Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN KOPERASI DAN USAHA KECIL

MEMBANGUN USAHA KECIL SERTA PENGEMBANGANNYA

Dosen Pengampu : Nur Zahrotul Laili,SE., MM

Oleh:
Putri Adi Rahmawati 200501110031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah


memberikan limpah ramat hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Manajemen Koperasi Dan Usaha Kecil dengan baik dan lancar.

Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari keluarga dan
teman- teman yang lain. Dengan ini, penyusun menyatakan terimakasih banyak kepada
yang terhormat:

1. Keluarga kelompok kami yang selalu memberikan semangat agar makalah ini
selesai.
2. UIN Maulana Malik Irahim Malang, khususnya Ibu Dosen Nur Zahrotul Laili,SE.,
MM selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Koperasi Dan Usaha Kecil
yang telah memberi tanggungan tugas kepada penulis hingga bisa mengasah
kemampuan dan menyusun makalah.
Demikian makalah ini disusun, kiranya laporan ini bisa berguna bagi pembaca
dan penulis dan memberikan sumbangan bagi semua pihak.

Malang, 18 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I ....................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 3

BAB II ..................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil ......................................................................................... 4

2.2 Keunggulan Dan Peluang Pengembangan Usaha Mikro Kecil ...................................... 5

2.3 Kelemahan Dan Hambatan Dalam Usaha Kecil ............................................................. 6

2.4 Tahapan Pengembangan Usaha Kecil .............................................................................. 8

BAB III .................................................................................................................................... 10

PENUTUP .............................................................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10

3.2 Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

RESUME JURNAL .............................................................................................................. 12

JURNAL ASLI ...................................................................................................................... 13

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia merupakan
bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam
kondisi krisis ekonomi, ternyata UMKM mampu bertahan terhadap goncangan krisis.
Selain itu, munculnya usaha-usaha kecil menengah mampu mengurangi masalah
kesenjangan antar golongan pendapatan dan antar pelaku usaha, ataupun pengentasan
kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Kemampuan penyerapan tenaga kerja yang
besar ini akan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Lebih dari itu,
pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi dan memberikan kontribusi
dalam peningkatan perekonomian daerah dan ketahanan nasional.
Pemerintah menggalakkan potensi bisnis yang dapat di kembangkan melalui
sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Peran dan kegiatan usaha sektor ini
semakin nampak khususnya sejak era krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1997.
Ditengah proses restrukturisasi sektor korporat dan BUMN yang berlangsung
lamban, sektor ini telah menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dan
mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi dan fakta
tersebut sejalan dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan (Demirbag,E,M & S,
2006) yang menyimpulkan bahwa keberhasilan usaha kecil dan menengah memiliki
dampak langsung terhadap pembangunan ekonomi baik pada negara maju maupun
berkembang. Usaha kecil dan menengah memiliki kemampuan untuk menciptakan
lapangan kerja dengan biaya minimum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari usaha mikro kecil?
2. Apa keunggulan dan peluang pengembangan dari usaha kecil?
3. Apa saja kelemahan dan hambatan dalam usaha kecil?
4. Bagaimana tahapan pengembangan usaha kecil?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari usaha mikro kecil.
2. Untuk mengetahui keunggulan dan peluang pengembangan dari usaha kecil.
3. Untuk mengetahui kelemahan dan hambatan dalam usaha kecil.
4. Untuk mengetahui tahapan pengembangan usaha kecil.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil


Usaha Kecil menurut Undang-Undang No,.9 tahun 1995 adalah usaha
produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling
banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit
dari bank maksimal di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Yang dimaksud dengan Usaha
Menengah menurut Inpres No. 5 Tahun 1998, adalah usaha yang bersifat
produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari
Rp.200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar
Rp.10.000.000.000.,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usahaserta dapat menerima kredit daari bank sebesar
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah).
Kriteria lain, jenis usaha dilihat dari jumlah karyawan (tenaga kerja) yang
dipekerjakankan menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah sebagai berikut: suatu
usaha yang mempekerjakan tidak lebih dari 4 (empat) orang merupakan usaha
rumah tangga atau usaha mikro, jika mempekerjakan antara 5 (lima) orang sampai
dengan 19 (sembilan belasorang) adalah usaha kecil, jika mempekerjakan antara
20 (dua puluh) orang sampai 99 orang karyawan adalah usaha menengah, dan
yang mempekerjakan karyawan 100 orang atau lebih merupakan perusahaan
besar.
Di dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008, usaha kecil di definisikan
sebagai usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha menengah atau Usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana di maksud dalam undang-undang ini.

4
2.2 Keunggulan dan Peluang Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah memiliki beberapa keunggulan
komparatif terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain: Dilihat dari sisi
permodalan, pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha yang relatif
kecil dibanding usaha besar. Disamping itu juga teknologi yang digunakan tidak
perlu teknologi tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibanding usaha
besar.
Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung
kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival motive tinggi tentu akan
lebih berhasil dibandingkan seseorang yang motivasinya tidak setinggi itu. Selain
itu adanya ikatan emosional yang kuat dengan usahanya akan menambah
kekuataan para pengusaha kecil dalam persaingan (Departemen Koperasi, 1995).
Memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan pola
permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan
usaha besar yang umumnya menghasilkan produk masa (produk standar),
peerusahaan kecil produknya bervariasi sehingga akan mudah menyesuaikan
terhadap keinginan konsumen. Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk
melayani permintaaan yang sangat spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan
skala besar tidak efisien (tidak menguntungkan). Merupakan tipe usaha yang
cocok untuk proyek perintisan. Sebagian usaha besar yang ada saat ini merupakan
usaha sekala kecil yang telah berkembang, dan untuk membuka usaha skala besar
juga kadangkala diawali dengan usaha sekala kecil. Hal ini ditujukan untuk
menghindari risiko kerugian yang terlalu besar akibat kegagalan jika usaha yang
dijalankan langsung besar, sebab untuk memulai usaha dengan skala besar sudah
barang tentu diperlukan modal awal yang besar juga.
Periode waktu sejak memulai sampai dengan produksi relatif lebih cepat
dibanding perusahaan besar sehingga otomatis lebih cepat menghasilkan. Akan
tetapi karena modal yang ditanamkannya juga kecil, maka hasil yang diperoleh
juga mungkin tidak besar. Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada
para pengusaha di dalam negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri.
Dengan dibukanya perdagangan bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke
suatu negara menjadi tidak ada lagi. Dengan perkataan lain pergerakan barang
dari suatu negara ke negara lain menjadi mudah tanpa adanya penghabat.
Disamping itu dengan adanya depresiasi rupiah, maka perdagangan luar negeri
5
(ekspor) menjadi lebih terbuka dengan memanfaatkan persaingan harga.
Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada para pengusaha di
dalam negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri. Dengan dibukanya
perdagangan bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke suatu negara
menjadi tidak ada lagi. Dengan perkataan lain pergerakan barang dari suatu
negara ke negara lain menjadi mudah tanpa adanya penghabat. Disamping itu
dengan adanya depresiasi rupiah, maka perdagangan luar negeri (ekspor) menjadi
lebih terbuka dengan memanfaatkan persaingan harga.

