Anda di halaman 1dari 23

EKONOMI ORANGE, KOPERASI, DAN UMKM (B1 EP)

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Dosen Pengampu:
I Made Endra Kartika Yudha, S.E., M.Sc.

Oleh: Kelompok: 12
Ni Putu Ayu Widiantari (2007511010)
I Wayan Yoniga Arta (2007511038)
Ni Nyoman Adhisri Ayuningsih (2007511154)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA

1
2021

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga terwujud
makalah yang berjudul “Usaha Mikro Kecil dan Menengah”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah Ekonomi Orange, Koperasi,
dan UMKM. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu dari hati yang
paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini. Serta juga kami berterima kasih pada Bapak I Made Endra
Kartika Yudha,S.E., M.Sc. selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Orange, Koperasi, dan
UMKM yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami meminta
maaf apabila dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar makalah ini menjadi baik
dan bermanfaat bagi setiap orang.

Denpasar, 14 November 2021

Penyusun
Kelompok 12

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian UMKM......................................................................................................3
2.2 UMKM dalam Piramida Struktur Usaha di Indonesia................................................4
2.3 Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi............5
2.4 Data Produktivitas UMKM di Indonesia.....................................................................9
2.5 UMKM yang Memproduksi Produk Kreatif di Indonesia........................................10
BAB III.....................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian di Indonesia didongkrak oleh sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah), hal ini terbukti dengan melihat banyak pelaku UMKM di sekitar kita.
Dengan berdirinya UMKM, perekonomian di Indonesia akan tumbuh. Disamping itu
keberadaan dari UMKM itu sendiri merupakan salah satu upaya alternatif untuk
menanggulangi kemiskinan dimana melalui pemberdayaan UMKM yang telah terbukti
memiliki daya tahan yang relatif kuat dalam menghadapi krisis ekonomi yang pernah
dialami bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, UMKM juga berperan sebagai penyerap
tenaga kerja, hal ini dikarenakan dengan munculnya UMKM lapangan pekerjaan terbuka,
sehingga pengangguran akibat angkatan kerja dapat berkurang.
Jenis UMKM terurai dari berbagai bidang usaha, seperti pertanian, perdagangan,
industri pengolahan, komunikasi dan pengangkutan, bangunan, keuangan dan listrik dan
gas serta air bersih. Termasuk usaha kecil dan menengah yang terdiri dari semua
pedagang kecil dan menengah, penyedia jasa kecil dan menengah, petani dan peternak
kecil dan menengah, kerajinan rakyat dan industri kecil, dan lain sebagainya. Seperti
misalnya warung di suatu wilayah, contohnya toko kelontong, toko serba ada, wartel,
ternak ayam, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pertumbuhan dan peran UMKM ini harus terus ditingkatkan, hal ini
bukan hanya karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai kejutan ekonomi, tetapi
juga kemampuannya yang besar dalam menyediakan lapangan kerja, serta mengatasi
kemiskinan. Dengan semakin menguatnya komitmen pemerintah saat ini, iklim investasi
dan kegairahan usaha dalam perekonomian nasional, termasuk UMKM akan jauh lebih
baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian UMKM?
2. Bagaimana UMKM dalam Piramida Struktur Usaha di Indonesia?
3. Bagaimana Peran UMKM dalam Penyerapan tenaga kerja dan Pertumbuhan
ekonomi?
4. Bagaimana Data Produktivitas UMKM di Indonesia
5. Siapa saja UMKM yang memproduksi produk kreatif di Indonesia?
1.3 Tujuan

3
1. Untuk mengetahui pengertian dari UMKM.
2. Untuk mengetahui posisi UMKM dalam Piramida Struktur Usaha di Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran UMKM dalam Penyerapan tenaga kerja dan Pertumbuhan
ekonomi.
4. Untuk mengetahui Data Produktivitas UMKM di Indonesia.
5. Untuk mengetahui UMKM yang memproduksi produk kreatif di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UMKM
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah atau yang biasa disebut dengan UMKM
adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah,
begitu juga dengan negara Indonesia. Usaha kecil dikategorikan dalam dua jenis,
yaitu Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Perbedaan UKM dan UMKM dirujuk dari Undang Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Disana
disebutkan, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
milik badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang. Kriteria UMKM adalah usaha yang maksima
lassetnya Rp. 50 juta dan omsetnya maksimal Rp. 300 juta.

Sedangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah usaha ekonomi


produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagi
an baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha kecil sebagaimana yang
dimaksud Undang undang adalah usaha yang kriterianya Rp. 50 –500 juta dengan
kriteria omset antara Rp. 300 juta – Rp. 2,5 milyar.

Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah (UMKM), disebutkan bahwa UMKM adalah :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang ini.

5
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini 
2.2 UMKM dalam Piramida Struktur Usaha di Indonesia
1. Sensus Ekonomi 2006
Pendataan Usaha melalui Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel (SE06-SS). Sensus
Ekonomi 2006 (SE06) sangat penting arti dan peranannya dalam rangka mengidentifikasi
populasi, memperbaharui direktori dan kerangka sampel serta membuat peta persebaran
usaha di Indonesia. SE06 diselenggarakan untuk mendata keberadaan, penyebaran,
aktivitas, dan karakteristik seluruh kegiatan ekonomi di luar kegiatan sektor pertanian.
Pendekatan pencacahan dalam SE06 dilakukan melalui pendekatan usaha. Sasaran
pencacahan meliputi perusahaan/usaha berskala besar, menengah, kecil dan mikr
Tujuan SE06-SS secara umum adalah mengumpulkan dan menyajikan data dasar
yang lengkap, rinci dan up to date tentang kegiatan ekonomi di wilayah Indonesia yang
mencakup jumlah, karakteristik usaha dan kegiatan dari semua skala perusahaan/usaha
yang bergerak di berbagai lapangan usaha di luar usaha pertanian (dilakukan
pengumpulan data tersendiri).
Secara khusus, tujuan SE06-SS adalah:
a. Memperoleh data rinci perusahaan/usaha UMK, serta perusahaan /usaha UMB
sebagai bahan perencanaan dan analisis baik mikro maupun makro kegiatan ekonomi
di Indonesia di luar sektor pertanian.
b. Memperoleh benchmark dan basis data untuk berbagai survei lanjutan di bidang
ekonomi sampai dengan pelaksanaan Sensus Ekonomi berikutnya.
c. Memperoleh informasi dasar tentang berbagai usaha di Indonesia menurut sektor,
aktivitas, skala usaha dan wilayah, diantaranya meliputi:
a) Jumlah perusahaan/usaha
b) Penyerapan tenaga kerja
c) Pengeluaran untuk tenaga kerja
d) Struktur input dan struktur output
e) Struktur permodalan
f) Kendala dan prospek usaha

6
Dalam SE06, unit pencacahan perusahaan/usaha dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu perusahaan menengah dan perusahaan besar (UMB), dan usaha mikro
dan usaha kecil (UMK). Secara umum kriteria pengelompokan perusahaan/usaha
didasarkan pada jaringan usaha (tunggal, kantor pusat/induk, dan cabang), status badan
usaha, jumlah tenaga kerja, kriteria sektoral lain, dan omset. Penerapan kriteria
pengelompokan perusahaan/usaha antar kategori/golongan pokok dapat berbeda dan
dapat merupakan kombinasi dari berbagai kriteria tersebut.
2. Sensus Ekonomi 2016
Secara umum kita dapat melihat keterbatasan UMKM meliputi, Keterbatasnya kepada
akses pembiayaan atau kredit pada Perbakan, Padahal pemerintah telah menyiapkan dana
Kredit Usaha Rakyar (KUR) di 2016 yakni sebesar Rp100 triliun dengan suku bunga yang
kompetitif. Selanjutnya Keterbatasnya juga terjadi pada akses pasar yang hanya berorientasi di
pasar domestik. Padahal dengan pesatnya kemajuan teknologi dan media social dewasa ini
sebenarnya menjadi tempat promosi dan pengenalan produk hasil UMKM bukan hanya
didalam negeri tetapi juga dimungkinkan sampai keluar negeri. Ketiga, terbatasnya kuality
control dari produk yang dipasarkan oleh UMKM dan umumnya proses produksi mereka
masih dilakukan secara tradisional.
2.3 Peran UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam
perekonomian masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia pun memandang penting
keberadaan para pelaku UMKM. Buktinya, UMKM bersama dengan Koperasi memiliki
wadah secara khusus di bawah Kementerian Koperasi dan UKM.
Perhatian tinggi yang diberikan kepada para pelaku UMKM tersebut tidak lain
sebagai wujud pemerintah dalam menyangga ekonomi rakyat kecil. Apalagi, UMKM
mampu memberikan dampak secara langsung terhadap kehidupan masyarakat di sektor
bawah.

UMKM juga berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BI yang bekerjasama dengan LPPI, tahun 2014 UMKM mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 114,14 juta orang. Adapun rinciannya.

