Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 13

PERMASALAHAN UKM

Disusun Oleh:

1. Putu Agus Krisna Yuda 15/(2002622010387)


2. Desrin Yana Reda 26/(2002622010398)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2022-2023
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………...i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
Kata Pengantar………………………………………………………………........iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….iv
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………v
C. Tujuan……………………………………………………………………...vi

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi UKM………………………………………………………….......vii
B. Kesulitan
Pemasaran……………………………………………………….viii
C. Keterbatasan Finansial……………………………………………………..ix
D. Keterbatasan SDM…………………………………………………………x
E. Keterbatasan Teknologi……………………………………………………xi
F. Bentuk Kelembagaan perumusan dan implementasi kebijakan UKM…….xii

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………...xii
i
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………….xxi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga para penulis dapat Menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan yang Maha Esa. Para penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selajutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UKM atau usaha kecil menengah sendiri merupakan usaha yang sudah banyak
dilakukan. Terutama oleh masyarakat Indonesia sendiri. Awalnya, UKM mulai berkembang
pesat setelah kejadian krisis ekonomi yang terjadi secara berkepanjangan. Keadaan
perekonomian yang cukup terguncang itu pernah menimpa Indonesia sekitar tahun 1997.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil tersebut bukan berarti tidak menimbulkan hal buruk.
Banyak yang terkena imbasnya karena krisis ekonomi ini. Salah satunya PHK besar-besaran
yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Akibatnya ratusan ribu orang terpaksa
kehilangan pekerjaannya. Namun mereka agaknya harus bangkit dan keterpukurukan, oleh
karena hidup harus tetap berjalan. Mereka mulai mencari cara dengan mulai
mengembangkan usaha sendiri untuk membiayai keperluan sehari-hari. Ada yang memilih
melakukan usaha jual beli, bisnis jasa, maupun pengolahan produk. Aneka usaha yang
dilakukan masyarakat inilah pada akhirnya disebut usaha kecil menegah (UKM).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan pada makalah ini
adalah:
1. Bagaimana kesulitan dari pemasaran?
2. Apa penyebab keterbatasan finansial?
3. Bagaimana mengatasi keterbatasan SDM?
4. Kendala pelaku usaha terjadi keterbatasan teknologi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar kami selaku penulis mengetahui segala hal mengenai
UKM. Kemudian agar menambah wawasan para pembaca serta menjadi referensi bagi
penulis-penulis berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi UKM

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu
kepada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat.”
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Usaha yang dikategorikan
sebagai usaha kecil apabila kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500
juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sebuah usaha disebut usaha
kecil apabila memiliki hasil penjualan lebih dari Rp 300 juta sampai paling banyak Rp 2,5
miliar.
Sementara usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Usaha yang dikategorikan sebagai usaha menengah apabila
kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai paling banyak Rp 10 miliar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sebuah usaha disebut usaha menengah
apabila memiliki hasil penjualan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai paling banyak Rp 50
miliar.
Perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah.
Tingkat intensitas dan sifat dari masalah – masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya
menurut jenis produk atau pasar yang dilayani. Tetapi juga berbeda antar wilayah /
lokasi, antarsentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antarunit usaha
dalam kegiatan / sektor yang sama. Namun demikian, ada beberapa masalah yang umum
dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja dan / atau
modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga
yang terjangkau, keterbatasan teknologi, SDM dengan kualitas yang baik (terutama
manajemen dan teknisi produksi), informasi khususnya mengenai pasar, dan kesulitan
dalam pemasaran (termasuk manajemen dan teknisi distribusi). Dengan perkataan lain,
masalah – masalah yang dihadapi banyak pengusaha kecil dan menengah bersifat
mulidismensi. Selain itu, secara alami ada beberapa permasalahan yang bersifat lebih
intern (sumbernya di dalam perusahaan), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal
(sumbernya di luar perusahaan, atau di luar pengaruh perusahaan), sedangkan lainnya
lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan, atau di luar pengaruh
perusahaan).
Jenis UKM yang berada di Indonesia :
 Usaha Mikro
 Usaha Kecil
 Usaha Menengah
Berikut contoh UKM di Indonesia :
1. UKM Kuliner
2. UKM Fashion
3. UKM Pendidikan dan Pelatihan
4. UKM Agribisnis
5. UKM Tour & Travel
6. UKM Produk Kreatif
7. UKM Teknologi & Internet
8. UKM Jasa Kebersihan