2.3 Kelemahan Dan Hambatan Dalam Usaha Kecil


Sebagai pelaku ekonomi UKM masih menghadapi kendala struktural
kondisional secara internal, separti struktur permodalan yang relatif lemah dan
juga dalam mengakses ke sumber-sumber permodalan yang seringkali terbentur
masalah kendala (collateral) sebagai salah satu syarat perolehan kredit
(Alimarwan Hanan, 2003). Berikut adalah beberapa hambatan dari usaha kecil:
 Keterampilan teknis rendah, dan teknologi produksi sederhana.
 Pekerja pada umumnya adalah keluarga.
 Dalam manajemen tidak ada spesialisasi, bahkan seringkali pemilik
menangani sendiri.
 Lemah dalam administrasi keuangan.
 Banyak biaya diluar pengendalian.
 Kesulitan memperoleh ijin usaha.
 Belum adanya/kurangnya perlindungan terhadap usaha kecil.
 Kesulitan memperoleh kredit.
 Menurunnya investasi dan perdagangan ke Indonesia.
Sedangkan kelemahan dari usaha kecil itu memiliki dua aspek, yaitu:
1. Aspek Kelemahan Struktural
Kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya kelemahan dalam bidang
manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan
dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan,
tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor
struktural yang satu saling terkait dengan faktor yang lain kemudian
membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung pangkal dan

6
membuat usaha kecil terdominasi dan rentan.
Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol
adalah kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan pada
kekuatan pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-
sumber bahan baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka pengusaha
kecil memiliki ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus penguasa
bahan baku. Akibat dan ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk
yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa
pasar dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni.
Dengan kondisi ini, maka batas keuntungan pengusaha kecil ditentukan
oleh batas harga jual produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah
repatriasi keuntungan yang mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya
tetap kecil. Kondisi tersebut mengakibatkan ketengantungan pengusaha kecil
yang menjadi buruh pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan
oleh batas keuntungan dari pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan
penguasa sumber-sumber bahan baku.
2. Aspek kelemahan Kultural
Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai
persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan
baku, seperti:
 Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
 Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan
mudah didapat.
 Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar
dalam menjalin hubungan kemitraan.
 Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain,
kualitas, maupun kemasannya.
 Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan
yang terjangkau.

7
2.4 Tahapan Pengembangan Usaha Kecil
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen
modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan
eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu -
kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan
internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dandinamis, perusahaan
harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber
daya internal secara superior (internal resource-basedstrategy) untuk menciptakan
kompetensi inti (core competency).
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori
dynamic strategy maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus
diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil. Menurut teori resources-based
strategy, agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, maka
perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak
transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi daya saing
jangka panjang (futuristik) yang kuat dan melebihi tuntutan masa kini di pasar
dan dalam situasi eksternal yang bergejolak.
Agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha khusus yang
diarahkan untuk survival, consolidation, control, planning, danexpectation. Dalam
tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu mengubah pemilik sebagai
pengusaha (owners as businessman) yang merekrut tenaga dan diberi wewenang
secara jelas. Perubahan yang dilakukan, yaitu: bidang pemasaran harus mengubah
getting customer menjadi improvecompetitive situation, bidang keuangan tahap
cash flow berubah menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and
control cost, dan bidang pendanaan usaha kecil harus sudah ventura capital.
Beberapa tahapan agar usaha mikro kecil dapat berkembang dengan baik
yaitu:
 Tahap Penemuan ide
Pada tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide
tersebut kemudian dirumuskan dan di identifikasi. Misalnya peluang
bisnis apa saja yang paling memberikan keuntungan, yaitu: bisnisindustri,
perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lainnya yang
dianggap paling layak.
 Memformulasikan Tujuan
8
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi
bisnis yang hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut di identifikasi
ataukah tidak dan apakah misinya untuk menciptakan barang dan jasa
yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng.
 Tahap Analisis
Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah
bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan
seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan
mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan
(go) atau tidak dilaksanakan (no go).
 Tahap Keputusan
Langkah berikutnya adalah tahap mengambil keputusan apakah bisnis
layak dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi
yang mengandung risiko, maka keputusan bisnis biasanya berdasarkan
beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back Period (PBP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya.
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang
harusdilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah suatu
cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha,
operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin
diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau
berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan
usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah.
Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp
500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai
paling banyak Rp 2,5.000.000.000,-.

3.2 Saran
Menurut pendapat penulis dalam melakukan usaha kecil, pemilik usaha harus
mengetahui beberapa langkah dalam mengembangkan usahanya agar usaha yang
dibangun sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga kita sebagai mahasiswa juga
perlu mengetahuinya karena sebagai bekal untuk lulus nanti jika kita ingin membuat
usaha dan kita bisa mengembangkannya dengan memakai ilmu yang sudah kita pelajari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arnawa, Gede. “Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan Koperasi.” Vol.1, No. 1.


