Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance

Volume 3 Nomor 2, November 2020


p-ISSN 2621-6833
e-ISSN 2621-7465

PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BAITUL MAAL WAT TAMWIL


(BMT)

Ficha Melina
Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Riau (UIR)
Email: fichamelina@fis.uir.ac.id

ABSTRAK

Industri perbankan mempunyai peranan yang kompleks terhadap perekonomian yang dapat kita
rasakan seperti sekarang ini, dimana hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan
dengan bank atau lembaga keuangan mikro. Faktor penting yang melatarbelakangi lahirnya bank
syariah maupun lembaga keuangan mikro syariah adalah pelarangan riba secara tegas dalam Alquran.
Salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang berbentuk koperasi adalah Baitul Maal wat Tamwil
(BMT). Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan syariah yang beroperasi
menggunakan gabungan konsep “Baitul Tamwil dan Baitul Maal” dengan target operasionalnya fokus
kepada sektor Usaha Kecil Menengah. Salah satu pembiayaan yang sering dilakukan di BMT adalah
akad murabahah, yang mana akad murabahah merupakan kontrak jual-beli dimana bank bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Penelitian ini akan membahas tentang akad
murabahah pada Baitul Maal wat Tamwil (BMT), bagaimana konsep Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
serta pembiayaan murabahah yang ada di Baitul Maal wat Tamwil (BMT).

Kata kunci : Pembiayaan, Murabahah, BMT.

ABSTRACT

The banking industry has a complex role in the economy that we can feel today, where almost all
aspects of human life cannot be separated from banks or microfinance institutions. An important
factor behind the koran. One of Islamic banks and Islamic microfinance institutions in the form of a
cooperative is the Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal wat Tamwil (BMT) is a sharia
financial institution that operates focus on the Small And Medium Enterprises sector. One of the
financing that is often done in BMT is the murabahah contract, in which the murabahah contract is a
sale and purchase contract in murabahah contract at Baitul Maal wat Tamwil (BMT), how the
concept of Baitul Maal wat Tamwil (BMT) and murabahah financing in Baitul Maal wat Tamwil
(BMT).

Keywords : Financing, Murabaha, BMT.

269
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

PENDAHULUAN distribusinya sesuai dengan peraturan dan


amanahnya (Soemitra, 2009).
Industri dalam perekonomian
Indonesia semakin besar dan penting dari Tujuan yang ingin dicapai para
tahun ketahun. Kontribusi sektor industri penggagasnya tidak lain untuk menampung
semakin meningkat. Peranan sektor industri dana masyarakat dan menyalurkannya
sangat mempengaruhi kesinambungan kembali kepada masyarakat terutama
pertumbuhan ekonomi Indonesia (Mudrahat, pengusaha-pengusaha semisal pengusaha
2007). Industri perbankan mempunyai muslim yang membutuhkan bantuan modal
peranan yang kompleks terhadap untuk pengembangan bisnisnya dalam
perekonomian yang dapat kita rasakan bentuk pemberian fasilitas pembiayaan
seperti sekarang ini, dimana hampir seluruh kepada para nasabah berdasarkan prinsip
aspek kehidupan manusia tidak dapat syariah, seperti murabahah, mudharabah,
dipisahkan dengan bank atau lembaga musyarakah, qardh dan lain-lain (Antonio,
keuangan mikro. 2003).
Perkembangan perbankan dengan Salah satu pembiayaan yang sering
menggunakan prinsip syariah atau lebih dilakukan di BMT adalah akad murabahah,
dikenal dengan nama bank syariah ataupun yang mana akad murabahah merupakan
lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di kontrak jual-beli dimana bank bertindak
Indonesia, bukan merupakan hal yang asing sebagai penjual sementara nasabah sebagai
lagi. Namun sejak tahun 1992, telah muncul pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
lembaga keuangan yang berbasis syariah ditambah keuntungan. Walaupun akad
yang melarang praktek konsep bunga (riba) murabahah ini sering digunakan, namun
pada operasional mereka. Faktor penting sebagian masyarakat belum mengerti tentang
yang melatarbelakangi lahirnya bank syariah implementasi akad ini. Sehingga banyak
maupun lembaga keuangan mikro syariah anggapan bahwa praktik pada lembaga
adalah pelarangan riba secara tegas dalam keuangan syariah tidak berbeda jauh dengan
Alquran. Riba adalah pengambilan lembaga keuangan konvensional yang
tambahan, baik dalam transaksi jual beli terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas.
maupun pinjam meminjam secara batil atau Beberapa ketentuan harus dipenuhi dalam
bertentangan dengan prinsip muamalah melaksanakan akad murabahah agar
dalam Islam. transaksi akad tersebut terhindar dari riba
dan sesuai dengan syariah. Salah satunya
Salah satu lembaga keuangan mikro
adalah syarat barang yang di akadkan dalam
syariah yang berbentuk koperasi adalah
hal ini adalah barang yang dijual belikan.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional
adalah lembaga keuangan syariah yang
MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
beroperasi menggunakan gabungan konsep
murabahah disebutkan bahwa bank (BMT)
“Baitul tamwil dan Baitul maal” dengan
harus membeli terlebih dahulu aset yang
target operasionalnya fokus kepada sektor
dipesan oleh nasabah secara sah dan
Usaha Kecil Menengah (UKM). Konsep
kemudian menawarkan aset tersebut kepada
Baitul tamwil (rumah pengembangan harta),
nasabah. Syarat-syarat benda yang menjadi
melakukan kegiatan pengembangan usaha-
objek akad dalam akad murabahah, barang
usaha produktif dan investasi dalam
yang diperjual belikan secara prinsip harus
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
sudah menjadi milik bank (BMT). Tidak sah
mikro dan kecil dengan antara lain
menjual barang-barang yang baru akan
mendorong kegiatan menabung dan
menjadi miliknya. Melalui pendahuluan ini,
menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
maka penulis akan mencoba membahas apa
Sedangkan konsep Baitul maal (rumah
itu Baitul Maal wat Tamwil (BMT),
harta), menerima titipan dana zakat, infaq
pembiayaan murabahah dan margin
dan sedekah serta mengoptimalkan
murabahah.
270
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

