Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

TERKAIT
PEMANTAUAN TERAPI OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH RANTAU PRAPAT
Priode 22 November – 22 Desember 2021

Disusun Oleh :
TRESNA NOVIYANA SARI ( 2029013077 )

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN FAKULTAS FARMASI


PROGRAM STUDI APOTEKER
MEDAN 2021
LAPORAN KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
TERKAIT
PEMANTAUAN TERAPI OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH RANTAU PRAPAT
Priode 22 November – 22 Desember 2021

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi
apoteker (APT)

Disusun Oleh
TRESNA NOVIYANA SARI ( 2029013077 )

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN FAKULTAS FARMASI


PROGRAM STUDI APOTEKER
MEDAN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini diajukan oleh:


Nama :Tresna Noviyana Sari
Nim : 2029013077

Program Studi : Profesi Apoteker

Tanggal/Waktu PKPA : 22 November – 22 Desember 2021

Tempat PKPA : Rumah Sakit Umum Daerah Rantau Prapat

Judul :Laporan Khusus Praktik Kerja Profesi

Apoteker Terkait Pemantauan Terapi Obat di

Rumah Sakit Umum Rantau Prapat

Telah diterima sebagai bagian persyaratan


yang diperlukan untuk meperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut
Nyak Dhien Medan.

Disetujui Oleh:

Apt. Sumardi,
Ketua Program
S.Si., M.Sc
Studi Apoteker
NIP.197211272005
UNIV TJUT
012004
NYAK DHIEN
Pembimbing
PKPA
UNIV TJUT
NYAK
DHIE
N

Apt. Eva
Sarti
ka
Daso
pang
M.Si
NIP.19560
2101987032003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Umum
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Rantau Prapat.
Kegiatan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi
Apoteker di Universitas Tjut Nyak Dhien Medan, agar setiap calon apoteker
mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai rumah sakit dan
tugas apoteker yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker.
Ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Apt. Rizki
Hidayanti Rambe, S.Farm., M.Farm.Klin., sebagai pembimbing dari RSUD
Rantau Prapat dan Ibu Apt. Eva Sartika Dasopang M.Si., sebagai pembimbing
dari Universitas Tjut Nyak Dhien Medan yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan dukungan moril serta saran selama pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Rantau Prapat selama satu bulan
periode 22 November – 22 Desember 2021.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada :
1. Bapak Apt. Dedi Kurniawan S.Farm., selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUD Rantau Prapat atas waktu dan bimbingannya selama proses
praktek kerja profesi apoteker ini.
2. Dr. Apt. Nilsya Febrika Zebua S.Farm., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Farmasi UTND Medan.
3. Apt. Sumardi, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
UTND Medan.
4. Dr. Syafril Harahap Sp.B selaku Direktur Utama RSUD Rantauprapat
5. Ibu Apt. Rizki Hidayanti Rambe, S.Farm., M.Farm. Klin. selaku
kordinator pelayanan farmasi klinis atas waktu dan bimbingannya selama
proses praktek kerja profesi apoteker ini.
6. Bapak Apt. Sri Charles, S.Farm. selaku Koordinator Pengadaan Sediaan
Famasi, atas waktu dan bimbingannya selama proses praktek kerja profesi
apoteker ini.
7. Seluruh staf dan pegawai Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat yang

i
telah banyak membantu dan membimbing selama Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar Praktek Kerja Profesi Apoteker UTND Medan.
9. Kedua orang tua tercinta, atas doa, kesabaran, bimbingan, dukungan
moral, materi, serta kasih sayang.
10. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i Apoteker UTND Medan
Angkatan VIII Tahun 2021.
11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan
Laporan Tugas Umum Praktek Kerja Profesi Apoteker Rumah Sakit
Umum Daerah Rantau Prapat.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.

Medan, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1

1.2. Tujuan............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

2.1. Diabetes Melitus........................................................................ 3

2.1.1. Definisi Diabetes Melitus.............................................. 3

2.1.2. Obat-Obat Diabetes Melitus.......................................... 3

2.2. Tuberculosis.............................................................................. 5

2.2.1. Definisi Tuberculosis.................................................... 5

2.2.2. Obat-Obat Tuberculosis................................................ 5

2.3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik............................................... 6

2.3.1. Defenisi PPOK.............................................................. 6

2.3.2. Obat-Obat PPOK........................................................... 7

2.4. Penyakit Ginjal Kronik............................................................. 7

2.4.1 Defenisi Penyakit Ginjal Kronik................................... 7

2.4.2 Obat-Obat Penyakit Ginjal Kronik................................ 8

BAB III PEMANTAUAN TERAPI OBAT.................................................. 9

3.1. Data Pasien DM........................................................................ 9

3.2. Perincian Pasien........................................................................ 9

3.3. Data Subjektif Pasien................................................................ 9

3.4. Data Objektif Pasien................................................................. 10

3.4.1. Hasil Pemeriksaan Tanda Vital................................... 10

3.4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium................................ 11

iii
3.5. Assasment................................................................................. 17