Perbedaan UKM dan UMKM


Perbedaan UKM dan UMKM adalah dari cakupannya. UKM merupakan singkatan dari
Usaha Kecil Menengah yang cakupannya pada unit usaha skala kecil dan menengah.
Sedangkan UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM
lebih fokus pada cakupan unit usaha skala mikro.Walaupun secara definisi berbeda,
namun pemerintah lebih sering menggunakan istilah UMKM karena dianggap lebih
mewakili ketiga unit usaha yang dibahas pada Undang Undang Nomor 20 Tahun
2008.Perbedaan lain dari UKM dan UMKM adalah dari pembinaan dan pemberdayaan.
Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, unit
usaha mikro dibina oleh Kabupaten dan Kota. Sedangkan Unit Usaha Kecil diurus oleh
provinsi. Usaha menengah berskala nasional dibina langsung oleh pemerintah
pusat.Perbedaan UKM dan UMKM juga terlihat dari sisi yuridis. Usaha mikro tidak
memerlukan badan hukum. Sedangkan Usaha Kecil dan Menengah wajib memiliki dasar
hukum.
Upaya yang harus dilakukan pelaku usaha agar UKM berkembang yaitu
dengan cara :
 Promosi
 Kenali Kompetitor
 Perluas Jaringan
 Peningkatan Sumber Daya
 Layanan Konsumen Yang Optimal
Ciri-ciri Usaha Kecil Menengah (UKM)
Setelah mengetahui sejarah, pengertian, kriteria, dan klasifikasi UKM ada lagi yang harus
diketahui supaya lebih paham apa itu UKM. Yaitu terkait ciri-ciri dari sebuah usaha kecil
menengah. Apa saja ciri-ciri sehingga dari UKM, berikut ulasan selengkapnya :
 Terkait dengan jenis barang atau komoditinya yang punya sifat tidak tetap. Jadi
sewaktu-waktu bisa berubah-ubah tergantung kondisi yang ada.
 Berhubungan dengan tepat usaha sendiri. Lokasi tempat yang dijadikan usaha juga tidak
tetap sehingga bisa berpindah-pindah. Sama halnya dengan barang komoditinya.
 Usaha kecil menengah juga belum mengenal penggunaan tata administrasi yang rapi.
Bahkan di beberapa kasus, masih terjadi pencampuran pencatatan yang sebenarnya
ini kurang baik dilakukan. Yaitu percampuran pencatatan keuangan bisnis usaha
dengan keuangan pribadi.
 Kebanyakan sumber daya manusia untuk UKM masih belum cukup mumpuni. Terutama
dalam hal kepemilikan jika kewirausahaan yang besar. Padahal untuk mendorong
kemajuan UKM SDM yang baik ini sangat diperlukan.
 Bukan hanya kurang berjiwa kewirausahaan saja SDM pada beberapa UKM. Namun
beberapa dari mereka ternyata juga masih rendah tingkat pendidikannya. Meskipun
seorang wirausahawan tidak melulu harus punya ijazah tinggi, setidaknya pendidikan
akan sedikit membantu dalam menjalankan usaha. Misalnya dalam hal kepengurusan
izin dan lain-lain.
 Masih banyak pelaku UKM yang belum terkoneksi dengan lembaga perbankan. Padahal
lembaga perbankan cukup terpercaya untuk masalah pengamanan dan pengolahan
keuangan. Sebagian besar dari mereka masih banyak yang lebih suka bekerja sama
dengan lembaga keuangan non bank.
 Karena lingkup usaha mereka masih kecil, umumnya UKM masih belum punya surat izin
usaha. Termasuk di dalamnya kepemilikan NPWP dan sejumlah perizinan lainnya.

