TERKAIT
PEMANTAUAN TERAPI OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH RANTAU PRAPAT
Priode 22 November – 22 Desember 2021
Disusun Oleh :
TRESNA NOVIYANA SARI ( 2029013077 )
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi
apoteker (APT)
Disusun Oleh
TRESNA NOVIYANA SARI ( 2029013077 )
Disetujui Oleh:
Apt. Sumardi,
Ketua Program
S.Si., M.Sc
Studi Apoteker
NIP.197211272005
UNIV TJUT
012004
NYAK DHIEN
Pembimbing
PKPA
UNIV TJUT
NYAK
DHIE
N
Apt. Eva
Sarti
ka
Daso
pang
M.Si
NIP.19560
2101987032003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Umum
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Rantau Prapat.
Kegiatan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi
Apoteker di Universitas Tjut Nyak Dhien Medan, agar setiap calon apoteker
mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai rumah sakit dan
tugas apoteker yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker.
Ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Apt. Rizki
Hidayanti Rambe, S.Farm., M.Farm.Klin., sebagai pembimbing dari RSUD
Rantau Prapat dan Ibu Apt. Eva Sartika Dasopang M.Si., sebagai pembimbing
dari Universitas Tjut Nyak Dhien Medan yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan dukungan moril serta saran selama pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Rantau Prapat selama satu bulan
periode 22 November – 22 Desember 2021.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada :
1. Bapak Apt. Dedi Kurniawan S.Farm., selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUD Rantau Prapat atas waktu dan bimbingannya selama proses
praktek kerja profesi apoteker ini.
2. Dr. Apt. Nilsya Febrika Zebua S.Farm., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Farmasi UTND Medan.
3. Apt. Sumardi, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
UTND Medan.
4. Dr. Syafril Harahap Sp.B selaku Direktur Utama RSUD Rantauprapat
5. Ibu Apt. Rizki Hidayanti Rambe, S.Farm., M.Farm. Klin. selaku
kordinator pelayanan farmasi klinis atas waktu dan bimbingannya selama
proses praktek kerja profesi apoteker ini.
6. Bapak Apt. Sri Charles, S.Farm. selaku Koordinator Pengadaan Sediaan
Famasi, atas waktu dan bimbingannya selama proses praktek kerja profesi
apoteker ini.
7. Seluruh staf dan pegawai Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat yang
i
telah banyak membantu dan membimbing selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar Praktek Kerja Profesi Apoteker UTND Medan.
9. Kedua orang tua tercinta, atas doa, kesabaran, bimbingan, dukungan
moral, materi, serta kasih sayang.
10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i Apoteker UTND Medan
Angkatan VIII Tahun 2021.
11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan
Laporan Tugas Umum Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit
Umum Daerah Rantau Prapat.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................ 2
2.2. Tuberculosis.............................................................................. 5
iii
3.5. Assasment................................................................................. 17
3.5.6. Planning...................................................................... 24
3.10. Assasment................................................................................. 29
3.10.6 Planning........................................................................ 31
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 33
5.1. Kesimpulan............................................................................... 35
5.2. Saran.......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Kegiatan tersebut mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian
obat, respon terapi, reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi
perubahan atau alternative terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui (Departemen Kesehatan
RI.,2009).
1
1.2. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
a. Golongan Sulfonilurea
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah dengan berikatan pada
reseptor sel β pankreas, dan memblok saluran K+ sensitif-ATP
menyebabkan depolarisasi membran dan influks Ca yang menstimulasi
sekresi insulin. Contoh dari obat golongan ini adalah gliburid, glipizid,
glimepirid.
b. Golongan Biguanida
3
Mekanisme kerja dari obat ini adalah mengurangi gukoneogenesis hepatik.
Meningkatkan sensitifitas insulin terutama di otot dan lemak. Metformin
juga mengurangi absorbsi gula pada saluran cerna , tidak menyebabkan
pelepasan insulin dari pankreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia.