Penelitian ini akan membahas tentang dana yang bersifat profit dengan memakai
akad murabahah pada Baitul Maal wat sistem profit and loos sharing, seperti
Tamwil (BMT), bagaimana konsep Baitul pemberian pembiayaaan murabahah,
Maal wat Tamwil (BMT) serta pembiayaan mudharabah dan lain-lain seabagainya. Bila
murabahah yang ada di Baitul Maal wat digabungkan kedua istilah tersebut, maka
Tamwil (BMT). dapat dijelaskan bahwa BMT adalah balai
usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan
TINJAUAN PUSTAKA
bayt al-maal wa al-tamwil dengan kegiatan
Konsep Baitul Maal wat Tamwil (BMT) menegembangkan usaha-usaha produktif dan
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) investasi dalam meningkatkan kualitas
adalah balai usaha mandiri terpadu yang kegiatan ekonomi pengusaha kecil untuk
isinya berintikan bayt al-maal wa at-tamwil mendorong kegiatan menabung dan
dengan kegiatan mengembangkan usaha- menunjang pembiayaan kegiatan
usaha produktif dan investasi dalam ekonominya. Selain itu BMT juga bisa
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi menerima titipan zakat, sedekah dan infaq
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan serta menyalurkannya sesuai dengan yang
mendorong kegiatan menabung dan telah ditentukan dalam syariat Islam
menunjang pembiayaan kegiatan (A.Djazuli, 2002).
ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat Menurut Azis menjelaskan bahwa
menerima titipan zakat, infaq dan sedekah, BMT adalah lembaga usaha kecil ke bawah
serta menyalurkannya sesuai dengan berdasarkan sistem bagi hasil dan jual beli
peraturan dan amanatnya (Ridwan, 2013). dengan memfaatkan potensi jaminan dalam
Baitul Maal wat Tamwil merupakan lingkunganya sendiri. (Aziz, 2000)
lembaga keuangan mikro (LKM) yang Dari pengertian diatas, dapat
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip dipahami bahwa pola pengembangan
syariah, yang merupakan lembaga keuangan institusi keuangan ini diadopsi dari bait al-
syariah non bank yang bersifat informal maal yang ada pada masa Rasulullah SAW
karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok dan Khlifah al-Rasyidin. Oleh karena itu,
Swadaya Masyarakat (KSM). keberadaan BMT selain bisa dianggap
Dengan demikian, keberadaan BMT sebagai media penyalur, pendayagunaan
dapat dipandang memiliki dua fungsi utama, harta zakat, sedekah, infaq juga bisa
yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan dianggap sebagai institusi yang bergerak
harta ibadah seperti zakat, infaq, sedekah dan dibidang investasi yang bersifat produktif
wakaf, serta dapat pula berfungsi sebagai seperti layaknya bank.
institusi yang bergerak dibidang investasi BMT selain berfungsi sebagai
yang bersifat produktif sebagaimana lembaga keuangan juga dapat berfungsi.
layaknya bank. Pada fungsi kedua dapat Sebagai lembaga ekonomi, sebagai lembaga
dipahami bahwa selain berfungsi sebagai keuangan, ia bertugas menghimpun dana dari
lembaga keuangan, BMT juga berfungsi masyarakat dan menyalurkan pada
sebagai lembaga ekonomi. masyarakat. Sebagai lembaga ekonomi, ia
Bait Maal wa al-Tamwil disingkat berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti
dengan BMT terdiri dari dua istilah, yaitu perdagangan industri dan pertanian.
Bait al-Maal dan Baitul tamwil. Bait al-maal Beranjak dari pengertian diatas , maka BMT
lebih mengarah pada usaha-usaha dapat lebih dipahami dari segi ciri-ciri yang
pengumpulan dan penyaluran dana yang non dimilikinya. Ciri-ciri BMT ini diungkapkan
profit. Seperti zakat, sedekah, infaq. dalam redaksi yang berbeda-beda oleh para
Sedangkan Baitul tamwil merupakan suatu ilmuan. Muhammad menjelaskan bahwa
wadah yang lebih mengarah pada usaha- BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut
usaha pengumpulan dana dan penyaluran (Muhammad, 2000):
271
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

