Oleh:
Putri Adi Rahmawati 200501110031
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari keluarga dan
teman- teman yang lain. Dengan ini, penyusun menyatakan terimakasih banyak kepada
yang terhormat:
1. Keluarga kelompok kami yang selalu memberikan semangat agar makalah ini
selesai.
2. UIN Maulana Malik Irahim Malang, khususnya Ibu Dosen Nur Zahrotul Laili,SE.,
MM selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Koperasi Dan Usaha Kecil
yang telah memberi tanggungan tugas kepada penulis hingga bisa mengasah
kemampuan dan menyusun makalah.
Demikian makalah ini disusun, kiranya laporan ini bisa berguna bagi pembaca
dan penulis dan memberikan sumbangan bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................................... i
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
PENUTUP .............................................................................................................................. 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari usaha mikro kecil.
2. Untuk mengetahui keunggulan dan peluang pengembangan dari usaha kecil.
3. Untuk mengetahui kelemahan dan hambatan dalam usaha kecil.
4. Untuk mengetahui tahapan pengembangan usaha kecil.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Keunggulan dan Peluang Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah memiliki beberapa keunggulan
komparatif terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain: Dilihat dari sisi
permodalan, pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha yang relatif
kecil dibanding usaha besar. Disamping itu juga teknologi yang digunakan tidak
perlu teknologi tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibanding usaha
besar.
Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung
kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival motive tinggi tentu akan
lebih berhasil dibandingkan seseorang yang motivasinya tidak setinggi itu. Selain
itu adanya ikatan emosional yang kuat dengan usahanya akan menambah
kekuataan para pengusaha kecil dalam persaingan (Departemen Koperasi, 1995).
Memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan pola
permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan
usaha besar yang umumnya menghasilkan produk masa (produk standar),
peerusahaan kecil produknya bervariasi sehingga akan mudah menyesuaikan
terhadap keinginan konsumen. Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk
melayani permintaaan yang sangat spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan
skala besar tidak efisien (tidak menguntungkan). Merupakan tipe usaha yang
cocok untuk proyek perintisan. Sebagian usaha besar yang ada saat ini merupakan
usaha sekala kecil yang telah berkembang, dan untuk membuka usaha skala besar
juga kadangkala diawali dengan usaha sekala kecil. Hal ini ditujukan untuk
menghindari risiko kerugian yang terlalu besar akibat kegagalan jika usaha yang
dijalankan langsung besar, sebab untuk memulai usaha dengan skala besar sudah
barang tentu diperlukan modal awal yang besar juga.
Periode waktu sejak memulai sampai dengan produksi relatif lebih cepat
dibanding perusahaan besar sehingga otomatis lebih cepat menghasilkan. Akan
tetapi karena modal yang ditanamkannya juga kecil, maka hasil yang diperoleh
juga mungkin tidak besar. Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada
para pengusaha di dalam negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri.
Dengan dibukanya perdagangan bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke
suatu negara menjadi tidak ada lagi. Dengan perkataan lain pergerakan barang
dari suatu negara ke negara lain menjadi mudah tanpa adanya penghabat.
Disamping itu dengan adanya depresiasi rupiah, maka perdagangan luar negeri
5
(ekspor) menjadi lebih terbuka dengan memanfaatkan persaingan harga.
Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada para pengusaha di
dalam negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri. Dengan dibukanya
perdagangan bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke suatu negara
menjadi tidak ada lagi. Dengan perkataan lain pergerakan barang dari suatu
negara ke negara lain menjadi mudah tanpa adanya penghabat. Disamping itu
dengan adanya depresiasi rupiah, maka perdagangan luar negeri (ekspor) menjadi
lebih terbuka dengan memanfaatkan persaingan harga.
6
membuat usaha kecil terdominasi dan rentan.
Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol
adalah kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan pada
kekuatan pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-
sumber bahan baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka pengusaha
kecil memiliki ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus penguasa
bahan baku. Akibat dan ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk
yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa
pasar dan pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni.
Dengan kondisi ini, maka batas keuntungan pengusaha kecil ditentukan
oleh batas harga jual produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah
repatriasi keuntungan yang mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya
tetap kecil. Kondisi tersebut mengakibatkan ketengantungan pengusaha kecil
yang menjadi buruh pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan
oleh batas keuntungan dari pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan
penguasa sumber-sumber bahan baku.
2. Aspek kelemahan Kultural
Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai
persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan
baku, seperti:
Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan
mudah didapat.
Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar
dalam menjalin hubungan kemitraan.
Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain,
kualitas, maupun kemasannya.
Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan
yang terjangkau.
7
2.4 Tahapan Pengembangan Usaha Kecil
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen
modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan
eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu -
kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan
internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dandinamis, perusahaan
harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber
daya internal secara superior (internal resource-basedstrategy) untuk menciptakan
kompetensi inti (core competency).
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori
dynamic strategy maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus
diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil. Menurut teori resources-based
strategy, agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, maka
perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak
transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi daya saing
jangka panjang (futuristik) yang kuat dan melebihi tuntutan masa kini di pasar
dan dalam situasi eksternal yang bergejolak.
Agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha khusus yang
diarahkan untuk survival, consolidation, control, planning, danexpectation. Dalam
tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu mengubah pemilik sebagai
pengusaha (owners as businessman) yang merekrut tenaga dan diberi wewenang
secara jelas. Perubahan yang dilakukan, yaitu: bidang pemasaran harus mengubah
getting customer menjadi improvecompetitive situation, bidang keuangan tahap
cash flow berubah menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and
control cost, dan bidang pendanaan usaha kecil harus sudah ventura capital.
Beberapa tahapan agar usaha mikro kecil dapat berkembang dengan baik
yaitu:
Tahap Penemuan ide
Pada tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide
tersebut kemudian dirumuskan dan di identifikasi. Misalnya peluang
bisnis apa saja yang paling memberikan keuntungan, yaitu: bisnisindustri,
perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lainnya yang
dianggap paling layak.
Memformulasikan Tujuan
8
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi
bisnis yang hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut di identifikasi
ataukah tidak dan apakah misinya untuk menciptakan barang dan jasa
yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng.
Tahap Analisis
Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan apakah
bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan
seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan
mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan.
Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan
(go) atau tidak dilaksanakan (no go).
Tahap Keputusan
Langkah berikutnya adalah tahap mengambil keputusan apakah bisnis
layak dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi
yang mengandung risiko, maka keputusan bisnis biasanya berdasarkan
beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back Period (PBP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya.
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang
harusdilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah suatu
cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha,
operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin
diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau
berdiri sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan
usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah.
Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp
500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai
paling banyak Rp 2,5.000.000.000,-.
3.2 Saran
Menurut pendapat penulis dalam melakukan usaha kecil, pemilik usaha harus
mengetahui beberapa langkah dalam mengembangkan usahanya agar usaha yang
dibangun sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga kita sebagai mahasiswa juga
perlu mengetahuinya karena sebagai bekal untuk lulus nanti jika kita ingin membuat
usaha dan kita bisa mengembangkannya dengan memakai ilmu yang sudah kita pelajari.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
RESUME JURNAL
12
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH
SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
E-mail: arief.rahmana@widyatama.ac.id
ABSTRAK
Paradigma yang mendasari penelitian ini adalah bahwa UKM telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi, yang ditunjukkan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 1.013,5 triliun atau 56,73%. Namun demikian,
dalam pengembangannya menghadapi beberapa masalah di antaranya adalah kurang permodalan, kesulitan dalam
pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM
terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek legalitas lemah, dan rendahnya
kualitas teknologi. Berdasarkan hal ini, diperlukan strategi yang komprehensif agar UKM berkembang lebih cepat,
permasalahan yang dihadapi dapat direduksi, dan memiliki keunggulan kompetitif. Rumusan strategi pengembangan
yang diusulkan adalah menggunakan integrasi pendekatan location quotient (LQ), diamond cluster model, dan analisis
SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM yang mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan adalah
sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai indeks LQ terbesar yaitu 4,277. Selanjutnya strategi pengembangan
UKM adalah strategi ST, yaitu strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat). Dengan
strategi ini, sebaiknya UKM melakukan diversifikasi produk presisi dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan
CAM, meningkatkan kualitas produk, dan membina kerja sama yang intensif dengan para supplier untuk memperoleh
pasokan bahan baku yang memadai.
Kata kunci: UKM, industri pengolahan, location quotient, diamond cluster model, analisis SWOT
ABSTRACT
The paradigm underlying this research is that SME has contribution to economic growth, that is indicated by their
contribution to employment and Gross Domestic Product. SMEs contribute to employment more than 99,7 per cent of
national employment and contribute to more IDR 1,013.5 trillion or 56,73 per cent. Nevertheless, the developing of SME's
facing some problems namely lack of capital, difficulties in marketing, simple organizational structure with unstandard
job description, low of quality management, limited human resource, generally it has no finanacial accounting, low of
legality aspect, and low of technology quality. According to this matter, a comprehensive strategy for developing SME's is
very crusial to develop in order to fasten SME's growth, to eliminate SME's problems, and to make SME's competitive. The
strategy composed based on integration of location quotient, diamond cluster model, and SWOT analysis approach. The
result indicated that SME's which have big potential to develop are manufacturing industry sector, because it has the biggest
value of LQ is about 4,277. Then, strategy for developing SME's is ST strategy, namely using some strength to overcome
some threats. According to this strategy, SME's should carry out product diversification by using CNC, CAD, and CAM
technology, improve quality of product, and cooperate with suppliers to get supply raw material.