(2014): 2.
Hendra. 2021. Manajemen Koperasi. (Yayasan Kita Menulis).
Mulyana, Asep. “Pengembangan Koperasi Kota Bandung Melalui Pemetaan Pelaku Usaha
Koperasi Dan Usaha Unggulannya.” Vol. 1, No. 3. (2014): 388.
Respatiningsih, Hesti. “Manajemen Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(Umkm).” Jurnal Manajemen Dan Bisnis No. 1. (2011): 31.
Simajuntak, Mariana. 2021. Manajemen Umkm Dan Koperasi. (Yayasan Kita Menulis).
Suryani, Dewi. 2021. Manajemen Usaha Kecil Dan Menengah. (Yayasan Kita
Menulis).

11
RESUME JURNAL

Strategi pengembangan UKM sektor Industri Pengolahan dapat digunakan


sebagai upaya untuk mewujudkan agar UKM menjadi kegiatan ekonomi yang memiliki
nilai tambah dan berdaya saing tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan komparatif
melainkan keunggulan kompetitif,sehingga UKM dapat berkiprah di pasar domestik dan
pasar internasional. Rumusan strategi pengembangan UKM didasarkan pada 2 (dua)
pendekatan, yaitu strategi berdasarkan analisis diagram kartesius SWOT dan kombinasi
strategi matrik SWOT. Pertama, berdasarkan diagram kartesius SWOT diperoleh hasil
bahwa UKM berada pada kuadran IV dengan strategi diversifikasi. Implementasi
strategi diversifikasi ini caranya adalah UKM melakukan diversifikasi produk-produk
presisi dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan CAM untuk spare part mesin-
mesin industri besar dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk -produk
impor. Kedua, berdasarkan analisis kombinasi strategi kuantitatif diperoleh hasil bahwa
prioritas strategi yang sebaiknya diterapkan oleh UKM adalah strategi ST, yaitu strategi
strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat).
Implementasi strategi ini adalah dengan meningkatkan kualitas produk melalui
peningkatan kualitas proses dan membina kerjasama yang intensif dengan para supplier
untuk memperoleh pasokan bahan baku yang secara kuantitas dan kualitas sangat
memadai bagi UKM.

12
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH
SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Arief Rahmana1, Yani Iriani2, dan Rienna Oktarina3


Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyatama

E-mail: arief.rahmana@widyatama.ac.id

ABSTRAK
Paradigma yang mendasari penelitian ini adalah bahwa UKM telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi, yang ditunjukkan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 1.013,5 triliun atau 56,73%. Namun demikian,
dalam pengembangannya menghadapi beberapa masalah di antaranya adalah kurang permodalan, kesulitan dalam
pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM
terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek legalitas lemah, dan rendahnya
kualitas teknologi. Berdasarkan hal ini, diperlukan strategi yang komprehensif agar UKM berkembang lebih cepat,
permasalahan yang dihadapi dapat direduksi, dan memiliki keunggulan kompetitif. Rumusan strategi pengembangan
yang diusulkan adalah menggunakan integrasi pendekatan location quotient (LQ), diamond cluster model, dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM yang mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan adalah
sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai indeks LQ terbesar yaitu 4,277. Selanjutnya strategi pengembangan
UKM adalah strategi ST, yaitu strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat). Dengan
strategi ini, sebaiknya UKM melakukan diversifikasi produk presisi dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan
CAM, meningkatkan kualitas produk, dan membina kerja sama yang intensif dengan para supplier untuk memperoleh
pasokan bahan baku yang memadai.

Kata kunci: UKM, industri pengolahan, location quotient, diamond cluster model, analisis SWOT

ABSTRACT
The paradigm underlying this research is that SME has contribution to economic growth, that is indicated by their
contribution to employment and Gross Domestic Product. SMEs contribute to employment more than 99,7 per cent of
national employment and contribute to more IDR 1,013.5 trillion or 56,73 per cent. Nevertheless, the developing of SME's
facing some problems namely lack of capital, difficulties in marketing, simple organizational structure with unstandard
job description, low of quality management, limited human resource, generally it has no finanacial accounting, low of
legality aspect, and low of technology quality. According to this matter, a comprehensive strategy for developing SME's is
very crusial to develop in order to fasten SME's growth, to eliminate SME's problems, and to make SME's competitive. The
strategy composed based on integration of location quotient, diamond cluster model, and SWOT analysis approach. The
result indicated that SME's which have big potential to develop are manufacturing industry sector, because it has the biggest
value of LQ is about 4,277. Then, strategy for developing SME's is ST strategy, namely using some strength to overcome
some threats. According to this strategy, SME's should carry out product diversification by using CNC, CAD, and CAM
technology, improve quality of product, and cooperate with suppliers to get supply raw material.

Key words: SMEs, manufacturing industry, location quotient, diamond cluster model, SWOT analysis

PENDAHULUAN 1.013,5 triliun atau 56,73%. Besarnya kontribusi ini,


Pengembangan UKM menjadi suatu hal yang menunjukkan bahwa UKM mempunyai kemampuan
krusial mengingat UKM mempunyai peranan yang untuk memperkuat struktur perekonomian
demikian penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional (Prawirokusumo, 2001). Meskipun
sebuah negara termasuk di negara Indonesia secara ekonomi UKM mempunyai kontribusi yang
(Husband and Purnendu, 1999; Tambunan, signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun
2005). Sebagai ilustrasi, UKM di Indonesia telah dalam pengembangnnya menghadapi berbagai
memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga permasalahan. Menurut penelitian Winarni
kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan (2006) dan Situmorang (2008) permasalahan
memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp yang dihadapi UKM, disarikan sebagai berikut:

14
(a) kurang permodalan, (b) kesulitan dalam pemasaran, Dengan adanya strategi pengembangan yang
(c) struktur organisasi sederhana dengan pembagian terintegrasi diharapkan UKM menjadi kegiatan
kerja yang tidak baku, (d) kualitas manajemen ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya
rendah, (e) SDM terbatas dan kualitasnya rendah, saing tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan
(g) kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, komparatif melainkan keunggulan kompetitif.
(h) aspek legalitas lemah, dan (j) rendahnya kualitas Menurut Tambunan (2002) karakteristik UKM
teknologi. Permasalahan ini mengakibatkan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah
lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan sebagai berikut: (a) memiliki kualitas SDM yang
penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi baik, (b) pemanfaatan teknologi yang optimal,
terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin (c) mampu melakukan efisiensi dan meningkatkan
keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi UKM produktivitas, (d) mampu meningkatkan kualitas
tidak memiliki keunggulan kompetitif. produk, (e) memiliki akses promosi yang luas,
Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi (f) memiliki sistem manajemen kualitas yang
dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan terstruktur, (g) sumber daya modal yang memadai,
suatu strateg i pengemba nga n U K M aga r (h) memiliki jaringan bisnis yang luas, dan (i)
perkembangan UKM di Indonesia berjalan dengan memiliki jiwa kewirausahaan.
cepat, permasalahan yang dihadapi UKM dapat
direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang METODE
lebih kompetitif (Hafsah, 2004). Dengan demikian, Penelitian ini menggunakan strategi penelitian
semua permasalahan yang dihadapi UKM sebaiknya studi kasus (case study). Studi kasus ini dilaksanakan
dijadikan input atau bahan pertimbangan dalam di beberapa UKM yang secara spasial berada di
merumuskan strategi pengembangannya agar Kotamadya Bandung, Propinsi Jawa Barat. UKM
strategi tersebut bersifat komprehensif dan dapat yang dipilih menjadi sampel adalah UKM yang sudah
berjalan secara efektif dan efisien. Berbagai penelitian mampu ekspor, subkontraktor Usaha Besar, dan
tentang strategi pengembangan UKM di Indonesia memiliki nilai penjualan yang cenderung meningkat.
telah dilakukan, di antaranya oleh Winarni (2006), Pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus
Hafsah (2004), dan Situmorang (2008). Pada dasarnya 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, dengan
strategi pengembangan UKM yang diusulkan oleh menggunakan multiple source of evidence, yaitu
para peneliti tersebut tidak berbasis keunggulan wawancara, studi arsip dan observasi langsung.
atau potensi lokal (potensi UKM) dan peluang- Wawancara digunakan sebagai sumber data utama.
peluang eksternal, serta strategi pengembangan Para stakeholders yang menjadi responden untuk
yang diusulkan masih didasarkan pada pendekatan pemerolehan data penelitian adalah perwakilan
kualitatif. dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa
Penelitian ini mencoba membuat suatu strategi Barat, pemilik, manajer, dan para karyawan UKM.
pengembangan UKM yang mengintegrasikan Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan
keunggulan atau potensi lokal UKM dengan peluang- strategi pengembangan UKM adalah (1) location
peluang eksternal yang ada. Secara makro, strategi quotient, (2) diamond cluster model, dan (3) Analisis
yang dirumuskan dalam penelitian ini diawali SWOT. Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai
dengan melakukan analisis potensi dan masalah berikut:
terhadap setiap sektor UKM yang ada, sehingga
mampu mengidentifikasi sektor UKM mana yang Location Quotient
lebih berpotensi dan tepat untuk dikembangkan, Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan
kemudian dirumuskan strategi pengembangannya Hood (1998) mengemukakan bahwa metode Location
berdasarkan pada pendekatan kualitatif dan Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi
kuantitatif. Strategi pengembangan UKM didasarkan komoditas unggulan di suatu wilayah. Teknik LQ
pada integrasi tiga metode, yaitu location quotient, merupakan salah satu pendekatan yang umum
diamond cluster model, dan analisis SWOT. Location digunakan dalam model ekonomi basis sebagai
quotient merupakan metode yang akan digunakan langkah awal untuk memahami sektor kegiatan
untuk menginisiasi sektor UKM mana yang menjadi yang menjadi pemacu pertumbuhan. Teknik ini
prioritas untuk dikembangkan. Diamond cluster menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan
model digunakan untuk mengidentifikasi faktor- suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
faktor yang menjadi keunggulan bersaing UKM. kemampuan yang sama pada daerah yang lebih
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk
strategi pengembangan UKM sektor unggulan. menghasilkan koefisien LQ adalah jumlah tenaga

Rahmana: Strategi pengembangan usaha kecil menengah 15


kerja, hasil produksi, atau satuan lain yang bisa Strategi
digunakan sebagai kriteria. Perusahaan
dan Pesaing
Jika memakai nilai produksi sebagai bahan
pertimbangan dalam perhitungan LQ, LQ lebih besar
daripada 1 (LQ > 1), mempunyai arti komoditas
tersebut merupakan sektor basis. LQ lebih kecil Kondisi
Faktor Kondisi
daripada 1 (LQ < 1), mempunyai arti produksi Permintaan

komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan


konsumsi di daerah yang bersangkutan dan
pemenuhannya didatangkan dari daerah lain. LQ Industri
sama dengan 1 (LQ = 1), mempunyai arti produksi Pendukung dan
komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk Terkait

kebutuhan daerah setempat.