1) Lembaga ini haruslah mudah untuk fasilitas sarana sekitar Rp. 1.000.0000,-
didirikan, artinya lembaga ini harus sampai Rp. 1.500.000,-
sederhana untuk dapat ditangani dan 4) Pendiri sebagai anggota inti yang mau
dimengerti oleh pengusaha yang menyimpan modal awal.
sebagian besar berpendidikan S1 atau
setingkat. 5) Biaya operasional sangat rendah, antara
lain karena kecilnya jumlah staf dan
2) Semua yang terlibat memiliki motivasi dapat beroperasi pada kondisi yang
kuat untuk bukan saja mendirikan, sederhana.
tetapi juga membina dan
mengembangkan lebih lanjut, oleh 6) Jaminannya adalah mengutamakan
karena itu lembaga tersebut harus kepercayaan, karena daerah operasinya
berkait dengan kepentingan yang tidak luas.
mendasar dari pemiliknya. 7) Mitra operasi terintegrasi dengan
3) Lembaga ini tidak saja memiliki lembaga lokal, misalnya pengajian,
aturan-aturan kerja yang lentur, efisien lingkungan mesjid dan pesantren.
dan efektif, tetapi juga mandiri. Ciri-ciri utama BMT menurut A.
4) Transaksi-transaksi bisnis semuanya Djazuli (2002) adalah:
dilakukan atas dasar bagi hasil 1) Berorientasi bisnis, mencari laba
(mudharabah). bersama, meningkatkan pemanfaatan
5) BMT tempat mencerdaskan kehidupan ekonomi paling banyak untuk anggota
pengusaha kecil melalui kegiatan dan lingkungan.
ikraqdan penggalangan kedalam yang 2) Bukan lembaga sosial, tetapi tidak
dilakukan secara kontinyu. dapat dimanfaatkan mengefektifkan
6) Memiliki sifat amanah dan saling penggunaan zakat, infaq dan sedekah
percaya mempercayai dan diikuti bagi kesejahteraan orang banyak.
dengan kegiatan-kegiatan keagamaan 3) Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan
yang mengingatkan dan menanamkan peran serta masyarakat disekitarnya.
prinsip-prinsip moral intelektual
keagamaan kepada anggota. 4) Milik bersama masyarakat kecil bukan
milik orang dari luar.
Abd. Majid (2000), menjelaskan bahwa
ciri-ciri BMT adalah sebagai berikut: Selain ciri utama di atas, BMT
menurut A. Djazuli (2020) juga memiliki ciri
1) Usahanya dimaskud untuk mendorong khas sebagai berikut:
sikap dan perilaku menabung dari
masyarakat banyak dengan menerima 1. Staf dan karyawan BMT bertindak
simpanan atas dasar balas jasa aktif, dinamis, berpandangan produktif,
berdasarkan bagihasil (mudharabah). tidak menunggu tetapi menjeput
nasabah, baik sebagai penyetor dana
2) Pengelolaanya secara profesional persis maupun penerima pembiayaan usaha.
mengikuti administrasi pembukuan dan
prosedur perbankan dengan 2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu
pengecualian tidak mengharuskan dan ditunggui oleh sejumlah staf yang
pakai jaminan uang atau harta benda terbatas, karena sebagian staf harus
untuk pinjaman yang kecil dibawah Rp. bergerak di lapangan untuk
500.000,- mendapatkan nasabah penyetor dana,
memonitor dan mensurvei usaha
3) Modal awal untuk mendirikan BMT nasabah.
lebih kurang Rp. 3.000.000,- sampai
dengan Rp. 10.000.000,- ditambah 3. BMT mengadakan perjanjian rutin
secara berkala yang waktu dan
272
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

