Anda di halaman 1dari 10

Makalah Tentang Management Usaha

Kecil Dan Managemnt Organsasi Nirlaba


Dosen pengampu : Raja Saul Marto Hendry SE.MM
Pengantar Managemnt
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
1. ANDRE AGASI P. NASUTION 1901100082
2. SUSANTI NASUTION 1901100221
3. CICI ANGGRAINI 1901100214
4. AYU NURZANNAH RAMBE

UNIVERSITAS LABUHAN BATU


TA: 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            UKM atau usaha kecil menengah saat ini memiliki posisi yang sangat penting bukan saja
dalam penyerapan tenaga kerja, dan kesejahteraan masyarakat didaerah, dalam banyak hal UKM
menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UKM serta pelatihan
kepada masyarakat untuk dapat menciptakan peluang usaha.
            Nirlaba adalah organisasi yang menekankan kepada pencapaian manfaat sosial dalam setiap
kegiatannya. Namun saat ini ada beberapa kekeliruan tentang pandangan dalam manajemen
organisasi nirlaba.
            Berdasarkan uraian diatas dengan makalah ini kami akan membahas tentang pengertian
UKM dan aspek aspek yang ada didalam UKM, serta organisasi nirlaba dan bagaimana manajemen
dalam organisasi nirlaba.
1.2  Rumusan Masalah
Ø  Pengertian UKM.
Ø  Mitos Seputar UKM.
Ø  Manajemen Usaha Kecil.
Ø  Pengerian Organisasi Nirlaba.t
Ø  Kekeliruan Pandangan Organisasi Nirlaba.
Ø  Manajemen Organisai Nirlaba.

1.3 Tujuan
Ø  Mengetahui konsep dasar usaha kecil dan manajemennya.
Ø  Mengetahui berbagai faktor yang perlu dimiliki dalam manajemen usaha kecil.
Ø  Mengetahu konsep dasar organisasi nirlaba.
Ø  Mengetahui berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam manajemen usaha kecil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah  jenis usaha kecil yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha )
dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. Pengertian ini tertuang dalam UU
No. 9 Tahun 1995. Kementrian Negara Koperasi dan UKM menggunakan undang – undang
tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis – jenis usaha. Kelompok usaha mikro
termasuk kelompok usaha kecil. Namun menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 40/KMK/.06/2003, usaha mikro adalah saha produktif milik keluarga atau perorangan warga
Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000.  Biro Pusat Statistik
melihat batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan sekala usaha terutama disektor industri,
yaitu untuk industri kerajinan rumah tangga ( IKRT ) 1- 4 pekerja, industri kecil ( IK) 5-19 pekerja
termasuk pemiliknya. Departemen Perindustrian dan Perdagangan memberikan batasan untuk
industri mikro 1-4, industri kecil 5-19, dan industri menengah 20-99 pekerja.
Dengan berbagai perbedaan pengertian mengenai usaha kecil menurut berbagai pihak maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha kecil adalah usaha yang dijalankan oleh sejumlah orang,
warga negara Indonesia dengan jumlah kekayaan bersih maksimal 200 juta dan penghasilan tahunan
maksimal 1 milliar rupiah.
            Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Peranan UKM
            Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan pembangunan
yang dikelola oleh dua departemen :
1.      Departemen Perindustrian dan Perdagangan
2.      Departemen koperasi dan UKM
            Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum terlihat hasil yang
memuaskan, kenyataanya kemajuan ukm masih sangant kecil dibanding usaha besar.
            Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha
kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis dalam ekonomi
nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja,
juga berperan dalam pendistribusian hasil pembangunan.
Mitos Usaha Kecil
            Terdapat beberapa anggapan pesimis seputar kegiatan dari usaha kecil, adapun anggapan
tersebut adalah:
1.      Tingkat keberhasilan usaha kecil
2.      Gaji atau penghasilan kecil

1.2 Permasalahan yang dihadapi UKM


            Permasalahan yang dihadapi  oleh UKM antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor Internal:
a.       Terbatasnya Modal
            Kurangnya permodalan merupakan faktor utama yang dihadapi untuk mengembangkan unit
usaha. Karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup.
b.      Terbatasnya SDM ( Sumber Daya Manusia )
                        Terbatasnya SDM usaha kecil baik dalam segi pendidikan formal maupun
pengetahuan dan keterampilan sangat berpengaruh pada manajemen pengelolaan usahanya,
sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang secara optimal.
c.       Lemahnya Jaringan Usaha dan kemampuan Penetrasi UKM
                        Jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah maka produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
           
Faktor Eksternal:
a.    Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif dengan kebijakan pemerintah
                        Untuk mengembangkan pertumbuhan UKM cukup sulit, terlihat dari masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat, antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.

b.    Terbatasnya sarana dan prasarana usaha


                        Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pegetahuan dan
teknologi menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan saat ini, sehingga produk yang dihasilkan tidak maksimal karena kurangnya inovasi dan
daya dukung peralatan.
c.     Terbatasnya akses pasar
               Terbatasnya akses pasar akan sangat mempengaruhi pemasaran dan pendistribusian
produk yang dihasilkan. Selain itu produk juga sulit untuk dipasarkan secara kompetitif di pasar
nasional maupun internasional.

2.2  Manajemen Usaha Kecil


          Pada dasarnya manajemen usaha kecil tidak jauh berbeda dengan manajemen organisasi
bisnis pada umumnya. Keseluruhan fungsi manajemen sebaiknya dijalankan sesuai, dengan
mempertimbangkan jenis dan skala bisnis dari usaha yang dilakukan. Namun karena jenis dan skala
usaha yang dijalankan menyebabkan ada perbedaan dalam beberapa hal, sehingga ada perbedaan
antara manajemen usaha kecil dan manajemen perusahaan pada umumnya.
          Karena skala usaha bisnisnya kecil, maka pengelolaan sumber daya organisasinya menjadi
lebih sederhana dan mudah dikelola, sehingga fungsi – fungsi operasionalnya dari manajemen
usaha kecil lebih mudah direncanakan dan dikendalikan. Namun, karena jenis usaha yang dikelola
relatif kecil, maka jenis usaha yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan sumber daya
organisasi.

2.3 Faktor – faktor dalam Manajemen Usaha Kecil


      Untuk menjalankan atau melakukan manajemen usaha kecil harus memiliki faktor – faktor
pendukung untuk menunjang berhasilnya usaha kecil yang akan dijalankan. Adapun faktor faktor
tersebut sebagai berikut :
·         Entrepreneurship
      Entrepreneurship, atau sering disebut kewirausahaan adalah sebuah proses seseorang atau
organisasi menjawab peluang sekalipun ketersediaan sumber daya yang dimilikinya terbatas
( Kreitner,1995 ). Hal menunjukkan bahwa seorang pelaku usaha tidak perlu mempertimbangkan
keternatasan sumber daya yang dimiliki. Namun hal ini harus tetap dipahami bahwa, seorang
wirausaha akan mengubah sesuatu menjadi lebih baik, sekalipun harus melalui resiko, dari mulai
resiko sedikitnya pembeli hingga gagalnya usaha. Namun faktor – faktor yang mendorong
keberhasilan yang harus selalu diusahakan oleh seorang wirausahwan. Dalam menjalankan
manajemen usaha kecil, jiwa kewirausahaan perlu dimiliki agar usaha yang dijalankan senantiasa
aktif dalam mengikuti perkembangan bisnis. Karena dari waktu ke waktu resiko yang dihadapi juga
akan berbeda.
·         Profesional
      Jika usaha kecil dijalankan secara profesional maka tidak diragukan lagi usahanya akan
berkembang. Usaha kecil yang menganut prinsip manajemen modern dalam proses pengelolaanya
akan dapat bersaing dengan baik. Jika perlu, orang orang yang terlibat dalam usaha tersebut dilatih
agar dapat bekerja secara profesional. Namun pilihan usaha yang dijalankan juga perlu didasarkan
atas kemampuan dan daya jangkau sumber daya yang dimiliki. Dari segi keuangan harus
direncanakan secara tepat, dan kontrol yang baik, perlu adanya evaluasi atas keberhasilan usaha
yang dijalankan. Jika usaha kecil dijalankan secara profesional, akases dana dan akses pasar tidak
akan terlalu sulit.
·         Inovatif
      Dalam dunia usaha selalu terjadi perubahan yang begitu cepat. Dapat berupa perubahan
karakteristik maupun jumlah konsumen, jumlah pesaing, hingga ketersediaan pasokan bagi bisnis
yang dijalankan. Maka dari itu usaha kecil perlu mengembangkan pola inovatif dengan
memunculkan ide baru mengenai usaha yang sedang dijalankan. Hal ini dilakukan bukan hanya
untuk mempertahankan usaha, akan tetapi usaha dapat berkembang sesuia dengan perbahan yang
ada.
·         Keluasan Jaringan Usaha
      Jaringan merupakan kunci keberhasilan usaha. Pada dasarnya semakin luas jaringan yang dapat
dibangun, maka akan semkin besar peluang mengembangkan usahanya dalam jangka panjang.
·         Kemampuan Adaptif
      Usaha kecil perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Adaptasi yang harus dilakukan saat
ini mengenai teknologi informasi. Maka usaha kecil tidak ada salahnya untuk menerapkan
informasi berbasis komputer dalam menjalankan usahanya. Adapatsi juga diperlukan usaha kecil
dalam mengantisipasi barbagai perubahan didunia internasional.
                 Jika keempat faktor tersebut dimiliki oleh usaha kecil dalam menjalankan
manajemennya, maka peluang usaha kecil untuk berhasil cukup besar.

Manajemen Organisasi Nirlaba

2.4 Pengertian
     Organisasi nirlaba ( nonprofit ) adalah organisasi yang tujuannya menekankan kepada
pencapaian manfaat bagi para anggota dan masyrakat dibandingkan dengan aspek keuangan.
Manfaat tersebut dapat berupa manfaat sosial, pendidikan, keagamaan maupun kesehatan. Adapun
contoh dari organisasi nirlaba adalah Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ), Lembaga Bantuan
Hukum ( LBH )

2.5 Kekeliruan Pandangan Organisasi Nirlaba


     Manajemen nirlaba tidak sama dengan manajemen perusahaan. Pada dasarnya manajemen
nirlaba dalam banyak hal sama dengan manajemen perusahaan, yaitu memerlukan visi, misi, dan
tujuan jelas yang ingin dicapai bersama. Manajemen nirlaba juga memerlukan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan yang baik. Manajemen nirlaba juga memerlukan komitmen dan
penghargaan terhadap motivasi para anggotanya. Hal yang paling membedakan antara organisasi
nirlaba dan bisnis adalah tujuaannya. Jika organisasi bisnis orientasi yang ingin dicapai dalam hal
finasial, namun untuk organisasi nirlaba bukan hanya finansial, akan tetapi manfaat dalam bentuk
lainnya.
     Penghargaan yang diberikan organisasi nirlaba rendah. Hal ini dapat dilihat para pelaksananya
yang digaji jauh lebih rendah dari pada standart yang ada. Beberapa oganisasi tidak bisa bertahan
lama dalam kegiatannya karena benar-benar mengandalkan penghargaan sosial.
     Akan terjadi konflik apabila terdapat donatur atau penyandang dana yang berasal dari
Internasional, karena ada sebagian organisasi nirlaba yang berpendapat keterlibatan donatur atau
penyandang dana dari Internasional disinyalir akan memiliki kepentingan negar – negara tertentu,
maka mereke berpikir bahwa tidak layak untuk menerima partisipasi dari donatur tersebut. Namun,
ada sebagian organisasi nirlaba yang setuju, dengan berpendapat bahwa jika tujuannya sejalan
dengan tujuan yang ingin dicapai maka tidak ada salahnya menjalin kerjasama.
     Organisai nirlaba dijalankan di waktu senggang, karena hal organisasi ini akan dilakukan setelah
kegiatan pokok dijalankan. Keadaan ini mendorong oganisasi nirlaba dijalankan oleh orang – orang
yang hanya menyisakan waktunya secara sedikit, sehingga hasil yang diharapkan juga tidak terlalu
besar.
2.6 Manajemen Organisasi Nirlaba
     Manajemen organisasi nirlaba memiliki fungsi – fungsi manajemen yang perlu dijalankan, dari
perencanaan, pengawasan, dan pengendalian. Kecenderungan orientasi nirlaba adalah berupa jasa
yang bernilai kemanusiaan, kemasyarakatan, pembangunan dan lingkungan. Maka para pengelola
organisasi nirlaba harus mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya karakteristik produk atau
keluaran organisasi nirlaba, sasaran kegiatan organisasi, dan sikap profesional.
·         Karakteristik produk atau keluaran organisasi nirlaba
      Produk yang dihasilkan oleh organisasi nirlaba biasanya berupa jasa yang bernilai kemanusian,
kemasyarakata, lingkungan, dan nilai sosial. Pada dasarnya input organisasi nirlaba berupa faktor
finansial dan nonfinansial. Namun tidak semua kegiatan organisasi nirlaba tidak membutuhkan
finansial, contohnya adalah organisasi nirlaba yang bererak dibidang kesehatan.
·         Sasaran dari kegiatan organisasi nirlaba
      Dalam organisasi nirlaba terdapat dua sasaran yang ingin dicapai. Sasaran tersebut adalah
sasaran input dan sasaran akhir. Sasaran input yang dimaksud adalah sesorang yang memiliki
potensi untuk berkontribusi dalam mendukung tercapainya produk yang ingin dihasilkan, dengan
demikian dapat dikatakan faktor input dalam pelaksanaan manajemen organisasi nirlaba. Kontribusi
dapat berupa finansial mauoun nonfinansial. Sasaran akhir adalah sesuatu yang berpotensi
menerima keluaran dari hasil kegiatan organisasi nirlaba. Sasaran akhir dapat dikatakan sebagai
konsumen.
·         Sikap profesional pengelola organisasi nirlaba
      Sifat profesionalisme juga harus dimiliki oleh para pengelola organisasi nirlaba. Setiap orang
yang ditugaskan harus memiliki sikap profesionalisme, memegang asas profesionalisme, dan
menerapkan disetiap kegiatan yang dilakukan. Sikap profesionalisme juga harus diterapkan dalam
pengelolaan keuangan dari berbagai donatur, kegiatan dokumentasi, dilaksanakan secara transparan
agar tidak memunculkan kesan memperkaya diri sendiri.

2.7 Kemampuan Adaptif Organisasi Nirlaba


     Organisasi nirlaba juga harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Perubahan merupak hal
pasti. Perubahan yang biasanya dihadapi oleh organisasi nirlaba adalah perubahan generasi, jumlah
sasaran akhir yang bertambah sedangkan sasaran input berkurang, serta organisasi nirlaba dituntut
untuk berinovasi serta kreatif dalam mengelola organisasinya.
Kesimpulan
     Pada intinya manajemen usaha kecil serta organisasi nirlaba tidak jauh berbeda. Dibutuhkan
perencanaan, pengawasan, pengendalian. Hanya orentasi akhirlah yang membedakan kedua
kegiatan ini.
     Agar kedua kegiatan tersebut dapat bertahan dan berkembang maka diperlukan beberapa faktor
yang harus dimiliki para pengelola yaitu, kewirausahaan, jaringan usaha, profesionalisme, inovatif,
dan kemampuan adaptif untuk manajemen usaha kecil. Sedangkan untuk organisasi nirlaba adalah
harus memperhatikan karakteristik produk keluaran, profesinalisme, serta kemampuan adaptif.

Anda mungkin juga menyukai