Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan ekonomi kerakyatan1 merupakan suatu yang tidak dapat
terpisahkan dari pengembangan ekonomi umat Islam, dengan demikian
perbankan syariah merupakan salah satu komponen dalam ekonomi umat Islam
yang merupakan bagian dari pengembangan ekonomi kerakyatan yang
dicanangkan pemerintah Indonesia.
Secara teoritis, keberpihakan bank Islam terhadap pelaku ekonomi kecil
dan menengah khususnya dalam penyaluran pembiayaannya kepada dua sector
ekonomi tersebut sangat memungkinkan. Bank Syariah dapat menyalurkan
bantuan pembiayaannya kepada siapapun tanpa dibatasi oleh kemampuan
membayar bunga.2
BMT merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan mikro syariah yang
telah hadir di tengah masyarakat, bait al- maal (BMT) atau balai usaha mandiri
terpadu adalah lembaga usaha ekonomi kerakyatan yang dapat dan mampu
melayani nasabah usaha kecil bawah berdasarkan system bagi hasil dan jual beli
dengan memanfaatkan potensi jaminan dalam lingkungannnya sendiri.3
Bank Muamalat merupakan bank umum pertama yang melakukan
transaksi perbankan dengan menggunakan prinsip syariah. Walaupun

1
Anggito Abimanyu, seorang pakar ekonomi , membedakan antara ekonomi rakyat dengan
ekonomi kerakyatan. Ekonomi rakyat menurutnya adalah satuan (usaha atau unit) ekonomi
berskala kecil. Atau sector ekonomi yang berisi kegiatan kegiatan usaha ekonomi rakyat, jadi
ekonomi rakyat lebih ditekan pada pelaku ekonomi yaitu rakyat itu sendiri, baik dlaam bentuk
koperasi, usaha menengah, usaha kecil, maupun gurem.
Sedangkan ekonomi kerakyatan lebih merupakan kata sifat, yaitu memberdayakan
(kelompok atau satuan) ekonomi yang tertinggal yang berskala kecil dan menengah.
2
Karnaen Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha Kami, 1996,
hal. 195
3
Syukri Iska, Rizal, Lembaga Keuangan Syariah(Batusangkar: STAIN Batusangkar, 20050

1
sebelumnya telah berdiri lembaga keuangan syariah, baik yang berbentuk BMT
maupun yang berbentuk Bank Perkreditan rakyat (BPR).
Lembaga keuangan yang berbentuk bait al-tamwil bahkan telah dikenal
sekitar tahun 80-an yakni dengan berdirinya Baitul tamwil Teknosa di Bandung
dan baitul Tawil Ridho Gusti di Jakarta, namun sayang kedua lembaga ini tidak
dapat bertahan lama, sebelum sempat berkembang.4
Keberadaan lembaga lembaga keuangan Islam tersebut di atas tidak
berpengaruh secara signifikan bagi perkembangan perbankan Islam di Indonesia.
Sebab keberadaan lembaga itu masih dalam konteks local, seperti BPR AL-Azhar
yang hanya meliputi pulau Lombok, BPR Mardhatillah, Amanah Rabaniyah dan
Berkah Amal sejahtera yang beroperasi di wilayah Bandung. Mereka tidak
memiliki jaringan luas yang mencakup ke kota-kota.
Faktor lain, lembaga lembaga perbankan syariah tersebut tidak
berkembang, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu, pertama, tidak
professional dalam manajemen pengelolaan dan kedua sumber daya manusia
tentang perbankan syariah yang tidak memadai, terbatasnya jaringan kantor
perbankan syariah.

Secara Kuantitatif, jumlah pengusaha kecil dan menengah di Indonesia


mencapai 99.8 % dari seluruh pengusaha yang ada yaitu sekitar 40,5 juta, hanya
0,2 % yang tergolong pengusaha besar.5
Para pengusaha kecil selama ini tidak mendapat perhatian serius dari
pemerintah, terutama dari aspek permodalan. Hal itu terlihat dari dari data
kredit modal usaha yang diberikan kepada pengusaha di Indonesia, Menurut BI,
kredit yang dikucurkan kepada pengusaha kecil hanya 5% , selebihnya (95%)
dikucurkan untuk para konglomerat. Realitas ini sangat kontras dengan yang

4
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Perbankan
Syariah), Yogyakarta: 2005, Hal. 109
5
Agustianto, Percikan Ekonomi Islam, Bandung: Cita Pustaka media,2002. hal, 133

2
terjadi di Malaysia, dimana usaha kecil mendapat porsi pembiayaan dari
perbankan sebanyak 75% sedangkan konglomerat 25 %.6
Kesalahan masa lalu itu tidak boleh lagi terulang lagi di zaman reformasi
ini, pihak perbankan mesti berpihak kepada rakyat kecil jangan hanya
mementingkan keuntungan besar tetapi rakyat kecil terbiarkan terpingggirkan.
Pengusaha kecil yang menjadi bagian terbesar bangsa ini, harus diprioritaskan
secara riil, bukan sekedar retorika belaka.
Salah satu masalah klasik pemberdayaan usaha kecil di Indonesia adalah
masalah permodalan dan akses mereka sangat kecil, dalam rangka itulah bank
Muamalat dulunya didirikan, yaitu untuk memberdayakan usaha kecil dan
menengah yang selama ini terpinggirkan di dunia perbankan. Dengan lahirnya
bank Mumalat, hari hari suram yang menyelimuti pengusaha kecil dan mikro
mulai menampakkan sinar terangnya dan membawa harapan baru untuk
memberdayakan pengusaha kecil.Bank Muamalat memang dipersiapkan secara
prioritas untuk memberdayakan pengusaha kecil dan menengah. Masyarakat
yang selama ini sudah berhubungan dengan lembaga perbankan, kini menjadi
lebih dekat dengan lembaga perbankan.
Keberpihakan bank Muamalat sebagai pioneer dalam bisnis lembaga
perbankan syariah kepada pengusaha kecil terlihat pula pada bantuan dan
kerjasamanya dengan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Bank Muamalat pada saat
itu memang sangat berkepentingan dengan BMT, karena jaringan kantor
cabangnya yang masih sangat terbatas, Bank Muamalat tidak sepenuhya dapat
melayani umat yang ingin berinteraksi dengan Bank Muamalat, keberadaan BMT
yang tersebar diberbagai pelosok, sangat memungkinkan umat yang tidak
terjangkau pelayanan BMI dapat dilayani oleh BMT.7

Kini, setelah 24 tahun berlalu Bank Muamalat tidak lagi pemain tunggal
dalam kancah bisnis perbankan syariah, berbagai payung hukum telah dikeluarkan

6
Agustianto…hal.133
7
Agustianto…., Hal.135

3
untuk mengatur lajunya perbankan syariah di tanah air, demikian juga bermacam
rencana strategis juga telah dirumuskan. Untuk kemajuan perbankan syariah,
dalam tiga tahun belakangan ini perbankan syariah telah membukukan laba yang
cukup signifikan, pada tahun 2012, Pembiayaan berdasarkan klasifikasi
pembiayaan mikro, kecil dan menengah (MKM) sebagaimana pada laporan
periode-periode sebelumnya, masih menjadi prioritas penyaluran danaperbankan
syariah. Pola pembiayaan yang digunakan antara lain melalui linkage antara bank
umum dengan BPRS atau lembaga keuangan, melalui jaringan/unit mikro yang
berdiri sendiri atau melekat pada kantor cabang bank, dan partisipasi dalam
penyaluran KUR dan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah yang menjadi
program pemerintah. Mengacu pada UU No. 20 tahun 2008 mengenai Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pembiayaan yang disalurkan BUS dan
UUS dalam bentuk pembiayaan modal kerja dan investasi untuk UMKM tercatat
meningkat Rp12,4 triliun menjadi Rp59,7triliun, atau tumbuh sebesar 26,1%
(yoy). Sementara pada BPRS pembiayaan untuk UMKM sebesar Rp2,1 triliun,
sehingga total pembiayaan UMKM yang disalurkan perbankan syariah per posisi
akhir tahun 2012 mencapai Rp61,8 triliun, atau 40,9% dari total Pembiayaan.
Sementara pembiayaan MKM untuk kepentingan selain usaha (konsumsi)
mencapai Rp31,2 triliun atau 20,6% dari total pembiayaan perbankan syariah,
sehingga total pembiayaan MKM mencapai Rp92,9 triliun atau 61,5% dari
totalpembiayaan.8

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank


Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu juga dapat menghimpun dana yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)
sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial ini, juga dapat
merefleksikan peranan perbankan syariah dalam pemerataankesejahteraan
ekonomi umat.Dari 8 BUS dan 4 UUS yang telah melaporkan pelaksanaan fungsi

8
Bank Indonesia, outlook Perbankan Syariah 2012.

4
sosial danlinkage, jumlah dana yang telah dikumpulkan dan/atau disalurkan
perbankansyariah selama tahun 2012 (s.d Oktober 2012) adalah: (i) dana CSR
Rp42,2milyar, (ii) dana ZISW Rp52,7 milyar, (iii) linkage program BPRS
Rp207,2 milyardan (iv) linkage program BMT Rp439,2 milyar.
Bank Syariah memiliki proyeksi yang jauh ke depan dalam mengambil
kebijakan terkait lembaga mikro syariah, hal ini terlihat dari proyeksi bank
syariah di setiap tahun. Model linkage banking merupakan bentuk perpanjangan
tangan banksyariah untuk menjangkau segmen masyarakat tertentu yang
biasanyaadalah masyarakat kelas bawah yang didominasi oleh sektor usahamikro
dan unbankable. Model ini sesuai bagi bank syariah yang sudah besar dan ingin
menjangkau segmen korporasi dan pemerintah. namun tetap tidak ingin
meninggalkan segmen mikronya. Model inijuga mendatangkan keuntungan baik
bagi bank syariah maupun bagilembaga intermediasi keuangan kecil yang menjadi
partner banksyariah dalam model linkage banking Kelemahan dari model linkage
banking adalah manajemen dankontrol lembaga intermediasi keuangan kecil
seperti BMT dan BPRSyang belum maksimal serta manajemen yang belum
professional.SDM yang paling penting dalam operasional model linkage
bankingadalah yang memliki mobilitas tinggi untuk menjemput nasabah
yangbiasanya terletak jauh dari akses perkotaan. SDM linkage banking juga harus
memiliki kemampuan untuk mendampingi dan membinasektor mikro maupun
lembaga intermediasi keuangan kecil yangmenjadi partner nya.Produk yang
disediakan oleh model linkage banking biasanya adalahkredit modal kerja bagi
usaha mikro yang tidak terlayani oleh bankkomersial besar. Skema yang
digunakan biasanya adalah skema yangmudah dan sederhana bagi mereka.Modal
menjadi infrastruktur penting bagi linkage banking. Modal inibiasanya disediakan
oleh bank komersial yang memiliki programlinkage. Selain itu jaringan kantor
BMT/BPRS juga merupakaninfrastruktur penting bagi linkage banking.Skema
akad yang biasanya digunakan oleh bank syariah yangmenerapkan linkage
banking adalah musyarakah muqoyyadah(BMT/BPRS) sebagai executing agent
dan bank syariah tidak ikutmenanggung risiko). Akad ini diterapkan misalnya
oleh BNI.