7
Berdasarkan diagram di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa usaha mikro
merupakan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar dengan jumlah
99,3 juta orang atau 87%. Adapun usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
6,5 juta orang atau 4,%, usaha menengah mampu menyerap sebanyak 4,5 juta orang atau
4%, dan usaha besar hanya mampu menyerap sebanyak 3,76 juta orang atau 3,3%.84
Usaha mikro merupakan usaha yang berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga
kerja karena usaha mikro memiliki karakteristik yang sangat melekat kepada masyarakat
yang memiliki modal kecil untuk melakukan usaha.

Selain data di atas, berikut tabel yang menunjukkan bahwa UMKM selam
2008-2014 mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar dibandingkan usaha
lainnya.

Tabel
Perkembangan UMKM dan Usaha Besar terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2008-2014 (juta orang)

Tahun
No Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Mikro 88 90 93 95 100 105 111
2 Kecil 4 4 4 4 5 6 7
3 Menengah 3 3 3 3 3 4 5
4 Besar 3 3 3 3 3 4 4
Dari data
tersebut, maka ditemukan bahwa tenaga kerja yang mampu diserap oleh UMKM pada
kurun waktu 2008-2014 sangat besar, yaitu mengalami peningkatan berdasarkan data
yang diperoleh BI dari Kementerian Koperasi dan UMKM sebanyak 94 juta pada
tahun 2008 menjadi 123,2 juta pada tahun 2015. Meski demikian, usaha mikro
merupakan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja yang sangat tinggi tiap tahunnya

8
bahkan mengalami peningkatan yang signifikan. Sementara itu, usaha kecil mengalami
stagnan pada tahun 2008-2011, tetapi pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2014
terus mengalami kenaikan. Adapun usaha menengah dan usaha besar mengalami
stagnan pula dalam jangka waktu yang lebih lama dari usaha kecil yaitu 2008-
2013. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usaha mikro memegang
peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Di samping penyerapan
tenaga kerja, tentunya telah mampu menekan angka pengangguran.

2.3.1. Peran UMKM dalam Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran sebagai pemeran
utama dalam kegiatan ekonomi; penyedia lapangan kerja; pemain penting dalam
perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat; pencipta pasar baru; dan
kontribusinya terhadap PDB dan neraca pembayaran.

Salah satu cara mengetahui peran UMKM dalam perekonomian adalah melalui
Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai barang-barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negara dalam satu tahun tertentu. Tujuan PDB adalah meringkas
aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama peride waktu tertentu.

Total kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional merupakan akumulasi dari semua
sektor ekonomi UMKM. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pada
tahun 2013 UMKM mampu menyumbangkan Rp. 5.440 triliun (atas dasar harga berlaku
terhadap PDB Nasional. Adapun sumbangsih masing-masing jenis usaha
digambarkan sebagai berikut:

9
Diagram di atas menggambarkan bahwa penyumbang terbesar terhadap PDB
atas dasar harga berlaku yaitu usaha mikro dengan jumlah 42,4% (Rp. 2.306,56
triliun). Selanjutnya penyumbang terbesar adalah usaha kecil dengan jumlah 30,3% (Rp.
1.648,32 triliun), selanjutnya usaha menengah yaitu 12,8% (Rp. 696,32 triliun), dan
usaha besar dengan jumlah 14,5% (Rp. 788,8 triliun).

Total kontribusi UMKM terhadap PDB merupakan akumulasi dari semua sektor
ekonomi UMKM. Penggolongan jenis kegiatan ekonomi mengikuti konsep ISIC
(International Standard Classification of All Economic Activies) yang direvisi tahun
1968. Klasifikasi tersebut bertujuan memudahkan perbandingan tingkat aktivitas
ekonomi dalam berbagai macam kegiatan.

Setidaknya, ada 3 peran UMKM yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
kecil. Tiga peran tersebut adalah:

1. Sarana mengentaskan masyarakat dari jurang kemiskinan


Peran UMKM penting yang pertama adalah sebagai sarana mengentaskan masyarakat
kecil dari jurang kemiskinan. Alasan utamanya adalah, tingginya angka penyerapan tenaga
kerja oleh UMKM.
Hal ini terbukti dalam data milik Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2011.
Disebutkan, lebih dari 55,2 juta unit UMKM mampu menyerap sekitar 101,7 juta orang.