B. Kesulitan Pemasaran

Dalam literatur, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang
kritis bagi perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang dilakukan oleh
James dan Akrasanee (1998) di sejumlah Negara ASEAN menunjukkan bahwa
pemasaran adalah termasuk growth constraint yang dihadapi oleh banyak pengusaha
kecil dan menengah (masalah ini dijumpai tidak terlalu serius di Singapura). Studi ini
menyimpulkan bahwa jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua
aspek – aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan
promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era
promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era
perdagangan bebas.
Hasil studi mereka itu menunjukkan bahwa salah satu aspek yang terkait
dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan – tekanan
persaingan, baik di pasar domestik dari produk – produk serupa buatan UB dan impor,
maupun di pasar ekspor. Saat ini, di Negara – Negara Asia yang terkena krisis
keuangan seperti Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan, masalah pemasaran bisa
menjadi lebih serius, karena sebagai salah satu efek dari krisis tersebut akses ke kredit
bank menjadi sulit (kalau tidak dapat dikatakan tertutup sama sekali), ditambah lagi
dengan mahalnya bahan baku yang pada umumnya diimpor, dan permintaan pasar
dalam negeri yang menurun karena merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat
per kapita. Akibatnya dapat di duga bahwa banyak UKM tidak memiliki sumber daya
produksi yang cukup untuk paling tidak mempertahankan volume produksi dan
memperbaiki kualitas dari produk – produk mereka, dan ini berarti mereka semakin
sulit untuk meningkatkan atau bahkan mempertahankan tingkat daya saing mereka di
pasar domestis maupun pasar internasional.
Berikut beberapa yang menyebabkan UKM kesulitan memasarkan produknya:
1. Jumlah pelanggan yang berkurang
2. Kesulitan dalam mendapatkan modal usaha
3. Ketidak pastian PSBB/PPKM berakhir
4. Tidak bisa menerima pelanggan di tempat
5. Pembatasan jam oprasional
Untuk mengatasi masalah kesulitan dalam pemasaran yaitu dengan, Memasarkan
produk yang menarik, Memahami target pasar, Kemasan yang unik untuk membuat
konsumen tertarik dengan produk kita, Melakukan promosi yang tepat, Menonjolkan
keelebihan produk, Melayani konsumen dengan pelayanan yang terbaik, Melakukan
pendekatan pada konsumen, Konsisten dalam penerapan strategi.

C. Keterbatasan Finansial
Masalah finansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan UKM dalam
memperoleh modal untuk mengembangkan usahanya, sedangkan masalah
nonfinansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan dari sisi kemampuan
manajemen misalnya dalam produksi dan promosi produk.
Terkait kendala finansial, di satu sisi sebenarnya sudah banyak pihak perbankan
atau institusi lainnya yang menyediakan fasilitas peminjaman modal bagi UKM.
Namun, di sisi lain masih banyak UKM yang tidak bisa mendapatkan akses terhadap
modal tersebut. Dalam memberikan kredit permodalan, lembaga keuangan tentu akan
selektif untuk memilih debitor yang sekiranya tidak akan mengakibatkan kredit macet.
Prosedur pencairan kredit perbankan, bunga pinjaman, dan kewajiban untuk
memberikan agunan seringkali menyulitkan pihak UKM yang membutuhkan suntikan
modal.
Selain itu, mayoritas UKM juga tidak melakukan pengelolaan dan pencatatan keuangan
dengan baik.
Padahal pengelolaan keuangan misalnya berupa laporan keuangan bisa menjadi
pertimbangan kreditor dalam menilai prospektivitas UKM, apakah layak untuk
mendapatkan pinjaman permodalan atau tidak.Ketidakmampuan UKM memenuhi
prosedur pencairan kredit tersebut membuat UKM menjadi tidak bankable (tidak layak
untuk memperoleh pinjaman dari bank).
Di Indonesia sebenarnya sudah terdapat Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil
Menengah (SAK UKM) yang memang secara khusus dibuat dan diperuntukkan bagi
UKM.SAK UKM tersebut dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Keberadaan
SAK UKM ini sejatinya bisa menjadi pedoman bagi UKM untuk pengelolaan dan
pencatatan keuangannya, termasuk terkait pembuatan laporan keuangan yang baik.
Namun, keberadaan standar ini masih belum populer di kalangan UKM.Perlu ada
upaya promosi dan pelatihan yang komprehensif untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan keuangan UKM sekaligus menghilangkan mindset bahwa pengelolaan
keuangan merupakan sesuatu yang rumit dan tidak mudah dipelajari bagi kalangan
UKM.
D. Keterbatsan SDM