5
Kabupaten Tanah Datar memiliki beberapa BMT yang sudah terdaftar di
lembaga KOPERINDAGPASTAM, namun perkembangan BMT memang jauh
tertinggal dibanding lembaga keuangan mikro seperti koperasi, hal ini sangat
ironis dengan jumlah perbankan syariah yang ada saat ini, jumlah bank umum
sudah belasan, sementara BPRS berjumlah ratusan diseluruh pelosok Indonesia.
Untuk itu penulis ingin menelisik lebih dalam bagaimana bentuk pola kemitraan
yang dibangun oleh BMT di tanah Datar dengan perbankan syariah dengan
mengangkatkan Tema Sentral”Pelaksanaan Pola Kemitraan pada BMT melalui

Linkage Program Bank Syariah (Studi Analisis pada BMT di Tanah Datar ).

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah


Dari beberapa identafikasi masala ada beberapa masalah yang menjadi
focus dalam penelitian ini:
1. Bagaimana pola linkage yang dilaksanakan oleh BMT di Tanah Datar
dengan Bank Syariah.
2. Bagaimana Pengaruh linkage program Bank Syariah pada BMT di Tanah
Datar.
3. Bagimana dampak linkage program Bank Syariah terhadap kesejahteraan
anggota BMT.
Dari beberapa batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah utamanya
adalah: Bagaimana Pelaksanaan pola kemitraan pada BMT melalui linkage
program Bank Syariah (Analisis terhadap BMT di Tanah Datar).

C. Sasaran dan Tujuan Peneliti


1. Untuk menganalisaBagaimana pola linkage yang dilaksanakan oleh
BMT di Tanah Datar dengan Bank Syariah.
2. Untuk menganalisa Bagaimana Pengaruh dari linkage program Bank
Syariah pada BMT di Tanah Datar.
3. Untuk menganalisa Bagimana dampak linkage program Bank Syariah
terhadap kesejahteraan anggota BMT.

6
D. Defenisi operasional
Pola, adalah contoh atau model . (Pius A. Partanto, M. Dahan al Barry,
1994:586)
Kemitraan, berasal dari mitra yang berarti teman, kawan kerja, pasangan
kerja, rekan, sementara kemitraan yang dimaksud adalah perihal hubungan atau
jalinan kerjasama sebagai mitra.
Kemitraan juga diartikan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.(
Muhammad Jafar Hafsah)
Dan yang penulis maksudkan adalah kemitraan yang terdapat dalam UU No.9
Tahun 1995 tentang usaha kecil 1 angka 8:
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan adan pengembangan oleh
usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Linkage program, adalah salah satu cara untuk mendorong intermediasi
dengen memberdayakan sector usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Linkage
program merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing LKM serta efisiensi
pembiayaan bank syariah.

E. Kajian Riset sebelumnya


Peneliti yang spesifik mengenai linkage program ini belum penulis
temukan, hal ini masih termuat dalam berbagai regulasi, dan kajian yang cukup
mendalam mengenai linkage program ini adalah yang dilakukan oleh direktorat
Bank Indonesia mengenai kajian pola bisnis bank syariah.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Aspek Hukum Bait Mail Wat Tamwil (BMT)


1. Pengertian dan Dasar Hukum dan Sejarah Baitul Maal wat Tamwil

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) menurut ahli dapat diartikan sebagai


lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah non perbankan yang bersifat
informal.9Baitul maal wat tamwil ini merupakan balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bayt maal wat tamwil dengan kegiatan pengembangan usaha-
usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil, dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya. Disamping itu BMT juga menerima titipan
zakat, infak sedekah serta menyalurakan sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Lembaga baitul maal merupakan lembaga bisnis dan social yang pertama
dibangun oleh Nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan, usaha
rasulullah ini merupakan proses penerimaan pendapatan (revenuecollection)dan
pembelanjaan (expenditure) secara transparan dan bertujuan seperti apa yang ada
disebut sekarang sebagai welfare oriented. Ini merupakan hal yang baru,
mengingat pajak-pajak dan pungutan dana dari masyarakat yang dikumpulkan
oleh penguasa dan hanya untuk raja. Keberadaan baitul maal dianggap sebagai
pembaharuan yang besar karena dana dan umat, baik yang bersumber dari dana
social yang tidak wajib seperti sedekah, jizyah dan sebagainya, dikumpulkan
mealui baitul maal dan disalurkan untuk kepentingan umat.10
Baitul maal semakin berkembang dan mapan bentuknya pada zaman
khulafaur rasyidin, tepatnya pada zaman Umar bin Khattab, pada masa mar bin
Khattab system administrasi dan pembentukan dewan dewan dilakukan untuk
kepentingan administrasi. Umar memberlakukan apa yang disebut dalam dunia
perdagangan Internasional zaman ini sebagai principle of reciprocity, dengan

9
A, Djazuli, lembaga-lembaga perekonomian Umat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), Hal. 183
10
M. Ridwan, Manajemen BMT, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal 126

8
memberlakukan kuota kepada para pedagang yang datanng dari Persia dan
Romawi, karena kedua Negara ini memberlakukan hal yang sama kepada para
pedagang di Madinah. 11
Berdirinya Baitul Maal juga popular di Indonesia sebagai Negara yang
mayoritas beragama Islam. Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir dasawarsa
tahun 1980-an semakin intensif melakukan membicarakan gagasan pendirian
Bank Islam di Indonesia, bahkan pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI
melaksanakan sebuah lokakarya Nasional dengan tema “ Bunga bank dan
Perbankan” adalah sebuah upaya mendorong terbentuknya bank Islam di
Indonesia, Lokakarya yang menjadi cikal bakal lahirnya Bank Muamalat di
Indonesia.
Pada Tahun 1991, tepat pada tanggal 1 November 1991 dan mulai
beroperasi pada bulan September 1992, setelah berdirinya Bank Muamalat
Indonesia dan BPRS timbullah peluang untuk mendirikan bank-bank berprinsip
syariah lainnya, karena operasional lembaga perbankan kurang menjangkau usaha
masyarakat kecil dan menengah maka muncullah usaha untuk mendirikan BMT
yang bertujuan untuk mengatasi operasionalisasi di daerah-daerah.12
Istilah BMT semakin popular ketika pada September 1994 Dompet
Dhuafa (DD) Republika bersama dengan asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisiondo) mengadakan diklat managenem zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di
Bogor. Diklat diklat selanjutnya oleh dilakukan di Semarang dan Jogyakarta,
istilah BMT lebih banya muncul di harian umum Republika, terutama di lembar
Dialog Jumat.13
BMT semakin berkembang ketika pemerintah telah mengeluarkan UU
No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dan UU No. 7 Tahun 1992 jo UU
No. 10 Tahun 1998 tentang BPRS dengan prinsip bagi hasil. Ikatan cendikiawan
Muslim Indonesia (icmi) sangat aktif melaksanakan pengkajian intensif tentang

11
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2005), Hal, 61
12
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia,
2004) , Hal.96
13
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (dalam prespektif kewenangan Peradilan Agama),
(Jakarta: Kencana, 2012) hal, 355-356

9
pengembangan Ekonomi Islam di Indonesia. Dari pengkajian dan penelitian
tersebut, maka tersbentuklah BMT BMT di Indonesia di samping itu ICMI dan
organisasi massa Islam seperti Nadhatul Ulama (NU), Muhammadiyah dll
mendukung upaya pengembangan BMT BMT di seluruh Indonesia. Hal tersebut
dilakkan untuk membangun systim ekonomi islam melalui pendirian lembaga
lembaga keuangan syariah.14
Hal positif mulai dirasakan oleh masyarakat terutama kalangan usaha kecil
menengah, mereka banyak memanfaatkan pelayanan BMT yang kini tersebar luas
di seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan mereka memperoleh banyak keuntungan
dan kemudahan dari BMT, yang tidak mereka peroleh sebelumnya dari lembaga
sejenis yang menggunakan pendekatan konvensional.15
BMT merupakan bentuk lembaga keuangan dan bisni yang serupa dengan
koperasi atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam diskusi ekonomi Islam,
BMT dapat pula dikategorikan sebagai koperasi syariah.
Sebagai lembaga keuangan syariah non bank yang memiliki tugas menarik
dan mengelola dana masyarakat serta dapat berfungsi menjadi lembaga social,
BMTmenempatkan diri pada posisi yang sangat strategis. Posisi BMT yang
strategis tersebut tidak hanya memiliki kewenangan dalam penarikan dan
pengelolaan dana masyarakat tetapi juga dapat berperan dalam upaya
pemberantasan kemiskinan melalui program kemitra usahaan.16
Status hukum BMT dapat dikaji berdasarkan bentuk bentuk kerjasama
yang selama ini digunakan di Indonesia dan telah ada pengaturannya. Bentuk
kerjasama tersebut yaitu:17
a. Asosiasi yang bertujuan mencapai/mendapatkan keuntungan
kebendaan:
1) Perserikatan Perdata (Maatschap), diatur dalam KUHPerdata
2) Firma (Persekutuan Firma), diatur dalam KUHPerdata

14
Suhendi, BMT dan Bank Islam Instrumen lembaga keuangan syariah, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004), Hal 28
15
Suhendi, BMT, Hal 28
16
Suhendi, BMT, Hal.34
17
Manan, Hukum….., Hal,358

10
3) Persekutuan Komanditer (CV), diatur dalam KUHPerdata
4) Perseroan Terbatas (PT), diatur dalam undang-undang
1. Asosiasi yang bertujuan untuk mencapai kepentingan kesejahteraan para
anggotanya atau masyarakat:
a. Perkumpulan, diatur dalam KUHPerdata
b. Koperasi, diatur dalam undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian
c. Yayasan, diatur dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
yayasan.
Jika dihubungkan denga bentuk bentuk kerjasama tersebut status
hukum BMT dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:18
Pertama, status hukum koperasi (kopontren, KPS, KSU, KBMT, KSB-
MT), kedua, status hukum yayasan (walaupun penggunanaan status
badan hukum yayasan bagi BMT tidak sesuai dengan buku pedoman
BMT yang dikeluarkan oleh Pinbuk), dan ketiga adalah belum
memiliki badan hukum.