Key words: SMEs, manufacturing industry, location quotient, diamond cluster model, SWOT analysis
14
(a) kurang permodalan, (b) kesulitan dalam pemasaran, Dengan adanya strategi pengembangan yang
(c) struktur organisasi sederhana dengan pembagian terintegrasi diharapkan UKM menjadi kegiatan
kerja yang tidak baku, (d) kualitas manajemen ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya
rendah, (e) SDM terbatas dan kualitasnya rendah, saing tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan
(g) kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, komparatif melainkan keunggulan kompetitif.
(h) aspek legalitas lemah, dan (j) rendahnya kualitas Menurut Tambunan (2002) karakteristik UKM
teknologi. Permasalahan ini mengakibatkan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah
lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan sebagai berikut: (a) memiliki kualitas SDM yang
penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi baik, (b) pemanfaatan teknologi yang optimal,
terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin (c) mampu melakukan efisiensi dan meningkatkan
keuntungan sangat kecil, dan lebih jauh lagi UKM produktivitas, (d) mampu meningkatkan kualitas
tidak memiliki keunggulan kompetitif. produk, (e) memiliki akses promosi yang luas,
Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi (f) memiliki sistem manajemen kualitas yang
dalam pengembangan UKM, maka dibutuhkan terstruktur, (g) sumber daya modal yang memadai,
suatu strateg i pengemba nga n U K M aga r (h) memiliki jaringan bisnis yang luas, dan (i)
perkembangan UKM di Indonesia berjalan dengan memiliki jiwa kewirausahaan.
cepat, permasalahan yang dihadapi UKM dapat
direduksi, dan UKM mempunyai keunggulan yang METODE
lebih kompetitif (Hafsah, 2004). Dengan demikian, Penelitian ini menggunakan strategi penelitian
semua permasalahan yang dihadapi UKM sebaiknya studi kasus (case study). Studi kasus ini dilaksanakan
dijadikan input atau bahan pertimbangan dalam di beberapa UKM yang secara spasial berada di
merumuskan strategi pengembangannya agar Kotamadya Bandung, Propinsi Jawa Barat. UKM
strategi tersebut bersifat komprehensif dan dapat yang dipilih menjadi sampel adalah UKM yang sudah
berjalan secara efektif dan efisien. Berbagai penelitian mampu ekspor, subkontraktor Usaha Besar, dan
tentang strategi pengembangan UKM di Indonesia memiliki nilai penjualan yang cenderung meningkat.
telah dilakukan, di antaranya oleh Winarni (2006), Pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus
Hafsah (2004), dan Situmorang (2008). Pada dasarnya 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, dengan
strategi pengembangan UKM yang diusulkan oleh menggunakan multiple source of evidence, yaitu
para peneliti tersebut tidak berbasis keunggulan wawancara, studi arsip dan observasi langsung.
atau potensi lokal (potensi UKM) dan peluang- Wawancara digunakan sebagai sumber data utama.
peluang eksternal, serta strategi pengembangan Para stakeholders yang menjadi responden untuk
yang diusulkan masih didasarkan pada pendekatan pemerolehan data penelitian adalah perwakilan
kualitatif. dari Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa
Penelitian ini mencoba membuat suatu strategi Barat, pemilik, manajer, dan para karyawan UKM.
pengembangan UKM yang mengintegrasikan Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan
keunggulan atau potensi lokal UKM dengan peluang- strategi pengembangan UKM adalah (1) location
peluang eksternal yang ada. Secara makro, strategi quotient, (2) diamond cluster model, dan (3) Analisis
yang dirumuskan dalam penelitian ini diawali SWOT. Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai
dengan melakukan analisis potensi dan masalah berikut:
terhadap setiap sektor UKM yang ada, sehingga
mampu mengidentifikasi sektor UKM mana yang Location Quotient
lebih berpotensi dan tepat untuk dikembangkan, Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan
kemudian dirumuskan strategi pengembangannya Hood (1998) mengemukakan bahwa metode Location
berdasarkan pada pendekatan kualitatif dan Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi
kuantitatif. Strategi pengembangan UKM didasarkan komoditas unggulan di suatu wilayah. Teknik LQ
pada integrasi tiga metode, yaitu location quotient, merupakan salah satu pendekatan yang umum
diamond cluster model, dan analisis SWOT. Location digunakan dalam model ekonomi basis sebagai
quotient merupakan metode yang akan digunakan langkah awal untuk memahami sektor kegiatan
untuk menginisiasi sektor UKM mana yang menjadi yang menjadi pemacu pertumbuhan. Teknik ini
prioritas untuk dikembangkan. Diamond cluster menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan
model digunakan untuk mengidentifikasi faktor- suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
faktor yang menjadi keunggulan bersaing UKM. kemampuan yang sama pada daerah yang lebih
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk
strategi pengembangan UKM sektor unggulan. menghasilkan koefisien LQ adalah jumlah tenaga
Dari matriks analisis SWOT seperti yang dan restoran, (g) pengangkutan dan komunikasi,
tersaji pada Tabel 1, dapat diidentifikasi terdapat 4 (h) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan
(empat) strategi, yaitu: Pertama, strategi SO yang (i) jasa lainnya. Untuk menentukan sektor UKM
merupakan strategi untuk menggunakan semua unggulan dari 9 sektor tersebut digunakan indeks
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan LQ. Perhitungan dan analisis LQ didasarkan dengan
peluang yang ada. Kedua, strategi WO yang membandingkan data PDRB setiap sektor UKM
merupakan strategi mengatasi semua kelemahan dengan akumulasi data PDRB untuk semua sektor
dengan memanfaatkan peluang yang ada. Ketiga, di Kotamadya Bandung. Nilai PDRB yang menjadi
strategi ST yang merupakan strategi menggunakan dasar perhitungan digunakan nilai PDRB atas dasar
semua kekuatan untuk menghindari dari semua harga konstan. Hasil hitungan nilai LQ yang berupa
ancaman. Keempat, strategi WT yang merupakan nilai indeks tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan hasil
strategi menekan semua kelemahan dan mencegah hitungan yang tersaji pada Tabel 2, sektor UKM
semua ancaman. yang menjadi unggulan untuk dikembangkan adalah
Dengan menggunakan tiga pendekatan tersebut, sektor industri pengolahan (sebut IKM) dengan
maka tahapan penelitian yang dikembangkan besarnya nilai indeks LQ adalah 4,277. Nilai indeks
adalah sebagai berikut: (a) menginisiasi sektor LQ UKM sektor industri pengolahan merupakan
UKM unggulan yang paling berpotensi untuk nilai terbesar di antara indeks sektor-sektor lainnya.
dikembangkan. Indeks LQ akan dijadikan pedoman Dengan demikian, berdasarkan nilai indeks LQ ini
untuk menginisasi sektor unggulan UKM tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa UKM sektor
(b) mengidentifikasi keunggulan bersaing UKM Industri Pengolahan yang paling memiliki potensi
berdasarkan pendekatan diamond cluster model. untuk terus dikembangkan.
Keunggulan bersaing ini akan mencakup faktor
input, kondisi permintaan, industri pendukung Tabel 2. Indek LQ Sektor UKM
dan terkait, dan strategi perusahaan dan pesaing,
Sektor Indek LQ
(c) mengklasifikasikan keunggulan bersaing UKM
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 1,083
menjadi faktor internal dan eksternal, (d) menentukan Perikanan
faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength), Pertambangan dan Penggalian
0,000
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Industri Pengolahan
4,277
ancaman (threats), yang selanjutnya disajikan Listrik, Gas dan Air Bersih
0,829
Bangunan
dalam matrik SWOT, (e) merumuskan strategi Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,617
berdasarkan kombinasi dari kekuatan (strength), 0,527
Pengangkutan dan Komunikasi
0,235
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,801
ancaman (threats), dan (f) penetapan prioritas Jasa Lainnya
0,616
strategi pengembangan UKM, dan (g) implementasi
Sumber: Rahmana dkk. (2010)
strategi terpilih.
Pengembangan sistem
penjaminan kualitas (ISO)
Pembuatan produk presisi
berbasis CNC-CAD-CAM
Kerjasama dengan lembaga
pendidikan terkemuka (ITB dan
Polman)
Pelayanan konsumen 24 jam
Strategi
Perusahaan dan
Pesaing
Industri
Pendukung dan
Terkait
Telah menjadi subcontractor
industri-industri besar
Ketersediaan bahan baku
menurun
Outsourching pekerjaan