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi UMKM saat ini. Utamanya adalah
masalah sumber daya manusia (SDM) dan manajemen. Masalahnya meliputi pola pikir,
rekrutmen, pendampingan, budaya kerja, kualitas SDM, hingga masalah manajemen
seperti perizinan usaha, standar produk, serta masalah kontrak bisnis.
Adapun masalah lainnya adalah tentang problematic finansial, institusi, akses sumber
pembiayaan, laporan keuangan sampai pajak, inovasi produk, adopsi teknologi baru,
kapasitas produksi dan lain-lain. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga masih
dalam belenggu masalah pasar dan bahan baku, seperti akses pasar digital, akses
ekspor dan ketersediaan bahan baku. Keterbatasan SDM merupakan salah satu
ancaman serius bagi UKM Indonesia untuk dapat bersaing baik di pasar domestik
maupun pasar internasional di dalam era perdagangan bebas anti, bahkan di masa itu
SDM bersama – sama dengan teknologi akan menjadi jauh lebih penting dibandingkan
modal sebagai faktor penentu utama kemampuan UKM untuk meningkatkan daya saing
globalnya.

Untuk mengatasi masalah keterbatasan SDM yaitu membutuhkan program strategis


dan realistis untuk mengatasi masalah tersebut di atas. UMKM perlu mendapatkan
dukungan pengembangan kapasitas manajemen SDM melalui pendampingan usaha,
baik online maupun offline.
Lalu, pemberian kemudahan dan kesempatan berusaha dengan deregulasi atau
omnibus law, kebijakan afirmasi untuk perpajakan, pengupahan, sertifikasi, produk
UMKM masuk e-catalogue, sampai pelayanan satu pintu. Juga perlu perluasan akses
pasar produk dan jasa melalui digitalisasi UMKM, penguatan sistem logistik, sampai
promosi untuk UMKM yang digencarkan.
E. Keterbatasan Teknologi
UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisional
dalam bentuk mesin tua ataualat produksi yang sifatnya manual.
Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total faktor
productivitydan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas
produkyang dibuat. Keterbatasan teknologi khususnya usaha – usaha rumah
tangga (mikro), disebabkan olehbanyak faktor, diantaranya keterbatasan
modal investasi untuk membeli mesin baru atau untuk menyempurnakan
proses produksi dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin baru
ataumelakukan inovasi dalam produk maupun proses produksi.
Berikut yang menjadi kendala dalam keterbatasan teknologi:
 akses internet yang terbatas. Padahal, akses internet jadi syarat kunci UMKM bisa go
digital. Namun, kenyataannya, sebagian besar pelaku usaha UMKM tersebar di daerah
yang masih terbatas jaringan internetnya.

Keamanan transaksi juga menjadi kendala UMKM dalam ekosistem digital. Eddy
menyebut, masih banyak konsumen di Indonesia yang mengaku cemas dalam
keamanan bertransaksi secara online.

Terakhir, soal keterbatasan modal dan infrastruktur teknologi yang memadai. UMKM
butuh perangkat ponsel pintar maupun gawai lain yang mendukung pemasaran produk
secara daring.

Atas dasar itu, Kemenkop UKM terus meningkatkan koordinasi dengan kementerian
dan lembaga, serta perguruan tinggi dan perusahaan startup. Tujuannya untuk
memenuhi akaes infrastruktur digital, akses pembiayaan, pelatihan, pendampingan,
inkubasi, dan sistem informasi digital UMKM.