3.5.1. Profil Penggunaan Obat.............................................. 17

3.5.2. Dosis dan Tujuan Penggunaan Obat........................... 18

3.5.3. Efek Samping Obat..................................................... 20

3.5.4. Interaksi Obat.............................................................. 21

3.5.5. Drug Relation Problem............................................... 22

3.5.6. Planning...................................................................... 24

3.6. Data Pasien CKD...................................................................... 25

3.7. Perincian Pasien........................................................................ 25

3.8. Data Subjektif Pasien................................................................ 25

3.9. Data Objektif Pasien................................................................. 26

3.9.1 Hasil Pemeriksaan Tanda Vital.................................... 26

3.9.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium.................................. 27

3.10. Assasment................................................................................. 29

3.10.1 Profil Penggunaan Obat................................................ 29

3.10.2 Dosis dan Tujuan Penggunaan...................................... 29

3.10.3 Efek Samping Obat....................................................... 30

3.10.4 Interaksi Obat................................................................ 31

3.10.5 Drug Relation Problem................................................. 31

3.10.6 Planning........................................................................ 31

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35

5.1. Kesimpulan............................................................................... 35

5.2. Saran.......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Kegiatan tersebut mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian
obat, respon terapi, reaksi obat tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi
perubahan atau alternative terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui (Departemen Kesehatan
RI.,2009).

Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai resiko mengalami masalah


terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien
yang sangat individual meningkatkan munculna masalah terkait obat. Hal tersebut
menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek profesi untuk
mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
(Departemen Kesehatan RI.,2009).

Beberapa masalah yang ditemukan dalam praktek apoteker di komunitas di


Amerika Serikat, antara lain efek samping oabt, interaksi obat, penggunaan obat
yang tidak tepat. Sementara di Indonesia data yang dipublikasikan tentang
praktek apoteker di Indonesia masih terbatas.

Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah


munculnya masalah terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan memiliki peran penting dalam PTO. Pengetahuan penunjang dalam
melakukan PTO adalah patosfisiologi penyakit, farmakoterapi, serta interpretasi
hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostic. Selain itu diperlukan
kemampuan berkomunikasi, kemampuan membina hubungan interpersonal, dan
menganalisis masalah. Proses PTO merupakan proses yang komprehensif mulai
dari seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat,
rekomendasi terapi, rencana pemantauan sampai dengan tindak lanjut.
(Departemen Kesehatan RI.,2009).

1
1.2. Tujuan

1. Menilai ketepatan terapi dari regimen pengobatan pasien.

2. Menganalisis masalah terkait obat

3. Sebagai acuan apoteker melaksanakan PTO dalam rangka penerapan


pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dan komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Defenisi Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes mellitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang te rjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua – duanya. Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association
(2010), terbagi 4 bagian yaitu:
a. Diabetes mellitus tipe 1
DM ini disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas yang menyebabkan
terjadinya penurunan produksi insulin. Defisiensi produksi insulin yang
terjadi bersifat absolut.
b. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 awalnya disebabkan karena terjadinya resistensi insulin yang
semakin lama akan merusak sel beta-pankreas. Kerusakan sel beta pankreas
akibat proses homeostasis insulin didalam tubuh.
c. Diabetes mellitus gestational
DM ini muncul atau diketahui selama proses kehamilan.
d. Diabetes mellitus tipe lain
DM ini terjadi karena defek genetik fungsi sel beta pankreas, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, DM karena obat,
DM karena infeksi, DM imunologi dan sindrom genetik.

2.1.2. Obat-obat Diabetes Melitus

a. Golongan Sulfonilurea
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah dengan berikatan pada
reseptor sel β pankreas, dan memblok saluran K+ sensitif-ATP
menyebabkan depolarisasi membran dan influks Ca yang menstimulasi
sekresi insulin. Contoh dari obat golongan ini adalah gliburid, glipizid,
glimepirid.
b. Golongan Biguanida

3
Mekanisme kerja dari obat ini adalah mengurangi gukoneogenesis hepatik.
Meningkatkan sensitifitas insulin terutama di otot dan lemak. Metformin
juga mengurangi absorbsi gula pada saluran cerna , tidak menyebabkan
pelepasan insulin dari pankreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia.
Contohnya adalah metformin.
c. Golongan Meglitinida
Mekanisme kerja obat golongan ini mirip dengan gologan sulfonilurea
dengan meningkatkan sekresi insulin dari pankreas namun memiliki onset
yang cepat dan durasi kerja yang pendek. Aktivitas tergantung pada
glukosa. Contohnya adalah repaglinida dan nateglinida.
d. Golongan Tiazolidindion (TZDs atau Glitazone)
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah agonis selektif terhadap reseptor
gamma yang diaktivasi proliferator peroksisoma inti (nuclear peroxisome
proliferator-activated receptor gamma PPARγ). Selain itu meningkatkan
ekspresi dari gen yang memetabolisme glukosa, menghasilkan peningkatan
sensitivitas insulin. Contoh dari obat ini adalah pioglitazon, resoglitazon.
e. Inhibitor α –Glukosidase
Mekanisme kerja α -glukosidase pada ikrovili usus sehingga memperlambat
pemecahan karbohidrat menjadi molekul gula dan absorbsi glukosa dari
saluran cerna ke aliran darah. Contohnya adalah akarbose dan miglitol.
f. Inhibitor Dipeptidil 4-peptidase (Inhibitor DPP4)
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah dengan menghambat
pemecahan glucagon-like peptide-1 (GLP) yang diseksresikan selama
makan, sehingga meningkatkan sekresi insulin pankreas, membatasi sekresi
glukagon, memperlambat proses pengosongan lambung, dan menimbulkann
perasaan kenyang. Contoh obatnya adalah sitagliptin dan saxagliptin.
g. Sekuestran Asam Empedu
Sekuesteran asam empedu pada dasarnya digunakan untuk mengontrol
kolesterol. Mekanismenya dengan mengurangi konsentrasi serum glukosa
belum diketahui. Contohnya adalah colesevelam.
h. Insulin
Berdasarkan sifat farmakokinetiknya insulin dapat diklasifikasi atau 4 yaitu:

4
 Kerja cepat (rapid acting): insulin aspart, lispro, dan glulisine

 Kerja singkat (short acting): insulin reguler

 Kerja sedang (intermediate acting): insulin netral protamine Hagedorn

 Kerja panjang (long acting): insulin glargine dan detemir (Azrifitria dan
Silma Awalia.,2013).
2.2. Tuberculosis

2.2.1. Defenisi Tuberculosis


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular pada manusia yang
disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan
tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Kasus TB yang melibatkan
hanya parenkim paru disebut sebagai TB paru
Sumber penularan TB paru adalah pasien TB dengan BTA positif melalui
droplet dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti pasien TB paru dengan
BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja
terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam sampel ≤ dari 5.000
kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung (Kementerian Kesehatan RI.,2014).
Selain itu, pasien TB paru dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB paru BTA
positif adalah 65%, pasien TB paru BTA negatif dengan hasil kultur positif
adalah 26% sedangkan pasien TB paru dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
positif adalah 17% (Kementerian Kesehatan RI.,2014).

2.2.2. Obat-obat Tuberculosis

Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen


terpenting pada dinding sel bakteri. Rifampisin menghambat aktivitas polymerase
RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan. Pirazinamid adalah analog
pirazindari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid terhadap
Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian. Mekanisme
pirazinamid belum diketahui secara pasti. Ethambutol menghambt sintesis
minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme sel,

5
mengahambat multiplikasi,dan kematian sel. Streptomisin adalah antibiotik
bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein. Etionamid dapat bekerja sebagai
bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat. Mekanisme kerja
belum diketahui secara pastti tetapi etionamida dapat menghambat sintesis
peptida pada organisme yang rentan. Asam aminosalisilat menghambat
pembentukan asam folat atau menghambat pembentukan komponen dinding sel,
mikobaktin, dengan menurunkan pengambilan besi oleh M.tuberculosis.
Rifapentin memiliki mekanisme yang sama dengan rifampisin (Sukandar, Elin
Yulinah., Dkk.,2012).
2.3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.3.1. Defenisi PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dapat ditandai dengan obstruksi jalan
nafas yang buruk dengan pemeiksaan menggunakan spirometry, termasuk
obstruksi jalan nafas (bronkiolitis obstruktif kronik dan emfisema) yang
menyebabkan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan sehingga
penderita mengalami sesak nafas. Secra umum, factor resiko dari PPOK adalah
merokok, serta polusi udara di lingkungan (Barnespeter et al.,2015). PPOK dapat
ditandai dengan gejala pernafasan seperti batuk berdahak, sesak nafas setelah
beraktifitas, atau infeksi saluran pernafasan bawah yang bertahan lama lebih dari
2 minggu (Barnes peter et al.,2015). PPOK sering dikaitkan dengan peradangan
kronis pada saluran pernafasan. Tingkat peradangan akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah makrofag, neutrophil, dan limfosit dalam
paru-paru. Eksaserbasi atau serangan PPOK terjadi akibat
peningkatanperadangan pada saluran pernafasan serta efek sistemik dari
inflamasi. Eksaserbasi dipicu oleh infeksi pada pernafasan baik oleh virus atau
bakteri (Barnes peter et al.,2015). Bakteri yang dapat menyebabkan eksaserbasi
umumnya adalah H.influenza, S.pneumoniae dan Moxarella catarhallis, infeksi
rhinovirus dapat memproduksi peptide dan menyebabkan eksaserbasi pada
pasien PPOK (King et al, 2013).

2.3.2. Obat-Obat PPOK

6
Terapi farmakologi untuk PPOK antara lain bronkodilator kerja cepat,
antikolinergik kerja lama (Long acting muscarinic antagonist/LAMA) contohnya
tiotropium, beta2-agonis kerja lama (Long acting beta2 agonist/LABA)
contohnya formoterol dan salmeterol, Inhalasi kortikosteroid (Inhaled
corticosteroid/ICS) contohnya beclomethasone, budesonide, dan fluticasone.
Terapi ini memiliki efek positif untuk menghilangkan gejala batuk dan sesak
nafas, eksaserbasi dan fungsi paru-paru (Decramer et al,2005).

2.4. Penyakit Ginjal Kronik


2.4.1 Defenisi Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suattu proes fatofisiologi dengan


etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yyang progresif
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel pada suatu saat yang memelukan terapi pengganti ginjal yang tetap
berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Suwitra,2009). Klasifikasi gagal ginjal
kronik atas dasar derajat penyakit

Derajat LFG (ml/mnt/1,73m2)


1 ˃90
2 60-89
3 30-59
4 15-29
5 ˂15 atau dialisis
Rumus Cockroft

2.4.2 Obat-Obat Penyakit Ginjal Kronik

Pasien dengan hipertensi diperlukan terapi antihipertensi yang mencakup


ACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker untuk tekanan darah ditargetkan
systolic kurang dari 130 mm Hg dab diastolic kurang dari 80 mm Hg.

