
variabel bebas memberikan hampir seluruh informasi yang
diperlukan untuk meramalkan atau memprediksi variabel
terikat dan model dikatakan semakin tepat.

Jadi koefisien determinasi dalam penelitian ini untuk


mengukur kemampuan variabel berpengaruh signifikan atau
tidak terhadap perkembangan UMKM.

Anda mungkin juga menyukai