tempatnya di madrasah, mesjid, setelah semakin utuh dan tangguh menghadapi


pengajian bisa dilanjutkan dengan tantangan global, (3) menggalang dan
membicarakan bisnis dari para nasabah mengorganisir potensi masyarakat dalam
BMT. rangka meningkatkan kesejahteraan
anggota.
4. Manajemen BMT diselenggarakan
secara profesional dan Islami. Prinsip Operasional BMT
Adapun profil BMT secara umum BMT merupakan lembaga keuangan
menurut Soemitra (2017) sebagai berikut: syariah dengan sistem bagi hasil, dalam
mengelola dana yang ada BMT
a. Tujuan dari BMT yaitu meningkatkan
menggunakan beberapa prinsip
kualitas usaha ekonomi untuk
operasionalnya, sebagaimana dijelaskan oleh
kesejahteraan anggota pada khususnya
Sudarsono (2003) sebagai berikut:
dan masyarakat pada umumnya.
1) Prinsip bagi hasil setiap jenis usaha yang
b. Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis
di dalamnya ada prinsip bagi hasil, maka
yang bersifat mandiri,
akan ada pembagian hasil antara BMT
ditumbuhkembangkan dengan swadaya
dengan nasabahnya.
dan dikelola secara profesional serta
berorientasi untuk kesejahteraan anggota 2) Prinsip jual beli prinsip ini merupakan
dan masyarakat lingkungannya. suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat
c. Visi BMT, yaitu menjadi lembaga
nasabah sebagai agen yag diberi kuasa
keuangan yang mandiri, sehat dan kuat,
melakukan pembelian barang atas nama
yang kualitas ibadah anggotanya
BMT, dan kemudian bertindak sebagai
meningkat sedemikian rupa sehingga
penjual dengan menjual barang yang
mampu berperan menjadi wakil pengabdi
telah dibelinya tersebut ditambah mark-
Allah SWT memakmurkan kehidupan
up. Keuntungan yang didapat BMT akan
anggota pada khususnya dan umat
dibagi bersama dengan penyedian dana
manusia pada umumnya.
berdasarkan kesepakatan.
d. Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan
3) Prinsip non profit Ini merupakan suatu
pembebasan anggota dan masyarakat dari
prinsip yang sering disebut sebagai
belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan
pembiayaan kebajikan atau pembiayaan
ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan
yang bersifat sosial dan non komersial.
meningkatkan kapasitas dalam kegiatan
Dalam pembiayaan ini nasabah cukup
ekonomi rill dan kelembagaannya
mengembalikan pokok pinjamanya saja.
menuju tatanan perekonomian yang
makmur dan maju dan gerakan keadilan 4) Prinsip akad bersyarikat akad bersyarikat
membangun struktur masyarakat madani adalah kerjasama antara dua pihak atau
yang adil dan berkemakmuran lebih yang masing-masing pihak
berkemajuan, serta makmur maju mengikutsertakan modal dalam berbagai
berkeadilan berdasarkan syariah dan bentuk dengan perjanjian pembagian
ridho Allah SWT. keuntungan atau kerugian yang
disepakati.
e. Fungsi BMT yaitu (1) mengidentifikasi,
memobilisasi, mengorganisir, dan 5) Prinsip pembiayaan penyediaan uang
mengembangkan potensi serta dan tagihan berdasarkan persetujuan atau
kemampuan ekonomi anggota, kelompok kesepakatan pinjam meminjam diantara
usaha anggota muamalat (Pokusma) dan BMT dengan pihak lain, yang
kerjanya, (2) mempertinggi kualitas mewajibkan pihak pinjaman untuk
SDM anggota dan Pokusma menjadi melunasi hutangnya beserta bagi hasil
lebih profesional dan Islami sehingga setelah jangka waktu tertentu.

273
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

Disamping prinsip di atas, pada BMT dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan


juga terdapat prinsip-prinsip non bisnis tersebut harus dapat dinikmati oleh
lainya dalam operasionalnya, seperti dalam sebanyak-banyaknya pengusaha yang
produk input dana ibadah, seperti zakat, bergerak dibidang industri, pertanian, dan
infaq, sedekah yang diserahkan langsung perdagangan untuk menunjang kesempatan
pada yang berhak menerimanya. kerja dan menunjang produksi dan distribusi
barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka
Konsep Pembiayaan
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
Berdasarkan Undang-Undang Nomor ekspor. Memberikan pembiayaan dengan
10 tahun 1998 tentang Perbankan Bab I Pasal prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi
1 Nomor 12, yang dimaksud pembiayaan hasil yang tidak memberatkan debitur.
berdasarkan prinsip syariah adalah (Melina, 2018).
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
Tujuan pembiayaan secara makro
dipersamakan dengan itu berdasarkan
untuk meningkatkan ekonomi umat,
persetujuan atau kesepakatan antara bank
tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
meningkatkan produktifitas, membuka
yang dibiayai untuk mengembalikan uang
lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
pendapatan. Sedangkan secara mikro
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
pembiayaan diberikan dengan tujuan
(Kasmir, 2012).
memaksimalkan laba, meminimalkan resiko,
Pembiayaan merupakan kegiatan penyalahgunaan sumber ekonomi, dan
bank syariah dan lembaga keuangan lainnya penyaluran kelebihan dana (Muhammad,
dalam menyalurkan dananya kepada pihak 2005).
anggota yang membutuhkan dana.
Sesuai dengan tujuan pembiayaan
Pembiayaan sangat bermanfaat bagi bank
tersebut, maka pembiayaan memiliki fungsi
syariah maupun BMT, nasabah dan
sebagai berikut: meningkatkan daya guna
pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil
uang, meningkatkan daya guna barang,
yang besar diantara penyaluran dana lainnya
meningkatkan kegairahan usaha, stabilitas
yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum
ekonomi, dan sebagai jembatan untuk
menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank
meningkatkan pendapatan nasional
syariah perlu melakukan analisis pembiayaan
yang mendalam, Sehingga kerugian dapat (Muhammad, 2005).
dihindari (Ismail, 2011). Konsep Murabahah
Dalam buku yang ditulis oleh Menurut M. Syafi`i Antonio dalam
Muhammad (2005) pembiayaan atau bukunya mengartikan bahwa Murabahah
financing adalah pendanaan yang diberikan adalah jual beli barang pada harga asal
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk dengan tambahan keuntungan yang
mendukung investasi yang telah disepakati. Dalam hal ini, penjual harus
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun memberikan pokok produk yang ia beli dan
lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan menentukan suatu tingkat keuntungan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk sebagai tambahan, menentukan lama
mendukung investasi yang telah pembiayaan dan besar angsuran yang akan
direncanakan. diangsur (Antonio, 2003).
Pembiayaan yaitu pendanaan yang Murabahah didefinisikan oleh para
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang Fuqaha sebagai penjualan barang seharga
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri biaya/harga pokok (cost) barang tersebut
maupun dikerjakan oleh orang lain. Tujuan ditambah mark-up atau margin keuntungan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang disepakati. Murabahah adalah jual beli
adalah untuk meningkatkan kesempatan barang pada harga asal dengan tambahan
kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai keuntungan yang disepakati. Karakteristik
274
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