BMT yang belum memiliki status badan hukum adalah BMT yang
berbentuk kelompok swadaya masyarakat ( KSM) atau lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Penggunaan KSM dan LSM ini mengacu kepada buku
panduan BMT yang dikeluarkan oleh Pusat Inkubasi bisnis usaha kecil (PINBUK)
yang selam ini menjadi pendamping dan Pembina BMT. Berdasarkan panduan
tersebut maka, BMT dimungkinkan didirikan dalam bentuk swadaya masyarakat
atau koperasi.

18
Manan, Hukum…, hal.358

11
Bentuk Badan Hukum BMT
Tidak Berbdan KSM
Hukum

KSM

Bentuk Hukum Berbadan Hukum kOPERASI


BMT kOPERASI

Tidak diketahui

Hingga saat ini belum terdapat peraturan khusus mengatur tentang BMT,
terutama keharusan bentuk badan hukum BMT. Para praktisi BMT berpendapat
bahwa berkaitan dengan bentuk badan hukum BMT, telah ada landasan hukum
yang menetapkan koperasi sebagai badan hukum BMT. Hal ini mengacu kepada
surat Keputusan Menteri Dlam Negeri RI c.q Dirjen Pembangunan daerah No.
538/PKKN/IV/1997 tanggal 14 April 1997 tentang status badan hukum BMT
dapat memilih alternative yang pertama, di pedesaan dapat menjadi unit usaha
otonom dari sebuah KUD yang telah ada. Kedua, di pedesaan apabila kelayakan
kelembagaan dan kelayakan ekonomi memenuhi persyaratan dapat memperoleh
status badan hukum KUD yang telah ada, katiga, apabila kelayakan kelembagaan
dan kelayakan ekonomi memenuhi syarat, dapat memperoleh status badan hukum
sebagai koperasi yang usahanya simpan pinjam syariah.19
Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 telah menjelaskan persoalan
simpan pinjam yang dilaksanakan oleh koperasi atau BMT. Ketentuan tersebut
meliputi, pertama, kegiatan usaha simpan pinjam hanya dapat dilaksanakan oleh
koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam, kedua, koperasi simpan pinjam
dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder, ketiga, unit simpan
pinjamdapat dibentuk oleh koperasi primer atau koperasi sekunder.20

19
Manan,Hukum..,Hal.360
20
Manan, Hukum…, Hal. 360

12
1. Produk produk keuangan BMT dan Permasalahannya
Baitul maal wat tamwil merupakan lembaga keuangan mikro syariah.
Sebagai lembaga keuangan BMT tentu menjalankan fungsi menghimpun dana dan
menyalurkannya. Pada awalnya, dana BMT diharapkan diperoleh dari para
pendiri, berbentuk simpanan pokok khusus. Sebagai anggota biasa pendiri juga
membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan jika ada kemudahan simpanan
sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan investasi untuk membiayai
pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor dan peralatannya, serta perangkat
administrasi. Selama belum memiliki penghasilan yang memadai, tentu saja
modal perlu juga menalangi pengeluaran biaya harian yang diperhitungkan secara
bulanan, biasa disebut sebagai biaya operasional BMT. Selain modal para pendiri,
modal dapat juga berasal dari lembaga lembaga kemasyarakatan seperti yayasan,
kas masjid, BAZ,LAZ dan lain lain.21
Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan berbagai jenis
kegiatan usaha, baik yang berhubungan dengan keuangan meupun non keuangan.
Adapun jenis jenis usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan dapat berupa:
1. Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus,
simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT,
selanjutnya BMT memobilisasi dana dengan mengembangkannya dalam
aneka simpanan sukarela (semacam tabungan umum) dengan berasaskan
akad murabahah dari anggota berbentuk:
a. Simpanan biasa
b. Simpnana pendidikan
c. Simpanan haji
d. Simpanan umrah
e. Simpaanan qurban
f. Simpanan Idul Fitri
g. Simpanan Walimah
h. Simpanan Akikah
i. Simpanan Perumahan (pembangunan dan perbaikan)

21
Andri Soemitra, bank dan lembaga keuangan syariah, (Jakarta: Kencana, 2009, hal 458

13
j. Simpanan kunjungan wisata
k. Dan simpanan mudharabah berjangka.

Dengan akad Wadi’ah (titipan tidak berbagi hasil), di antaranya:


a. Simpanan yad al-amanah, titipan dan zakat, infak dan sedekah untuk
disampaikan kepada yang berhak.
b. Simpanan yad ad-damanah, giro yang sewaktu waktu dapat diambil oleh
penyimpan.
2. Kegiatan pembiayaan/ kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil antara
lain dapat berbentuk:
a. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan total dengan
menggunakan mekanisme bagi hasil
b. Pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan bersama dengan
menggunakan mekanisme bagi hasil
c. Pembiayaan murabahah, yaitu pemilikan suatu barang tertentu yang
dibayar pada saat jatuh tempo
d. Pembiayaan bay’ bi tsaman ‘ajil, yaitu pemilikan suatu barang tertentu
dengan mekanisme pembayaran cicilan
e. Pembiayaan qard al-Hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan
pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi.

Selain kegiatan yang berhubungan dengan keuangan di atas, BMT dapat


juga mengembangkan usaha di bidang sector riil, seperti kios telpon, kios benda
pos, memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktifitas para
anggota, mendorong tumbuh kembanya industry rumah tangga atau pengolahan
hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil
produksi, serta udaha lain yang layak, menguntungkan dan tidak mengganggu
program jangka pendek, dengan syarat dikelola system manajemen yang terpisah
dan professional. Usaha riil BMT tidak boleh menyaingi usah anggota tetapi
justru akan mendukung dan memperlancar pengorganisasian secara bersama-sama

14
keberhasilan udsaha anggota dan kelompok anggota berdasarkan usaha yang
sama.
Untuk mendukung kegiatan sector riil anggota BMT , terdapat dua jenis
kegiatan yang sangat mendasar perlu untuk dikembangkan oleh BMT. Pertama,
mengumpulkan informasi dan sumber informasi tentang berbagai jenis kegiatan
produktif unggulan untuk mendukung usaha kecil dan kelompok usaha anggota di
daerah itu. Kedua, adalah kegiatan mendapatkan informasi harga dan
melembagakan kegiatan pemasaran efektif sehingga produk produk hasil usaha
anggota dan kelompok usaha dapat dijual dengan harga yang layak dan memenuhi
jerih payah seluruh anggota dan keluarga yang bekerja untuk kegiatan tersebut.

3. Aspek Permodalan BMT


Untuk menambah dana BMT, para anggota biasa menyimpan simpanan
pokok, simpanan wajib dan jika ada kemudahan juga simpanan sukarela yang
semuanya itu akan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan BMT. Engenai
bagaimana caranya BMT mampu membayar bagi hasil kepada anggota,
khususnya kepada anggota yang menyimpan simpanan sukarela, maka BMT harus
memiliki pemasukan keuntungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal
kerja yang diberikan kepada anggota, kelompok usah anggota (POKUSMA),
pedagang ikan, buah, pedagang asongan dan sebagainya. Karena itu BMT mesti
menggunakan strategijemput bola. Dalam membina anggota pengguna jasa BMT
agar mereka beruntung cukup besar. (andri 458)
4. Kebijakan Pengembangan BMT (andri, 461)
Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, BMT dipercaya lebih
mempunyai peluang untuk berkembang dibanding dnegan lembaga keuangan lain
yang beroperasi secara konvensional karena hal hal sebagai berikut:
a. Lembaga keuangan syariah dijalankan dengan prinsip keadilan, wajar dan
rasional, di mana keuntungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan
adalah benar berasal dari keuntungan penggunaan dana oleh para
pengusaha lembaga keuangan syariah. Dengan pola ini, maka lembaga

15
keuangan syariah terhindar dari negative spread, sebagaimana lembaga
keuangan konvensional.
b. Lembaga keuangan syariah mempunyai misi yang sejalan dengan program
pemerintah, yaitu pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga berpeluang
menjalin kerja sama yang saling bermanfaat dlam upaya pencapaian
masing masing tujuan. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah
mengembangkan perekonomian yang berbasis pada ekonomi kerakyatan
kredit-kredit program KKPA bagi hasil, Pembiayaan modal kerja (PMK)
BPRS, pembiayaan usaha kecil dan mikro (PPKM). Hal ini tentu saja
membuka peluang bagi BMT untuk mengembangkan pola kemitraan.
c. Sepanjang nasabah peminjam dan nasabah pengguna dana taa asas
terhadap system bagi hasil, maka system syariah sebenarnya tahan uji atas
gelombang ekonomi. Lembaga keuangan syariah tidak mengenal pola
eksploitasi oleh pemilik dana kepada pengguna dana dalam bentuk beban
bunga tinggi sebagaimana berlaku pada system konvensional.22

Dengan demikian , dapat dipahami bahwa BMT memiliki peluang cukup


besar dalam dan ikut berperan mengembangkan ekonomi yang berbasis ekonomi
kerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan di atas prinsip syariah
yang lebih memberikan kesejukan dala memberikan ketenangan baik bagi pemilik
dana maupun kepada para pengguna dana.
Berdasarkan data yang ada, jumlah BMT pada akhir tahun 1998 telah
berjumlah 1. 957 buah dan 2. 938 BMT terdaftar pada tahun 2001 kini angkanya
jauh lebih besar. Dengan anggapan tingkat pertumbuhan serupa dengan apa yang
terjadi pada masa lalu, kini jumlah BMT terdaftar bisa saja berada di sekitar angka
4.000-an.
Namun harus diakui bahwa pengembangan BMT masih memutuhkan kerja
keras. Berdasarkan hasil riset yang oleh minako Sakai dan Kacung Marjinan
mengenai pertumbuhan Baitul maal wat tamwil (BMT) di Indonesia. Terdapat

2222
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, peluang, tantangan dan prospek, (Alvabet,
Jakarta, 2000), hal.137

16
beberapa rekomendasi yang diusulkan dalam rangka pengembangan BMT,
yaitu:23
1. BMT seharusnya berkosentrasi pada pengelolaan pinjaman pinjaman
bernilai kecil kepada usaha-usaha mikro dan kecil (di bawah Rp.
50.000.000) pada nsabah yang membutuhkan jumlah pinjaman lebih bear
sebaiknya mendapatkan pembiayaan dari bank-bank.
2. BMT seharusnya menyelenggarakan program program pelatihan bisnis /
kewirausahaan secara berkalabagi anggota-anggotanya (misalnya melalui
pengajian dan rapat-rapat). Kegiatan ini akan membantu meningkatkan
modal social yang diperlkan guna pengembangan BMT lebih lanjut di
Indonesia.
3. Asosiasi asosiasi BMT di daerah sebaiknya direformasi, kelompok
kelompok ini seharusnya berbagi informasi dan mengembangkan prosedur
operasi yang baku sebagai langkah awal menjadi lembaga yang dapat
mengatur dirinya sendiri.
4. BMT BMT seharusnya memanfaatkan pengetahuan local dan modal social
untuk memperluas bisnisnya.
5. Dalam jangka panjang, perlu dibuat sebuah undang-undang khusus dan
menyeluruh yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan BMT
(pembiayaan mikro, pelatihan bisnis dan pengeloaan zakat melalui
konsultasi dengan para pihak yang berkepentingan. Perlu ditekankan di
sini bahwa perubahan yang dilakukan pemerintah dewasa ini terhadap UU
Zakat (yang bertujuan mendelegasikan pengelolaan zakat ke pemerintah)
akan mengancamkegiatan kegiatan baitul maal yang melekat ke BMT-
BMT.