F. Bentuk Kelembagaan perumusan dan implementasi kebijakan UKM

Arah Kebijaksanaan UKM


Pada masa lampau, selama tahun 1970–an hingga pertengahan dekade 1980–an,
perhatian pemerintah Indonesia ditujukan hanya kepada perkembangan UK (termasuk
usaha mikro), tidak ada perhatian secara eksplisit diberikan kepada perkembangan UM.
Pada waktu itu, kebijaksanaan UK dianggap sebagai satu bagian penting dari
kebijaksanaan – kebijaksanaan yang menyangkut penciptaan kesempatan kerja dan
pendapatan, penanggulangan kemiskman dan pembangunan ekonomi pedesaan. Akan
tetapi, akhir – akhir ini, khususnya dalam menghadapi era perdagangan bebas yang
mengharuskan adanya upaya – upaya peningkatan daya saing dan perekonomian nasional
dan pemerintah menyadari bahwa di Indonesia jumlah UB tidak banyak. Sedangkan
jumlah UK sangat besar tetapi tidak ada UM dalam yang besar dan kuat yang secara
potensial dapat berfungsi sebagai penghubung antara UK dan UB (misalnya
lewat subcontracting), pemerintah muiai punya kebijaksanaan UKM. Pernah sekali,
seorang mantan Menteri Koperasi mengalakan sebagai berikut: "Kita harus punya suatu
kebijaksanaan UKM yang bagus untuk memberdayakan UKM di dalam negeri yang
secara potensial dapat memberi suatu kontribusi yang besar terhadap pembangunan dan
pertumbuhan eskpor kita. Di antara UK, perhatian kita harus difokuskan kepada unit –
unit usaha yang modern, sedangkan usaha – usaha mikro menjadi tanggung jawab dari
Departemen Sosial yang dikaitkan dengan kebijaksanaan pengurangan kemiskman di
tanah air". Menurut mantan Menteri tersebut, tujuan utama dan kebijaksanaan UKM
adalah untuk menciptakan suatu lingkungan usaha yang kondusif untuk pembangunan
dan peningkatan daya saing UKM dengan cara menghilangkan semua distorsi – distorsi
pasar melalui deregulasi – deregulasi dan pengurangan beban – beban birokrasi.
Arab kebijaksanaan pengembangan UKM di Indonesia dinyatakan secara eksplisit di
dalam Garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 – 2004. Pedoman
kebijaksanaan negara ini menggaris bawahi 28 butir mengenai arah kebijaksanaan
pembangunan ekonomi nasional untuk periode tahun 1999 – 2004. Kerangka kerja
kebijaksanaan terdiri dari tiga kebijaksanaan utama (Menegkop & UKM, 2000), yaitu:

(1)  Sistem ekonomi kerakyatan yang didasarkan pada mekanisme pasar dengan suatu
persaingan yang adil dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, keadilan, prioritas pada
sosial), kualitas hidup, lingkkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sistem ini
menjamin  kesempatan – kesempatan bisnis dan kesempatan kerja yang sama,
perlindungan konsumen dan perlakuan yang adil terhadap masyarakat. Di bawah
kerangka kerja kebijaksanaan ini, memberdayakan KUKM rneniadi prioritas utama
dalam pembangunan ekonomi nasional. Usaha – usaha mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan dapat ditunjukkan dengan : (a) adanya suatu sistern persaingan yang adil yang
menjamin kesempatan bisnis dan kerja yang sama, (b) peranan pemerintah yang efektif
dalam menyempurnakan sistem pasar termasuk pengurangan pajak, (c) kebijaksanaan
ekonomi yang menciptakan kesempatan berusaha bagi KUKM, (d) suatu pertumbuhan
kemitraan usaha antar pengusaha UKM, dan (e) meningkatkan penerimaan positif dari
masyarakat dalam bisnis dan peningkatan dalam penerimaan dari masyarakat.

(2)  Penciptaan iklim bisnis yang kondusif untuk memberdayakan KUKM


sehingga menjadi efisien, produktif dan kompetitif. Kebijaksanaan ini
bertujuan untuk menciptakan suatu mekanisme yang adil di mana KUKM bias mendapat
keuntungan secara proporsional dan dapat bersaing secara adil dengan pemain – pemain
bisnis lainnya. Pada dasarnya kebijaksanaan ini sejalan dengan kebijaksanaan –
kebijaksanaan lainnya dari ekonomi makro, sekoral, dan pembangunan daerah, local
yang secara bersama – sama memberikan dukungan komplementer untuk meningkatkan
bisnis KUKM.