murabahah adalah penjual harus memberi Landasan Hukum Pembiayaan


tahu harga yang ia beli dan menentukan Murabahah
suatu tingkat keuntungan sebagai Murabahah merupakan bagian
tambahannya. terpenting dari jual beli dan prinsip ini
Murabahah merupakan salah satu mendominasi pendapatan bank dari produk-
produk penyaluran dana yang cukup di produk yang ada di semua bank Islam serta
gemari BMT karena karakternya yang lembaga keuangan syariah lainnya. Dalam
profitable, mudah dalam penerapan, BMT Islam, jual beli sebagai sarana tolong
bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual menolong antara sesama umat manusia yang
barang halal tertentu yang dibutuhkan diridhai oleh Allah SWT.
nasabah. Mula-mula BMT membeli barang Firman Allah SWT dalam QS. Al-
sebagaimana dimaksud kepada pihak ketiga Baqarah ayat 275:
dengan harga tertentu, secara langsung atau
melalui wakil yang ditunjuk, untuk Artinya: “Dan Allah SWT telah
selanjutnya barang tersebut dijual kepada menghalalkan jualbeli dan mengharamkan
nasabah dengan harga tertentu setelah riba.”
ditambah keuntungan (mark-up) yang Firman Allah SWT dalam QS. Al-
disepakati bersama (Wiroso, 2005). Maidah ayat 1:
Murabahah merupakan kontrak jual- Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
beli dimana bank bertindak sebagai penjual penuhilah akad-akad itu.”
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank ditambah Firman Allah SWT dalam QS. An-
keuntungan. Walaupun akad murabahah ini Nisa ayat 29
sering digunakan, namun sebagian
masyarakat belum mengerti tentang      
implementasi akad ini. Sehingga banyak
anggapan bahwa praktik pada lembaga        
keuangan syariah tidak berbeda jauh dengan
lembaga keuangan konvensional yang           
terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas
(Melina dan Zulfa, 2020). 
Sedangkan menurut Haitam dalam
jurnal Haryoso (2017) murabahah adalah Artinya :“Hai orang-orang yang beriman,
sebuah pergeseran kepemilikan sesuatu yang janganlah kamu saling memakan harta
dimiliki yang kemudian dijual dengan harga sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
pertama lalu diberikan sedikit tambahan dengan jalan perniagaan yang berlaku
keuntungan. Dari beberapa definisi di atas dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
pada dasarnya sama, yakni murabahah janganlah kamu membunuh dirimu;
merupakan kegiatan jual beli dimana penjual sesungguhnya Allah SWT adalah Maha
memberi tahukan atau menceritakan biaya Penyayang kepadamu.”
perolehan barang yang sesungguhnya kepada Dalam surat An-Nisa ayat 29
konsumen lalu ditambahkan keuntungan atas merupakan larangan tegas mengenai
penjualan barang tersebut berdasarkan biaya memakan harta orang lain dengan jalan
yang dikeluarkan dan kesepakatan antara bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
penjual dan pembeli. berlaku atas suka sama suka. Memakan
dengan cara yang bathil maksudnya adalah
memakannya dengan jalan riba, judi,
menipu, menganiaya dan hal-hal yang
dilarang Allah SWT. Akan tetapi
275
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

