KELAS PAGI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “LPDB-KUMKM & BLT
UMKM Sebagai Bentuk Upaya Pemerintah Guna Membantu Masalah Permodalan
Koperasi dan UMKM di Indonesia” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., kepada
keluarganya, para sahabatnya, serta kepada kita sebagai umat akhir zaman. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memnuhi tugas pada mata kuliah Aspek Hukum
dalam Ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Djihadul Mubarok, SE., MH selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi yang telah memberikan tugas ini. Saya
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau
kesalahan yang mungkin harus diperbaiki. Oleh karena itu, saya mohon maaf atas kekurangan
dan kesalahan tersebut. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk membangun dan
menunjangn kesempurnaan makalah.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2021 jumlah UMKM telah mencapai 64,2 juta unit yang tersebar di berbagai
sektor. Tercatat 99,99% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM. Dimana pelaku usaha
mikro sebanyak 63,4 unit, pelaku usaha kecil 783,1 ribu unit, dan pelaku usaha menengah
60,7 ribu unit. Dengan jumlah UMKM yang terus bertumbuh, maka tak heran apabila
UMKM menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir,
kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 57,8% menjadi
60,5%. Hal ini menjadikan UMKM sebagai penggerak perekonomian. Di balik kontribusi
UMKM yang cukup baik terhadap perekonomian nasional, ternyata sektor ini masih
menyimpan segudang permasalahan yang sangat mendasar. UMKM masih lemah dalam
kemampuan manajemen usaha, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas,
serta lemahnya akses ke lembaga keuangan, khususnya perbankan. Di antara permasalahan
pokok yang dihadapi oleh UMKM adalah banyaknya UMKM yang belum bankable, baik
disebabkan oleh belum adanya manajemen keuangan yang belum transparan maupun
kurangnya kemampuan manajerial dan finansial. Dengan kata lain, minimnya modal usaha
merupakan permasalahan UMKM yang paling mendasar. Namun demikian, pemerintah tentu
saja tidak tinggal diam. Melihat potensi UMKM dalam membantu pertumbuhan ekonomi
nasional, pemerintah pun melakukan berbagai cara untuk membantu meringankan kendala
yang ada. Salah satu contohnya adalah LPDB atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir yang
ditujukan untuk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah
sebagai berikut :
1.3. Tujuan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Seperti
diatur dalam peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM
tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah.
1. Usaha Mikro
Diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan
usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro. Usaha yang termasuk mikro adalah usaha
yang memiliki kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000,- dan tidak termasuk
bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan usaha mikro setiap tahunnya
paling banyak Rp 300.000.000,-
2. Usaha Kecil
Merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau berdiri sendiri baik
yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan usaha cabang dari
perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah. Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah
usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang
dibutuhkannya Rp 500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp
300.000.000,- sampai paling banyak Rp 2,5 milyar.
3. Usaha Menengah
Adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan merupakan cabang atau anak usaha
dari perusahaan pusat serta menjadi bagian secara langsung maupun tak langsung
terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayaan bersihnya sesuai yang
sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan. Usaha menengah sering
dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria kekayaan bersih yang dimiliki
pemilik usaha mencapai lebih dari Rp 500.000.000,- hingga Rp 10.000.000.000,- dan
tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya
mencapai Rp 2,5 milyar sampai Rp 50 milyar.
Jenis komoditi/barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti
sewaktu-waktu
Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu
Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan
usaha masih disatukan
Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha yang
mumpuni
Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian telah
memiliki akses ke lembaga keuangan non bank
Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP
Seperti yang dijelaskan pada pengertian UMKM yang tertuang dalam Keppres RI No. 19
Tahun 1998 sebagai kegiatan ekonomi rakyat pada skala kecil yang perlu dilindungi dan
dicegah dari persaingan tidak sehat. Pada dekade terakhir ini mulai marak bermunculan bisnis
UMKM mulai dari skala rumahan hingga skala yang lebih besar. Berikut ada tiga jenis usaha
yang termasuk UMKM :
1) Usaha Kuliner
Salah satu bisnis UMKM yang paling banyak di gandrungi bahkan hingga kalangan
anak muda sekalipun. Berbekal inovasi dalam bidang makanan dan modal yang tidak
terlalu besar, bisnis ini terbilang cukup menjanjikan mengingat setiap hari semua
orang membutuhkan makanan.