(3)  Kebijaksanaan peningkatan kapasitas KUKM yang bertujuan untuk membuat KUKM


mampu bersaing di pasar bebas dengan pelaku – pelaku bisnis lainnya. Pada dasarnya,
kebijaksanaan ini bertujuan untuk menghilangkan segala kendala yang dihadapi KUKM,
seperti keterbatasan modal pasar dan input – input untuk berproduksi, kekurangan dalam
kapabilitas manajemen, kekurangan pekerja dengan keahlian – keahlian teknis, bisnis,
teknologi, dan keterbatasan akses ke informasi dan mitra usaha. GBHN tahun 1999
menekankan bahwa dukungan dari pemerintah terhadap penguatan KUKM harus
dilaksanakan secara selektif dalam bentuk perlindungan terhadap persaingan yang tidak
adil, peagembaagan DM lewat pendidikan dan pelatihan, diseminasi informasi mengenai
bisnis dan teknologi, penyediaan finansial, lokasi usaha dan kemitraan usaha dengan
BUMN dan perusahaan – perusahaan besar swasta, penyediaan fasilitas – fasilitas untuk
agribisnis, IK dan IRT (handicrafts), penyempurnaan dan pembangunan kapasitas dari
lembaga – lembaga lokal dan utilisasi SDA.

Namun demikian, dalam realitas, kebijaksanaan UKM (terutama UK masih lebih


berorientasi kepada sosial daripada pasar atau persaingan. Kebijaksanaan UKM belum
sepenuhnya terintegrasi dalam kebijaksanaan ekonomi umum / makro di Indonesia.
Konsekuensinya, kebijaksanaan UKM di Indonesia tidak (belum) berfungsi sebagai
elemen – elemen komplemen dan sektoral dari kebijaksanaan ekonomi seperti yang
diharapkan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila sampai saat ini masih saja
terjadi tumpang tindih antara kerja, pembangunan ekonomi dan masyarakat pedesaan,
pemberdayaan perempuan dan pengurangan kemiskinan. Bahkan, di dalam Strategi
Industri Nasional yang dirumuskan oleh Depperindag semasa pemerintahan Presiden Gus
Dur, pentingnya dan peranan dari IKM dalam pembangunan atau usaha – usaha
penyempurnaan daya saing dari industri nasional tidak dinyatakan secara eksplisit, tidak
ada peranan spesifik yang diberikan kepada IKM, misalnya sebagai industri – industri
pendukung yang memproduksi komponen – komponen, spare parts, mesin – mesin atau
input – input lainnya untuk IB.

Walaupun dalam GHBN 1999, dinyatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan didasarkan
pada “mekanisme pasar dengan suatu persaingan yang adil dan memperhatikan
pertumbuhan ekonomi”, sistem ini masih lebih terfokus pada isu – isu seperti untuk
“menjamin kesempatan bisnis dan kerja yang sama, perlindungan konsumen, dan suatu
perlakuan yang adil terhadap masyarakat". Tidak dikatakan secara eksplisit di dalam
GBHN tersebut misalnya seperti ini : "dalam menghadapi era perdagangan bebas dan
globalisasi, ekonomi nasional harus diberdayakan atau daya saing dari ekonomi
Indonesia harus ditingkatkan, dan untuk mencapai tujuan tersebut, UKM di dalam negeri
harus diberdayakan atau dimodernisasikan dan produktivitas, efisiensi dan daya saingnya
harus ditingkatkan". Oleh karena itu, penekanan utamanya harus pada pertanyaan
bagaimana menyiapkan UKM di Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas,
dan sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi, bukan hanya sebagai sumber utama
kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Struktur Pemerintahan
Pada tingkat nasional
Di bawah Konstitusi  1945, Indonesia dipimpin oieh seorang presiden yang dipilih sekali
lima tahun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang termasuk parlemen dan 
otoritas  tertinggi negara. Presiden  dapat  menunjuk anggota – anggota MPR dan
membentuk kabinet dan sejumlah menteri yang terdiri dan beberapa menteri Negara (non
departemen) dan menteri – menteri yang mengepalai departemen – departemen.
Pelaksana pemerintah adalah Presiden dan kabinetnya sedangkan kekuasaan legislatif di
Indonesia adalah di tangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Berdasarkan undang – undang yang berlaku, fungsi – fungsi utama dari MPR adalah
memilih presides dan wakilnya, dan menetapkan konstitusi dan garis – garis besar dari
kebijaksanaan pemerintah dan negara. Sedangkan fungsi – fungsi utama dari badan
legislatif (DPR) adalah membuat, merubah, menyempurnakan atau menyetujui usulan
peraturan – peraturan atau undang – undang, termasuk UU APBN berdasarkan usulan
RAPBN dari Menteri Keuangan yang berkoordinasi dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) lewat Presiden dan membantu pelaksanaan dari
undang – undang dan realisasi dari APBN dam kebijaksanaan pemerintah untuk
memperlancar tugas – tugas tersebut, DPR membentuk 9 komisi adalah termasuk
persiapaan, diskusi, dan penyempurnaan dari undang – undang yang diusulkan dalam
bidangnya masing – masing, diskusi dan penyempumaan rencana APBN (RAPBN) yang
diusulkan oleh pemerintah (kabinet), dan melakukan monitor dan evaluasi. Komisi –
komisi ini secara rutin melakukan dengar pendapat / dialog dengan departemen –
departemen maupun organisasi – organisasi non pemerintah seperti Kamar Dagang dan
Industri (KADIN), asosiasi – asosiasi bisnis dan lain – Iain mengenai berbagai macam
isu – isu aktual.
Kesembilan komisi – komisi tersebut, masing – masing dengan bidang / sektornya adalah
sebagai berikut :          
 