Contohnya adalah metformin.
c. Golongan Meglitinida
Mekanisme kerja obat golongan ini mirip dengan gologan sulfonilurea
dengan meningkatkan sekresi insulin dari pankreas namun memiliki onset
yang cepat dan durasi kerja yang pendek. Aktivitas tergantung pada
glukosa. Contohnya adalah repaglinida dan nateglinida.
d. Golongan Tiazolidindion (TZDs atau Glitazone)
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah agonis selektif terhadap reseptor
gamma yang diaktivasi proliferator peroksisoma inti (nuclear peroxisome
proliferator-activated receptor gamma PPARγ). Selain itu meningkatkan
ekspresi dari gen yang memetabolisme glukosa, menghasilkan peningkatan
sensitivitas insulin. Contoh dari obat ini adalah pioglitazon, resoglitazon.
e. Inhibitor α –Glukosidase
Mekanisme kerja α -glukosidase pada ikrovili usus sehingga memperlambat
pemecahan karbohidrat menjadi molekul gula dan absorbsi glukosa dari
saluran cerna ke aliran darah. Contohnya adalah akarbose dan miglitol.
f. Inhibitor Dipeptidil 4-peptidase (Inhibitor DPP4)
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah dengan menghambat
pemecahan glucagon-like peptide-1 (GLP) yang diseksresikan selama
makan, sehingga meningkatkan sekresi insulin pankreas, membatasi sekresi
glukagon, memperlambat proses pengosongan lambung, dan menimbulkann
perasaan kenyang. Contoh obatnya adalah sitagliptin dan saxagliptin.
g. Sekuestran Asam Empedu
Sekuesteran asam empedu pada dasarnya digunakan untuk mengontrol
kolesterol. Mekanismenya dengan mengurangi konsentrasi serum glukosa
belum diketahui. Contohnya adalah colesevelam.
h. Insulin
Berdasarkan sifat farmakokinetiknya insulin dapat diklasifikasi atau 4 yaitu:
4
Kerja cepat (rapid acting): insulin aspart, lispro, dan glulisine
Kerja panjang (long acting): insulin glargine dan detemir (Azrifitria dan
Silma Awalia.,2013).
2.2. Tuberculosis
5
mengahambat multiplikasi,dan kematian sel. Streptomisin adalah antibiotik
bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein. Etionamid dapat bekerja sebagai
bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat. Mekanisme kerja
belum diketahui secara pastti tetapi etionamida dapat menghambat sintesis
peptida pada organisme yang rentan. Asam aminosalisilat menghambat
pembentukan asam folat atau menghambat pembentukan komponen dinding sel,
mikobaktin, dengan menurunkan pengambilan besi oleh M.tuberculosis.
Rifapentin memiliki mekanisme yang sama dengan rifampisin (Sukandar, Elin
Yulinah., Dkk.,2012).
2.3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.3.1. Defenisi PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dapat ditandai dengan obstruksi jalan
nafas yang buruk dengan pemeiksaan menggunakan spirometry, termasuk
obstruksi jalan nafas (bronkiolitis obstruktif kronik dan emfisema) yang
menyebabkan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan sehingga
penderita mengalami sesak nafas. Secra umum, factor resiko dari PPOK adalah
merokok, serta polusi udara di lingkungan (Barnespeter et al.,2015). PPOK dapat
ditandai dengan gejala pernafasan seperti batuk berdahak, sesak nafas setelah
beraktifitas, atau infeksi saluran pernafasan bawah yang bertahan lama lebih dari
2 minggu (Barnes peter et al.,2015). PPOK sering dikaitkan dengan peradangan
kronis pada saluran pernafasan. Tingkat peradangan akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah makrofag, neutrophil, dan limfosit dalam
paru-paru. Eksaserbasi atau serangan PPOK terjadi akibat
peningkatanperadangan pada saluran pernafasan serta efek sistemik dari
inflamasi. Eksaserbasi dipicu oleh infeksi pada pernafasan baik oleh virus atau
bakteri (Barnes peter et al.,2015). Bakteri yang dapat menyebabkan eksaserbasi
umumnya adalah H.influenza, S.pneumoniae dan Moxarella catarhallis, infeksi
rhinovirus dapat memproduksi peptide dan menyebabkan eksaserbasi pada
pasien PPOK (King et al, 2013).