7
BAB III

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

3.1. DATA PASIEN DIABETES MELITUS dan TBC

Nama : Bpk. SB

Usia : 65 Tahun

8
Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jln. Urung Kompas, Padang Pasir


Tgl Masuk : 6 Desember 2021

Tgl Keluar : 11 Desember 2021

3.2. PERINCIAN PASIEN


1. Keluhan Utama
Nyeri ulu hati, sesak napas, batuk,berdahak, lemas.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Diabetes Melitus tipe 2
3. Riwayat Penggunaan Obat
Riwayat obat anti Diabetes Melitus baik oral maupun insulin tidak
diketahui jenis obat nya.
4. Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus tipe 2, susp.tumor paru kanan, susp. TB paru, PPOK,
Diabetes Mellitus neuropati.

3.3. DATA SUBJEKTIF PASIEN

TGL. SUBJEKTIF
6/12/21 Nyeri ulu hati
7/12/21 Nyeri ulu hati, lemas
8/12/21 Nyeri ulu hati, sesak napas,batuk, berdahak
9/12/21 Sesak napas, batuk, tidak selera makan
10/12/2 Sesak napas, batuk
1
11/12/2 Sesak napas, batuk
1
3.4. DATA OBJEKTIF PASIEN
3.4.1. Hasil Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan Nilai 6/12/21 7/12/21 8/12/2 9/12/21 10/12/21


1
Normal
Tekanan darah <120/80 118/70 96/70 87/63 101/70 121/77
Pernafasan 16- 20x/m 20x/m 24x/m 24x/m 26x/m
20x/s

9
Nadi 60-100 80x/m 80x/m 80x/m 124x/m 73x/m
x/s
Temperatur 36- - - - - 36.7

370C
SaO2 95- 90 % 90 % 90 % 91% 96
100%

10
3.4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Terapi Satuan 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21 11/12/21 Keterangan

Hemoglobin 13,2- g/dL 13,4


17,3
Hematokrit 40-52 % 37,9 Rendah

Leukosit 3,8-10,6 10V3/uL 14,3 Tinggi

Trombosit 150-440 10V3/Ul 509 Tinggi

Eritrosit 4,4-5,9 10V3/uL 4,6

MCV 80-100 Fl 82,0

MCH 26-34 Pg 29,0

MCHC 32-36 g/Dl 35

RDW 11,5- % 12,1


14,5
MPV 7,9-11,1 Fl 8,8

11
Basofil 0-1 % 0,2

Eosinofil 2-4 % 0,6 Rendah

Limfosit 25-40 % 7,3

Monosit 2-8 % 2,4

Neutrofil 50-70 % 89,5 Tinggi

BAS 0,0-0,10 10V3/uL 0,03

EOS 0,02- 10V3/uL 0,08


0,50
LYM 0,80- 10V3/uL 1,04
4,00
MON 0,12- 10V3/uL 0,34
7,00
NEU 2,00- 10V3/uL 12,76 Tinggi
7,00
URINE

Warna Kuning Kuning

12
Kejernihan Jernih Jernih

Berat Jenis 1.010- 1.020


1.030
Ph/reaksi 4,6-8,0 5,5

Blood Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif Positif 1+

Milirubin Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Glukosa Negatif Positif 4+

Mobilinogen Normal Normal

Eritrosit 0-1 /LPB 0-1

Leukosit 0-1 /LPB 0-1

13
Epitel 1-3 /LPB 1-3

Silinder Negatif /LPB Negatif

Cristal Negatif /LPB Negatif

Bakteri Negatif Negatif

Imunologi Negatif

Natrium 135-147 mmol/l 135

Kalium 3,5-5,0 mmol/l 2,7 Rendah

Chlorida 95-105 mmol/l 102

Sputum 1+

Mikrobiologi Not MTB Positif


detected (+)
KGD PP ˃200 mg/dl 108 154 107 322 Tinggi
mg/dl
KGD N ˃126 mg/dl 288 116 237 407 Tinggi
mg/dl
KGD ˃200 mg/dl 204 147 Normal

14
Adrandom mg/dl

15
Berdasarkan uraian hasil pemeriksaan laboratorium diatas, berikut hasil
intrepretasi dari data hasil laboratorium tersebut :

- Pada hasil data laboratorium, nilai hematocrit dibawah normal. Nilai


hemoglobin, trombosit di atas normal. Kelainan pada darah dapat
disebabkan karena banyak hal seperti karena suatu penyakit, karena
obat-obatan (Drug induce hematological disorder).
- Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi. Adanya infeksi
juga didukung oleh peningkatan nadi dan respiratory rate (RR)
meskipun peningkatan RR tidak terlalu tinggi.
- Kadar gula darah puasa dan 2 jam post prandial yang meningkat
menunjukkan bahwa pasien memiliki penyakit diabetes dan didiagnosa
menderita diabetes mellitus tipe II (Kementrian Kesehatan RI,2011)
- Uji mikrobiologi Mycobacterium tuberculosis (+).
- Capitas dinding regular dengan air fluid level 5,8 x 5,6 cm pada lobus
superior paru kiri. Konsolidasi inflamasi pada posterior onferior lobus
inferior kanan DD abses TB paru. Fibroifiltrat kapitas multiple kecil
paru bilateral + effuse fleura bilateral CTR ˂50 %.

16
3.5. ASSESMENT
3.5.1. Profil Penggunaan Obat Saat Ini

17
3.5.2. Dosis dan Tujuan Penggunaan Obat

Nama Obat Regimen 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21 11/12/21


Ondasetron inj 1 amp/ 12 jam √ √ √ √ √
Omeprazole inj 1 vial/ 12 jam √ √ √ √ √
Insulin 70 % Protamin 12-0-12 UI √ √ √ √ √ √
aspart dan 30 % Aspart
(Novomix)
Gabapentin 2x300 mg √ √ √ √ √
Sucralfate sirup (Nucral) 3x C 1 √ √ √ √ √
Acetylsiseine (Resfar) 1fls/H √
Ipratropium-Salbutamol Tiap 8 jam √ √
(Combivent nebule)

Methyl prednisolone inj 62,5 mg/12 jam √ √


Rifampisin 450 mg 1x450 mg √
Isoniazid 300 mg 1x300 mg √
Pyrazinamid 500 mg 2x500 mg √
Etambutol 500 mg 2x500 mg √
Salmeterol-Fluticasone 2x II Puff √
(Flutias inh)
N-acetylsisteine 3x200 mg √

18
Obat Dosis yang diberikan Dosis Literaratur Indikasi Keterangan
Ondasetron inj 2 mg/ml tiap12 jam 0,15 mg/kg IV Sebagai anti emetic Sesuai
Maks.16 mg/dosis
Omeprazole inj 40 mg I.V tiap 12 jam Maks. 40 mg sekali Untuk menekan Sesuai
sehari melalui I.V sekresi asam lambung
Insulin 70 % Protamin 12-0-12 UI 6-12 IU 2 dosis Untuk terapi diabetes Sesuai
aspart dan 30 % terbagi 1 kali sehari mellitus
Aspart (Novomix)
Gabapentin 300 mg 2x300 mg 300-600 mg/hari Untuk terapi diabetes Sesuai
neuropati
Sucralfate sirup 3x1C 1 g 4 kali sehari Melapisi mukosa Sesuai
(Nucral) lambung
Acetylsisteine inj 200 mg/ml I.V 3-5 ml larutan 20 %, Sebagai antioksidan Sesuai
(Resfar) 6-10 % larutan 10% 2-
6 jam
Ipratropium 0,5 mg Tiap 8 jam 2x4 inhalasi Penyakit saluran Sesuai
dan Salbutamol 2,5 Tidak boleh melebihi pernapasan (PPOK)
mg (Combivent 12jam
nebule)
Methyl prednisolone 62,5 mg/12 jam 120 mg/hari Antiinflamasi Sesuai
inj 40-500 mg/hari
Rifampisin 450 mg 1x450 mg Dosis maksimum 600 Tuberculosis Sesuai
mg/hari
Isoniazid 300 mg 1x300 mg Maksimum 300 Tuberculosis Sesuai
mg/hari
Pyrazinamid 500 mg 2x500 mg Pasien BB 40-55 Kg Tuberculosis Sesuai
Maks.1000 mg /hari
Etambutol 500 mg 2x500 mg Pasien BB 40-55 Kg Tuberculosis Sesuai
Maks.800 mg/hari
Pasien BB 56-75 Kg
Maks. 1200 mg/hari
Salmeterol- 2xII Puff 2x 1 inhalasi/ 12 jam Asma Sesuai
Fluticasone (Flutias 19
inh)
Acetylsisteine 200 mg 3x200 mg 3x200-600 mg/hari Sebagai Mukolitik Sesuai
(pengencer dahak)
3.5.3. Efek Samping Obat

Obat Efek Samping Obat Efek Samping Yang Terjadi


Ondasetron inj Sakit kepala,kelelahan, Hipoksia Tidak ada
Omeprazole inj Sakit kepala, sakit perut,diare,mual, Tidak ada
flatulence
Insulin 70 % Protamin aspart dan 30 % Reaksi alergi terhadap insulin, Tidak ada
Aspart (Novomix) hipoglikemia
Gabapentin Ataksia,pusing,menyebabkan Tidak ada
kantuk,kelelahan,
Sucralfate sirup (Nucral) Konstipasi,diare,pusing
Acetylsistein (Resfar inj) Mual, muntah, kemerahan, dan ruam
kulit
Ipratropium 0,5 mg dan Salbutamol 2,5 Tubuh lemas (asthenia),influenza, Tidak ada
mg (Combivent nebule) ketidaknyamanan pada dada
Methyl prednisolone inj Kembung,konstipasi,diare,kulit kering, Tidak ada
kemerahan
Rifampisin 450 mg Urine berwarna merah
Isoniazid 300 mg Kebas, kesemutan
Pyrazinamide 500 mg Meningkatkan kadar asam urat
Etambutol 500 mg Gangguan penglihatan OBAT PBJ

