Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH UMKM DAN WARALABA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis Modern

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Akmaliyah
1.
St. Ma’ani
2.
Dina Aulia
3.
Dimas F.F
4.
Calvin
5.
Kelas : R/C Kelompok B
Prodi : Manajemen
Mata Kuliah : Pengantar Bisnis Modern
2
Daftar Isi

BAB I
1.1 Latar Belakang Masalah 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 4
1.3.1 Tujuan Penelitian 4
1.3.2 Manfaat Penelitian 4

BAB II
2.1 Definisi UMKM 4

2.1.1 Jenis UMKM 5

2.2 Definisi Waralaba 5

2.2.1 Jenis Waralaba 6

2.2.3 Karakteristik Waralaba 7

BAB II
3.1 Kesimpulan 7

3.2 Saran 7

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) punya peranan yang sangat vital dalam
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, tidak hanya di negara berkembang tetapi juyga di
negara maju. UMKM di Indonesia sangat diharapkan dapat terus berperan optimal dalam
penyerapan tenaga kerja untuk menanggulangi angka penggangguran. Menurut data BPS, jumlah
UKM terus meningkat dan tetap mendominasi jumlah perusahaan. Sudah sejak awal era orde
baru hingga sekarang pemerintah Indonesia begitu banyak menjalankan program untuk
mendorong perkembangan UKM. Namun hingga sekarang, dibandingkan UKM negara maju,
UKM di Indonesia masih lemah dalam banyak hal, termasuk masih lebih terpusat pada produksi
berteknologi rendah, seperti makanan, pakaian jadi, mebel, dan kerajinan. Dalam setiap pameran
produk-produk UKM yang diselenggarakan hanya menampilkan produk-produk yang itu-itu
saja, atau kurangnya inovasi untuk menciptakan atau menjual produk yang bernilai lebih. 
Disisi lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya
modal kerja, sumber daya manusia (SDM) yang rendah, serta minimnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan
prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini
terjadi karena UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, yang ditandai
dengan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih sederhana, kurang memiliki
akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
Berkaitan dengan peran strategis UMKM dalam perekonomian di Indonesia dan berbagai
kendala yang dihadapi oleh UMKM, maka pemerintah berupaya untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan UMKM melalui pengembangan pola kemitraan. Salah satu bentuk pola
kemitraan yang dipandang potensial untuk meningkatkan kemajuan UMKM adalah waralaba
(Pasal 27 UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 26 UU No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Pola kemitraan ini juga diatur dalam PP No. 44 Tahun 1997
tentang Kemitraan.
Bisnis waralaba ini didasarkan atas suatu perjanjian kerjasama antara franchisee dengan
franchisor. Perjanjian ini merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak
dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu melanggar isi perjanjian, maka pihak
yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku. Meski
demikian, walaupun terdapat perjanjian namun seringkali masih terjadi konflik antara franchisee
dengan franchisor, karena hal-hal yang sudah diperjanjikan secara bersama ternyata tidak
dipenuhi oleh salah satu pihak. Misalnya, franchisor tidak memberikan training seperti yang
dijanjikan, franchisor menolak untuk memperbarui perjanjian dan kemudian mendistribusikan
sendiri produknya di wilayah franchisee, franchisee tidak memenuhi kewajiban membayar
royalti tepat waktu dan tidak memenuhi SOP yang dapat mengakibatkan rusaknya standar yang
telah ditetapkan oleh franchisor.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimana cara kerja bisnis Waralaba?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penlitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan peranan UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia
2. Menjelaskan cara kerja bisnis Waralaba

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua harapan
tersebut adalah:
1. Manfaat Teoritis S
Secara teoritis dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat ilmu bagi
seseorangan yang ingin mengetahui tentang UMKM dan bisnis Waralaba, dan juga di harapkan
dapat menjadi referensi bagi penelitian lain kedepannya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini memberikan informasi dan referensi khususnya bagi orang
yang tertarik ingin membuka bisnis UMKM ataupun bisnis Waralaba, dengan adanya hasil
penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi dasar bagi para pelaku usaha.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi UMKM

Pemerintah sendiri telah menetapkan pengertian UMKM dan kriterianya, beserta contoh