6
Terapi farmakologi untuk PPOK antara lain bronkodilator kerja cepat,
antikolinergik kerja lama (Long acting muscarinic antagonist/LAMA) contohnya
tiotropium, beta2-agonis kerja lama (Long acting beta2 agonist/LABA)
contohnya formoterol dan salmeterol, Inhalasi kortikosteroid (Inhaled
corticosteroid/ICS) contohnya beclomethasone, budesonide, dan fluticasone.
Terapi ini memiliki efek positif untuk menghilangkan gejala batuk dan sesak
nafas, eksaserbasi dan fungsi paru-paru (Decramer et al,2005).
7
BAB III
Nama : Bpk. SB
Usia : 65 Tahun
8
Jenis Kelamin : Pria
TGL. SUBJEKTIF
6/12/21 Nyeri ulu hati
7/12/21 Nyeri ulu hati, lemas
8/12/21 Nyeri ulu hati, sesak napas,batuk, berdahak
9/12/21 Sesak napas, batuk, tidak selera makan
10/12/2 Sesak napas, batuk
1
11/12/2 Sesak napas, batuk
1
3.4. DATA OBJEKTIF PASIEN
3.4.1. Hasil Pemeriksaan Tanda Vital
9
Nadi 60-100 80x/m 80x/m 80x/m 124x/m 73x/m
x/s
Temperatur 36- - - - - 36.7
370C
SaO2 95- 90 % 90 % 90 % 91% 96
100%
10
3.4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Terapi Satuan 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21 11/12/21 Keterangan
11
Basofil 0-1 % 0,2
12
Kejernihan Jernih Jernih
13
Epitel 1-3 /LPB 1-3
Imunologi Negatif
Sputum 1+
14
Adrandom mg/dl
15
Berdasarkan uraian hasil pemeriksaan laboratorium diatas, berikut hasil
intrepretasi dari data hasil laboratorium tersebut :
16
3.5. ASSESMENT
3.5.1. Profil Penggunaan Obat Saat Ini
17
3.5.2. Dosis dan Tujuan Penggunaan Obat
18
Obat Dosis yang diberikan Dosis Literaratur Indikasi Keterangan
Ondasetron inj 2 mg/ml tiap12 jam 0,15 mg/kg IV Sebagai anti emetic Sesuai
Maks.16 mg/dosis
Omeprazole inj 40 mg I.V tiap 12 jam Maks. 40 mg sekali Untuk menekan Sesuai
sehari melalui I.V sekresi asam lambung
Insulin 70 % Protamin 12-0-12 UI 6-12 IU 2 dosis Untuk terapi diabetes Sesuai
aspart dan 30 % terbagi 1 kali sehari mellitus
Aspart (Novomix)
Gabapentin 300 mg 2x300 mg 300-600 mg/hari Untuk terapi diabetes Sesuai
neuropati
Sucralfate sirup 3x1C 1 g 4 kali sehari Melapisi mukosa Sesuai
(Nucral) lambung
Acetylsisteine inj 200 mg/ml I.V 3-5 ml larutan 20 %, Sebagai antioksidan Sesuai
(Resfar) 6-10 % larutan 10% 2-
6 jam
Ipratropium 0,5 mg Tiap 8 jam 2x4 inhalasi Penyakit saluran Sesuai
dan Salbutamol 2,5 Tidak boleh melebihi pernapasan (PPOK)
mg (Combivent 12jam
nebule)
Methyl prednisolone 62,5 mg/12 jam 120 mg/hari Antiinflamasi Sesuai
inj 40-500 mg/hari
Rifampisin 450 mg 1x450 mg Dosis maksimum 600 Tuberculosis Sesuai
mg/hari
Isoniazid 300 mg 1x300 mg Maksimum 300 Tuberculosis Sesuai
mg/hari
Pyrazinamid 500 mg 2x500 mg Pasien BB 40-55 Kg Tuberculosis Sesuai
Maks.1000 mg /hari
Etambutol 500 mg 2x500 mg Pasien BB 40-55 Kg Tuberculosis Sesuai
Maks.800 mg/hari
Pasien BB 56-75 Kg
Maks. 1200 mg/hari
Salmeterol- 2xII Puff 2x 1 inhalasi/ 12 jam Asma Sesuai
Fluticasone (Flutias 19
