1. Badan Kredit Desa (BKD). BKD merupakan salah satu LKM formal yang pertama kali
berdiri di Indonesia
2. Lembaga Dana Kredit Pedesaan. (LDKP) . dicetuskan sejak era tahun 1980an oleh
Pemerintah Indonesia dalam upaya mengelompokkan lembaga keuangan mikro non-
bank yang banyak beroperasi di seluruh wilayah Indonesia
3. Badan Kredit Kecamatan (BKK): Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah dan
Kalimantan Selatan, Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) di Jawa Barat serta
Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, merupakan beberapa LDKP awal yang
berdiri sekitar tahun 1970an.
4. Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Lembaga ini juga merupakan sebuah lembaga
keuangan milik desa adat, sama dengan LPN yang ada di Sumatera Barat.
5. Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Lembaga ini merupakan lembaga keuangan
mikro yang berdasarkan prinsip syariah dan berlandaskan ajaran Islam.
Dinyatakan juga dalam program pemerintah tersebut bahwa
pengentasan kemiskinan antara lain dicanangkan melalui
pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) untuk
peningkatan pendapatan termasuk pemberian KUR (Kredit Usaha
Rakyat).
UMKMnya dianggap sebagai salah satu strategi kunci dalam
penanggulangan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. (negara
berkembang maupun negara-negara maju ) termasuk di region
Asia Pacific berjumlah lebih dari 90 % dari total bisnis yang ada
dan mempekerjakan antara 60 – 80 % dari total pekerja [2].
Berdasarkan data BPS sejak 1970 hingga 2018, tren angka kemiskinan
cenderung menurun meski sempat naik di tahun 1996, 1998, 2002, 2005,
2006, 2013, 2015, dan 2017. Kemiskinan tertinggi terjadi pada 1970, di
mana terdapat 60 persen penduduk yang masuk kategori miskin atau 70
juta jiwa. Berikut angka kemiskinan era Presiden Soeharto hingga
Presiden Joko Widodo yang dirangkum dalam infografik Kompas.com di
bawah ini:
https
://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/02/112317326/infografik-angka-kemiskina
n-era-soeharto-hingga-jokowi#
.
Penulis : Akbar Bhayu Tamtomo
Kontribusi sektor usaha mikro, kecil dan menengah
terhadap produk domestik bruto meningkat dari
57,84% menjadi 60,34% dalam 5 tahun terakhir.
Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga
meningkat dari 96,99% menjadi 97,22% pada
periode yang sama
Dalam praktek pengelolaan dana pinjaman di
Indonesia, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
hanya memperoleh akses terhadap lembaga
keuangan formal sebesar 12%. Rendahnya akses
terhadap kredit perbankan antara dikarenakan:
1) skim kredit dan produk bank tidak sesuai dengan
kebutuhan usaha mikro, kecil, dan menengah,
2) Anggapan besarnya resiko kredit UMKM,
3) UMKM tidak memiliki agunan yang dipersyaratkan
perbankan.
Di Indonesia, keuangan mikro untuk pengembangan UMKM
jumlah mencapai 99,99 % atau mencapai 51,26 juta unit usaha
sampai dengan tahun 2008 dari seluruh pelaku usaha nasional
(Statistik UMKM 2007- 2008).
1. Tumbuh dan berkembang di masyarakat serta melayani usaha mikro dan kecil
(UKM);
2. Diterima sebagai sumber pembiayaan anggotanya (UKM);
3. Mandiri dan mengakar di masyarakat;
4. Jumlah cukup banyak dan penyebaran nya meluas;
5. Berada dekat dengan masyarakat, dapat menjangkau (melayani) anggota dan
masyarakat;
6. Memiliki prosedur dan persyaratan peminjaman dana yang dapat dipenuhi
anggotanya (tanpa agunan);
7. Membantu memecahkan masalah kebutuhan dana yang selama
ini tidak bisa
8. dijangkau oleh kelompok miskin;
9. Mengurangi berkembangnya pelepas uang (money lenders);
10. Membantu menggerakkan usaha produktif masyarakat dan ;
11. LKM dimiliki sendiri oleh masyarakat sehingga setiap surplus
yang dihasilkan oleh LKM bukan bank dapat kembali dinikmati
oleh para nasabah sebagai pemilik.