Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Haha Esa. Yang
memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
sehingga oleh karenaNya saya dapat menyelesaikan tugas manajemen Agribisnis
ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah
Manajemen Agribisnis.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun
berkat dukungan materiil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Tuhan
Yang Maha Esa, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari produksi.
2. Untuk mengetahui proses produksi dalam agribisnis.
3. Untuk mengetahui tipe – tipe produksi dalam agribisnis.
4. Untuk memahami perencanaan yang di lakukan dalam produksi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Proses Peramuan
Peramuan atau sintesis persis merupakan kebalikan dari penguraian
artinya, satu produk di hasilkan dari berbagai jenis bahan baku. Karena bahan
baku ini mungkin di datangkan dari tempat yang berbeda-beda, yang terkadang
saling berjauhan ssatu sama lain, maka perusahaan yang menekuni bidang
peramuan sering menempatkan fasilitasnya di dekat pasar akhir ( pembeli terkhir )
karena hal ini lebih praktis dan menguntungkan. Dengan demikian, jika bahan
baku tersebut di rakit, di proses, dan di kemas sebagai satu produk, maka biaya
pengirimannya ke pasar akan lebih murah.
3. Usaha Interaktif
Usaha interaktif bersangkut paut dengan sumber daya alam dan
pengolahan dengan perubahan bentuk. Usaha interaktif terjadi apabila suatu
produk di ekstrasi, ( di sadap atau di sarikan ) dari lingkungan alamnya, yang
misalnya ketika pepohonan di tebang untuk di jadikan kau gelondongan atau
balok.
4. Proses Pengolahan
Pengolahan ( fabrication ) tidak bersangkut paut dengan bentuk alami
tetapi tetapi perubahan bentuk dari sejumlah bahan dasar agar lebih muda di
pasarkan. Misalnya sapi dan kerbau di potong, di kerat-kerat, di proses, dan di
kemas dalam berbagai bentuk agar menarik bagi konsumen.
Namun kadang-kadang dua proses produksi berlangsung secara serentak
antara penguraian dan pengolahan misalnya ketika daging sapi diubah menjadi
roti “ abon daging sapi, sosis dan lain-lain.
4
yang pada dasarnya sama. Maka produksi yaang berkesinambungan biasanya
bersifat relatif sederhana dan tidak terlalu menuntut perhatian.
Terputus-putus produksi yang terputus-putus akan merasa jels jika kita
menggambarkannya sebagai proses yang melibatkan keluaran yang berbeda-beda,
prosedur yang berubah-ubah dan sering juga menciptakan masukan yang berbeda-
beda.
b. Lokasi
Dalam memilih tempat untuk fasilitas, pada umunya manajer agribisnis
mempertimbangkan empat bahan pemikiran yang saling berkaitan yaitu :
1. Sumber Bahan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lokasi agribisnis mungkin akan
berdekatan dengan sumber daya bahan bakunya jika pada dasarnya hanya satu
jenis bahan baku dan ongkos angkutnya dalam bentuk bahan baku sangat besar.di
pihak lain, agribisnis mungkin memerlukan sedemikian banyak jenis bahan baku
dari lokasi yang berbeda sehingga lebih tepat untuk menempatkan lokasi produksi
dekat dengan pasar.
5
2. Ketersediaan Tenaga Kerja
Wilayah yang berada di kawasan pemukiman elit tidak cocok untuk
tempat opengemasan karena memerlukan upah dan tunjangan yang lebih tinggi
bagi para pekerja karena biaya hidup yang tinggi di kawasan tersebut. Dan daerah
kumuh pun tidak cocok untuk kantor eksekutif. Ahkirnya, agribisnis yang
memerlukan bvanyak kegiatan penelitan sangat tepat jika ditempatkan di “daerah
pelajar” semua factor ini harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi.
3. Lokasi Pasar
Jika perusahaan membutuhkan banyak jenis bahan baku dengan ongkos
angkut yang tidak begitu besar, maka penempatan di dekat pasar bisa
menguntungkan. Penempatan yang berdekatan dengan pasar terutama penting
bagi pengecer karena dengan demikian pelanggan tidak perlu pergi jauh – jauh
untuk membeli.
4. Insentif Khusus
Industri pertanian yang membutuhkan air dan pembangkit tenaga yang
besar sebaiknya ditempatkan di daerah yang berlimpah dengan sumber perbekalan
tersebut. Dalam rangka menggairahkan bisnis, ada kalanya pemerintah
menawarkan keinginan pajak dan biaya listrik atau air di daerah tertentu,
disamping kemudahan perizinan dan pnyediaan prasarana yang baik.
c. Ukuran Pabrik
Pada umumnya unit – unit yang lebih besar lebih mudah di operasikan,
tetapi pabrik yang terlalu besar hanya akan menimbulkan pemborosan besar jika
di tinjau dari beberapa faktor.