inh)
Acetylsisteine 200 mg 3x200 mg 3x200-600 mg/hari Sebagai Mukolitik Sesuai
(pengencer dahak)
3.5.3. Efek Samping Obat
20
Acetylsisteine 200 mg Mual, muntah, kemerahan dan ruam
pada kulit
3.5.4. Interaksi Obat
Rifampisin + omeprazole Rifampisin Rifampisin diminum 1 jam sebelum makan sedangkan omeprazole 15 menit
menurunkan kadar sebelum makan
efektivitas
omeprazole
Rifampisin + isoniazid Rifampisin Monitoring fungsi hati
meningkatkan
toksisitas isoniazid
Rifampisin + Rifampisin Pisahkan penggunaannya, Rifampisin 1 jam sebelum makan
Methylprednisolone menurunkan kadar
efektivitas
methylprednisolone
Rifampisin + Salah satu nya Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
pyrazinamide meningkatkan
toksisitas yang lain
dengan
farmokodinamik
sinergisme
(meningkatkan
resiko hepatotoksik)
Rifampisin + Rifampisin Pisahkan penggunaanya, Rifampisin 1 jam sebelum makan, ondansetron 15
ondansetron menurunkan kadar menit sebelum makan
21
efektivitas ondastron
Isoniazid + fluticasone Isoniazid Pisahkan waktu penggunann fluticasone inhaler
meningkatkan kadar
atau efek dari
fluticasone inhaler
Isoniazid + ondansetron Isoniazid Pisahkan penggunaanya , isoniazid 2 jam sebelum makan, sedangkan
meningkatkan kadar ondansetron sebelum makan
ondansetron
Isoniazid + Isoniazid Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
methylprednisolone meningkatkan kadar
atau efek dari
methylprednisolone
Isoniazid + pyrazinamide Salah satu nya Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
meningkatkan
toksisitas yang lain
dengan
farmokodinamik
sinergisme
(meningkatkan
resiko hepatotoksik)
22
Obat tidak efektif Tidak ada
Dosis terlalu rendah Tidak ada
Dosis terlalu tinggi Tidak ada
Reaksi efek samping Tidak ada
Ketidakpatuhan Tidak ada
Ineraksi obat Ada
23
3.5.6. Planning
˗ Interaksi obat antara rifampisin dan isoniazid, rifampisin meningkatkan
kadar toksisitas dari isoniazid dan pasien harus di monitoring.
˗ Interaksi obat antra rifampisin dan pyrazinamide salah satu nya dapat
meningkatkan toksisitas dan pasien harus di monitoring.
˗ Interaksi obat antara isoniazid dan fluticasone dapat meningkatkan kadar
obat fluticasone.
- Rifampisin bisa menyebabkan urine berwarna merah maka harus di
lakukan edukasi kepada pasien.
- Penggunaan rifampicin perlu diperhatikan karena akan mengurangi
efektivitas sulfonylurea sehingga dosis nya perlu di tingkatkan.
- Isoniazid dapat menyebabkan kebas kesemutan maka harus di lakukan
edukasi kepada pasien dan di sarankan meminum vitamin B komplek.
- Pyrazinamid dapat meningkatkan kadar asam urat atau gout dan
pemakaiannya harus di perhatikan.
- Etambutol dapan menyebabkan gannguan penglihatan maka
pemakaiannya harus di monitoring.
- Pemakaian flutias inhaler dapat menyebabkan candidiasis dan pasien di
edukasi agar setelah memakai inhaler segera bekumur dengan air.