5. Perbankan Syariah dan perekonomian di Indonesia


1. Tujuan pendirian
Ada beberapa tujuan dari perbankan syariah. Di antara para ilmuwan dan
para professional muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut.24

23
Andri, Bank…,hal.462

17
Menurut Kazarian di dalam bukunya yang berjudul Handbook of Islamic
Banking25tujuan dasar dari perbankan syariah adalah menyediakan fasilitas
keuangan dengan cara mengupayakan instumen-instrumen keuangan (Finansial
Instruments)yang sesuai dengan ketentuan ketentun dan norma-norma syariah.
Menurut Kazarian, bank syariah berbeda dengan bank tradisional dilihat dari segi
partisipasinya yang aktif di dalam proses pengembangan sosio-ekonomis dari
Negara Negara Islam. Tujuan utama perbankan syariah tidak hanyauntuk
memaksimumkan keuntungannya, sebabagimana perbankan yang berdasarkan
bunga, tetapi lebih kepada memberikan keuntungan-keuntungan sosio ekonomis
bagi orang-orang muslim.
Dalam bukunya yang berjudul Towards a just monetary system, M.Umer
Chapra, sebagaimana yang dikutip oleh, Sutan Remi Sjahhdeni, 26mengemukakan,
bahwa suatu dimensi kesejahteraan social dapat diperkenalkan pada semua
pembiayaan bank. Pembiayaan perbankan syariah harus disediakan untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-
nilai islam. Usaha yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk memastikan
bahwa pembiayaan yang disediakan oleh bank-bank syariah tidak akan
meningkatkan kosentrasi kekayaan atau meningkatkan kosumsi meskipun system
Islam telah memiliki didalamnya pencegah untuk menangani masalah ini.
Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha
yang bergerak di bidang industry, pertanian dan perdagangan untuk menunjang
kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-
jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun untuk ekspor.
Tujuan dari pembiayaan mudharabah dan syirkah dalam jumlah yang cukup bagi
sebanyak-banyaknya pengusaha. Perbankan syariah bagaimanapun juga jangan

24
Sutan Remi Sjahdeni, Perbankan syariah, Produk-produk dan aspek-aspek hukumnya, (Jakarta:
Kencana, 2014), hal.32
25
Sutan, Perbankan…., hal 32
26
Sutan, perbankan…, hal 32

18
sampai menciptakan ketimpangan pendapatan dan kekayaan atau meningkatkan
kosumsi atau investasi yang tidak dikehendaki.27
Dalam Pasal 3 Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang perbankann
Syariah menentukan tujuan dari perbankan syariah. Menurut pasal 3 undang-
undang tersebut, perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan
permbangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sistem perbankan syariah teah membuktikan dirinya sebagai sebuah
system yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan
yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapai keadaan yang sangat sulit
bagi dunia perbankan

Bentuk bentuk bank syariah di Indonesia


Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan
RakyatSyariah (BPRS).
1. Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha
sebagai Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank
yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri,
inkasio ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.
2. Unit usaha syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakankegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau unit kerjakantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara

27
M. Umer Chara, Towards a just monetary system, (London: the Islamic Foundation, 1985),
Hal.173

19
konvensionalyang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah dan atau unit syariah. UUS berada satu tingkat di bawah
direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha
sebagai bank devisa dan bank nondevisa.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank syariah yang
dalam kegiatannyatidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanua boleh dimiliki oleh
WNI dan atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan
antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah.
Aturan mengenai bank umum syariah pasca diterbitkannya UU No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah PBI NO.11/3/PBI/2009 tentang
Bank Umum syariah (BUS)dalam PBI ini dijelaskan bahwa proses pendirian bank
syariah dilakukan melalui persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian bank, dan izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk
melakukan kegiatan usaha bank setelah persiapan pendirian bank pada persetujuan
prinsip terpenuhi.28
Pertumbuhan perbankan syariah saat ini:29

Kelompok 2011 2012 2013


Bank
Bank Umum 11 11 11
Syariah
Unit Usaha 24 24 23
Syariah
Jumlah Kantor 1737 2262 2526
BPRS 155 158 160
Jumlah Kantor 364 401 399
Jumlah 8,2 10,8 12,3

28
Andri, Bank.., Hal. 86
29
Outlook perbankan Syariah, Bank Indonesia 2013, www, bi.go.id

20
account (DPK)
Jumlah pekerja 27.660 31.578 42.062

2. Peran strategis Perbankan syariah dalam Pembangunan


Perkembangan perbankan Islam di Indonesia sebenarnya tidak
terlepas dari perkembangan dan kemajuan perbankan Islam di Dunia. Awal 1980-
an merupakan tonggak awal dimulainya diskusi pendirian Bank Islam sebagai
pilar ekonomi SIlam. Bebrapa uji coba telah dilaksanakan seperti di Bandung dan
Jakarta, yaitu, Bait al-Tamwil-Salman Bandung dan koperasi Ridho Gusti,
Jakarta. Tahun 1990-an sebagai tonggak baru yang secara khusus memperkrasai
berdirinya bank Islam di Indonesia, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Prakarsa khusus ini diawali dengan diselenggarakannya
lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Agustus
1990. Hasil lokakarya ini, kemudian diperdalam dalam musyawarah nasional IV
MUI di Jakarta pada bulan Agustus 1990. Hasil Munas ini, dibentuk kelompok
kerja yang disebut Tim Perbankan MUI untuk mendirikan Bank Syariah di
Indonesia, dengan tugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua
pihak terkait. Hasilnya pada November 1991 akhirnya ditandatangani pendiri PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi pada Mei 1992. Selain
BMI, Pionir perbankan syariah yang lain adalah BPR Dana Mardatillah dan BPR
Berkah Amal Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang
diprakarsai oleh institute for sharia Economic Development (ISED).30
Dengan demikian perkembangan syariah di Indonesia tidak
terlepas dari ada atau tidaknya dukungan dai pemerintah, yang salah satunya
tercermin pada kebijakan perbankan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Komitmen dukungan pemerintah terhadap pengembangan bank Islam emberikan
komitmennya untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia sehingga

30
Veithzal Rivai, Commercial Bank Management Manajemen Perbankan ari Teori ke Praktek,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Hal. 500

21
belum ada satupun peraturan menuju kea rah pengembangan Bank Islam.
Dukungan berikutnya dai dua periode kebijakan pemerintah megenai bank Islam.

Evolusi Bank Islam di Indonesia


1990 1992 1998 1999 2000 2002

Puncak Pengenala Pengenala Pengenalan Pengenala Pengenalan


nasional n system n system dari n dari pembuktian
keagamaa dari dual dari dual perlengkapa perlengka bersih
n pelajar system system n moneter pan pasar cabang
perbankan perbankan syariah syariah

Persetujua Keputusan Keputusan Keputusan Kualitas Peraturan BI


n untuk No.7 No.1 No.23 dari No.4/1/2002
membang tahun tahun Tahun 1999, pengatura :
un bank 1992, 1998, BI n dai
-Konversi
komersial kesempata Bank bertangung peraturan-
dari CCB ke
syariah n untuk Indonesia jawab peraturan
SCB
membuka mengenali terhadap bank Islam
bank kehadiran bank oleh BI -Konversi
share- dari komersial dari CBO ke
share komersial SBO

-Konversi
dari sub
CBO/CCO
ke SBO

-Pembukaan
jendela
syariah ke
dalam

22
sebuah CBO

3. Upaya Pembangunan Perekonomian Indonesia


a. Peran strategis perbankan dalampembangunan
Bank merupakan lembgaa keuanganyang sangat penting dalam
menjalankan kegiatan perekonomia dan perdagangan. Masyarakat banyak
menaruh harapankepada bank untuk menjadi tempat penyimpanandana yang aman
bagi perusahaan, badan-bdan pemerintah dan swasta, maupun perorangan. Bank
juga diharapkan dapat melakukan kegiatan perkreditan dan berbagai jasa
keuangan yang dapat melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekasnisme system pembayaran bagi semua sector perekonomian.31
Dengan memberika kredit kepada bebeapa sector perekonomian , bank
diharapkan dapat melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen. Bank juga ternyata merupakan pemasok dari sebagianbesar uang yang
beredar yang dipergunakan sebagai alat tuar atau alat pembayaran, sehingga
diharapkan dapat mendukung berjalannya mekanisme kebijakan moneter.
Pada setiap rumusan pertimbangan yang meruapakan pokok-poko
pikiran dikeluarkannya suatu peraturan perundang-undangan perbankan
disebutkan anara lain sebagai berikut:
Untuk memlihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional
guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
pancasiladan Undang-undang dasar 1945. Pelaksanaan pembangunan ekonomi
berasaskan kekeluargaan harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan unsure-unsur trilogy pembangunan.

31
Thomas Suyatno, dkk, kelembagaan perbankan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994) Edisi
Kedua, hal xi.