Gambar 1. Diamond Cluster Model
Rumus LQ dengan dasar pertimbangan nilai Sumber: Porter, (1990)
PDRB adalah sebagai berikut:
R
Vx teknologi (scientific and technology infrastructure),
R
LQ = V ............................................................. (1) infrastruktur administrasi (administrative
N
Vx infrastructure), dan sumber daya alam (natural
N
V resource). Kedua, kondisi permintaan (demand
condition) yang berkaitan dengan sophisticated and
Di mana: demanding local customer. Semakin maju suatu
VxR = umlah PDRB pada suatu sektor x di daerah masyarakat dan semakin demanding pelanggan
R dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya
VR = jumlah PDRB seluruh sektor di daerah R untuk meningkatkan kualitas produk atau
VxN = jumlah PDRB pada suatu sektor x di daerah melakukan inovasi guna memenuhi keinginan
referensi N pelanggan lokal yang tinggi.
VN = jumlah PDRB seluruh sektor di daerah Ketiga, industri pendukung dan terkait
referensi N (related and supporting industries) untuk efisiensi
dan sinergitas dalam clusters, terutama dalam hal
Diamond Cluster Model transaction cost, sharing teknologi, informasi, dan
keahlian tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh
Porter (1990) mengemukakan bahwa cluster
industri atau perusahaan lainnnya, yaitu untuk
diartikan sebagai "geographic concentrations of
meningkatkan daya saing dan produktivitas.
firms, suppliers, related industries, and specialized
Keempat, strategi perusahaan dan pesaing (context
institutions that occure in a particular field in a
for firm, strategy, and rivalry) yang dapat mendorong
nation, state or city." Definisi yang lain mengenai
perusahaan untuk melakukan peningkatan kualitas
clusters adalah "geographical concentration of
produk dan inovasi. Dengan adanya persaingan yang
industries that gain performance advantages through
sehat dan ketat, perusahaan akan mencari strategi
co-location". Clusters menunjukkan hubungan antara
yang cocok dan berupaya untuk meningkatkan
perusahaan yang juga menyediakan complementary
efisiensi.
service, termasuk jasa konsultan, penyedia jasa
pendidikan dan training, lembaga-lembaga keuangan,
professional associations dan institusi-institusi Analisis SWOT
pemerintah. A n a l i s i s S WO T (S t r en g th, We a kn e ss,
Dari Diamond Cluster Model seperti yang tersaji Opportunities, Threats) biasa digunakan untuk
pada Gambar 1, dapat diidentifikasi terdapat 4 mengevaluasi kesempatan dan tantangan di
(empat) komponen, yaitu: pertama, faktor input lingkungan bisnis maupun pada lingkungan
(input factor) yang merupakan variabel-variabel internal perusahaan (Kuncoro, 2005). Untuk
yang sudah ada dalam cluster industri seperti sumber memudahkan dalam implementasi analisis SWOT
daya manusia (human resource), sumber daya modal diperlukan konstruksi matriks SWOT, dengan
(capital resource), infrastruktur fisik (physical mengkombinasikan faktor kekuatan, kelemahan,
infrastructure), infrastruktur informasi (information peluang, dan ancaman. Matriks SWOT disajikan
infrastructure), infrastruktur ilmu pengetahuan dan pada Tabel 1.

16 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Februari 2012: 14–21


Tabel 1. Matriks Analisis SWOT

STRENGTHS (S) WEAKNESSES(W)


Faktor Internal
(Daftar semua kekuatan (Daftar semua kelemahan
Faktor Eksternal
yang dimiliki) yang dimiliki)
OPPORTUNITIES (S) Strategi SO Strategi WO
(Daftar semua peluang yang dapat (Growth) (Stability)
diidentifikasi)
THREATS (T) Strategi ST Strategi WT
(Daftar semua ancaman yang dapat (Diversification) (Defend)
diidentifikasi)

Sumber: Kuncoro, (2005)

Dari matriks analisis SWOT seperti yang dan restoran, (g) pengangkutan dan komunikasi,
tersaji pada Tabel 1, dapat diidentifikasi terdapat 4 (h) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
(empat) strategi, yaitu: Pertama, strategi SO yang (i) jasa lainnya. Untuk menentukan sektor UKM
merupakan strategi untuk menggunakan semua unggulan dari 9 sektor tersebut digunakan indeks
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan LQ. Perhitungan dan analisis LQ didasarkan dengan
peluang yang ada. Kedua, strategi WO yang membandingkan data PDRB setiap sektor UKM
merupakan strategi mengatasi semua kelemahan dengan akumulasi data PDRB untuk semua sektor
dengan memanfaatkan peluang yang ada. Ketiga, di Kotamadya Bandung. Nilai PDRB yang menjadi
strategi ST yang merupakan strategi menggunakan dasar perhitungan digunakan nilai PDRB atas dasar
semua kekuatan untuk menghindari dari semua harga konstan. Hasil hitungan nilai LQ yang berupa
ancaman. Keempat, strategi WT yang merupakan nilai indeks tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
strategi menekan semua kelemahan dan mencegah hitungan yang tersaji pada Tabel 2, sektor UKM
semua ancaman. yang menjadi unggulan untuk dikembangkan adalah
Dengan menggunakan tiga pendekatan tersebut, sektor industri pengolahan (sebut IKM) dengan
maka tahapan penelitian yang dikembangkan besarnya nilai indeks LQ adalah 4,277. Nilai indeks
adalah sebagai berikut: (a) menginisiasi sektor LQ UKM sektor industri pengolahan merupakan
UKM unggulan yang paling berpotensi untuk nilai terbesar di antara indeks sektor-sektor lainnya.
dikembangkan. Indeks LQ akan dijadikan pedoman Dengan demikian, berdasarkan nilai indeks LQ ini
untuk menginisasi sektor unggulan UKM tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa UKM sektor
(b) mengidentifikasi keunggulan bersaing UKM Industri Pengolahan yang paling memiliki potensi
berdasarkan pendekatan diamond cluster model. untuk terus dikembangkan.
Keunggulan bersaing ini akan mencakup faktor
input, kondisi permintaan, industri pendukung Tabel 2. Indek LQ Sektor UKM
dan terkait, dan strategi perusahaan dan pesaing,
Sektor Indek LQ
(c) mengklasifikasikan keunggulan bersaing UKM
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 1,083
menjadi faktor internal dan eksternal, (d) menentukan Perikanan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength), Pertambangan dan Penggalian
0,000
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Industri Pengolahan
4,277
ancaman (threats), yang selanjutnya disajikan Listrik, Gas dan Air Bersih
0,829
Bangunan
dalam matrik SWOT, (e) merumuskan strategi Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,617
berdasarkan kombinasi dari kekuatan (strength), 0,527
Pengangkutan dan Komunikasi
0,235
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,801
ancaman (threats), dan (f) penetapan prioritas Jasa Lainnya
0,616
strategi pengembangan UKM, dan (g) implementasi
Sumber: Rahmana dkk. (2010)
strategi terpilih.