UMKM. Arti UMKM tersebut tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.UMKM artinya sebagai bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga,
atau badan usaha ukuran kecil. Penggolongan UMKM lazimnya dilakukan dengan batasan omzet
per tahun, jumlah kekayaan atau aset, serta jumlah karyawan.
Sedangkan usaha yang tak masuk sebagai UMKM dikategorikan sebagai usaha besar,
yakni usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional
milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.
Di Tanah Air, UMKM memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian negara. Ini
karena sektor UMKM adalah penyumbang PDB terbesar, paling banyak menyerap lapangan

5
kerja, serta relatif tahan terhadap krisis keuangan. Sebagai contoh, Indonesia pernah diterpa
krisis ekonomi hebat pada tahun 1998 yang membuat perusahaan-perusahaan besar tumbang.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Namun saat krisis
ekonomi tersebut, sektor UMKM banyak yang tetap bertahan. Aktivitas roda ekonomi dari
UMKM di Indonesia justru menjadi penyelamat negara yang sedang berada dalam kondisi
terpuruk.

2.1.1 Jenis UMKM


1. Usaha mikro
Usaha mikro UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.
Baca juga: Apa Itu Restrukturisasi dan Restrukturisasi Kredit? Penjualan atau omzet dari usaha
mikro dalam setahun paling banyak Rp 300 juta dan jumlah aset bisnisnya maksimal Rp 50 juta
(di luar aset tanah dan bangunan). Tak jarang dalam pengelolaan, keuangan usaha mikro masih
tercampur dengan keuangan pribadi pemiliknya. Contoh UMKM mikro adalah pedagang kecil di
pasar, usaha pangkas rambut, pedangan asongan, dan sebagainya.
2. Usaha kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yang dimaksud dalam
UU tersebut. Arti UMKM kategori usaha kecil yakni memiliki kekayaan bersih antara Rp 50 juta
sampai dengan Rp 500 juta, lalu penjualan per tahun antara Rp 300 juta sampai Rp 2,5 miliar.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Giro, Cek, dan Bilyet Giro Pengelolaan keuangan usaha kecil juga
sudah lebih profesional ketimbang usaha mikro. Contoh UMKM kecil adalah usaha binatu,
restoran kecil, bengkel motor, katering, usaha fotocopy, dan sebagainya.
3. Usaha menengah
Sementara usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Kekayaan bersih usaha menengah di
luar tanah dan bangunan sudah mencapai di atas Rp 500 juta per tahun (apa itu UMKM). Usaha
menengah atau menengah UMKM adalah juga memiliki kriteria omzet penjualan sebesar lebih
dari Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar per tahun. Selain pengelolaan keuangan yang sudah
terpisah, usaha menengah juga sudah memiliki legalitas. Contoh UMKM menengah adalah
perusahaan pembuat roti, restoran skala besar, hingga toko bangunan.

2.2 Definisi Waralaba

Waralaba berarti hak atau kebebasan. Dalam arti luas, itu didefinisikan sebagai hak antara
pemilik merek suatu produk dan pengguna merek. Dalam bahasa yang lebih umum, waralaba
juga dapat diartikan sebagai usaha kemitraan. Hak ini berupa kebebasan menggunakan merek,
produknya, hingga sistem operasionalnya untuk jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, antara
pemilik merek dan pengguna merek ada hubungan bisnis tertentu. Dalam waralaba, franchisor
sering disebut sebagai franchisor. Sedangkan sekutu yang menerima waralaba disebut franchisee.

6
Agar hak dan kewajiban antara pemilik merek atau produk dan pengguna merek atau
produk dapat diketahui dengan baik, maka perlu dibuat perjanjian waralaba. Sebelum
menjelaskan lebih lanjut hal-hal apa saja yang perlu ditulis dalam perjanjian waralaba, terlebih
dahulu saya akan menjelaskan tentang syarat-syarat hukum suatu perjanjian.

Syarat-Syarat Perjanjian Yang Sah :


1. Ada kesepakatan
2. Masing-masing pihak memiliki kompetensi untuk membuat kesepakatan
3. Hal-hal yang dibicarakan dalam perjanjian harus jelas
4. Tidak boleh bertentangan dengan hukum dan  norma
5. Dalam perjanjian waralaba sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
6. Nama dan alamat franchisor dan franchisee. Dalam hal ini, nama dan alamat lengkap harus
ditulis.
7. Hak kekayaan intelektual. Hak kekayaan intelektual apa yang diberikan franchisor kepada
franchisee. Hak kekayaan intelektual meliputi: merek, desain, logo, bumbu, sistem
manajemen, desain outlet, dan sebagainya.
8. Harga kemitraan yang ditawarkan oleh franchisor kepada franchisee. Selain itu, pemberian
royalti kepada franchisor kepada franchisee, lengkap dengan prosedurnya.
9. Aktivitas bisnis. Bisnis franchise apa yang dijalankan? Apakah itu pelayanan, kuliner,
pendidikan atau lainnya.
10. Fasilitas yang disediakan. Bisa dalam bentuk pembinaan, pelatihan, perawatan peralatan, dan
sebagainya.
11. Daerah bisnis. Apakah hanya diperbolehkan di Jawa, misalnya. Atau bisa diperluas ke luar
Jawa.
12. Periode kerjasama. Termasuk tata cara perpanjangan usaha, sampai dengan pemutusan
perjanjian usaha.