2) Usaha Fashion
Selain makanan, UMKM di bidang fashion ini juga sedang diminati. Setiap tahun
mode tren fashion baru selalu hadir yang tentunya meningkatkan pendapatan pelaku
bisnis fashion.
3) Usaha Agribisnis
Tanpa lahan tanah yang luas, pelaku UMKM agribisnis justru bisa memanfaatkan
pekarangan rumah yang disulap menjadi lahan agrobisnis yang menguntungkan.
Jaminan untuk mendapatkan kredit modal merupakan salah satu hambatan bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia. Untuk pengusaha menengah, mungkin
masalah kredit modal tidak ada lagi karena aset mereka yang sudah bisa diagunkan kepada
pemberi kredit. Banyak dari pengusaha mikro dan kecil yang sebenarnya yakin bisa
memperluas pasar namun terhambat keterbatasan modal. Mereka terbentur pada jaminan atau
agunan karena tidak sedikit pengusaha mikro dan kecil yang masih mengontrak rumah.
Contoh Kasus :
1. Asmah, pengusaha kripik nangka di Perumahan Palem Emas, Medan, mengaku sudah
mendapat tawaran untuk memperluas pasar. Ia diminta untuk memasok keripik
nangka ke seluruh toko Carrefour di Indonesia, jadi bukan di Medan saja. Namun ia
terhambat oleh modal, kemudian ia memutuskan untuk mengajukan kredit ke
beberapa bank. Namun sangat disayangkan, ke lima bank tersebut menolaknya.
(sumber BBC News Indonesia)
2. Contoh kedua berasal dari Desa Dawung Wetan, Solo. Pasangan pengusaha wingko
babat bernama Christine dan Rudi bisa mendapat kredit, namun amat terbatas karena
hanya sepeda motor mereka saja yang bisa dijadikan agunan. (sumber BBC News
Indonesia)
3. Sejumlah pengusaha mikro bahkan memerlukan kredit untuk modal kerja sehari-hari,
seperti Junaedi pengusaha tas kulit UD Juli di Medan. Pada saat mengerjakan pesanan
500 tas laptop dari pesanan DPR RI, Junaedi memerlukan modal karena sistemnya
adalah dia mendapat bayaran setengah dari nilai total pesanan di depan, sedangkan
sisanya setelah pekerjaan selesai. Biasanya uang muka yang diberikan pemesan tidak
cukup untuk menjadi modal kerja dan biaya kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi
hal tersebut, Junaedi memilih untuk meminjam uang ke rentenir saja, karena
prosesnya cepat bahkan tak sampai setengah jam uang sudah cair. Sementara kalau ke
bank, sampai kapan pun tidak akan dapat. Cepat tapi dengan bunga tinggi. Kalau bank
biasanya menawarkan kredit modal dengan bunga sekitar 1% hingga 2% per bulan,
maka para rentenir (menurut pengalaman junaedi) menerapkan bunga sampai 20% per
bulan. (sumber BBC News Indonesia)
Dari beberapa contoh kasus diatas, dapat kita ketahui bahwa permasalahan modal bagi pelaku
UMKM benar-benar serius. Banyak diantara mereka yang tidak bisa berkembang, padahal
jalannya sudah terbuka tetapi modal untuk masuk ke pasar yang lebih luas tidak ada.
Peminjaman modal pada bank pun tidak bisa diandalkan karena para pelaku UMKM biasanya
tidak memiliki jaminan kredit yang memadai. Ditambah waktu yang dibutuhkan untuk
pencairan uang relatif lama. Mereka lebih memilih meminjam dana pada rentenir meskipun
tahu kalau bunganya lebih besar daripada bank. Dengan kata lain, meskipun mendapat
keutungan besar dari penjualan, tetap saja keutungan besrsih yang didapatkan UMKM hanya
sedikit, karena harus membayar hutang beserta bunganya. Belum lagi kalau menunggak.
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi merupakan satuan kerja Kementerian
Koperasi dan UKM yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir untuk
disalurkan dalam bentuk Pinjaman/Pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung
jawab kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM. Pengertian Dana Bergulir adalah dana
yang dialokasikan oleh Kementerian Negara/ Lembaga/ Satuan Kerja Badan Layanan Umum
untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan
usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/ Lembaga.
LPDB menyediakan bantuan dana dengan bunga yang cukup rendah dibandingkan lembaga
keuangan komersial atau memberikan pinjaman tanpa disertai agunan (untuk pembiayaan
kelompok). LPDB dapat meringankan masyarakat di bidang UMKM yang selama ini
mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan komersial dengan bungan yang cukup tinggi.