10
Angka tersebut meningkat menjadi sekitar 57,8 juta unit UMKM dengan jumlah tenaga
kerja mencapai 114 juta orang.
2. Sarana untuk meratakan tingkat perekonomian rakyat kecil
UMKM juga memiliki peran yang sangat penting dalam pemerataan ekonomi masyarakat.
Berbeda dengan perusahaan besar, UMKM memiliki lokasi di berbagai tempat. Termasuk
di daerah yang jauh dari jangkauan perkembangan zaman sekalipun.
Keberadaan UMKM di 34 provinsi yang ada di Indonesia tersebut memperkecil jurang
ekonomi antara yang miskin dengan kaya. Selain itu, masyarakat kecil tak perlu
berbondong-bondong pergi ke kota untuk memperoleh penghidupan yang layak.
3. Memberikan pemasukan devisa bagi negara
Peran UMKM berikutnya yang tidak kalah penting adalah, memberikan pemasukan bagi
negara dalam bentuk devisa. Saat ini, UMKM Indonesia memang sudah sangat maju.
Pangsa pasarnya tidak hanya skala nasional, tapi internasional.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM di tahun 2017 menunjukkan tingginya devisa
negara dari para pelaku UMKM. Angkanya pun sangat tinggi, mencapai Rp88,45 miliar.
Angka ini mengalami peningkatan hingga delapan kali lipat dibandingkan tahun 2016.

Dengan tiga peran yang dimilikinya tersebut, tidak salah kalau para pelaku UMKM
tak bisa dipandang sebelah mata.

2.4 Data Produktivitas UMKM di Indonesia


Secara umum, hasil perhitungan indeks produktivitas menunjukkan bahwa:
1. Terjadi kesenjangan produktivitas antara UMKM industri pengolahan di DKI
Jakarta dan UMKM industri pengolahan di provinsi lain;
2. Perubahan indeks produktivitas UMKM di satu provinsi menjadi indikasi dari
intensitas dan ragam masalah yang dihadapi oleh UMKM di provinsi tersebut; dan
3. Tingkat produktivitas tidak selalu berkaitan dengan populasi UMKM yang besar.

Hasil perhitungan indeks produktivitas UMKM per provinsi dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini.

11
Table 1

UMKM industri pengolahan di Provinsi DKI Jakarta memiliki indeks produktivitas


tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 (nilai indeks = 100). Namun terdapat gap yang besar
antara produktivitas UMKM di DKI Jakarta dan produktivitas UMKM di provinsi lain.
Sebagai contoh, nilai indeks produktivitas tertinggi kedua (UMKM di Provinsi Kepulauan
Riau) hanya mencapai 56,09 pada tahun 2010 dan 30,51 pada tahun 2011. Penjelasan dari
kondisi ini yaitu bahwa secara umum kondisi UMKM di DKI Jakarta relatif lebih baik
dibandingkan dengan UMKM di provinsi lain terutama dari sisi akses kepada (1) bahan
baku, (2) pembiayaan, (3) tenaga kerja terampil, dan (4) teknologi. Hasil perhitungan juga
menunjukkan penurunan indeks produktivitas UMKM di 14 provinsi. Adanya gap indeks
produktivitas UMKM antar provinsi dan tren penurunan indeks produktivitas dapat
menunjukkan beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM, di antaranya:

12
1. Meningkatnya persaingan dalam mengakses sumber daya produktif di
provinsi-provinsi dimana UMKM-nya mengalami penurunan produktivitas;
2. Meningkatnya hambatan bagi UMKM untuk mengakses sumber daya
produktif dan menjalankan usaha. Hambatan ini dapat berkaitan dengan
faktor eksternal (perubahan kebijakan pemerintah; gangguan supply dan
distribusi, dll.), maupun faktor internal (kapasitas pengelolaan usaha masih
kurang baik, penurunan etos kerja, dll.); dan/atau
3. UMKM industri pengolahan di provinsi-provinsi yang mengalami penurunan
produktivitas belum memiliki kapasitas yang memadai dalam berinovasi dan
dalam menerapkan teknologi sehingga kurang cepat untuk menangkap peluang
pasar dibandingkan dengan UMKM di provinsi-provinsi lain.