Identifikasi Keunggulan Bersaing UKM


HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Identifikasi Sektor Unggulan UKM
Rahmana dkk. (2010), keunggulan bersaing UKM
Ada 9 (sembilan) sektor ekonomi UKM yang akan sektor industri pengolahan berdasarkan Diamond
dikembangkan, yaitu: (a) pertanian, peternakan, Cluster Model yang meliputi faktor input, kondisi
kehutanan dan perikanan, (b) pertambangan dan permintaan, industri pendukung dan terkait, dan
penggalian, (c) industri pengolahan, (d) listrik, gas strategi perusahaan dan pesaing. Faktor input
dan air bersih, (e) bangunan, (f) perdagangan, hotel atau kondisi terdiri atas teknologi proses produksi

Rahmana: Strategi pengembangan usaha kecil menengah 17


yang relatif modern, tingkat penjualan yang terus pimpinan dan karyawan UKM dalam hal teknis
meningkat, mengandalkan modal sendiri, dan operasional dan manajerial, setiap keputusan yang
adanya gap kemampuan antara pimpinan dan harus diambil masih bertumpu pada direktur, dan
karyawan. Faktor kondisi permintaan terdiri atas Awareness terhadap kualitas produk dan proses
industri-industri besar sebagai konsumen utama dan belum sepenuhnya dipahami oleh anggota organisasi
permintaan produk presisi, sparepart mesin industri, UKM. Ketiga, faktor-faktor peluang bagi UKM
semakin meningkat. Faktor strategi perusahaan sektor industri pengolahan adalah: beberapa industri
dan pesaing terdiri atas pengembangan sistem besar telah menjadi konsumen utama UKM, adanya
penjaminan kualitas (ISO), pembuatan produk pengakuan yang positif dari industri besar terhadap
presisi berbasis CNC-CAD-CAM, kerja sama dengan kualitas produk yang dibuat UKM, bekerja sama
lembaga pendidikan terkemuka (ITB dan Polman), dengan lembaga pendidikan terkemuka, seperti
dan pelayanan konsumen 24 jam. Sementara itu, ITB dan Politeknik Manufaktur Bandung, dan
faktor industri pendukung dan terkait terdiri atas permintaan produk presisi, sebagai sparepart mesin
subkontraktor industri-industri besar, ketersediaan industri semakin meningkat. Keempat, faktor-faktor
bahan baku, dan outsourching pekerjaan. Keempat yang menjadi ancaman bagi UKM sektor industri
faktor keunggulan bersaing beserta komponen- pengolahan adalah: produk impor lebih berkualitas,
komponennya divisualisasikan pada Gambar 2. ketersediaan baku menurun, konsumen utama akan
Keunggulan bersaing UKM diklasifikasikan beralih ke industri lain jika UKM belum tersertifikasi
menjadi faktor internal yang meliputi faktor ISO, dan diberlakukannya pasar bebas.
kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yang
meliputi faktor peluang, dan ancaman. Pertama, Strategi Pengembangan UKM
faktor kekuatan UKM sektor industri pengolahan Hasil identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan,
adalah: UKM mampu membuat produk yang presisi, peluang, dan ancaman di UKM sektor industri
UKM telah menjadi subkontraktor industri-industri pengolahan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
besar, UKM memiliki alat produksi yang modern, matrik SWOT untuk menentukan alternatif strategi.
seperti mesin CNC, Omzet UKM dari tahun ke Matrik ini menggambarkan bagaimana peluang dan
tahun mengalami peningkatan yang signifikan, ancaman eksternal yang dihadapi oleh UKM sektor
UKM mengandalkan kekuatan modal sendiri, industri pengolahan disesuaikan dengan kekuatan
dan UKM memiliki orientasi dan motivasi untuk dan kelemahan yang dimiliki oleh UKM sektor
sertifikasi sistem manajemen kualitas ISO. Kedua, industri pengolahan. Strategi pengembangan UKM
faktor-faktor kelemahan UKM sektor industri yang didasarkan pada kombinasi antara strength,
pengolahan adalah: UKM belum belum tersertifikasi weakness, opportunity, dan threats.
ISO, terdapat kesenjangan kemampuan antara

Pengembangan sistem
penjaminan kualitas (ISO)
Pembuatan produk presisi
berbasis CNC-CAD-CAM
Kerjasama dengan lembaga
pendidikan terkemuka (ITB dan
Polman)
Pelayanan konsumen 24 jam

Strategi
Perusahaan dan
Pesaing

Teknologi proses produksi


modern (+) Industri-industri besar sebagai
Tingkat penjualan meningkat konsumen utama
Kondisi
(+) Faktor Kondisi Permintaan produk presisi ,
Mengandalkan modal sendiri Permintaan sebagai sparepart mesin
(+) industri , semakin meningkat
Gap kemampuan antara
pimpinan dan karyawan (-)

Industri
Pendukung dan
Terkait
Telah menjadi subcontractor
industri-industri besar
Ketersediaan bahan baku
menurun
Outsourching pekerjaan

Gambar 2. Keunggulan Bersaing UKM Berdasarkan Diamond Cluster Model


Sumber: Rahmana dkk. (2010)

18 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Februari 2012: 14–21


St r at e g i S O a d a l a h st r at eg i u nt u k dirumuskan adalah sebagai berikut: peningkatan
menggunakan semua kekuatan yang dimiliki untuk sistem manajemen kualitas ke arah sertifikasi
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan penjaminan kualitas (ISO), peningkatan kesadaran
hasil kajian, strategi SO yang dirumuskan adalah terhadap pentingnya kualitas produk dan proses,
sebagai berikut: menjaga dan meningkatkan kualitas dan Peningkataan kerja sama dengan supplier bahan
produk, peningkatan sistem manajemen kualitas baku.
ke arah sertifikasi penjaminan kualitas (ISO),
peningkatan kemitraan dengan industri-industri Penetapan Prioritas Strategi Pengembangan
besar, melakukan Research dan Development dalam UKM
rangka pengembangan produk. Strategi WO adalah Pemetakan prioritas strategi pengembangn
strategi untuk mengatasi semua kelemahan dengan UKM Sektor Pengolahan di Propinsi Jawa Barat
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan hasil dilakukan menggunakan analisis terhadap Faktor
kajian, strategi WO yang dirumuskan adalah sebagai Internal dan Eksternal, yaitu Internal Factor Analysis
berikut: peningkatan sistem manajemen kualitas Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis
ke arah sertifikasi penjaminan kualitas (ISO), Summary (EFAS). Tahapan dalam menyusun tabel
peningkatan kompetensi karyawan, peningkatan Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan
tingkat pendidikan karyawan, peningkatan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) adalah
kesadaran terhadap pentingnya kualitas produk dan (a) menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan
proses. dan kelemahan serta peluang dan ancaman UKM,
Strategi ST adalah strategi yang menggunakan (b) memberikan bobot masing-masing faktor dari
semua kekuatan untuk menghindari dari semua skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat
ancaman. Berdasarkan hasil kajian, strategi ST yang penting), di mana semua bobot tersebut jumlahnya
dirumuskan adalah sebagai berikut: meningkatkan tidak melebih skor total 1,00, (c) menghitung rating
kualitas produk, peningkatan sistem manajemen untuk masing-masing faktor dengan memberikan
kualitas ke arah sertifikasi penjaminan kualitas skala mulai dari 1 (di bawah rata-rata) sampai
(ISO), optimalisasi penggunaan teknologi produksi dengan 4 (sangat baik), dan (d) menghitung nilai
CAD, CAM, dan CNC, peningkataan kerja sama skor yang merupakan perkalian antara bobot dan
dengan supplier bahan baku, dan diversifikasi rating. Nilai rating kekuatan dan kelemahan selalu
produk. Strategi WT adalah strategi yang menekan bertolak belakang, begitu juga nilai rating peluang
semua kelemahan dan mencegah semua ancaman dan ancaman. Penentuan nilai bobot dan rating
Berdasarkan hasil kajian, strategi WT yang tersebut didasarkan pendapat pakar UKM dan para

