Anda di halaman 1dari 3

Nama : Robytoh Nur Aulia Denhas

NIM : 205040101111043
Kelas : AA
Mata Kuliah : Dasar Perlindungan Tanaman

RINGKASAN PENDAHULUAN (PENGANTAR) KULIAH 1


Dasar Pengendalian Hama Penyakit

Permasalahan produksi pangan yang belum tercukupi masih menjadi polemik


yang dihadapi oleh pemerintah. Perbaikan pembangunan pertanian terus dilakukan
dan produksi pangan sudah mengalami peningkatan pertumbuhan tidak kurang dari 3
persen per tahun. Namun, ini tidak menjadi jaminan tercukupinya kebutuhan pangan
di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh condongnya konsumsi masyarakat akan
beras dan adanya kenaikan pendapatan masyarakat. Selain itu, masalah lain adalah
masyarakat yang berpendapatan rendah memiliki konsumsi minimum untuk
kebutuhan gizi. Impor masih terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mulai dari beras, gandum, hingga kedelai. Hal-hal yang masih menjadi suatu
tantangan dalam pelaksanaan peningkatan produksi pangan ialah petani yang melek
terhadap teknologi masih kurang, luas lahan yang sempit, kondisi ekonomi petani
yang kurang, serta pola penyediaan dari distribusi serta harga dasar yang berpengaruh

Usaha pemerintah yang sedang dilakukan untuk meningkatkan produksi


pangan adalah dengan menetapkan proyeksi produksi komoditas pangan karbohidrat
untuk beras 20,574 juta ton, jagung 4,200 juta ton, ubi kayu 17,340 juta ton, ubi jalar
4,039 juta ton. Komoditas kacang-kacangan, untuk kacang tanah 604 ribu ton, kedelai
852 ton, dan kacang hijau 131 ton. Sedangkan proyeksi produksi untuk sayuran dan
buah-buahan adalah untuk sayuran sebesar 2,420 juta ton yang terdiri dari bawang
merah, cabai merah, ketimun, terung, kacang-kacangan, kentang, kobis, petsai/ sawi,
tomat, bawang daun, wortel, lobak dan buncis, untuk buah-buahan sebesar 3,875 juta
ton terdiri dari 12 jenis tanaman yaitu advokat, jeruk, duku/langsat, durian, mangga,
pepaya, salak, nanas, pisang, rambutan, sawo dan jambu. Untuk mencapai proyeksi
produksi pangan tersebut pemerintah secara bersama-sama juga melaksanakan Usaha
Pokok yang terdiri dari intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi diversifikasi
yang bukan hanya untuk meningkatkan produksi pangan namun juga untuk
meningkatkan sebagian besar pendapatan masyarakat.

Untuk melengkapinya juga dilakukan kegiatan yang berkaitan yaitu dengan


perlindungan tanaman dari serangan jasad pengganggu berupa hama, penyakit dan
gulma menggunakan konsepsi Integrated Pest Management, yaitu pengelolaan
hama-penyakit secara terpadu. Berdasarkan hasil studi taksasi kerugian akibat jasad
pengganggu pada musim hujan dan musim kemarau di beberapa kabupaten di seluruh
Indonesia mencapai angka 19,4-24,1 persen. Maka dari itu, perlu dilakukan
pengendalian intensif. Hal tersebut sudah terbukti pada beberapa tanaman penting
seperti padi, palawija, dan hortikultura dimana jasad pengganggu tersebut dapat
dikurangi. Hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman palawija
hortikultura adalah lalat kacang, kumbang daun, penggorok polong, serangga-
serangga penusuk dan pengisap serta penyakit karat pada tanaman kedelai, penyakit
jamur dan virus khususnya virus belang pada kacang tanah, penyakit bulai pada
tanaman jagung. Hama dan penyakit penting pada tanaman hortikultura antara lain
ulat krop dan penyakit bakteri pada kobis, penyakit CVPD pada jeruk.

Masyarakat Indonesia, seperti yang kita tahu sangat bergantung pada beras.
Sehingga apabila produksi beras tidak stabil akan menjadi masalah serius yang
dihadapi. Tidak stabilnya produksi beras ini disebabkan oleh (1) luas areal panen
akibat fluktuasi dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh iklim yang tidak stabil dan
terjadinya wabah hama dan penyakit hal tersebutlah yang mempengaruhi (2) produksi
tiap hektarnya. Hama menyerang tanaman padi adalah hama wereng coklat, tikus,
ganjur, penggorok batang padi, walang sangit, hama putih/putih palsu dan ulat
grayak. Sedangkan penyakit-penyakitnya adalah virus kerdil rumput, kerdil hampa,
tungro, penyakit jamur dan penyakit bakteri. Selain itu, penyakit utama padi juga bisa
disebabkan karena jamur blas (Pyricularia oryzae Cav.), bercak coklat
(Helminthosporium oryzae Breda de Haan), busuk pelepah (Rhizoctonia solani
Kuhn), bercak pelepah (Acrocylindrium oryzae Sawada) dan bercak Corcospora
(Cercospora oryzae Miyake), yang disebabkan oleh bakteri antara lain kresek
(Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowsoy) dan daun bergaris
(Xanthomonas translucens (Fang et al) Bradbury). Selain itu, tanaman jagung di
Indonesia juga memiliki penyakit bulai yang diakibatkan oleh jamur
Perenosclerospora maydis (Rao.). Menurut data, jamur ini menyerang jagung sudah
di berbagai daerah di Indonesia. Hama dan penyakit tersebut diatas tentunya
menimbulkan banyak kerugian bagi petani yang nantinya berdampak pada
masyarakat secara luas.

Keberadaan gulma atau tumbuhan pengganggu juga meresahkan para petani


karena dampaknya yang mempengaruhi produksi tanaman. Gulma dapat berpengaruh
terhadap tanaman secara langsung yaitu kompetisi baik dalam hal unsur hara, air,
cahaya maupun tempat dan secara tidak langsung yang bisa menjadi tumbuhan inang
bagi hama dan penyakit tanaman. Menurut data, gulma dapat menurunkan produksi
sawah sampai 23 - 35 persen dan pada padi ladang antara 30 - 80 persen. Bila pada
1975, beras kerugiannya bisa mencapai 29 juta ton. Sedangkan pada pertanaman
palawija tanpa disiang, dapat merugikan hingga 50 - 64 persen.
Melihat kerugian yang meningkat akibat jasad pengganggu tersebut diatas,
maka perlu diperhatikan secara jangka panjang serta juga memerhatikan segi
ekonomi dan lingkungan dalam melakukan usaha penanggulangannya. Cara
pengendalian jasad penggangu memang sudah dikenal dan diterapkan yaitu
pengendalain secara bercocok tanam yakni pengaturan jarak tanam dan waktu tanam,
pengendalian secara biotik, pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan
pestisida, pengendalian secara genetik, pengendalian secara perundang-undangan
serta beberapa jenis hama dapat ditanggulangi dengan menanam kultivar resisten.
Penggunaan pestisida sering dilakukan oleh para petani karena dinilai lebih efektif
dan praktis. Padahal penggunaannya yang berlebihan tentu akan berdampak buruk
bagi tanaman serta lingkungan untuk itu perlu diperhatikan dari segi dosis
penggunaan dan rentan waktu penggunaan atau dengan kata lain harus bijak dalam
penggunaan.

Anda mungkin juga menyukai