Anda di halaman 1dari 5

Pengertian BMT

Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi, karena BMT dimiliki oleh masyarakat yang
menjadi anggotanya, menghimpun simpanan anggota dan menyalurkannya kembali kepada anggota
melalui produk pembiayaan/kredit. Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling cocok adalah
berbadan hukum koperasi. Baitul Maal-nya sebuah BMT, berupaya menghimpun dana dari anggota
masyarakat yang berupa zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS) dan disalurkan kembali kepada yang berhak
menerimanya, ataupun dipinjamkan kepda anggota yang benar-benar membutuhkan melalui produk
pembiayaan qordhul hasan(pinjaman kebijakan/bungan nol persen). Sementara Baitut Tamwil,
berupaya menghimpun dana masyarakat yang berupa: simpanan pokok, simpanan wajib, sukarela dan
simpanan berjangka serta penyertaan pihak lain, yang sifatnya merupakan kewajiban BMT untuk
mengembalikannya. Dana ini diputar secara produktif/bisnis kepada para anggota dengan menggunakan
pola syariah. (Hidayat 2017: 15)

BMT beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. BMT beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan
syari’ah Islam khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara
bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi
dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Untuk menjamin
operasi bank Islam tidak menyimpang dari tuntunan syari’ah, maka pada setiap bank Islam hanya
diangkat manager dan pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah Islam. Hidayat
2017: 16)

hidayat wahyu. 2017. EFEKTIVITAS FUNGSI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) BAGI KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT (Desa Gaya Baru 1, Kecamatan Seputih Surabaya, Lampung Tengah)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga
keuangan pendukung peningkatan produktivitas dan kualitas usaha ekonomi, pengusaha mikro dan
pengusaha kecil bawah dengan berlandaskan sistem syari’ah.

Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT

BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang mempunyai andil besar dalam menjalankan roda
perekonomian. Keberadaan BMT sangat ditunggu-tunggu, terutama bagi masyarakat yang ingin
menjalankan aktivitas ekonomianya sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Disamping itu BMT mempunyai
beberapa peran antara lain:

a) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah, aktif melakukan sosialisasi di tengah
masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi islam.

b) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi
sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan-jalan mendampingi, pembinaan, penyuluhan,
dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
c) Melepaskan ketergantungan debitur pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir
disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat labih baik, misalnya selalu tersedia dana
setiap saat.

d) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi merata. Fungsi BMT langsung berhadapan
dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah
untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas harus diperhatikan, misalnya dalam
masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan
jenis pembiayaan. (Heri sudarsono :108)

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. hal. 108

Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Baitul Maal wat Tamwil

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) selaku pengelola dana harus dapat mengelola dana yang dipercayakan
kepadanya dengan hati-hati dan memperoleh penghasilan yang maksimal. Seperti halnya bank, BMT
sebagai pemberi dana dapat melakukan penilaian permohonan pembiayaan akan memperhatikan
beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam.

Menurut Djazuli dan Janwari prinsip-prinsip dasar operasional BMT adalah :

1) Character

2) Capacity

3) Capital

4) Colateral

5) Conditions

Prinsip ini dikenal dengan 5C dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Character

Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

b. Capacity

Penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan
catatan prestasi peminjam dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana
usahanya, seperti karyawan, mesin, sarana produksi, cara usaha dan sebagainya.

c. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha
atau perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada
komposisi modalnya.

d. Colateral

Jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko
kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya.

e. Conditions

Pihak BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya
keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena
kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam
dalam jangka panjang.

Djazuli, Janwari. Lembaga-lembaga Ummat sebuah pengenalan. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002)
hlm 189

Fungsi BMT

fungsi pokok : Pertama, Fungsi pengumpulan dana, dan kedua fungsi penyaluran dana.

Kedua fungsi pokok BMT dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Fungsi Pengumpulan Dana (Funding)

Yaitu usaha untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota, calon nasabah
maupundari pihak lain. Pengumpulan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu dana yang
dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk
pembiayaan.

2) Fungsi Penyaluran Dana (Financing)

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis, yaitu :

a. Pembiayaan dengan sistem bagi hasilPembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak
ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan
besarnya bagi hasil yang disepakati.

b. Jual beli dengan pembayaran yang ditangguhkan Penyaluran dana dalam bentuk jual beli dengan
pembayaran ditangguhkan adalah penjual barang dari BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan
sebesar biaya perolehan barang ditambah margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT.