Nama : Bpk. U B
Usia : 69 Tahun
24
Jenis Kelamin : Pria
TGL. SUBJEKTIF
6/12/21 Tubuh pasien lemah
7/12/21 Tubuh pasien lemah, nyeri kepala, menggigil
8/12/21 Tubuh pasien lemah
9/12/21 Tubuh pasien lemah
10/12/2 Tubuh pasien lemah, nyeri
1
Normal
25
Tekanan darah <120/80 139/74 139/74 144/77 128/70 128/70
Pernafasan 16-20x/s 20x/m 20x/m 20x/m 20x/m 20x/m
Nadi 60-100 x/s 99x/m 99x/m 99x/m 99x/m 99x/m
Temperatur 36-370C 36 36 36 36 36
SaO2 95-100% 99 % 99% 99% 99% 99%
26
3.9.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
27
Limfosit 25-40 % 5,6 Tinggi
28
Berdasarkan uraian hasil pemeriksaan laboratorium diatas, berikut
hasil intrepretasi dari data hasil laboratorium tersebut :
3.10. ASSESMENT
3.10.1. Profil Penggunaan Obat Saat Ini
Nama Obat Regimen 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21
Lansoprazole inj 30 mg/24 jam √ √ √ √
Keoacid (Nocid) 2x1 kap √ √ √ √ √
Asam folat 2x1 40 mg √ √ √ √ √
Gabapentin 1x100 mg √ √ √ √ √
Nifedipine (Adalat 1x30 mg √ √ √ √ √
oros)
Flunarizine 1x10 mg √ √ √ √
Tramadol 2x50 mg √ √ √ √
(Dolgesic)
Allopurinol 3x300 mg √ √ √ √
29
Nifedipine 1x30 mg 30-60 mg/hari Sebaga antihipertensi sesuai
(Adalat oros)
Flunarizine 1x10 mg 1x10 mg Untuk mencegah sakit Sesuai
(Sinral) kepala (migrain)
Tramadol 2x50 mg/hari 100-300 Sebagai analgetik Sesuia
(Dolgesic) mg/hari
Allopurinol 2x100 mg/hari 200-300 Untuk menurunkan Sesuai
mg/hari kadar asam urat
3.10.6. Planning
30
Penggunaan bersama opioid dengan gabapentin dapat meningkatkan
resiko overdosis opioid dan efek sampingyang serius seperti sedasi berat, depresi
pernapasan,, dan kematian karena efek depresan aditif berpotensi pada system
sarafpusa maka pemakaian obat gabapenting dan tramadol perlu dilakukan
monitorin.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
- Pasien tersebut didiagnosa menderita Diabetes mellitus tipe 2 dan
neuropati.
- - Pasien diberikan obat setelah keluar dari RSUD yaitu, OAT kategori 1,
Salmeterol-fluticasone inhaler (Flutias inhaler) dan asetylsistein kapsul
(mukolitik).
32
- - Pasien didiagnosis Tuberculosis dan diberikan obat TB kategori 1
umummya diberikan pada pasien yang terkontaminasi bakteriologis,
terdiagnosis klinis dan TB ekstra paru. Obat kategori 1 yang diberikan
adalah 2RHZE.
33
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Dari pemantauan terapi obat pada kasus diabetes mellitus dan tuberculosis
dan terapi yang diterima oleh bapak SB dinilai sudah tepat. Berdasarkan
masalah terkait obat yang tidak efektif (ineffective drug), reaksi efek
samping obat (adverse drug reaction), riwayat ketidakpatuhan dalam
pengobatan dan interaksi obat (drug interaction).
5.2. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Barners J Peter. Peter G J Burney et al. 2015. COPD Disease Primers. 1: 1-21
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat .Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Komunitas dan Klinik dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Decraner M, Gosselink R et al. 2005. Effect of treatment on the progression of
CPOD: report of a workshop held in Leuven. Thorax;60:343-9
Garner, Beth. 2007. Ter. Diana Lyrawati 2008. Farmakologi Hipertensi
lyrawati.files woedpres.com
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
King Paul T, Martin Macdonald, Philip G Bardin. 2013. Bacteria in COPD; their
potential role and treatment. Translation Respiratoy Medicine, 1 : 13
Medscape.com Drug Intraction checker Avalilable http: //reference. Medscape.
com/drug-interaction checker
Sukandar, Eli Yulinah, DKK.2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta. Ikatan
Apoteker Indonesia
Suwitra k. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V. Jakarta : Pusat Penerbitan Dalam FKUI, 2009. 1035-1040
35