23
4. SWOT Perbankan Syariah
Untuk mengetahui bagaimana prospek Bank Islam di Indonesia, terlebih
dahulu perlu diinventarisir, dipelajari dan dianalisis apa yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangannya. Proses ini sering disebut sebagai analisa
SWOT. Dengan memahami hasil analisis SWOT terhadap keberadaan Bank Islam
di Indonesiaakan dapat diperkirakan bagaimana prospek bank Islam di Indoesia.32
1. Kekuatan (Strengh) dari Bank Islam
a. Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk.
Bank syariah telah lama menjadi dambaan umat Islam di Indonesia,
bahkan semenjak amasa kebangkitan nasional yang pertama.
Berdirinya bank Islam merupakan upaya strategis dalam garis-garis
progam kerja MajelisUlama Indonesia tahun 1990-1995. Hal ini
menunjukkan besarnya harapan dan dukungan umat Islam yang
diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap adanya bank Islam.
b. Komitmen dan dukungan dari otoritas perbankan (Bank Indonesia)
Berlakunya Undang undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
menunjukkan pengakuan bank Indonesia akan keberadaan Bank Islam
dan Bank Konvensional. Tidak lama setelah itu Bank Indonesia
membentuk komite pengarah, komite ahli, dan komite kerja
pengembangan perbankan Islam. Komite pengarah terdiri dari
Gubernur Bank Indonesia, menteri keuangan, Mnteri Agama, menteri
sekretaris Negara, yang bertugas menetapkan kebijakan umum.
c. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di Seluruh Dunia.
Adanya Bank Islam yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah adalah
sangat penting untuk memelihara umat Islam dari hal-hal yangd apat
menjerumuskan kepada yang haram. Oleh karena itu, pada konfrensi
ke-2, menteri-menteri luar negeri nagara-negara Muslim di seluruh
Dunia bulan Desember 1970 di Karachi, Pakistan telah sepakat untuk

32
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal.202

24
mendirikan Islamic Development Bank (IDB) yang dioperasikan sesuai
dengan prinsip prinsip syariah Islam.
2. Kelemahan( Weakness) dari Bank Islam
a. Masih terdapatnya berbagai kontroversi terhadap keberadaaan dan system
operasional bank Islam diantara kelompok msyarakat dan bankir syariah.
1) Kontroversi tentang bunga bank dan riba
2) Kontroversi tentang system akuntansi berbasis kas dan akrual
3) Kontroversi tentang perhitungan bagi hasil atas dasar profit dan loss
sharing dan revenue sharing
b. Dari hasil survey yang dilakukan Bank Indonesia di Lima provinsi, dan
daerah Istimewa Yogyakarta, menunjukkan rendahnya pemahaman
masyarakat tentang produk dan manfaat perbankan syariah.33
c. Jaringan pelayanan Perbankan syariah (kantor cabang, kantor cabang
pembantu, kantor kas dan bank perkreditan rakyat jumlahnya masih
terbatas dan belum mencapai semua sentra-sentra kegiatan ekonomi.
3. Peluang (opportunity) dari bank sayariah
a. Merupakan eluang yanganyata, bahwa di dalam masyarakat Indonesia
khususnya yang beragam Islam, masih banyak yang menganggap
bahwa menerima dan atau membayar bunga bank termasuk menghisup
suburkan riba. Karena riba dalam agama Islam jelas-jelas dilarang,
maka masih banyak masyarakat Islam yang yidak mau memanfaatkan
jasa perbankan konevensional yang telah ada sekarang.
b. Meningkatnya kesadaran beragam yang merupakan hasil
pembangunan di sector agama memperbanyak jumlah perorangan,
yayasan-yayasan, ponsok-ponsok
4. Ancaman (Treath) Terhadap Bank syariah
a. Ancaman yang paling berbahaya adalah bank syariah dikait-kaitkan
dengan fanatisme agama. Aka nada pihak-pihak yang berusaha
menghalangi berkembangnya Bank syariah ini semata-mata hanya
karena tidak suka apabila umat Islam bangkit dari keterbelakangan

33
Wirdiyanengsih, Bank…, hal.207

25
ekonominya.Mereka tidak mau tahu, bahwa bank Islam itu jelas-jelas
bermanfaat untuk semua orang tanpa ada perbedaan agama. Isu
eksklusivisme atau SARA mungkin akan dilontarkan untuk mencegah
berkembangnya Bank Islam.

A. Bentuk bentuk lembaga Pembiayaan


1. Lembaga Pembiayaan
Kebijakan pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga
keuangan melalui diversifikasi kegiatan pembiayaan landasan
operasionalnya diatur lewat keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988
sebagai bagian dari deregulasi 20 Desember 1988 (Paket
Desmber).Melalui Pakdes ini diperkenalkan lembaga pembiayaan yang
bidang usahanya adalah:
1. Sewa guna usaha (Leasing)
2. Modal ventura (Venture Capital)
3. Anjak Piutang (Factoring)
4. Kartu kredit (Cedit Card)
5. Pembiayaan konsumen (Consumenr Finance)
6. Perdagangan Surat Berharga (Securities Company)
Melihat karakterisitik jenis usaha yang beragam, maka perusahaan
pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula
disebut dengan multifinace company.
Dalam ketentuan lebih lanjut ada dua kegiatan yang
dikeluarkan dari kegiatan perusahaan pembiyaan, yaitu kegiatan
perdagangan surat berharga berdasarkan keputusan menteri
keuangan No.1256/KMK.00/1989 tanggal 18 November 1989
karena kegiatan perdagangan surat berharga terkait dengan
kegiatan di pasar modal. Selanjutnya modal ventura .
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank
dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk

26
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan.
Secara umum perusahaan pembiayaan berfungsi
menyediakan produk yang berkualitas dan pelayanan yang
professional untuk menjamin kesetiaan pelanggan. Memanfaatkan
sumber daya yang ada secara maksimal untuk memperoleh revenue
yang dapat memberikan kontribusi bagi pemegang saham dan
kesejahteraan bagi karyawan.34
Perusahaan pembiayaan selain beroperasi menggunkana
system konvensional juga dapat melakukan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.

2. Strategi kerjasama antar lembaga keuangan


Pengelolaan dan pengembangan perusahaan pembiayaan dapat
dilakukan melalui beberapa bidang, yaitu:
1. Pemasaran antara lain denga membangun kerjasama dengan
dealer, sinergi bisnis dengan grup induk perusahaan untuk
membangun captive market, pemilihan konsumen sangat
menentukan terhadap keberhasilan pembayaran kembali produk
yang dijual.
2. Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana di mata
konsumen, dan dari sisi mitigasi risiko masih tetap aman ,

34
Soemitra, Bank dan lembaga…, hal.333

27
produk yang dijual adalah produk yang kualitasnya bagus, serta
mudah dijual bila terjadi penarikan kembali dari konsumen.
3. Keuangan antara lain bila tak meungkinkan funding mayoritas
dari bank, ada keterbatasan untuk menambah jumlah funding
yang diperoleh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk
memperoleh pendanaan dari berbagai sumber. Risiko terhadap
kenaikan NPL (Non Performing Loan) dapat dijaga apabila
produk hanya dijual. Kepada konsumen yang telah memenuhi
criteria kelayakan dan risiko yang dapat diterima, apabila
terjadi keterlambatan pembayaran oleh konsumen harus segera
dilakukan analisis dan dilakukan restrukturisasi.
4. Permodalan antara lain secara bertahap perusahaan perlu
melakukan pemupukan modal atau berusaha mendapatkan
penambahan modal disetor dari para pemegang saham.
5. Sumber daya insane antara lain diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas agar dapat melakukan marketing,
menganalisis risiko, dan melakukan perbaikan jika terjadi
resiko gagal bayar dari konsumen.
Di samping itu, perusahaan harus mempunyai program
kerja yang jelas, komprehensif serta dilakukan pemantauan
secara terus menerus untuk mengetahui apakah program kerja
dapat dilakukan sesuai yang ditentukan dan apabila ada kendala
begaimana cara mencari solusinya. Di antara program kerja
yang dapat dilakukan oleh perusahaan pembiayaan;

28
BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah field research, yakni penelitian yang
semua data ditemukan di lapangan, sedangkan buku buku dan referensi ilmiah
lainnya dijadikan sebagai landasan teori.

B. Subjek penelitian dan sumber data


Dalam penelitian ini yang menjadi subjek pada dasarnya adalah BMT
yang ada di Tanah Datar, dalam pelaksanaannya penulis telah meneliti satu
persatu pola kemitraan BMT dalam linkage program ini dengan bank syariah,
berdasarkan BMT yang ada di Tanah Datar.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua:
1. Primer: Pengelola BMT yang ada di Tanah Datar dan Pihak Bank
pelaksana Linkage program yang ada di Tanah Datar
2. Sekunder: anggota atau nasabah BMT yang ada di Tanah datar terutama
adalah nasabah pembiayaan.

C. Tekhnik pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara atau indept interview
dari informan dan dokumentasi yang ada.

D. Teknik analisa data


Semua data yang terkait dengan beberapa masalah penelitian dianalisa
secara kualitatif, sesuai dengan perspektif ketentuan peraturan yang berlaku di
Indonesia dan perspektif prinsip prinsip pelaksanaan pola kemitraan dalam model
linkage program.
E. Jadwal pelaksanaan

29
Sesuai dengan kontrak penelitian yang telah ditanda tangani, penelitian ini
dilaksanakan selama 4 Bulan, dimulai dari tanggal 8 Agustus sampai tanggal 9
Desember 2014.

30
BAB IV

Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum
1. Baitul maal wa Tamwil (BMT) Darussalam Simabur
Bmt Darussalam didirikan oleh seorang alumni STAIN Batusangkar ayitu,
Gusnova Aries, SEI, yang ingin mengembangkan lembaga keuangan syariah di
lingkungannya pada khususnya tanah Datar pada umumnya, kaena keterbatasan
kemampuannya, maka beliau mengajak rekan-rekannya yang lain untuk bersama-
sama mendirikan lembaga keuangan ini. Beliau bersama rekan-rekannya
mensosialisasikan kepada masyarakat Kecamatan Pariangan dan sekitarnya yang
memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan ekonomi umat, khususnya
sector usaha mikro dengan niat untuk membantu meningkatkan ekonomi
masyarakat di Kecamatan Pariangan dan sekitarnya. BMT ini terdiri dari 20 orang
pendiri dana pemegang saham.
Berkat usaha yang luar biasa bersama-sama rekan dengan melakukan
sosialisasi BMT kepada masyarakat pada tanggak1 Februari 2007 di Kantor
LKAAM Simabur. Pada tanggal 7 Februari 2007 di tempat yang sama juga
diadakan rapat lanjutan, dan akhirnya beroperasi pada tanggal 18 Februari 2007
yang berkantor di Nagari Simabur Kecamatan Pariangan tepatnya di Jalan
Batusangkar-Padang panjang KM 10 Simabur.
a. Visi dari BMT Darussalam yaitu:
1) Menjadikan BMT Darussalam Pariangan sebagai Panutan dan rujukan
bagi BMT Kabupaten Tanah Datar yang dipercayai masyarakat dan
berpartisipasi dalam menggerakkan usaha mikro ekonomi.
2) Beroperasi berlandaskan syariah
3) Menjadi BMT yang Prudent, handal dan Profesional
4) Membangkitkan potensi masyarakat berdasarkan SDMdan SDA yang
dimiliki masyarakat Minang.
b. Misi BMT Darussalam, yaitu:
1) Misi Spritual dengan beroperasi berlandaskan syariah Islam.