diperbolehkan bagi kalian untuk mengambil g. Untuk mencegah terjadinya


harta milik selainmu dengan cara dagang penyalahgunaan atau kerusakan akad
yang lahir dari keridhaan dan keikhlasan hati pihak bank dapat mengadakan
antara dua pihak (atas suka sama suka), perjanjian khusus dengan nasabah.
dalam jual beli diperbolehkan kita untuk h. Jika bank hendak mewakilkan kepada
mengambil keuntungan dari barang yang nasabah untuk membeli barang dari
diperjualbelikan sesuai dengan akad diawal.
pihak ketiga, akad jual beli
Hadis Nabi riwayat Tirmidzi: murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik
Artinya : “Perdamaian dapat dilakukan di
bank (Wiroso, 2005).
antara kaum Muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau METODE PENELITIAN
menghalalkan yang haram; dan kaum Penelitian ini merupakan jenis
Muslimin terikat dengan syarat-syarat penelitian kepustakaan (library research),
mereka kecuali syarat yang dimana data-data yang dipakai adalah data
mengharamkan yang halal atau kepustakaan. Di dalam penelitian ini, analisis
menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmizi data didasarkan pada teori mengenai
dari Amr bin Auf). pembiayaan murabahah serta aplikasi
Ketentuan Murabahah pembiayaan murabahah pada BMT.
Ketentuan murabahah diatur pula HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam Fatwa DSN No. 04/SDSN-
Aplikasi Pembiayaan Murabahah pada
MUI/IV/2000 yaitu:
BMT
a. Bank dan nasabah harus melakukan Pembiayaan berdasarkan prinsip jual
akad murabahah yang bebas riba. beli merupakan penyediaan barang modal
b. Barang yang dijual belikan tidak kerja maupun investasi. Atas transaksi ini,
diharamkan oleh syariat Islam. BMT akan memperoleh sejumlah
keuntungan. Karena sifatnya jual beli, maka
c. Bank membiayai sebagian atau
transaksi ini harus memenuhi syarat dan
keseluruhan harga pembelian barang
rukun jual beli.
yang telah disepakati kualifikasinya.
Bagi BMT yang memiliki sektor riil,
d. Bank membeli barang yang
penyediaan barang modal dapat dipenuhi
diperlukan nasabah atas nama bank
secara langsung, namun bagi yang tidak
sendiri, dan pembeli ini harus sah dan
memiliki sektor riil atau karena sektor riil
bebas riba.
yang ada tidak mampu memenuhi
e. Bank harus menyampaikan semua hal kebutuhan, maka BMT dapat bekerja sama
yang berkaitan dengan pembelian, dengan suplier atau agent penyedia.
misalnya jika pembelian barang Mekanisme jual beli ini meliputi:
dilakukan secara utang. Bank
a. Anggota atau nasabah mengajukan
kemudian menjual barang tersebut
secara rinci kebutuhan barang yang
kepada nasabah dengan harga senilai
akan dibeli. Rincian barang-barang
harga plus keuntungannya. Dalam
tersebut dapat berupa jenis, merek,
kaitan ini bank harus memberitahu
tahun pembuatan, warna, ukuran
secara jujur harga pokok barang
bentuk sampai pada tempat
kepada nasabah berikut biaya yang
pembelian. Semakin terinci akan
diperlukan.
semakin baik.
f. Nasabah membayar harga barang
b. BMT bersama-sama anggota atau
pada jangka waktu tertentu yang telah
nasabah yang membutuhkan akan
disepakati.

276
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 – 280

melihat dengan pasti tentang barang e. Jika kondisi tidak memungkinkan


yang dimaksud. bagi BMT untuk membeli terlebih
dahulu barang tersebut, maka BMT
c. BMT akan membeli barang tersebut
akan memberikan kuasa kepada
kepada suplier, dengan harga pokok
anggota untuk membeli sendiri
yang diketahui kedua belah pihak.
kemudian nota pembeliannya
d. BMT kemudian akan menjual diberitahukan kepada BMT (Ridwan,
kembali barang tersebut kepada 2014).
anggota atau nasabah yang
Adapun skema pembiayaan murabahah
membutuhkan seharga pembelian
dijelaskan melalui gambar berikut:
pokok ditambah keuntungan
(margin) yang disepakati.

Permohonan
Pembelian barang

Akad Murabahah
Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) Nasabah
Pembayaran tunai atau cicilan

Beli barang
secara tunai Penyedia Barang Kirim barang

Sumber: Ilustrasi Penulis (2020)