Komisi 1    :  Pertahanan dan keamanan, hubungan luar negeri dan informasi
Komisi 2    :  Hukum, hak asasi manusia (HAM), dan masalah – masalah dalam negeri.
Komisi 3    :  Pertanian, kehutanan, dan kelautan (termasuk perikanan)
Komisi 4    :  Transportasi, pemukiman dan infrastruktur daerah
Komisi 5    :  Industri, perdagangan, koperasi, turisme         
Komisi 6    :  Agama dan pendidikan
Komisi 7    :  Kesehatan dan kesejahteraan sosial
Komisi 8    :  Energi, sumber daya mineral, penelitian dan teknologi, dan lingkungan
Komisi 9    :  Keuangan, perbankan, perencanaan pembangunan

Dalam hal eksekutif, struktur pemerintah secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga
elemen utama : pembuatan kebijaksanaan dan koordinasi, manajemen dan pelaksanaan
fungsi – fungsi oleh departemen – departemen perwakilan – perwakilan kunci yang
bertanggung jawab untuk setiap elemen adalah sebagai berikut :

a.  Pembuat kebijaksanaan dan koordinasi


Kabinet terdiri dari sejumlah menteri yang memiliki kontrol secara keseluruhan dari
pemerintah, memimpin dan mengkoordinasi departemen – departemen dan badan –
badan dan menentukan kebijaksanaan – kebijaksaan pemerintah.

b.Manajemen
Menten keuangan adalah manajemen kunci dari pemerintah dan bertanggung jawab atas
perumusan strategi ekonomi, kebijaksanaan fiskal (pendapatan pemerintah), anggaran
nasionanl (APBN), manajemen BUMN. dan pengembangan lembaga – lembaga
keuangan. Seperti di Negara – Negara lain. Kekuasaan atas sumber daya finansial yang
dimiliki oleh Menteri Keuangan membuatnya sebagai menteri yang paling berkuasa di
Indonesia. Pada tahun 1997, bank sentral dari Indonesia (Bank Indonesia, BI) dibuat
independen dari pemerintah, jadi posisi BI adalah di luar kabinet. BI mempunyai
tanggung jawab terhadap kebijaksanaan moneter, termasuk kebijaksanaan nilai tukar
rupiah, dan pencapaian target – target inflasi yang ditetapkan oleh BI sendiri.

c.   Departemen – departemen


Departemen – departemen pemerintah (umum disebut departemen teknis) secara
tradisional adalah motor utama untuk membuat menjalankan dan mengefektifkan
kebijaksanaan pemerintah dan dibiayai oleh Menteri Keuangan, atas persetujuan oleh
Parlemen (DPR). Departemen – departemen biasanya punya satu hierarki pimpinan, dan
dikepalai oleh seorang menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.