31
2) Misi usaha dengan system bisnis
3) Meningkatkan peran serta usaha mikro dan kecil dalam
mengembangkan ekoomi masyarakat pariangan dan sekitarnya serta
masyarakat luas pada umumnya sebagai penyelenggara aktifitas
perdagangandan penyedia jas serta usaha lainnya yang bersidat
produktif, maka BMT yang mendukung segala aktifitas yang bersifat
produktif dan bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
c. Tujuan dari BMT Darussalam
Untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk mensejahterakan
anggota dan masyarakat khususnya, untuk mencapai tujuannya, BMT
berfungsi sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi anggotanya dan daerah kerjanya.
2) Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih professional dan
Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi era
persingan global.
3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4) Menjadi perantara keuangan antara orang kaya sebagai shahibul maal
dengan orang miskin sebagai mudharib, terutama untuk dana-dana
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah dan lain.
d. Produk KJKS BMT Darussalam.
1) Funding atau pendanaan, dalam menghimpun dana, KJKS BMT
Darussalam memiliki produk pendanaan.
a) Tabungan Haji
b) Tabungan Mudharabah masyarakat, merupakan simpanan yang
disediakan untuk membantu masyarakat dalam menyediakan
kebutuhannya di masa yang akan datang.
c) Tabungan Mudharabah Pelajar, yaitu tabungan yang diperuntukkan
bagi masyarakat dalam menyediakan kebutuhan dalam pendidikan
di masa yang akan dating.

32
d) Tabungan Kurban, yaitu tabungan untuk para shahibul qurban
yaitu masyarakat disediakan produk yang akan membantu mereka
dalam merencanakan ibadah kurbannya.
e) Deposito Mudharabah 1 Bulan yaitu simpanan yang penarikannya
hanya dilakukan pada saat jatuh tempo, yaitu dalam jangka waktu 1
bulan.
f) Deposito mudharabah 3 bulan, yaitu simpanan yang penarikannya
hanya dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu, dalam masa waktu 3
bulan.
g) Deposito mudharabah 6 bulan, yaitu simpanan yang penarikannya
hanya dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu, dalam masa waktu 3
bulan.
h) Deposito mudharabah 12 bulan, yaitu simpanan yang penarikannya
hanya dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu, dalam masa waktu 3
bulan.
i) Tabungan Walimah.

2) Lending atau Pembiayaan


a) Pembiayaan modal kerja (Ijarah, Murabahah, Musyarakah)
b) Pembiayaan Investasi (Murabahah, Musyarakah.
3) Jasa lainnya yang ditawarkan oleh BMT Darussalam Pariangan adalah
Rahn (Titip Gadai dan Qard (Dana Talangan).

2. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) al-Makmur Cubadak


Pendirian KJKS BMT al-Makmur diprakarsai oleh beberapa orang pendiri
yang memiliki visi yang sama untuk membangun perekonomian umat yanag
madani dibawa ridho Allah SWT., karena Allah tidak akan mengubah keadaan
ekonomi suatu bangsa hingga kita mau berusaha sekuat tenaga untuk
mengubahnya. Dengan nama Allah BMT al-Makmur berjalan dari nol jatuh
bangun , dengan keyakinan dan tekad yang bulat bahwa sebuah kewajiban untuk

33
merubah taraf ekonomi kea rah yang lebih baik, karena kemiskinan hanya akan
menyeret kepada kekafiran.
Berdasarkan pemikiran di atas, para pendiri KJKS BMT al-Makmur
mencoba berusaha mewujudkannya dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan
syariah berbentuk dan berbadan hukum koperasi, maka berdasarkan hasil rapat
pendiri beserta ninik mamak dan peuka masyarakat yang berada di jorong
supanjang Nagari Cubadak Kec. Lima Kaum yang juga dihadiri oleh Dinas
Koperindagpastam Kabupaten Tanah Datar beserta dosen STAIN Bastusangkar
dalam hal ini selaku motifator bagi para pendiri untuk mendirikan sebuah lembaga
keuangan mikro yang berbasis syariah di Kabupaten Tanah Datar. Pertemuan ini
dihadiri oleh lebih kurang 40 orang, yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29
Mei 2009 yang bertempatdi Masjid Baitul Makmur Supanjang, maka secara
musyawarah dan mufakat diputuskan membentuk dan mendirikan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah baitul Maal wat tamwil (KJKS BMT) dengan nama BMT al-
Makmur, dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 2009.

3. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Ampek Jurai Lantai batu


Batusangkar
Pada tanggal 25 Oktober 2003 pengurus Mesjid Raya Lantai Batu
mendirikan Lembaga ekonomi Mesjid (LEM) dengan modal awal sebesar Rp.
3000.000, yang merupakan bantuan hibah dari Pemerintah daerah Kabupaten
Tanah Datar. Modal dipinjamkan kepada Jamaah Masjid Raya Lantai Batu,
dengan pinjaman maksimal sebesar Rp. 500,000 dengan pembayaran cicilan
dalam jangaka waktu maksimal enam bulan tanpa biaya.
Modal setiap tahun bertambah, bersumber dari zakat dan bantuan beberapa
orang donator yang mencapai Rp. 24.000.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hasil
rapat pengurus Mesjid Raya beserta jamaah dan ninik mamakAmpek Jurai Lantai
batu Batusangkar yang berjumlah 38 Orang, pada tanggal 31 Januari 2009 secara
musyawarah mufakat diputuskan membentuk atau mendirikan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil Mesjid Lantai Batu, Kanagarian

34
Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar dan mulai beroperasi
aktif pada tanggal 1 Juni 2009.
Dinaakan BMT Ampek Jurai karena berdiri dan berdomisili di Wilayah
kesatuan adat yang terdiri dari empat suku, yaitu, Suku nan Sembilan, Suku
Korong Gadang, Suku Korong Panjang dan Suku Ponco.35
a. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi dari KJKS BMT Ampek Jurai Lantai Batu
Batusangkar, yaitu:
1) Visi
Langkah menuju syariah
2) Misi
a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan usaha anggota yang
berkesinambungan
b) Melakukan pembinaan usaha anggota
c) Mewujudkan nilai-nilai ekonomi syariah dalam setiap kegiatan
usaha
d) Memberikan pelayan terbaik pada setiap anggota
e) Peningkatan penghimpunan dana dari anggota dan calon
anggota
f) Menyelenggarakan operasional lembaga sesuai dengan standar
lembaga keuangan yang sehat , transparan dan kehati-hatian.
g) Partisipasi aktif dalam mebangun masyarakat yang rpoduktif
h) Partisipasi aktif dalam mensejahterakan anggota.
3) Tujuan
Pendirian KJKS BMT Ampek Jurai Lantai Batu Batusangkar
bertujuan untuk:
a) Memberikan pelayanan jasa keuangan syariah bagi masyarakat
usaha mikro dan pedesaan yang tidak terakses oleh perbankan
syariah
b) Mengembangkan ekonomi syariah dalam skala ekonomi mikro

35
c) Membuka dan memperluas lapangan kerja.
d) Secara khusus bertujuan untuk menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali kemasyarakat dalam benutk
pembiayaan.
e) Membantu masyarakat untuk mendapatkan modal usaha
dengan proses mudah, cepat dan halal.
f) Meningkatkan taraf hidup masyarakat mikro.

4. BMT al-Barokah
BMT al-Barokah didirikan berdasarkan akta No. BH: 63/BH/KPT-
TD/KOP/VII/2009. Merupakan binaan BPRS Haji Miskin Beralamat di Jalan raya
Batusangkar Bukittinggi KM 16 Tabek Patah.Berdirinya BMT al-Bararokah ini

Produk jasa KJKS BMT al-Barokah

a. Simpanan
1) Simpanan umum mudharabah
2) Simpanan Pelajar Mudharabah
3) Simpanan Qurban Wadi’ah
4) Simpanan Haji Wadiah
5) Simpanan Aqiqah
b. Pembiayaan
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Mudharabah
3) Pembiayaan Qardh

5. BMT al-Hikmah
BMT AL-Hikmah terdaftar pada Dinas Koperasi dengan akta Nomor
61/BH/KPT-TD/Kop/VII/2009 berada di Jalan raya sungai tarab. Berdirinya BMT
ini diprakarsai oleh Ektri Harzeni, S.E.I dkk yang merupakan alumni program
studi Ekonomi Islam (Perbankan Syariah) STAIN Batusangkar, dengan dukungan

36
ninik mamak dan cadiak pandai daerah setempat, maka berdirilah BMT al-
Hikmah yang pada saat ini telah memiliki sekitar 2012 orang nasabah di wilayah
Sungai Tarab dan sekitarnya.

Produk Simpanan

1) Tabungan Mudharabah

Produk Pembiayaan

1) Pembiayaan mudharabah
2) Pembiayaan Murabahah
Namun dalam operasional pembiayaan, akad yang terlaksana adalah akad
pembiayaan murabahah.