Piutang LPDB-KUMKM termasuk lingkup Piutang Negara. Oleh karena itu, terhadap
Piutang LPDB-KUMKM yang tidak dapat ditagih, LPDB-KUMKM akan melakukan
pembinaan terlebih dahulu dan selanjutnya apabila tetap tidak dapat ditagih, maka akan
dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) c.q Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara c.q Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, untuk dapat
dilakukan proses lebih lanjut.
Berikut adalah contoh dokumen yang harus diisi ketika hendak melakukan peminjaman dana
kepada LPDB-KUMKM
Contoh Kasus 1 :
Adapun kriteria utama koperasi penerima pinjaman atau pembiayaan dana bergulir
diantaranya adalah berbadan hukum koperasi, memiliki sertifikat Nomor Induk Koperasi
(NIK), status kantor yang jelas baik dari sisi kepemilikan atau sewa.
Kemudian untuk usaha produktif, untuk mitra eksisting dilihat dari sisi kinerja pengembalian
harus kategori lancar dan tidak ada tunggakan dari pinjaman atau pembiayaan sebelumnya.
Selain melalui website atau media sosial, informasi terkait persyaratan, dan teknis pengajuan
pinjaman atau pembiayaan bisa memanfaatkkan layanan Satuan Wilayah (Satwil) dari LPDB-
KUMKM yang tersedia di Provinsi Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan.
Salah satu contoh mitra LPDB-KUMKM yakni Koperasi Karyawan Minyak Caltex (KKMC)
di Pekanbaru, Provinsi Riau, yang mendapat penyaluran dana bergulir dengan pola syariah
sebesar Rp60 miliar yang digunakan untuk modal kerja dan investasi. Keberhasilan KKMC
mendapatkan pembiayaan dana bergulir ini karena koperasi dikelola secara profesional dan
memenuhi seluruh persyaratan yang diberikan oleh LPDB-KUMKM.
Contoh Kasus 2 :
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-
KUMKM), menyalurkan pembiayaan dana bergulir kepada Koperasi Kredit (Kopdit) Obor
Mas, Nusa Tenggara Timur (NTT) .
Sementara pada tahun 2020, LPDB-KUMKM sukses menyalurkan dana bergulir hingga Rp
2,6 triliun. Per 3 Juni 2021, LPDB KUMKM telah menyalurkan dana bergulir sebesar Rp
835,1 miliar. Di NTT sendiri, sepanjang 2008-2021, LPDB-KUMKM telah melakukan
pencairan dana bergulir hingga Rp 585,2 miliar, kepada 28 mitra koperasi dan 955 UMKM.
Kali ini, penyaluran dana bergulir diberikan melalui Kopdit Obor Mas, kepada tiga mitra
UMKM binaannya. Diantaranya ada Theresia Jaiman dengan jenis usaha tenun ikat
Manggarai meraih plafon pinjaman sebesar Rp 10 juta. Kemudian ada Gedifridus Sisparjo,
dengan jenis usaha tenun ikat manggarai, tas dan dompet, dengan plafon pinjaman sebesar Rp
5 juta. Dan yang terakhir ada Martina Enim Rotok, jenis usahanya adalah pot bunga motif
tenun manggarai, dengan plafon pinjaman sebesar Rp 100 juta.
Untuk Kopdit Obor Mas sendiri berhasil mendapatkan dana bergulir sebesar Rp 150 miliar.
Kemudian dana yang didapatkan ini akan dimanfaatkan untuk membantu pendanaan pada
sektor pariwisata, bahan tenun, dan sektor pertanian. Intinya sektor yang produktif bukan
konsumtif.
Melansir dari laman Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) bantuan langsung
tunai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (BLT UMKM) yang akan diberikan kepada pelaku
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah suatu upaya untuk membantu
permodalan usaha yang terimbas dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Perlu diketahui, BLT UMKM atau Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) adalah bantuan
dalam bentuk uang yang diberikan kepada pelaku usaha mikro yang sumbernya dari APBN.
Nantinya BLT UMKM ini akan cair senilai Rp 1,2 juta per penerima yang disalurkan melalui
pemerintah daerah (Pemda).
3.1. Kesimpulan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan
maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Seperti diatur dalam
peraturan perundang-undangan No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM tersebut maka kriteria
UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.
Pada tahun 2021 jumlah UMKM telah mencapai 64,2 juta unit yang tersebar di berbagai sektor.