1. Skala Usaha Yang Ekonomis
Menurut prinsip skala usaha yang ekonomis pabrik yang makin besar
biasanya akan mengakibatkan biaya perunit yang makin kecil. Akan tetapi,
ukuran pabrik yang lebih kecil mungkin saja menawarkan lebih banyak
fleksibilitas dalam hal jaraknya ke sumber bahan baku atau ke pasar, yang
pada gilirannya akan mengakibatkan ongkos angkut yang lebih murah.
2. Sifat Musiman dan Pola Produksi
Kita telah membicarakan bahwa produk pertanian yang sangat bersifat
musiman dapat membuat manajer produksi pusing. Pabrik yang cukup
6
besar untuk menyerap volume produksi pada musim tersibuk akan
merupakan pemborosan besar pada masa lenggang. Dalam keadaan
demikian, myngkin akan lebih ekonomis untuk mengoperasikan beberapa
pabrik dalam ukuran yang lebih kecil yang sebagian diantaranya akan
ditutup pada masa lenggang. Memang hal ini tidak akan mengurangi biaya
tetap dari fasilitas yang tidak digunakan tetapi pengeluaran sehari – hari
untuk mengoperasikan fasilitas tersebut bias dikurangi
3. Dampak Inflasi
Agribisnis yang menggeluti operasi besar hendaknya memperhatikan laju
inflasi. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menghambat perluasan dan
pertumbuhan, tetapi untuk mendorong dilakukannya penilaian keuangan
yang mendalam dan realistic
4. Kuantitas Keluaran Yang Dibutuhkan
Agribisnis yang mampu menjual berjuta – juta unit keluaran pada tingkat
yang konstan kecil kemungkinan untuk menginvestasikan pada pabrik
yang kecil.
5. Jumlah Gilir Kerja
Sekiranya tenaga kerja tersedia, maka cara lain untuk mencapai kapasitas
sarana yang maksimum adalah dengan mengadakan dua gilir kerja.
Menurut teorinya, kita bias menghasilkan jumlah keluaran yang berlipat
dua dengan mengadakan dua gilir kerja, dimana kita membatasi kebutuhan
akan ruang dan peralatan kerja dengan menyebarkan nya pada jam
produksi yang diliatgandakan.
d. Tata Letak
1. Tata Letak Proses
Tata letak proses menyusun kegiatan berdasarkan fungsi. Dalam tata letak
proses semua peralatan dengan fungsi yang sama dikelompokkan ke dalam tempat
yang sama. Tata letak proses berkaitan dengan dengan produksi yang terputus –
putus karena setiap fungsi mampu menangani segi – segi yang berbeda dari
berbagai produk.
2. Tata Letak Produk
7
Tata letak produk dirancang khusus bagi proses produksi yang
berkesinabungan karena disini dihasilkan satu produk secara pertahap, dimana
berbagai fungus berlangsung secara berurutan pada saat produk dirakit , dan
hamper tidak ada variasi produksi..
3. Masalah Penanganan Bahan
Masalah penanganan bahan yang dihadapi pabrik akan berbeda
sesuaidengan perbedaan tata letak, yaitu apakah berorientasi proses atau produk.
Penanganan bahan ini biasanya di kerjakan dengan menggunakan Derek truk, dan
traktor.Untuk tata letak produk, digunakan ban berjalan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produksi dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi dalam penciptaan produk atau jasa dalam hal ini pada bidang pertanian.
Dalam melakukan proses produksi di suatu perusahaan maupun usaha tani di
butuhkan manajemen produksi yang baik demi tercapainya produk yang bernilai
tinggi serta tercapainya efektifitas serta efisiensi dalam proses produksi tersebut.
Perencanaan produksi dalam manajemen agribisnis harus dilakukan dengan
cermat dan tepat serta mempertimbangkan resiko dan ketidakpastian yang
mungkin saja terjadi di dalam maupun luar proses produksi dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti lokasi pabrik, ukuran pabrik, persediaan
bahan baku, pengendalian produksi serta hal lainnya yang menyangkut produksi.
3.2 Saran
Penyusun berharap kepada pembaca untuk menyimak, mempelajari dan
menggunakan makalah ” Perencanaan Produksi Dalam Agribisnis “ sebagai
motivasi dan menjadi referensi kepada pembaca dalam melakukan kegiatan usaha
disektor pertanian. Akhirnya penyusun sadari sepenuhnya bahwa makalah yang
kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
A.F. James Stoner and Charles Wankel. 1986. Manajemen Edisi Ketiga.
Jakarta: Intermedia
Downey W.David and P. Erickson Steven. 1987. Manajemen Agribsinis.
Jakarta : Erlangga
E . Gumbira Said dan A. Harizt Intan. 2001. Manjemen Agribisnis.
Jakarta : Ghalia Indonesia
Firdaus Muhammad. 2017. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Bumi Aksara.
Imam Syafi’i. 1990. Dasar- Dasar Manajemen. Jember : Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian Universitas Jember
10