B. Pola Kemitraan pada BMT melalui linkage program Perbankan


Syariah
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Negara berkembang dan
Negara-negara Miskin untuk dapat memberikan layanan keuangan kepada
neglectes section of the population (Poor and Unbankbale) melalui micri finance
Institution(MFls) dan Rural saving and credit cooperatives (RUSACCO) untuk
mencapai target MDGS. Namun demikian, intitusi-institusi ini hanya mampu
menjangkau kurang dari 10 persen masyarakat miskin dan unbankable yang
terpaksa mengandalkan sumber informal keuangan untuk memenuhi kebutuhan
mereka.36
Kekuatan atau sumber daya yang sangat penting bagi linkage banking
adalah jaringan dan dukungan dari bank induk yang mendukung operasional
linkage banking. Tekhnologi informasi juga penting agar nasabah dapat
mengakses layanan linkage banking pada tenpat dan waktu yang mereka
butuhkan. Tekhnologi di sini bukanlah teknologi yang secanggih bank komersil,

36
Bank Indonesia, Model Bisnis Perbankan Syariah, 2012

37
Karen apada umumnya mobile banking pada linkage banking hanya melibatkan
transaksi-transaksi sederhana.
Komponen biaya linkage banking terdiri dari biaya linkage banking terdiri
dari biaya personalia (SDM) yang mampu mobile untuk mengidentifikasi lokasi
dan jumlah masyarakat poor dan bankable tadi, yang membutuhkan layanan
perbankan, biaya pembukaan layanan dll.
Pada prinsipnya salah satu keuntungan dari linkage banking ini adalah
pengurangan informasi berbiaya tinggi terkait nasabahnya serta masalah
penegakan hukum dalam permasalahan kredit local/pedesaan. Dampak positif dari
linkage program ini adalah semakin banyak orang memperoleh akses terhadap
layanan perbankan termasuk di antaranya masyarakat yang tidak terlayani oleh
perbankan komersial besar.37
Ada dua bentuk financial linkage yaitu:
1. Direct financial linkage yaitu kemitraan antara institusi keuangan dimana
tujuan utama adari linkage ini adalah membantu institusi keuangan
informal mendiversifikasi sumber dana funding mereka, menambahjumlah
dana lending mereka dan menyeimbangkan kelebihan dan kekurangan
likuiditas dengna menyediakan layanan keuangan secara langsung. Dalam
kasus bank memberikan pinjaman, kepada LKM secara langsung adlah
contoh direct financial market.
2. Indirect financial linkage yaitu kemitraa antara bank sebagai institui
formal dengan institusi keuangan informal melalui perantara pihak ketiga
sehingga tidak secara langsung berhubungan dengan institusi keuangan
mikro.
Linkage program bank umum dan bank BPR sebenarnya sudah ada
semenjak tahun 2001, tetapi pada saat itu belum terorganisasi dengan benar, baik
secara konsep maupun menkanisme. Lingkage program ini baru tertata rapi
setelah Bank Indonesia mengeluarkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Salah satu momentum yang juga meningkatkan semangat berlinkage antara bank
umum dan BPR adalah keluarnya generic model linkage program. Sejak itulah

37

38
aturan main linkage menjasi lebih jelas, seperti adanya syarat minimum peserta
linkage, munculnya tiga skim likage program, executing, channeling dan joint
financing serta kode etik peserta linkage.38
Bentuk bentuk skim linkage antara lain, 39Executing adalah pinjaman yang
diberikan oleh Bank umum (BU/BUS) kepada koperasi dalam rangka
pembiayaan untuk disalurkan kepada anggota Koperasi/ KJKS. Chanelling
adalah pinjaman yang diberikan oleh Bank Umum kepada anggota koperasi
melalui koperasi yang betindak sebagai agen dan tidak mempunyai wewenang
memutus kredit kecuali mendapat kuasa dari bank umum. Joint Financing, adalah
pembiayaan bersama terhadap anggota koperasi yang dilakukan oleh Bank
umum dan koperasi.
Bank Syariah memiliki proyeksi yang jauh ke depan dalam mengambil
kebijakan terkait lembaga mikro syariah, hal ini terlihat dari proyeksi bank syariah
di setiap tahun. Model linkage banking merupakan bentuk perpanjangan tangan
bank syariah untuk menjangkau segmen masyarakat tertentu yang biasanya adalah
masyarakat kelas bawah yang didominasi oleh sektor usahamikro dan unbankable.
Model ini sesuai bagi bank syariah yang sudah besar dan ingin menjangkau
segmen korporasi dan pemerintah. namun tetap tidak ingin meninggalkan segmen
mikronya. Model ini juga mendatangkan keuntungan baik bagi bank syariah
maupun bagi lembaga intermediasi keuangan kecil yang menjadi partner bank
syariah dalam model linkage banking Kelemahan dari model linkage banking
adalah manajemen dan kontrol lembaga intermediasi keuangan kecil seperti BMT
dan BPRS yang belum maksimal serta manajemen yang belum professional.SDM
yang paling penting dalam operasional model linkage banking adalah yang
memliki mobilitas tinggi untuk menjemput nasabah yang biasanya terletak jauh
dari akses perkotaan. SDM linkage banking juga harus memiliki kemampuan
untuk mendampingi dan membina sektor mikro maupun lembaga intermediasi
keuangan kecil yang menjadi partner nya.Produk yang disediakan oleh model

38
Siti Maesaroh, skripsi efektifitas linkage program Bank Syariah Mandiri dalam Penguatan
Pembiayan Lembaga Keuangan Mikro,UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011
39
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor
03/Per/M..KUKM/III/2009, tentang pedoman umum linkage program bank umum dan koperasi.

39
linkage banking biasanya adalah kredit modal kerja bagi usaha mikro yang tidak
terlayani oleh bankkomersial besar. Skema yang digunakan biasanya adalah
skema yangmudah dan sederhana bagi mereka.Modal menjadi infrastruktur
penting bagi linkage banking. Modal inibiasanya disediakan oleh bank komersial
yang memiliki programclinkage. Selain itu jaringan kantor BMT/BPRS juga
merupakan infrastruktur penting bagi linkage banking. Skema akad yang biasanya
digunakan oleh bank syariah yang menerapkan linkage banking adalah
musyarakah muqoyyadah (BMT/BPRS) sebagai executing agent dan bank syariah
tidak ikut menanggung risiko).

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam tulisan ini adalah BMT
BMT yang ada di tanah datar, berdasarkan informasi yang ada di dinas koperasi
tanah datar, dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah Dinas
KOPERINDAGPASTAM, terdapat 7 BMT yang berbadan hukum KJKS dan
melakukan usaha simpan pinjam.40

Dari 7 BMT tersebut, yang telah melaksanakan linkage program dengan


perbankan syariah adalah, BMT Ampek Jurai Lantai Batu, BMT Darussalam dan
BMT al-Barokah Tabek Patah.

BMT Ampek jurai berada di Lingkungan Mesjid Raya Lantai Batu saat ini
telah memiliki anggota sebanyak lebih kurang 2000 anggota yang terdiri dari
pedagang pedagang kecil di pasar batusangkar dan juga masyarakat sekitar Lantai
Batu. Semnjak didirikan pada tahun 2009 BMT Ampek Jurai telah berhasil
melayani kebutuhan finansila masyarakat apis bawah ini, peningkatan ini semakin
baik dari tahun ke tahun, sehingga dengan penambahan anggota baru ini, juga
membutuhkan tambahan dana untuk pengembangan BMT Ampek Jurai ke
depannya.

Pada Tahun2011 BMT Ampek Jurai melakukan linkage dengan Bank


Syariah Mandiri dengan persyaratan:

40
Awit, Dinas Koperasi Bukit Gombak, 15 Agustus 2014.

40
a. Telah memiliki badan hukum
b. Telah melakukan usaha simpan pinjam secara aktif minimal 6 (enam)
bulan
c. Memiliki pengurus yang dipilih oleh anggota
d. Memiliki AD/ART, minimal aturan tertulis.
e. Pengurus bersedia bertanggung jawab atas pinjaman yang diterima dana
atau disalurkan melalui koperasi kepada anggota
f. Mempunyai usaha yang layak untuk sibiayai
g. Tidak memiliki tunggakan kredit/ pembiayaan di bank maupun di lembaga
keuangan lainnya.

BMT Ampek Jurai telah memenuhi criteria calon anggota linkage ini, dengan
mengajukan pinjaman dengan jaminan (collateral) sertifikat senilai 1, 5 Milyar,
dengan linkage tahap pertama ini BMT Ampek Jurai mendapatkan Pembaiayaan
sebesar 700 juta dalam jangka waktu tiga tahun, untuk tahap pertama ini, program
linkage berjalan lancer dengan non performing loan yang tidak terlalu signifikan
dari anggota dan bisa di atasi oleh pihak BMT Apek Jurai.

Pada tahap ke dua, BMT Ampek Jurai kembali mengajukan Linkage kepada
Bank Syariah Mandiri dan mendapatkan tambahan dana sebesar 200 Juta.
Pencairan dana linkage ini kepada nasabah sesuai dengan kebutuhan pembiayaan
dan permintaan dari pihak ketiga (DPK).

Pencairan ini kepada anggota KJKS Ampek Jurai tidak lagi menggunakan
jaminan atau collateral, karena pembiayaan yang dilayani oleh KJKS BMT
Ampek Jurai ini rata-rata adalah 5 Juta ke bawah, dan calon debitur ini telah
disurvey terlebih dahulu ke lapangan mengenai profil usaha dan kemampuan
pengembalian pinjaman dengan menggunakan analisis 5 C 7P:41

a. Character
Sifat dan watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat
dipercaya yang tercermin dari latar belakang nsabah, baik latar belakang

41
Dona Yelfihendra, SEI, Lantai Batu, 10 Oktober 2014

41
yang sifat pekerjaan, yang bersifat pribadi seperti gaya hidup yang
dianutnya, hobi atau social standingnya. Character merupakan ukuran
untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.
b. Capital
Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan
(neraca laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi
likuiditas
c. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat
fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melibihin nilai kredit. Namun
aspek ini tidak terlalu banyak dipakai oleh BMT Ampek Jurai karena
pinjaman nsbah dinominasi dengan jumlah 5 Juta ke bawah.42
d. Condition
Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datangharus dinilai
sesuai dengan sector masing-masing. Prospek usaha dari sector yang
dijalankan oleh anggota juga harus dinilai.