Salmeterol-Fluticasone (Flutias inh) Nasofaringitis,infeksi saluran


pernapasan atas, hidung tersumbat,
sinusitis

20
Acetylsisteine 200 mg Mual, muntah, kemerahan dan ruam
pada kulit
3.5.4. Interaksi Obat

Obat yang berinteraksi Mekanisme Pencegahan Interaksi


interaksi

Rifampisin + omeprazole Rifampisin Rifampisin diminum 1 jam sebelum makan sedangkan omeprazole 15 menit
menurunkan kadar sebelum makan
efektivitas
omeprazole
Rifampisin + isoniazid Rifampisin Monitoring fungsi hati
meningkatkan
toksisitas isoniazid
Rifampisin + Rifampisin Pisahkan penggunaannya, Rifampisin 1 jam sebelum makan
Methylprednisolone menurunkan kadar
efektivitas
methylprednisolone
Rifampisin + Salah satu nya Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
pyrazinamide meningkatkan
toksisitas yang lain
dengan
farmokodinamik
sinergisme
(meningkatkan
resiko hepatotoksik)
Rifampisin + Rifampisin Pisahkan penggunaanya, Rifampisin 1 jam sebelum makan, ondansetron 15
ondansetron menurunkan kadar menit sebelum makan

21
efektivitas ondastron
Isoniazid + fluticasone Isoniazid Pisahkan waktu penggunann fluticasone inhaler
meningkatkan kadar
atau efek dari
fluticasone inhaler
Isoniazid + ondansetron Isoniazid Pisahkan penggunaanya , isoniazid 2 jam sebelum makan, sedangkan
meningkatkan kadar ondansetron sebelum makan
ondansetron
Isoniazid + Isoniazid Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
methylprednisolone meningkatkan kadar
atau efek dari
methylprednisolone
Isoniazid + pyrazinamide Salah satu nya Monitoring hal-hal yang terkait efek samping obat
meningkatkan
toksisitas yang lain
dengan
farmokodinamik
sinergisme
(meningkatkan
resiko hepatotoksik)

3.5.5. Drug relation problem

Terapi tidak dibutuhkan Tidak/ ada


Indikasi tanpa obat Tidak ada

22
Obat tidak efektif Tidak ada
Dosis terlalu rendah Tidak ada
Dosis terlalu tinggi Tidak ada
Reaksi efek samping Tidak ada
Ketidakpatuhan Tidak ada
Ineraksi obat Ada

23
3.5.6. Planning
˗ Interaksi obat antara rifampisin dan isoniazid, rifampisin meningkatkan
kadar toksisitas dari isoniazid dan pasien harus di monitoring.
˗ Interaksi obat antra rifampisin dan pyrazinamide salah satu nya dapat
meningkatkan toksisitas dan pasien harus di monitoring.
˗ Interaksi obat antara isoniazid dan fluticasone dapat meningkatkan kadar
obat fluticasone.
- Rifampisin bisa menyebabkan urine berwarna merah maka harus di
lakukan edukasi kepada pasien.
- Penggunaan rifampicin perlu diperhatikan karena akan mengurangi
efektivitas sulfonylurea sehingga dosis nya perlu di tingkatkan.
- Isoniazid dapat menyebabkan kebas kesemutan maka harus di lakukan
edukasi kepada pasien dan di sarankan meminum vitamin B komplek.
- Pyrazinamid dapat meningkatkan kadar asam urat atau gout dan
pemakaiannya harus di perhatikan.
- Etambutol dapan menyebabkan gannguan penglihatan maka
pemakaiannya harus di monitoring.
- Pemakaian flutias inhaler dapat menyebabkan candidiasis dan pasien di
edukasi agar setelah memakai inhaler segera bekumur dengan air.

3.6. DATA PASIEN CKD

Nama : Bpk. U B

Usia : 69 Tahun

24
Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jln. Batu Tunggal


Tgl Masuk : 6 Desember 2021

Tgl Keluar : 11 Desember 2021

3.7. PERINCIAN PASIEN


1. Keluhan Utama
Lemas, dan nyeri kepala.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak ada
3. Riwayat Penggunaan Obat
Tidak diketahui
4. Diagnosis Kerja
CKD stage 5 ec HN, PAD dd Neuropati, Fraktur vertebre lumbal,
Cepalgia.

3.8. DATA SUBJEKTIF PASIEN

TGL. SUBJEKTIF
6/12/21 Tubuh pasien lemah
7/12/21 Tubuh pasien lemah, nyeri kepala, menggigil
8/12/21 Tubuh pasien lemah
9/12/21 Tubuh pasien lemah
10/12/2 Tubuh pasien lemah, nyeri
1

3.9. DATA OBJEKTIF PASIEN


3.9.1 Hasil Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan Nilai 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21

Normal

25
Tekanan darah <120/80 139/74 139/74 144/77 128/70 128/70
Pernafasan 16-20x/s 20x/m 20x/m 20x/m 20x/m 20x/m
Nadi 60-100 x/s 99x/m 99x/m 99x/m 99x/m 99x/m
Temperatur 36-370C 36 36 36 36 36
SaO2 95-100% 99 % 99% 99% 99% 99%

26
3.9.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Terapi Satuan 6/12/21 Keterangan