Dari skema murabahah di atas Sehingga, hak kepemilikan barang
dapat penulis jelaskan sebagai berikut: tersebut sudah berada ditangan BMT.
1) Nasabah mengajukan permohonan dan 3) Setelah melakukan pembelian barang
janji pembelian barang kepada BMT kepada penyedia barang (supplier) dan
sesuai dengan kriteria yang sebelum barang tersebut diserahkan
dibutuhkan. Namun sebelumnya, kepada nasabah. Pihak BMT dan
pastikan nasabah telah terdaftar nasabah mengikatkan diri ke dalam
sebagai anggota dari BMT tersebut suatu perjanjian akad murabahah.
sehingga BMT telah memiliki Didalam perjanjian inilah BMT
identitas nasabah tersebut. menyebutkan harga pokok pembelian
tersebut kepada nasabah, serta BMT
2) BMT membeli barang yang diminta
menyebutkan keuntungan yang akan
oleh nasabah kepada penyedia barang
diambil kepada nasabah. Dua hal
(pihak ketiga) sesuai dengan kriteria
tersebut harus disepakati diawal
yang ditentukan oleh nasabah.
perjanjian. BMT diperbolehkan
Pembelian barang kepada penyedia
meminta uang muka kepada nasabah
barang dilakukan secara tunai.
saat menandatangani perjanjian jual
beli. Apabila nasabah menolak
277
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 - 280

membeli barang tersebut, biaya kesamaan, seperti barang dagangan,


perolehan barang yang telah selain dirham dan dinar, tidak boleh
dikeluarkan BMT harus diganti oleh diperjual belikan dengan cara
nasabah denga membayar uang muka. murabahah oleh pihak yang tidak
Namun, apabila uang muka dari memiliki barang dagangan. Hal ini
nasabah masih kurang dalam menutupi karena murabahah adalah jual beli
kerugian BMT, BMT berhak meminta dengan harga yang sama dengan harga
kembali sisa kerugian yang masih pertama, dengan adanya tambahan
belum dibayar oleh BMT. keuntungan dalam sistem murabahah.
4) Setelah BMT dan nasabah d. Sistem murabahah dalam harta riba
menyepakati perjanjian jual beli hendaknya tidak menisbatkan riba
tersebut, BMT akan mengirimkan tersebut terhadap harga pertama.
barang kepada nasabah. Seperti membeli barang yang ditakar
atau ditimbang dengan barang sejenis
5) Nasabah membayar barang tersebut
dengan takaran yang sama, maka tidak
sesuai dengan harga jual yang telah
boleh menjualnya dengan sistem
disepakati diawal. Pembayaran secara
murabahah. Hal semacam ini tidak
tunai maupun cicilan.
diperbolehkan karena murabahah
Rukun dan Syarat Murabahah adalah jual beli dengan harga pertama
Rukun dari akad murabahah yang dengan adanya tambahan, sedangkan
harus dipenuhi dalam transaksi ada tambahan terhadap harta riba
beberapa yaitu: hukumnya adalah riba dan bukan
keuntungan.
a. Pelaku akad yaitu ba’i (penjual)
adalah pihak yang memiliki barang e. Transaksi pertama haruslah sah secara
untuk dijual dan musytari (pembeli) syara (Wiroso, 2005).
adalah pihak yang memerlukan dan Dalam Murabahah ada beberapa
akan membeli barang. syarat dalam akad jual beli, antara lain:
b. Objek akad, yaitu mabi’ (barang 1) Syarat mengadakan akad
dagangan) dan tsaman (harga).
a) Syarat orang yang berakad:
c. Shighah, yaitu ijab dan qabul. Orang berakad harus berakal,
Sedangkan syarat akad murabahah, bisa membedakan mana yang
antara lain : benar dan mana yang salah, serta
orang yang berakad harus
a. Mengetahui harga pertama (harga banyak berperan (tempat akad
pembelian) baik kedua belah pihak. dilaksanakan dalam satu
b. Mengetahui besarnya keuntungan, majelis).
mengetahui jumlah keuntungan adalah b) Barang yang berakad harus
keharusan, karena ia merupakan memenuhi syarat, antara lain:
bagian dari harga (tsaman), sedangkan
mengetahui harga adalah syarat c) Barangnya harus ada
sahnya jual beli. d) Barangnya berupa harta yang
c. Modal hendaknya berupa komoditas jelas harganya
yang memiliki kesamaan dan sejenis, e) Barangnya dimiliki sendiri,
seperti benda-benda yang ditakar, artinya terjaga
ditimbang dan dihitung. Jika modal
dan benda-benda yang tidak memiliki