Widodo, Hertanto. Panduan Praktis Operasional Baitul Maal wa Tamwil (Bandung: mizan, 1999) hlm 10
Sejarah Berdirinya BMT Di Indosesia

Latar belakang berdirinya BMT di Indonesia diawali dari kemampuan Perbankan sangat terbatas untuk
menjangkau sektor usaha mikro dan kecil sehingga dibutuhkan lembaga keuangan yang komersial
seperti bank yang mampu dan dapat menjangkau sektor usaha kecil dan menengah (UMK). Lembaga
keuangan formal ini belum menyentuh UMK misalnya pedagang yang ada di pasar tradisional, pedagang
kaki lima sampai pedagang asongan yang biasanya disebut sebagai ekonomi rakyat kecil. Apabila
diperhatikan secara seksama justru prosentase UMK jauh lebih besar dari usaha-usaha menengah
keatas, sehingga akan terjadi ketimpangan pasar dalam bidang ekonomi.

Beberapa orang ada yang memperhatikan dan tersentuh dalam usaha mikro ini, kelompok individu yang
memperhatikan UMK tersebut memberikan permodalan yang sangat dibutuhkan oleh UMK tersebut,
individu tersebut sering dikenal di masyarakat umum sebagai rentenir. Keberadaan rentenir itu sendiri
tidak membawa kemaslahatan bagi masyarakat banyak, karena justru ada beberapa permasalahan yang
signifikan dalam bentuk kegiatan individu tersebut, diantaranya adalah bentuk permodalan yang
dilakukan dari rentenir tersebut. Para rentinir biasanya meminjamkan uang mereka kepada para
peminjam dengan beberapa ketentuan yang mengikat diantaranya penentuan bunga yang tinggi dengan
jangka waktu pengembalian yang sangat pendek. Sehingga praktek ini secara tidak langsung tidak
memberikan solusi akan permasalahan ekonomi rakyat kecil, akan tetapi menambah masalah
perekonomian mereka yang sudah kompleks. Oleh Karena itu dibutuhkan instansi keuangan mikro baru
yang mempunyai kompetensi baik dalam profesionalitas dan material yang bisa mengcover kebutuhan
masyarakat akan hal itu, dan tidak menjerat mereka dalam lingkaran hutang yang berkepanjangan.

BMT ini dapat diharapkan menjadi penyokong UMK dan menggantikan praktek rentenir yang dianggap
mencekik UMK dalam jeratan hutang yang berkepanjangan itu dan dapat menyeimbangkan pasaran
Indonesia secara umum

BMT pada umumnya memiliki dua latar belakang pendirian dan kegiatan yang hampir sama kuatnya,
yakni sebagai lembaga keuangan mikro dan sebagai lembaga keuangan syariah. Identifikasi yang
demikian sudah tampak pada beberapa BMT perintis, yang beroperasi pada akhir tahun 1980-an sampai
dengan pertengahan tahun 1990-an. Mereka memang belum diketahui secara luas oleh masyarakat,
serta masih melayani kelompok masyarakat yang relatif homogen dengan cakupan geografis yang amat
terbatas. Perkembangan pesat dimulai sejak tahun 1995, dan beroleh “momentum” tambahan akibat
krisis ekonomi 1997/1998.

BMT secara umum telah terbukti berhasil menjadi lembaga keuangan mikro yang andal. Kemampuannya
untuk menghimpun dana masyarakat terbilang luar biasa, mengingat mayoritas anggota dan
nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan
sebagai sumber dana. Dengan mengembangkan kemampuan menabung mereka, ketahanan masyarakat
dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendesak seperti sakit, musibah maupun
kebutuhan mendesak lainnya menjadi semakin kuat.
Pada tahun 2010, telah ada sekitar 4.000 BMT yang beroperasi di Indonesia. Beberapa diantaranya
memiliki kantor pelayanan lebih dari satu. Wilayah operasionalnya pun sudah mencakup daerah
perdesaan dan daerah perkotaan, di pulau Jawa dan luar Jawa.

BMT tersebut diperkirakan melayani sekitar 3 juta orang nasabah, yang sebagian besar bergerak di
bidang usaha mikro dan usaha kecil. Cakupan bidang usaha dan profesi dari mereka yang dilayani sangat
luas. Mulai dari pedagang sayur, penarik becak, pedagang asongan, pedagang kelontongan, penjahit
rumahan, pengrajin kecil, tukang batu, petani, peternak, sampai dengan kontraktor dan usaha jasa yang
relatif moderen.

Perkembangan BMT yang pesat diiringi pula oleh semakin besarnya tantangan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai