Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISKUSI KELOMPOK

MATA KULIAH
MANAJEMEN USAHATANI

Anggota Kelompok 3:

Layyina Farnisa Albie 205040101111035

Nadwah Amelia Nasution 205040101111045

Puan Aulia Trisnamurti 205040100111090

Robytoh Nur Aulia Denhas 205040101111043

Ranatasya Pramudita 205040100111092

Sekar Arum Purohita 185040107111046

Dosen Pengampu : Dina Novia P. SP. MSi.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PADA USAHATANI APEL ORGANIK
DI KECAMATAN PONCOKUSUMU KABUPATEN MALANG

1. Manajemen Usahatani Apel Organik di Kecamatan Poncokusumo


Kabupaten Malang

Manajemen usahatani menurut Hernanto, (1989) merupakan kemampuan


petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor
produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi
pertanian sebagaimana yang diharapkan. Keberhasilan suatu usahatani sangat
ditentukan dari keberhasilan manajemen yang dijalankan dalam usaha tersebut.
Manajemen usahatani yang dimaksud yakni dengan memanfaatkan fungsi manajemen
yang meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).

1.1 Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan jalan dan macam kegiatan yang telah


ditentukan dan diproyeksikan terlebih dahulu untuk menimbulkan atau untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan (Wiratmaja, 1987). Pencapaian skor
perencanaan usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor penilaian
responden terhadap perencanaan di Poncokusumo, kabupaten Malang yang terdiri
dari pemeliharaan tanaman apel, penetapan tenaga kerja, penetapan biaya usahatani,
penanganan hama dan penyakit tanaman, penanganan panen, penanganan pascapanen
dan pemasaran. Pencapaian skor berdasarkan perencanaan usahatani tertuang pada
Tabel di bawah ini.

Perencanaan Usahatani Apel Organik


Di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

No Indikator Perencanaan Rata-rata skor Kategori


.
1. Pemeliharaan tanaman apel 4,2 Baik
2. Penetapan tenaga kerja 4,2 Baik
3. Penetapan biaya usahatani 4,0 Baik
4. Penanganan hama dan penyakit 3,9 Baik
tanaman
5. Penanganan panen 4,0 Baik
6. Penanganan pascapanen 3,8 Baik
7. Pemasaran 3,7 Baik
Rata-rata perencanaan usahatani 4,0 Baik

Tabel 1 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan usahatani di


Poncokusumo, Kabupaten Malang termasuk dalam kategori baik dengan total skor
yaitu 4,0. Perencanaan adalah menentukan berbagai hal yang hendak dicapai atau
tujuan di masa depan dan juga untuk menentukan beragam tahapan yang memang
dibutuhkan demi mencapai tujuan tersebut, serta dapat dilihat sebagai suatu proses
kerangka kerja untuk mengambil keputusan dan penyusunan rangkaian tindakan di
masa depan. Perencanaan usahatani terdiri dari tujuh indikator diantara-nya;
pemeliharaan tanaman apel dengan skor sebesar 4,2 berada pada kategori baik,
penetapan tenaga kerja dengan skor sebesar 4,2 berada pada kategori baik, penetapan
biaya usahatani dengan skor sebesar 4,0 berada pada kategori baik, penanganan hama
dan penyakit tanaman dengan skor sebesar 3,9 berada pada kategori baik, penanganan
panen dengan skor 3,7 berada pada kategori baik, penanganan pascapanen dengan
skor 3,8 berada pada kategori baik, dan pemasaran dengan skor 3,7 berada pada
kategori baik.

1.2 Pengorganisasian
Salah satu fungsi manajemen usahatani yang kami rencanakan yaitu fungsi
pengorganisasian. Fungsi pengorganisasian pada usahatani kami adalah
pengorganisasian terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja untuk
pemeliharaan tanaman apel organik. Pengorganisasian terhadap penggunaan tenaga
kerja sangat penting bagi suatu usahatani karena dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dan pengolahan usahatani apel organik. Dalam melaksanakan kegiatan
usahatani, tenaga kerja yang akan digunakan adalah tenaga kerja keluarga yaitu
petani sebagai kepala keluarga, istri, dan anak yang dapat melakukan pemeliharaan
usahatani. Dapat diartikan bahwa petani dapat berperan sebagai manajer dan juru tani.
Peran petani sebagai manajer harus dapat memutuskan atau memilih berbagai
alternatif yang dihadapi untuk diusahakan, sedangkan petani sebagai juru tani
berperan dalam menentukan jenis dan menentukan cara-cara pemeliharaan apel
organik hingga proses pemasaran.

1.3 Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan proses penerapan dari rencana-rencana yang telah


disusun oleh petani dalam usahataninya. Berikut merupkan indikator dari pelaksanaan
dalam usahatani apel organik:

1. Penjarangan

Penjarangan merupkan kegiatan pengurangan jumlah tanaman persatuan luas


untuk mengatur Kembali ruang tumbuh bagi tanaman. Tujuan penjarangan sendiri
adalah untuk memelihara tanaman terbaik dan memberikan ruang tumbuh yang cukup
bagi tanaman. Menurut Akil et al. (2003) dalam Syafuddin (2010) penjaranagan yang
dilakukan terhadap tanaman pada umur tertentu dapat meningkatkan pendapatan
dibandingkan dengan cara konvensional.

2. Pemangkasan Tanaman

Pemangkasan tanaman merupakan kegitan penghilangan beberapa bagian


yang tidak diinginkan, tidak produktif, ataupun yang berpenyakit. Pemangkasan pada
apel juga dilakukan untuk tipuan pada tanaman apel sendiri, sebagai ganti musim
gugur pada asal iklim apel yaitu daerah subtropic. Jika pemangkasan ini telah
dilakukan maka apel akan dapat memunculkan bunga yang akhirnya dapat menjadi
buah apel.

3. Penyiangan

Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan atau mencabut gulma yang


tumbuh di sekitar tanaman apel, kegiatan ini juga bertujuan untuk menggemburkan
tanah. Gulma sendiri merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada
lahan pertanian karena dapat menurunkan hasil yang seharusnya dapat dicapai
maksimal oleh tanman produksi. Contoh gulma pada tanaman apel seperti, rumput
teki dan alang-alang,

4. Pembumbunan

Pembumbunan merupakan kegiatan mencangkul ringan tanah disekitar sela-


sela tanaman produksi kemudian digundukkan dipangkal batang tanaman (Yudianto,
2015). Tujuan pembumbuban ini antara lain yaitu untuk mengkokohkan berdirinya
tanman produksi dan juga mendekatkan zat hara/makan yang ada didalam tanah
terhadap tanaman produksi.

5. Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan penambahan zat hara atau unsur lain yang
dibutuhkan tanaman dengan tujuan agar mencapai hasil produksi yang tinggi. Pada
apel organic pupuk yang digunakan juga merupakan pupuk organic atau pupuk
kendang, dan juga rekomendasi pupuk N, P dan K dengan dosis yang tepat.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Apel merupakan komoditas hortikultura yang banyak dikembangkan di


Indonesia, salah satunya adalah Kota Batu dan Kecamatan Pujon Kabupaten Malang,
Jawa Timur (Sunarjono, 2013). Tetapi, ketergantungan petani terhadap pestisida
kimiawi untuk mengendalikan HPT pada apel di Batu dan sekitarnya masih sangat
besar. Menurut Untung (2007), penggunaan pestisida kimiawi secara berlebihan dapat
mengakibatkan tekanan lingkungan yang mendorong pada terjadinya reaksi ekologi
dan salah satu dampaknya adalah resistensi hama terhadap pestisida serta musnahnya
musuh alami sebagai pengendali hayati populasi hama.

Dari kejadian seperti itu maka usaha kami menerapkan produksi apel organic,
dengan sedikit hingga tidak sama sekali penggunaan terhadap kimia agar tetap
menjaga ekosistem sekitar. sistem pertanian organik pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan teratur, sehingga keperluan herbisida tidak banyak karena tidak banyak
tumbuhan gulma yang tumbuh disekitar tanaman apel. Secara ekologis dapat
dijelaskan bahwa penerapan sistem budidaya apel organik dengan pupuk organiknya
akan dapat memperbaiki kualitas kesuburan lahan dan kualitas lingkungan sekitarnya.

Salah satu pengaruh bahan organic terhadap lingkungan adalah bahan organic
mampu menekan perkembangan hama penyakit. Bagian integral seluruh proses
budidaya, mengutamakan peran pengendali alami, kombinasi berbagai cara
pengendalian pestisida kimiawi sebagai alternatif terakhir, mengendalikan (menekan)
populasi bukan memusnahkan

7. Panen

Dipanen matang secara fisiologis, dengan panen menggunakan cara tersebut


dapat membatasi terjadinya kehilangan panen akibat serangan hama dengan
melaksanakan usaha preventif melalui pengendalian yang aman. Jika Buah ataupun
benih yang dipanen sebelum masak fisiologis ini akan mengalamibeberapa
kemundurunan, seperti kemunduran viabilitas, kadar air masih terlalu
tinggi,pematangan belum sempurna, dan rasa belum baik.

8. Pascapanen

Penanganan pasca panen juga dapat memberikan penampilan yang baik dan
memperpanjang daya simpan. Penanganan pascapanen harus dilakukan secara tepat
dan terkendali. Menurut Gardjito dan Saifudin (2011), ada beberapa faktor
lingkungan eksternal yang perlu dikendalikan seperti suhu, kelembapan, konsentrasi
atmosfer, dan tahapan penanganan pasca panen yang tepat. Penanganan pascapanen
yang tepat akan membuat buah apel organik tetap memiliki kualitas sebagai buah
segar Umur simpan buah apel antara 1 bulan sampai 3 bulan. Pada umumnya apel
memiliki suhu penyimpanan yang optimal yaitu 30 ° F - 32 ° F atau kurang lebih 0 °
C. Buah sering dikemas dalam bungkus plastik, yang kemudian ditempatkan pada
wadah yang lebih besar. Satu wadah hanya bisa berisi satu buah atau bisa berisi
banyak buah. Dikemas dalam satu kotak yang terdiri dari banyak potongan, kemudian
setiap buah dibungkus dengan polystyrene atau kertas. Tujuannya adalah untuk
mencegah gesekan atau benturan antara satu buah buah. Penanganan dari segi
pengangkutan juga menjadi pengawasan yang sangat diperlukan sepanjang
pengiriman buah apel. Tujuannya untuk meminimalisir dan menghindari terjadinya
pembusukan buah.

9. Pemasaran

ketersediaan produk pertanian, guna memenuhi keinginan konsumen yang


sehat dan aman dalam kondisi yang stagnan atau bahkan cenderung menurun.
Kondisi ini disebabkan oleh teknis budidaya yang tidak ramah lingkungan,
sehingga daya dukung lahan semakin menurun. Komoditas hortikultura apel organik
bebas pestisida merupakan komoditi unggulan, Saluran pemasaran apel organic
secara singkat,

Petani Apel

Organik

Kelompok tani

(pengepul)

Pemasar Apel

organik

Konsumen Apel

organik
Menunjukan bahwa sistem pemasaran yang dilakukan oleh pemasar apel organik
melalui pengadaan buah apel organik dengan cara melakukan pembelian secara
langsung dari kelompok tani (pengepul). selain bertindak sebagai pengepul petani
apel organik, mereka juga melakukan pembinaan bagaimana melakukan budidaya
apel organic, Kebutuhan konsumen apel organik dipenuhi oleh pemasar apel organik.

10. Penerimaan Inovasi

Usaha ini dijalankan berdasarkan survey yang menghasilkan bahwa petani


apel masih sangat bergantung kepada pupuk kimia dan obat-obatan yang dapat
merusak lingkungan dan ekosistem sekitar termasuk musuh alami. Selain itu
pengaruh iklim global yang terjadi, budidaya apel mengalami ganngguan produksi
sehingga menyebabkan kualitas buah apel menurun.

Dengan menggunakan system organic pada apel upaya untuk melakukan


kegiatan pelestarian lingkungan, baik secara internal maupun eksternal dapat
terlaksanakan.

11. Modal Usahatani

Secara umum, sumber modal usahatani berasal dari petani sendiri (equity
capital) dan pinjaman (credit). Bentuk modal usahatani menurut sumber yang lain
adalah kontrak sewa, sistim kontrak produksi, kontrak pemasaran hasil dan
manajemen produksi, serta kontrak penyediaan produksi.

Modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahatani apel organic


diantaranya mengolah lahan, pembelian pupuk dan obat organik, upah tenaga tenaga
kerja. Dengan bertambahnya pendapatan maka kebutuhan modal usahatani untuk
menerapkan sistem pertanian organik semakin terjamin. Usaha apel organic
memerlukan modal usahatani dalam menjalankannya dari segi upah kerja, penerapan,
benih dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan modal usahatani, usaha apel organic
semaksimal mungkin menjalankan dalam segi system pertanian, agar menghasilkan
produk yang berkualitas. Selain itu dibutuhkan rantai pemasaran yang baik dan perlu
memperhatikan kegiatan pasca panen seperti pengemasan meliputi packaging, semua
proses harus dijalankan dengan baik, hingga ke tangan konsumen dengan kualitas
terbaik.

Pada usahatani apel organik yang kami rencanakan, tentunya akan


menerapkan fungsi pengawasan (controlling). Proses pengawasan dalam manajemen
usahatani ini sangat berguna untuk memastikan bahwa semua yang dijalankan telah
sesuai dengan acuan yang direncanakan. Ada dua jenis pengawasan yang akan
diterapkan pada usahatani apel organik ini, yaitu pengawasan kualitas produk dan
pengawasan perkembangan modal usahatani. Pengawasan kualitas produk berarti
mengawasi pemeliharaan tanaman, dosis dan cara pemupukan tanaman, intensitas
penyiraman tanaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Apabila pengawasan
kualitas produk berjalan baik, maka akan menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi. Pengawasan kualitas dari produk ini sangat penting bagi usaha pertanian
karena komsumen tentunya akan memilih produk yang sehat.

1.4 Pengawasan

Pada usahatani apel organik yang kami rencanakan, tentunya akan


menerapkan fungsi pengawasan (controlling). Proses pengawasan dalam manajemen
usahatani ini sangat berguna untuk memastikan bahwa semua yang dijalankan telah
sesuai dengan acuan yang direncanakan. Ada dua jenis pengawasan yang akan
diterapkan pada usahatani apel organik ini, yaitu pengawasan kualitas produk dan
pengawasan perkembangan modal usahatani. Pengawasan kualitas produk berarti
mengawasi pemeliharaan tanaman, dosis dan cara pemupukan tanaman, intensitas
penyiraman tanaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Apabila pengawasan
kualitas produk berjalan baik, maka akan menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi. Pengawasan kualitas dari produk ini sangat penting bagi usaha pertanian
karena komsumen tentunya akan memilih produk yang sehat.
Pengawasan yang kedua adalah pengawasan perkembangan modal usahatani.
Dana modal usaha tani harus diawasi penggunaannya untuk pengembangan usaha.
Pengembangan usaha dapat berupa pembukaan cabang di tempat lain, perluasan
pasar, dan peng-eksporan produk. Selain itu, dana modal harus dikelola dan
dikembangkan dengan baik supaya dapat bermanfaat. Dana modal yang dikelola
denga baik tersebut nantinya akan dapat dimanfaatkan sebagai usaha simpan pinjam
untuk seluruh anggota sehingga dapat lebih menyejahterakan anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

Gardjito, Murdjiati & Saifudin, Umar.(2011). Penanganan Pascapanen


Buahbuahan Tropis. Yogyakarta.

Sunarjono, H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.


hlm. 156-160, Jakarta

Untung, K. 2007. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Edisi Kedua.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 166-190.

Syafruddin. 2011. Modifikasi Sistem Pertanaman jagung dan Pengolahan


Brangkasan Untuk Meningkatkan pendapatan Petani di Lahan Kering. Jurnal Litbang
Pertanian. 30 (1) 16-22

Yudianto Arik Agus, Sisca Fajriani, Nurul aini. 2015. Pengaruh Jarak Tanam
dan Frekuensi Pembumbunan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Garut
(Marantha arundinaceae).Jurnal Produksi Tanaman. 3(3) 172-181

Anda mungkin juga menyukai