278
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 - 280

f) Barang itu dapat diserahkan lembaga keuangan syariah dan


sewaktu akad. Nasabah.
2) Syarat-syarat pelaksanaan akad : c. Margin dinyatakan dalam bentuk
nominal atau persentase tertentu
a) Pemilikan atau penguasaan,
dari harga pokok lembaga
pemilikan adalah penguasaan
keuangan syariah.
barang ketika orang yang
melakukannya mampu d. Perhitungan margin dapat
bertasharruf sendiri pada barang mengacu pada tingkat imbalan
itu tanpa ada penghalang syariah. yang berlaku umum pada pasar
keuangan dengan
b) Dalam barang yang akan
mempertimbangkan ekspektasi
diperjualbelikan hanya terdapat
biaya dana, risk premium dan
hak penjual, artinya barang yang
tingkat keuntungan.
di jual tidak ada hak orang lain
selain penjual itu sendiri e. Margin tidak boleh bertambah
(Wiroso, 2005). sepanjang masa pembiayaan
setelah kontrak disepakati dan
Margin Dalam Murabahah
ditandatangani kedua belah pihak.
Pendapat ahli hukum Islam
f. Lembaga keuangan syariah dapat
menjelaskan mengenai biaya yang dapat
memberikan potongan margin
ditambahkan ke harga dan merupakan
Murabahah sepanjang tidak
dasar untuk perhitungan laba. Menurut
menjadi kewajiban Bank yang
Hanafi semua biaya yang diterima dari
tertuang dalam perjanjian.
praktek komersial atau jual beli dapat
ditambahkan ke harga biaya mengenai KESIMPULAN
biaya perolehan dari komoditas tersebut. Dalam perkembangan dewasa ini
Menurut Hanbali dan Imam Shafi’i semua lembaga keuangan non bank berkembang
biaya aktual yang terjadi sehubungan dan diwujudkan dalam berbagai bentuk.
pembelian komoditas dapat ditambahkan Salah satu lembaga keuangan nonbank
asalkan ada kesepakatan dengan nasabah. yang berkembang saat ini adalah Baitul
Menurut Maliki biaya yang dapat
maal wa tamwil (BMT). Dalam tulisan ini
ditambahkan kedalam harga adalah biaya dibahas mengenai konsep Baitul maal wa
yang dikeluarkan seperti penyimpanan tamwil (BMT), landasan hukum Baitul
barang atau biaya pengangkutan, namun maal wa tamwil (BMT), konsep
biaya tersebut tidak termasuk dalam pembiayaan dan konsep murabahah,
keuntungan dan untuk keuntungan dapat aplikasi modern murabahah dan skema
ditambahkan lagi (Mansuri, 2006). pembiayaan murabahah, margin dalam
Selain itu penetapan margin pada murabahah serta ketentuan akad
murabahah menurut otoritas jasa murabahah.
keuangan ada beberapa poin, sebagai
DAFTAR RUJUKAN
berikut:
A.Djazuli. 2002. lembaga-lembaga
a. Margin jual Murabahah Perekonomian Umat (sebuah
merupakan tingkat keuntungan pengenalan). Raja Grafindo
yang diharapkan (expected yield) Persada. Jakarta.
oleh lembaga keuangan syariah.
Abd. Majid, Baihaqi. 2000. Paradigma
b. Margin (mark up price) ditentukan
Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah
berdasarkan kesepakatan antara Pinbuk. Jakarta.

279
2020, Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance 3 (2) : 269 - 280

Antonio, Syafi`i. Muhammad. 2003. Muhammad. 2005. Manajemen


Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Pembiayaan Bank Syariah. UPP
PT Era Adi Citra. Solo. AMP YKPN. Yogyakarta.
Aziz, Amin. Muhammad. 2000. Ridwan, Hasan Ahmad. 2013. Manajemen
Paradigma Baru Ekonomi Baitul Maal wat Tamwil. CV
Kerakyatan Sistem Syariah: Pustaka Setia. Bandung.
Perjalanan, Gagasan dan Gerakan Ridwan. Muhammad, 2014. Manajemen
BMT di Indonesia. Gema Insani. Baitul Maal wat Tamwil (BMT). UII
Jakarta. Press. Yogyakarta
Haryoso, Lukman. 2017. Penerapan Soemitra, Andri. 2017. Bank dan
Prinsip Pembiayaan Syariah Lembaga Keuangan Syariah.
(Murabahah) Pada BMT Bina Usaha Prenada Media. Jakarta.
Di Kabupaten Semarang. Jurnal
Law and Justice, 2 (1), 79-89. Sudarsono, Heri. 2003. Bank Lembaga
Keuangan Syariah (Deskripsi dan
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Ilustrasi). Ekonisia. Yogyakarta.
Kencana. Jakarta.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. UII
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Press. Yogyakarta.
Rajawali Pers. Jakarta.
Mansuri, M. Tahir. 2006. Islamic Law Of
Contracts And Business
Transactions. Adam Publisher And
Distribution. New Delhi.
Melina, Ficha. & Zulfa. Marina. 2020.
Implementasi Pembiayaan
Murabahah pada Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) Kota
Pekanbaru. COSTING: Journal of
Economic, Business and
Accounting, 3(2), 356-364.

Melina, Ficha. 2018. Pembiayaan


Pinjaman Lunak Usaha Kecil Ikan
Patin dengan PT. Telkom Pekanbaru
Melalui Mitra Binaan Menurut
Ekonomi Islam. Syarikat: Jurnal
Rumpun Ekonomi Syariah, 1(1), 53-
62.
Mudrahat, Kuncoro. 2007. Ekonomika
Industri Indonesia, Andi.
Yogyakarta.
Muhammad. 2000. Lembaga Keuangan
Umat Kontemporer. UII Press.
Yogyakarta.

280

Anda mungkin juga menyukai