Hemoglobin 13,2-17,3 g/dL 9,8 Rendah

Hematokrit 40-52 % 31,7 Rendah

Leukosit 3,8-10,6 10V3/uL 26,4 Tinggi

Trombosit 150-440 10V3/Ul 443,0 Tinggi

Eritrosit 4,4-5,9 10V3/uL 3,5 Rendah

MCV 80-100 Fl 90,4 Normal

MCH 26-34 Pg 28,0 Normal

MCHC 32-36 g/Dl 31,0 Rendah

RDW 11,5-14,5 % 14,6 Tinggi

MPV 7,9-11,1 Fl 8,2 Normal

Basofil 0-1 % 0.4 Normal

Eosinofil 2-4 % 0,8 Rendah

27
Limfosit 25-40 % 5,6 Tinggi

Monosit 2-8 % 8,3 Tinggi

Neutrofil 50-70 % 84,9 Tinggi

BAS 0,0-0,10 10V3/uL 0,11 Tinggi

EOS 0,02-0,50 10V3/uL 0,21 Normal

LYM 0,80-4,00 10V3/uL 1,48 Normal

MON 0,12-7,00 10V3/uL 2,19 Normal

NEU 2,00-7,00 10V3/uL 22,39 Tinggi

Asam urat 3.0-7,0 mg/dL 14,5 Tinggi

Ureum ˂48 mg/dL 192 Tinggi

Kreatinin 0,62-1,10 mg/dL 9,97 Tinggi

Natrium 135-147 mmol/L 127 Rendah

Kalium 3,5-5,0 mmol/L 5,4 Tinggi

Klorida 95-105 mmol/L 96 Normal

28
Berdasarkan uraian hasil pemeriksaan laboratorium diatas, berikut
hasil intrepretasi dari data hasil laboratorium tersebut :

- Pada hasil data laboratorium, nilai hematocrit dan eritosit dibawah


normal. Nilai trombosit di atas normal. Kelainan pada darah dapat
disebabkan karena banyak hal seperti karena suatu penyakit, karena obat-
obatan (Drug induce hematological disorder).
- Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi. Adanya infeksi
juga didukung oleh peningkatan nadi dan respiratory rate (RR)
meskipun peningkatan RR tidak terlalu tinggi.
- Kadar asam urat di atas normal dengan nilai 14,5.

3.10. ASSESMENT
3.10.1. Profil Penggunaan Obat Saat Ini
Nama Obat Regimen 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21
Lansoprazole inj 30 mg/24 jam √ √ √ √
Keoacid (Nocid) 2x1 kap √ √ √ √ √
Asam folat 2x1 40 mg √ √ √ √ √
Gabapentin 1x100 mg √ √ √ √ √
Nifedipine (Adalat 1x30 mg √ √ √ √ √
oros)
Flunarizine 1x10 mg √ √ √ √
Tramadol 2x50 mg √ √ √ √
(Dolgesic)
Allopurinol 3x300 mg √ √ √ √

3.10.2. Dosis dan Tujuan Penggunaan


Obat Obat Dosis yang Dosis Indikasi Keterangan
diberikan Literaratur
Lansoprazole inj 30 mg/24 jam 30 mg/24 jam Untuk menekan secret Sesuai
asam lambung
Ketoacid (Nocid) 2x1 tab 2x1 tab Untuk penyakit gagal Sesuia
ginjal
Asam folat 2X40 mg 100-800 Untuk mengobati Sesuai
mg/hari anemia dan
kekurangan asam folat
Gabapentin 1x100 mg/hari 100-300 Sebagai antikonvulsan, Sesuai
mg/hari neuropati

29
Nifedipine 1x30 mg 30-60 mg/hari Sebaga antihipertensi sesuai
(Adalat oros)
Flunarizine 1x10 mg 1x10 mg Untuk mencegah sakit Sesuai
(Sinral) kepala (migrain)
Tramadol 2x50 mg/hari 100-300 Sebagai analgetik Sesuia
(Dolgesic) mg/hari
Allopurinol 2x100 mg/hari 200-300 Untuk menurunkan Sesuai
mg/hari kadar asam urat

3.10.3. Efek Samping Obat


Obat Efek Samping Obat Efek Samping Yang Terjadi
Lansoprazole Sakit kepala, diare, konstipasi Tidak ada
Ketoacid (Nocid) Bronkospasme, malaise, Tidak ada
eritema
Asam folat Tidak ada
Gabapentin Ataxia, pusing,kelelahan Tidak ada
Nifedipine (adalat oros) Sakit kepala, mual, konstipasi Tidak ada
Flunarizine (sinral) Mual, mulut kering, heartbun Tidak ada
Tramadol (Dolgesic) Mual, muntah, konstipasi, Tidak ada
vetigo
Allopurinol Mual, diare, nyeri sendi Tidak ada

3.10.4. Interaksi Obat


Obat yang berinteraksi Mekanisme interaksi Pencegahan Interaksi
Gabapentin + Tramadol Gabapentin, tramadol dapat Monitoring penggunaan
meningkatkan salah satu efek kedua obat tersebut
yang lainnya dengan sinergi khususnya tramadol
farmakodinamik

3.10.5. Drug relation problem


Terapi tidak di butuhkan Tidak /ada
Indikasi tanpa obat Tidak ada
Obat tidak efektif Tidak ada
Dosis terlalu rendah Tidak ada
Dosis terlalu tinggi Tidak ada
Reaksi efek samping Tidak ada
Ketidakpatuhan Tidak ada
Ineraksi obat Ada

3.10.6. Planning

30
Penggunaan bersama opioid dengan gabapentin dapat meningkatkan
resiko overdosis opioid dan efek sampingyang serius seperti sedasi berat, depresi
pernapasan,, dan kematian karena efek depresan aditif berpotensi pada system
sarafpusa maka pemakaian obat gabapenting dan tramadol perlu dilakukan
monitorin.