2.2.1 Jenis Waralaba

1. Produk yang Ditawarkan dan Asal Waralaba. Biasanya jenis waralaba ini memiliki sistem
operasional yang jelas, dan dari merek perusahaan yang banyak dikenal dan diterima di
seluruh dunia. Biasanya jenis waralaba ini masuk dalam kategori pilihan investasi untuk
orang yang ingin menjadi pengusaha dengan cepat tetapi tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang awal dan pemilik usaha waralaba.
2. Waralaba produk, yaitu suatu bentuk waralaba dimana penerima waralaba hanya bertindak
mendistribusikan saja produk dari mitranya dengan perusahaan. Misalnya : penjual bahan
bakar Shell atau British Petroleum.
3. Processing franchise or manufacturing franchise, yaitu suatu bentuk waralaba di mana
franchisor memiliki hanya peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi.
Misalnya : minuman Coca Cola atau Fanta.
4. Format bisnis atau waralaba sistem, yaitu suatu bentuk waralaba di mana pemilik waralaba
sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada
konsumen.

7
2.2.2 Karakteristik Waralaba

1. Miliki catatan keuangan


Dengan memiliki catatan keuangan yang rapi, akan mudah untuk mengetahui perkembangan
bisnis yang dijalankan dari waktu ke waktu.
2. Miliki SOP (Standar Operasional Prosedur) yang jelas.
Tetapkan SOP sebagai pedoman dan semua keinginan karyawan dalam menjalankan fungsi
masing-masing. Dengan SOP yang jelas, bisnis yang dijalankan akan memiliki standar kualitas
yang sama antara waralaba yang dijalankan dengan waralaba lainnya dari standar produk hingga
kualitas layanannya.
3. Miliki kesinambungan antar franchise.
Hal tersebut dilakukan karena walaupun bisnis dijalankan oleh pemilik dan badan usaha yang
berbeda-beda, namun konsumen tetap melihat merek yang sama. Oleh karenanya, penting untuk
memiliki standar kualitas produk dan layanan, bahan produksi, peralatan dapur, seragam
karyawan, dan hal-hal lainnya yang tidak dari franchise lainnya dengan merek yang sama.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa umkm memiliki peranan
sangat penting dalam perekonomian negara. Ini karena sektor UMKM adalah penyumbang PDB
terbesar, paling banyak menyerap lapangan kerja, serta relatif tahan terhadap krisis keuangan.
UMKM juga menganut pola kemitraan bagi para pelakunya, salah satu bentuk pola kemitraan
yang dipandang potensial untuk meningkatkan kemajuan UMKM adalah waralaba.
Bisnis waralaba ini didasarkan atas suatu perjanjian kerjasama antara franchisee dengan
franchisor. Perjanjian ini merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak
dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Jika salah satu melanggar isi perjanjian, maka pihak
yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai dengan hukum yang berlaku.

3.2 Saran
Dari hasil penelitian di atas maka peneliti mempunyai beberapa saran bagi para calon
pelaku UMKM. Menurut peneliti, jika seseorangan ingin memulai bisnis UMKM nya maka ia
harus bisa memilih ingin memulai usaha mandiri dengan resiko lebih tinggi namun dapat meraup
keuntungan pun juga lebih tinggi, atau dapat melakukan bisnis kemitraan atau waralaba yang
relayiff resikonya lebih kecil dan struktur bisnis nya lebih terarah karena kita bermitra dengan
pelaku usaha yang lebih dulu memulai usahanya dan lebih berpengalaman.

8
Daftar Pustaka

Pasal 27 UU No. 9 Tahun 1995


Pasal 26 UU No. 20 Tahun 2008
PP No. 44 Tahun 1997

Alma, Buchari. 2016. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta

http://lib.kemenperin.go.id/neo/detail.php?id=217637

Anda mungkin juga menyukai