Tabel 3. Matriks Internal Factor Analysis Summary

Faktor-faktor Internal Bobot Rating Nilai Skor


Kekuatan
a. UKM telah menjadi subkontraktor industri-industri besar 0,20 4 0,80
b. UKM mampu membuat produk yang presisi 0,10 4 0,40
c. UKM sektor pengolahan memiliki alat produksi yang modern, seperti mesin CNC 0,025 3 0,075
d. Omzet UKM sektor pengolahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang 0,05 3 0,15
signifikan
e. UKM sektor pengolahan mengandalkan kekuatan modal sendiri (tidak memiliki 0,05 3 0,15
pinjaman ke bank)
f. UKM sektor pengolahan memiliki orientasi dan motivasi untuk sertifikasi sistem 0,20 4 0,80
manajemen kualitas ISO
Sub Total 0,625 2,375
Kelemahan
a. UKM sektor pengolahan belum belum tersertifikasi ISO 0,15 2 0,30
b. Terdapat kesenjangan kemampuan antara pimpinan dan karyawan UKM sektor 0,075 1 0,075
pengolahan dalam hal teknis operasional dan manajerial
c. Setiap keputusan yang harus diambil masih bertumpu pada direktur 0,05 1 0,05
d. Awareness terhadap kualitas produk dan proses belum sepenuhnya dipahami oleh 0,10 1 0,10
anggota organisasi UKM sektor pengolahan
Sub Total 0,375 0,525
Total 1,00 2,90

Rahmana: Strategi pengembangan usaha kecil menengah 19


Tabel 4. Matriks Eksternal Factor Analysis Summary

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Nilai Skor


Peluang
a. Beberapa industri besar telah menjadi konsumen utama UKM sektor pengolahan 0,15 3 0,45
b. Adanya pengakuan yang positif dari industri besar terhadap kualitas produk yang 0,015 4 0,06
dibuat UKM sektor pengolahan
c. Bekerja sama dengan lembaga pendidikan terkemuka, seperti ITB dan Politeknik 0,025 3 0,075
Manufaktur Bandung
d. Permintaan produk presisi, sebagai sparepart mesin industri semakin meningkat 0,075 3 0,225
Sub Total 0,265 0,810
Ancaman
a. Produk impor lebih berkualitas 0,25 1 0,25
b. Ketersediaan bahan baku menurun 0,15 1 0,15
c. Konsumen utama akan beralih ke industri lain jika UKM sektor pengolahan belum 0,25 2 0,50
tersertifikasi ISO
d. Diberlakukannya pasar bebas 0,085 2 0,17
Sub Total 0,735 1,070
Total 1,00 1,880

pimpinan UKM. Hasil pembobotan, rating, dan Peluang


(+0,810)
nilai skor untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Dari tabel 3 diperoleh hasil bahwa nilai skor II. Stability I. Growth
untuk faktor kekuatan adalah 2,375 dan nilai skor
untuk faktor kelemahan adalah 0,525. Sementara itu, (+ ) 1,850
Kelemahan Kekuatan
dari Tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai skor untuk (-0,525) (+2,375)
faktor peluang adalah 0,810 dan nilai skor untuk
(- ) 0,260
faktor ancaman adalah 1,070. Nilai skor kekuatan
ternyata di atas nilai skor kelemahan dengan selisih III. Defend IV. Diversification

nilai (+) 1,850, sedangkan nilai skor peluang ternyata


di bawah nilai skor ancaman dengan selisih nilai (-) Ancaman
(-1,070)
0,260.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor tersebut Gambar 3. Diagram Kartesius SWOT
dan penentuan selisih skor, kemudian digambarkan
dalam diagram SWOT, di mana faktor kekuatan
Tabel 5. Kombinasi Strategi Kuantitatif
dan peluang diberi nilai positif (+), sedangkan
faktor kelemahan dan ancaman diberi nilai (-). IFAS Kekuatan Kelemahan
Diagram SWOT tersebut disajikan pada Gambar EFAS (Strength) - S (Weakness) - W
3. Dari nilai total masing-masing faktor, selain Peluang Strategi SO: Strategi WO:
dapat digambarkan dalam diagram SWOT juga (Opportunity) - O = 2,375 + 0,810 = 0,525 + 0,810
= 3,185 = 1,335
disajikan dalam rumusan matrik SWOT, yang akan
Ancaman Strategi ST: Strategi WT:
menggambarkan nilai skor dari masing-masing (Threat) - T = 2,375 + 1,070 = 0,525 + 1,070
kombinasi strategi seperti yang disajikan pada = 3,445 = 1,595
Tabel 5.
Berdasarkan diagram kartesius SWOT yang
disajikan pada Gambar 3 dihasilkan bahwa UKM dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan
berada pada kuadran IV artinya bahwa strategi CAM. Dengan dipercayanya sebagai subkontraktor
pengembangan UKM adalah strategi ST, yaitu industri-industri besar, membuka kesempatan yang
strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk sangat luas untuk mengembangkan dan memberikan
mengatasi ancaman (threat). Strategi ini dikenal pula penawaran kepada industri besar untuk mengerjakan
dengan istilah strategi diversifikasi (diversification). spare part mesin-mesin industri, dengan kualitas
Jika mengacu pada strategi ini, maka sebaiknya yang tidak kalah bersaing dengan produk impor
UKM melakukan diversifikasi produk presisi karena pada dasarnya UKM tersebut mempunyai