Tercatat 99,99% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM. Dimana pelaku usaha mikro sebanyak
63,4 unit, pelaku usaha kecil 783,1 ribu unit, dan pelaku usaha menengah 60,7 ribu unit. Dengan
jumlah UMKM yang terus bertumbuh, maka tak heran apabila UMKM menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun demikian, ternyata ada permasalahan mendasar yang dirasakan oleh para pelaku UMKM,
yakni permasalahan dalam permodalan. Padahal modal merupakan hal mendasar dalam sebuah usaha.
Banyak diantara para pelaku UMKM yang terhambat perkembangannya untuk memperluas pasar
karena masalah ini. Melakukan peminjaman dana pada bank konvesional pun ternyata tidak mudah
dilakukan oleh para pelaku UMKM. Keterbatasan dalam jaminan, membuat permintaan kredit kerap
kali ditolak oleh bank.
Karena masalah tersebutlah, kemudian pemerintah pun membuat sebuah Lembaga guna membantu
meringankan masalah permodalan yang dirasakan oleh UMKM. LPDB atau Lembaga Pengelola Dana
Bergulir merupakan satuan kerja Kementerian Koperasi dan UKM yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir untuk disalurkan dalam bentuk Pinjaman/Pembiayaan atau
dalam bentuk lainnnya, yang ditujukan untuk Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Lembaga
ini merupakan lembaga non bank, dengan suku bunga 8% untuk sektor simpan pinjam, suku bunga
8% untuk sektor riil dan suku bunga 40:60 untuk sektor simpan pinjam pembiayaan syariah.
Prosesnya pun relatif lebih cepat, jadi tentu saja lebih memudahkan koperadi dan UMKM dalam
proses peminjamannya.
Jika LPDB-KUMKM adalah bantuan pemerintah berupa peminjaman dana dengan bunga rendah
untuk dijadikan modal usaha, berbeda dengan BLT UMKM yang merupakan bantuan dana secara
langsung dan tunai untuk membantu UMKM. Dana yang dikeluarkan untuk BLT UMKM untuk
masing-masing terdaftar adalah Rp 1,2 juta dan kurun waktunya pun ditentukan, tidak seperti LPDB-
KUMKM yang bisa diajukan kapan saja. Untuk BLT UMKM biasanya dikeluarkan pada waktu-
waktu tertentu, misalnya pada saat covid-19 dan pada saat kenaikan BMM. Intinya bantuan ini
dikeluarkan pada saat UMKM terdampak oleh masalah yang sifatnya nasional.
3.2. Saran
Berdasarkan contoh kasus LPDB yang sebelumnya sudah dijabarkan, UMKM lebih
disarankan untuk menjadi anggota koperasi di masing-masing daerah terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan, jika ada UMKM yang mungkin merasa belum paham untuk mendaftar LPDB
secara langsung, maka koperasi masing-masing daerah saja yang mendaftar untuk
mendapatkan pinjaman. Kemudian, UMKM yang sudah menjadi anggota dapat melakukan
pinjaman langsung ke koperasi masing-masing daerah saja, yang kemungkinan besar
prosesnya jauh lebih mudah, dan tidak memakan waktu terlalu lama. Apalagi untuk UMKM
yang mungkin belum memenuhi persyaratan LPDB, maka cara ini bisa lebih membantu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id
https://www.lpdb.id
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pengelola_Dana_Bergulir
https://smesco.go.id/berita/hari-umkm-momentum-umkm-go-digital
https://interactive.co.id/blog/10-permasalahan-ukm-dan-cara-mudah-untuk-mengatasinya-127.html
https://sukorejo.semarangkota.go.id/umkm
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/upaya-pemerintah-untuk-memajukan-umkm-
indonesia
https://koperasi.kulonprogokab.go.id/detil/64/pengumuman-tentang-tata-cara-penyampaian-proposal-
pinjamanpembiayaan-lpdb-kumkm
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91282
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4864198/lpdb-kumkm-target-penyaluran-dana-bergulir-rp-18-
triliun-di-2022
https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/78996/salurkan-dana-bergulir-ke-3-mitra-ukm-lpdbkumkm-
komit-hadir-di-indonesia-timur
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4527615/penyaluran-dana-bergulir-lpdb-kumkm-kuartal-pertama-
2021-capai-rp-553-miliar
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20221004/12/1584133/perbedaan-bsu-rp600-
ribu-dan-blt-umkm-rp12-juta-syarat-dan-cara-mencairkannya