BMT Darussalam Simabur merupakan salah satu BMT di Tanah Datar


yang pada saat ini yelah memiliki nasabah sebanyak 2000 anggota, yang
berdomisili di sekitar pasa Simabur serta beberapa kecamatan di Tanah Datar.
BMT Darussalam melaksanakan linkage program dengan bank syariah
mandiri, dengan persyaratan telah terpenuhi. BMT Darusalam telah melaksanakan
program linkage ini dalam dua tahap, tahap pertama pada tahun 2010, dan tahap
ke dua pada tahun 2012 dengan dana linkage sebesar 300 Juta denga mudharabah.
Saat ini BMT Darussalam tengah menjalani program linkage hingga tahun
mendatang dengan ansuran sebanyak 13 juta perbulannya dengan pola executing:

Model Executing:

a. Resiko kredit kepada anggota koperasi, ditanggung oleh KSP/USP/KJKS

42
Dona , Ampek Jurai Lantai Batu

42
b. Suku bunga Bank umum kepada koperasi berdasarkan suku bunga pasar
sesuai dengan kebijakan masing-masing bank umum
c. Suku bungan koperasi kepada anggota koperasi ditetapkan oleh
koperasi/KJKS atas dasar kesepakatan dalam rapat anggota tahunan.
d. Pendapatan bunga bank umum adalah sebesar suku bunga yang
dibebankan kepada koperasi.
e. Analisa kelayakan usaha dan keputusan pemberian kredit kepada koperasi
sesuai dengan ketentuan masing-masing bank umum sedangkan criteria
besarnya plafon kredit dan jumlah anggota koperasi peminjam ditetapkan
sepenuhnya oleh koperasi.
f. Akad kredit kepda koperasi ditandatangani oleh pengurus koperasi dan
pejabat bank umum, sedangkan akad kredit kepada anggota koperasi
dilakukan oleh masing-masing anggota dan pengurus koperasi.
g. Jaminan/agunan dari koperasi kepada bank umum, sesuai dengan undang-
undang perbankan dan ketentuan yang berlaku di masing-masing bank
umum, sedangkan jaminan anggota koperasi, sesuai persyaratan yang
ditentukan koperasi.
h. Jangka waktu persetujuan kredit dalam rangka linkage program maksimal
1(satu) bulan setelah data dan persyaratan telah dipenuhi secara lengkap
atau sesuai dengan penilaian bank umum.43
Semenjak aliran dana linkage ini anggota BMT meningkat sekitar 2,5
persen dari sebelumnya, hal ini karena proses pencairan pembiayaan yang tidak
terlalu sulit seperti di lembaga perbankan, sehingga para pedagang pedagang di
sekitar pasar Simabur lebih memilih memanfaatkan BMT Darussalam sebagai
mtra financial mereka. Adapun akad yang digunakan oleh BMT Darussalam
dalam mencairkan dana linkage ini kepada anggota adalah dengan akad
murabahah.
Anggota peminjam yang membutuhkan dana 5 Juta ke atas disyaratkan
oleh BMT Darussalam untuk mengajukan jaminan seperti BPKB Motor,

43
Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha kecil dana Menengah, Pedoman Umum Linkage
program antara bank umum dengan koperasi.

43
sementara untuk pinjaman 2 juta ke bawah miniml mengajukan kuitansi
kepemilikan barang elektronik yang mereka miliki di rumah, yang dinilai masih
akan memiliki nilai jual dalam masa dua tahun ke depan.44
Linkage Program dari perbankan syariah belum memperlihatkan kelebihan
yang banyak dibandingkan dengan lembaga yang memberikan bantuan sejenis
seperti lembaga pembiayaan dana bergulir (LPDB), hal ini terlihat ketika
pengajuan linkage, bank syariah tetap meminta agunan atau collateral kepada
mitra usahanya BMT, sementara pada lembaga dana bergulir seperti LPDB tidak
meminta jaminan sama sekali, namun keuntungan linkage bank syariah hanya
dalam bentuk pemberian margin yang lebih rendah dibandingkan pembiayaan
komersil lainnya.
Penulis menganalisa, pola kemitraan ini belum digarap secara serius oleh
bank syariah yang memang notabene berorientasi kepada bisnis, namun
bagaimanapun juga bank syariah tetap memiliki kewajiban untuk membina
lembaga lembaga keuangan mikro syariah yang membutuhkan dukungan financial
dari lembaga keuangan makro. Menurut penulis program linkage juga sangat
menguntungkan perbankan syariah dalam rangka menjangkau nasabah nasabah
yang tidak tercover oleh perbankan syariah, karena disebabkan oleh jaringan Bank
Syariah masih jarang berada di daerah daerah kecamatan maupun pedesaan.
Beberapa dari BMT yang masih terdaftar tidak penulis masukkan datanya
ke dalam penelitian ini karena lembaga tersebut sedang mengalami defisit, dan
juga tengah mengealami masalah manajemen lainnya, BMT – BMT yang tengah
bermasalah tersebut juga bukanlah BMT yang menerima program linkage dari
Bank Syariah.

44
Dona, elita Nesari, BMT Darussalam, 1 November 2014.

44
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
4. Berdasarkan penelitian di tujuh BMT yang terdaftar pada Dinas koperasi
Tanah Datar, hanya tiga di antaranya yang melaksanakan kerjasama
kemitraan dengan bank syariah, karena kurangnya sikap cooperative dari
perbankan syariah terhadap lembaga keuangan mikro, dan penulis
menyimpulkan.
a. pola linkage yang dilaksanakan oleh 3 BMT di Tanah Datar yang
bermitra dengan Bank Syariah adalah menggunakan pola Executing.
b. Pengaruh linkage program Bank Syariah pada BMT di Tanah Datar
sangat signifikan dana dapat mendongkrak jumlah anggota rata-rata
kenaikan ini 2,5 – 3 persen..
c. linkage program Bank Syariah telah memberikan dampak terhadap
kesejahteraan anggota BMT, hal ini terlihat dengan kian produktifnya
para anggota dalam menjalankan usahanya, hal ini juga diakomodir
dengan sikap yang cooperative oleh BMT deggan pola jemput
bolanya.

B. . Saran
Berdasarkan penelitian di tujuh BMT yang terdaftar pada Dinas koperasi
Tanah Datar, hanya tiga di antaranya yang melaksanakan kerjasama kemitraan
dengan bank syariah, penulis menilai dari apa yang disampaikan oleh pihak BMT
yang tidak bermitra dengan Bank syariah karena kurangnya sikap cooperative dari
perbankan syariah terhadap lembaga keuangan mikro. Penulis menyarankan
a. Bank Syariah mesti lebih bermurah hati lagi terhadap lembaga
keuangan mikro, yang sebenarnya juga menguntungkan bagi bank
syariah dalam menjaring nasabah yang potensial yang tidak terjangkau
oleh lembaga perbankan syariah

45
b. Persyaratan jaminan merupakan masalah utama dalam program linkage
ini bagi BMT-BMT di Tanah Datar, penulis menyarankan agar bank
syariah dapat membuat sebuah kebijakan yang berpihak pada LKM
tidak hanya dalam bentuk kredit lunak tapi juga dengan, meringankan
beban jaminan bagi BMT-BMT atau mungkin dengan menggunakan
dana-dana corporate social responsibility (CSR) perbankan syariah
untuk pengembangan linkage ini.

46
Daftar Pustaka

Agustianto, Percikan Ekonomi Islam, Bandung: Cita Pustaka media,2002

A, Djazuli, lembaga-lembaga perekonomian Umat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,


2002)

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (dalam prespektif kewenangan Peradilan


Agama), (Jakarta: Kencana, 2012)
Andri Soemitra, bank dan lembaga keuangan syariah, (Jakarta: Kencana, 2009
Karnaen Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok:
Usaha Kami, 1996)
Syukri Iska, Rizal, Lembaga Keuangan Syariah(Batusangkar:, 2005)
Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah
Terhadap Perbankan Syariah), Yogyakarta: 2005, Hal. 109
Bank Indonesia, outlook Perbankan Syariah 2012.

Siti Maesaroh, skripsi efektifitas linkage program Bank Syariah Mandiri dalam
Penguatan Pembiayan Lembaga Keuangan Mikro,UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Nomor 03/Per/M..KUKM/III/2009, tentang pedoman umum
linkage program bank umum dan koperasi
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2005)
M. Umer Chara, Towards a just monetary system, (London: the Islamic Foundation, 1985
M. Ridwan, Manajemen BMT, (Yogyakarta: UII Press, 2004),

Suhendi, BMT dan Bank Islam Instrumen lembaga keuangan syariah, (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004)

Thomas Suyatno, dkk, kelembagaan perbankan, (Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 1994

47
Veithzal Rivai, Commercial Bank Management Manajemen Perbankan dari Teori
ke Praktek, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonosia, 2004)
Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2005)

48
LAPORAN PENELITIAN DOSEN

PENELITIAN MUDA

PELAKSANAAN POLA KEMITRAANPADA BMT MELALUI LINKAGE PROGRAM BANK


SYARIAH (STUDI ANALISIS PADA BMT DI TANAH DATAR)

STAI
N BATUSANGKAR

ELSY RENIE,M.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2014

49
ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan tema “Pelaksanaan Pola Kemitraan pada BMT


melalui Linkage Program Bank Syariah (Studi Analisis pada BMT di Tanah
Datar)”, mengkaji pelaksanaa pola linkage oleh BMT di Tanah Datar dengan
Bank Syariah serta dampak linkage program Bank Syariah pada BMT di Tanah
Datar. Dan dampak linkage program Bank Syariah terhadap kesejahteraan
anggota BMT. Pelaksanaan pola kemitraan pada BMT ini telah terlaksan
semenjak tahun 2010 sebagai bentuk bantuan pembiayaan lunak kepada lembaga
keungan mikro, yang memiliki tiga pola kerjasama, Executing, Chaneling, dan
Joint Financing namun dalam perjalanannya pola yang dilaksanakan oleh
lembaga perbankan syariah dengan Baitul Maal Wat Tamwil(BMT)adalah pola
kemitraan executing. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan
melihat fenomena fenomena di lembaga BMT yang bersifat positivistik. Peneliti
menyimpulkan bahwa pola kemitraan yang seharusnya diprakarsai oleh perbankan
syariah, sebagai pertanggung jawaban sosialnya selaku lembaga yang Islami, yang
bertugas meningkatkan taraf sosio ekonomi umat Islam, belumlahmencapai target
yang diinginkan, karena perbankan syariah masih melihat kepada seberapa besar
kemapuan BMT untuk memberikan jaminan terhadap bank dalam pola kemitraan
linkage ini.

50
51
SURAT PERNYATAAN
Nomor: Sti.02/VI/PP.009/ /2014

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elsy Renie

NIP : 19790606 200912 2 002

Judul Proposal: Pemberdayaan Bait AL-Mal wat Tamwil (BMT ) melalui Linkage
Program Bank Syariah di Tanah Datar

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa proposal penelitian dengan


sebagaimana tersebut di atas adalah asli / atau otentik dan bersifat orisinil hasil
karya saya sendiri( bukan skripsi ataupun thesis dan disertasi serta tidak pula
plagiasi atau terjemahan). Saya menerima sangsi hukum jika suatu saat terbukti
nahwa proposal penelitian ini hasil plagiasi atau terjemahan.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk diketahui oleh pihak pihak yang
membutuhkan.

Mengatahui, Batusangkar, 25 Mei 2014

Ketua Jurusan Syariah Yang membuat Pernyataan

Drs. Syamsuwir, M.Ag Elsy Renie,M.Ag


195708281987031003 197906062009122002

52

Anda mungkin juga menyukai