20 Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Februari 2012: 14–21


teknologi yang canggih dalam proses produksinya, prioritas strategi yang sebaiknya diterapkan oleh
didukung pula oleh kemampuan UKM itu sendiri UKM adalah strategi ST, yaitu strategi strategi
membuat produk-produk yang presisi. menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi
Kombinasi strategi, yang disajikan pada Tabel ancaman (threat). Implementasi strategi ini adalah
5, merupakan analisis model kuantitatif perumusan dengan meningkatkan kualitas produk melalui
strategi, yang didasarkan pada jumlah nilai skor pada peningkatan kualitas proses dan membina kerja
masing-masing faktor yang ada pada masing-masing sama yang intensif dengan para supplier untuk
strategi baik itu untuk strategi SO, WO, ST, dan WT. memperoleh pasokan bahan baku yang secara
Berdasarkan Tabel 5 tersebut, maka UKM sebaiknya kuantitas dan kualitas sangat memadai bagi UKM.
memanfaatkan strategi ST karena mempunyai nilai
skor tertinggi jika dibandingkan dengan yang lain DAFTAR PUSTAKA
yaitu sebesar 3,445. Selanjutnya diikuti dengan Anon, 2005. Promoting Small and Medium Enterprises
strategi ST dengan nilai 3,185, WT dengan nilai with a Clustering Approach: A Policy Experience from
1,595, dan WO dengan nilai 1,335. Mendasari pada Indonesia, Journal of Small Business Management,
hasil analisis matrik SWOT dengan analisis model Vol 43 No. 2, pp. 138–154.
kuantitatif untuk mendapatkan perumusan yang Hafsah, M.J., 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil
efektif, yaitu strategi ST yaitu strategi strategi dan Menengah (UKM), Infokop, Nomor 25 Tahun
menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi XX, hal 40–44.
ancaman (threat), maka implementasi strategi ST Hood, 1998. Economic Analysis: A Location Quotient,
adalah (1) meningkatkan kualitas produk melalui Primer, Principal Sun Region Associates, Inc.
peningkatan kualitas proses dengan memanfaatkan Husband, S. and Purnendu, M., 1999. A Conceptual Model
(a) penggunaan teknologi canggih, (b) kemampuan for Quality Inetgrated Management in Small and
Medium Size Enterprise, International Journal of
karyawan UKM dalam membuat produk presisi,
Quality & Reliability Management, Vol. 16 No. 7, pp.
(c) pengembangan program-program quality
699–713.
improvement, seperti program Gugus Kendali Mutu,
Isserman, Andrew, M., 1997. The Location Quotient
dan (d) pengembangan Sistem Manajemen Mutu Approach for Estimating Regional Economic
berbasis ISO, dan (2) membina kerja sama yang Impacts, AIP Journal.
intensif dengan para supplier untuk memperoleh Kuncoro, M., 2005. Strategi: Bagaimana Meraih
pasokan bahan baku yang secara kuantitas dan Keunggulan Kompetitif?, Erlangga, Jakarta.
kualitas sangat memadai. Miller, M.M, and Wright, G.N., 1991. Location Quotient
Basic Tool for Economic Development Analysis,
SIMPULAN Economic Development Riview, 9(2), 65.
Porter, 1990. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan
Strategi pengembangan UKM sektor Industri
Mempertahankan Kinerja Unggul, Binarupa
Pengolahan dapat digunakan sebagai upaya untuk Aksara, Jakarta.
mewujudkan agar UKM menjadi kegiatan ekonomi Prawirokusumo, S., 2001. Ekonomi Rakyat: Konsep,
yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing Kebijakan, dan Strategi, BPPE, Yogyakarta.
tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan komparatif Rahmana, A., dkk. 2010. Strategi UKM Sektor Manufaktur
melainkan keunggulan kompetitif,sehingga UKM Propinsi Jawa Barat dalam Meningkatkan Daya
dapat berkiprah di pasar domestik dan pasar Saing Berdasarkan Diamond Cluster Model,
internasional. Rumusan strategi pengembangan Penelitian yang tidak Dipublikasikan, BPPM,
UKM didasarkan pada 2 (dua) pendekatan, yaitu Universitas Widyatama, Bandung.
strategi berdasarkan analisis diagram kartesius Situmorang, J., 2008. Strategi UMKM dalam Menghadapi
SWOT dan kombinasi strategi matrik SWOT. Iklim Usaha yang Tidak Kondusif, Infokop, Volume
Pertama, berdasarkan diagram kartesius SWOT 16, Hal 88–101.
diperoleh hasil bahwa UKM berada pada kuadran Tambunan, T., 2002. Usaha Kecil dan Menengah
di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Salemba,
IV dengan strategi diversifikasi. Implementasi
Jakarta.
strategi diversifikasi ini caranya adalah UKM
Tambunan, T., 2005. Promoting Small and Medium
melakukan diversifikasi produk-produk presisi
Enterprises with a Clustering Approach: A Policy
dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan Experience from Indonesia, Journal of Small
CAM untuk spare part mesin-mesin industri besar Business Management, Vol 43 No. 2, pp. 138–154.
dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan Winarni, E.S., 2006. Strategi Pengembangan Usaha
produk-produk impor. Kedua, berdasarkan analisis Kecil melalui Peningkatan Aksesibilitas Kredit
kombinasi strategi kuantitatif diperoleh hasil bahwa Perbankan, Infokop Nomor 29, Tahun XXII.

Rahmana: Strategi pengembangan usaha kecil menengah 21

Anda mungkin juga menyukai