d.   Menteri – menteri Negara


Kementrian – kementrian non departemen yang dikenal dengan sebutan Menteri Negara
tidak mengepalai suatu departemen. Mereka adalah asisten – asisten dari Presiden yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Tugas utama mereka adalah
untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan di bidang –
bidang tertentu kegiatan – kegiatan pemerintahan negara.
Seperti di banyak Negara – Negara lain, badan – badan pelaksana dibentuk untuk
mematahkan struktur pemerintah yang kaku, yang susah digunakan, ke dalam unit – unit
yang berdiri bebas dan lebih fleksibel, dan untuk memisahkan pemberian layanan dan
implementasi fungsi – fungsi dari departemen – departemen dan tanggung jawab –
tanggung jawab utama dari pembuatan kebijaksanaan dan strategi. Badan – badan
tersebut adalah seperti BAPPENAS, BPS (Biro Pusat Statistik), BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal), dan LAN (Lembaga Administrasi Negara).

Pada Tingkat Regional


Indonesia dibagi dalam lebih dari 30 propinsi, dan setiap propinsi dikelola oleh seorang
Gubernur dan suatu badan pembuat undang – undang di tingkat regional, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang mana anggota – anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum, yang memilih gubernur atas persetujuan presiden. Di antara propinsi –
propinsi, ada lebih dan 200 kabupaten dan lebih dari 55 kotamadya atau kota, dikepalai
masing – masing oleh Bupati. Dan walikota. Pada tingkat lebih rendah, ada banyak
kecamatan dan desa. Setiap pemerintah – pemerintah propinsi, kabupaten dan kota
mengatur dan mengelola urusan – urusan keperintahan mereka sesuai prinsip – prinsip
dari otonomi. Gubernur, Bupati, dan Walikota dipilih secara demokrasi.
Dalam hal legislatif, berdasarkan UU No. 22/1999, Bupati / Walikota ditentukan oleh
DPRD Kabupaten / kota dan harus disetujui oleh Presiden, Bupati / Walikota
bertanggung jawab kepada DPRD : Setiap macam kebijaksanaan daerah yang
dikeluarkan oleh Bupati / walikota harus disetujui oleh DPRD. Oleh karena itu, peranan
DPRD adalah untuk mengawasi pelaksanaan dari undang – undang / peraturan –
peraturan daerah yang disetujuinya.

BAB III

KESIMPULAN
Dapat kami simpulkan bahwa Memulai usaha diawali dengan memahami pengertian
UKM, untuk dapat mengembangkannya dengan peluang dan dukungan Pemerintah.
Bahwa usaha tidak harus memilih usaha yang sulit dan setiap usaha perlu menyiapkan
modal, produk, dan strategi pemasaran yang detail. Hal-hal tersebut  memastikan
keberhasilan usaha yang sukses dan berkelanjutan.Dalam masa Krisis ekonomi seperti
saat ini banyak perusahan besar yang mengalami kebangkrutan tetapi itu tidak
menggoyahkan UKM yang berdiri saat ini,mereka mempunyai strategis dalam
pembangunan ekonomi nasioanal .hal itu di karenakan UKM dapat menyerap tenaga
kerja.
Daftar Pustaka

https://www.bhinneka.com/blog/pengertian-ukm-adalah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah

https://gobiz.co.id/pusat-pengetahuan/masalah-umkm-dan-cara-mengatasinya/

http://kangaminblog.blogspot.com/2012/12/permasalahan-ukm.html?m=1

https://money.kompas.com/read/2020/08/03/170220126/ini-sejumlah-faktor-yang-
menyebabkan-bisnis-umkm-merosot-selama-pandemi

https://www.berdesa.com/strategi-pemasaran-umkm/

https://news.okezone.com/read/2010/07/12/367/351883/mengatasi-hambatan-finansial-
ukm

https://investor.id/opinion/231433/permasalahan-sdm-dan-manajemen-umkm

https://www.coursehero.com/file/peu87s/5-Keterbatasan-Teknologi-UKM-di-Indonesia-
umumnya-masih-menggunakan-teknologi/

https://www.jawapos.com/ekonomi/bisnis/21/07/2020/tak-hanya-gagap-teknologi-
umkm-sulit-go-online-karena-kendala-berikut/

Anda mungkin juga menyukai