31
BAB IV
PEMBAHASAN
- Pasien tersebut didiagnosa menderita Diabetes mellitus tipe 2 dan
neuropati.

- Pasien tersebut juga didiagnosa menderita TB paru.

- Pemberian antidiabetes oral dan insulin pada pasien diabetes dengan TB


sudah tepat, karena kadar atau efek dari obat tersebut tidak dipengaruhi
oleh obat TB seperti Rifampicin (Baghaei et all,2013).

- Penggunaan methylprednisolone injeksi sebagai antiinflamasi sudah tepat


karena keluhan utama pasien salah satunya yaitu nyeri pada ulu hati.

- Penggunaan insulin 70 % Protamin aspart dan 30 % Aspart (Novomix)


karena kadar gula post prandial nilai nya tinggi yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.

- Penggunaan acetysistein injeksi dengan dosis tinggi bertujuan antioksidan


yang digunakan sebagai tambahan obat dalam PPOK yang berguna untuk
meningkatkan fungsi paru dalam PPOK serta mengurangi eksasarbasi
(gejala) akut.

- Penggunaan ipratropium bromide-salbutamol sulfate (combivent nebule)


dengan tujuan meredakan dan mencegah munculnya gejala akibat saluran
pernapasan yang sering disebabkan oleh asma dan PPOK.

- Penggunaan Gabapentin karena menderita diabetes mellitus neuropati


karena kadar gula darah yang tinggi melemahkan dinding pembuluh darah
yang memberi asupan oksigen dan nutrisi untuk sel sarap.

- - Pasien diberikan obat setelah keluar dari RSUD yaitu, OAT kategori 1,
Salmeterol-fluticasone inhaler (Flutias inhaler) dan asetylsistein kapsul
(mukolitik).

32
- - Pasien didiagnosis Tuberculosis dan diberikan obat TB kategori 1
umummya diberikan pada pasien yang terkontaminasi bakteriologis,
terdiagnosis klinis dan TB ekstra paru. Obat kategori 1 yang diberikan
adalah 2RHZE.

- - Salmeterol-fluticasone (Flutias inhaler) obat ini bekerja dengan cara


memperlebar saluran udara di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir
keluar masuk paru-paru dengan lancar. Salmeterol bekerja pada saluran
pernapasan dengan merelaksasi otot dan membuka saluran udara untuk
meningkatkan pernapasan. Mengontrol gejala masalah pernapasan dapat
membuat pasien dapat beraktivitas dengan normal.

- - Anemia lazim pada pasien dengan kecepatan flitrasi glomerulus yang


diperkirakan kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2. Anemia terkait hal yang
merugikan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.

- - Golongan CCB menjadi golongan antihipertensi yang paling banyak


digunakan. Calcium channel blocker digunakan secara luas pada pasien
hipertensi dengan hemodialisi untuk menurunkan tekanan darah secara
signifikan pada pasien hipertensi dengan hemodialysis. Mekanisme kerja
golongan CCB adalah menghambat masuknya kalsium ke dalam otot
polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer
(Gormer,2007).

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari pemantauan terapi obat pada kasus diabetes mellitus dan tuberculosis
dan terapi yang diterima oleh bapak SB dinilai sudah tepat. Berdasarkan
masalah terkait obat yang tidak efektif (ineffective drug), reaksi efek
samping obat (adverse drug reaction), riwayat ketidakpatuhan dalam
pengobatan dan interaksi obat (drug interaction).

5.2. Saran

Untuk mengoptimalkan proses pemantauan terapi obat, kegiatan seperti


penelusuran riwayat penggunaan obat dan penyakit pasien, serta visit secara tim
dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, perawat dan ahli gizi dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan Apoteker tentang data terkait pasien,
serta mengetahui langsung kondisi pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Barners J Peter. Peter G J Burney et al. 2015. COPD Disease Primers. 1: 1-21
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat .Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Komunitas dan Klinik dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Decraner M, Gosselink R et al. 2005. Effect of treatment on the progression of
CPOD: report of a workshop held in Leuven. Thorax;60:343-9
Garner, Beth. 2007. Ter. Diana Lyrawati 2008. Farmakologi Hipertensi
lyrawati.files woedpres.com
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
King Paul T, Martin Macdonald, Philip G Bardin. 2013. Bacteria in COPD; their
potential role and treatment. Translation Respiratoy Medicine, 1 : 13
Medscape.com Drug Intraction checker Avalilable http: //reference. Medscape.
com/drug-interaction checker
Sukandar, Eli Yulinah, DKK.2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta. Ikatan
Apoteker Indonesia
Suwitra k. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V. Jakarta : Pusat Penerbitan Dalam FKUI, 2009. 1035-1040

35

Anda mungkin juga menyukai