Satu atau lebih masalah di atas, serta intensitasnya, dapat menyebabkan penurunan
produktivitas UMKM. Penurunan produktivitas UMKM industri pengolahan di Banten,
Jawa Barat dan Jawa Timur (Tabel 2), misalnya, mungkin lebih berkaitan dengan
persaingan yang tinggi dalam mengakses sumber daya produktif, terutama bahan baku
yang tidak saja berasal dari daerah yang sama, namun juga berasal dari daerah lain dan
impor. Namun masalah yang dihadapi UMKM di Provinsi Banten mungkin lebih
beragam sehingga penurunan indeks produktivitas UMKM di Banten lebih besar
dibandingkan penurunan indeks produktivitas UMKM di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Timbulnya/peningkatan intensitas atau penyelesaian masalah-masalah tersebut di atas
juga mempengaruhi pergeseran indeks daya saing UMKM di setiap provinsi. Pada sisi
dimana masalah baru timbul atau masalah menjadi lebih serius, indeks produktivitas
UMKM dapat menurun jauh. Pada sisi dimana penanganan masalah cukup berhasil,
indeks produktivitas UMKM juga dapat meningkat tajam, seperti pada UMKM di
Provinsi Papua, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.

Hal menarik yang perlu menjadi perhatian yaitu populasi UMKM industri
pengolahan yang besar tidak menjadi jaminan bagi tingkat produktivitas yang
tinggi. Hal ini tampak dari indeks produktivitas UMKM yang rendah di Provinsi
Sulawesi Selatan, NTB, NTT, dan Lampung. Bahkan NTT memiliki indeks
produktivitas terendah pada tahun 2010 dan 2011. Indeks produktivitas UMKM di
NTT menunjukkan bahwa penanganan dari masalah-masalah yang dihadapi UMKM

13
setempat dalam menjalankan usaha belum mencapai kemajuan yang berarti. Kondisi
ini juga menunjukkan bahwa perkembangan UMKM di satu provinsi tidak cukup
hanya diukur dengan peningkatan jumlah unit UMKM.
2.5 UMKM yang Memproduksi Produk Kreatif di Indonesia
Melihat sudah banyak para pelaku UMKM di Indonesia, sudah banyak UMKM yang
berhasil menjual produk kreatif mereka ke jangkauan yang lebih luas. Hal ini berarti
produk yang dijual UMKM memiliki daya tarik sendiri, sehingga produk tersebut
mempunyai nilai tambah yang membuat produk tersebut berbeda. Berikut merupakan tiga
pelaku UMKM yang berhasil memproduksi produk kreatif yang mempunyai nilai tambah
tersendiri:
1. Kejaya Handicraft
Usaha kerajinan Kejaya Handicraft yang berasal dari Banyuwangi, Jawa
Timur, Indonesia ini berdiri sekitar tahun 1998. Usaha itu didirikan oleh dua
bersaudara, Kothibin dan Alm. Ahmad Fatoni. Awal mula mereka melihat peluang
bisnis usaha kerajinan tangan ini adalah dengan melimpahnya limbah kayu meubel,
pelepah pisang, bambu, dan bahan-bahan alam lain di Desa Tambong, Kecamatan
Kabat, Kabupaten Banyuwangi. Kothibin mengutarakan, pengambilan nama Kejaya
bermaksud agar semua produk yang dihasilkan menjadi benda yang sangat jaya baik
dilihat dari wujud seni budayanya, jaya dari bahan bakunya karena tak akan pernah
habis, karena bahan bakunya selalu diperbarukan dengan mekanisme ramah
lingkungan.
Sumber utama bahan baku seni kreatif UMKM Kejaya Handicraft ini berasal
dari bahan alam seperti kulit ular, kulit harimau, pelepah pisang, limbah kayu-kayuan
dari pohon kelapa baik batang, akar, daun dan lidi, serabut kelapa, hingga batok
kelapa. Semua bahan-bahan tersebut, dapat dirakit menjadi beragam kerajinan yang
dapat mendatangkan nilai keuntungan ratusan juta rupiah, sehingga mampu
menghidupkan perekonomian masyarakat di kota Banyuwangi.
Hingga saat ini, melalui label produk Kejaya Handicraft, Kothibin telah
memproduksi sedikitnya 500 jenis produk kerajinan tangan berbahan alam yang
berasal dari kota Banyuwangi. Produk utama yang ia produksi dan digemari oleh
kalangan wisatawan lokal, maupun internasional adalah produk berbahan kulit ular
dan kulit Harimau yang dijadikan dasar produk fashion seperti tas, dompet, ikat
pinggang, kulit bangku atau sofa, serta boneka harimau. Kerajinan lain yang
diproduksi Kejaya Handicraft adalah produk untuk kebutuhan rumah tangga, seperti

14
gelas, piring, sendok garpu, meja, bangku, anyaman dari lidi, tas batok, hingga produk
untuk kebutuhan kaum wanita.
Kothibin mengaku bahwa, semua produk yang telah dibuat dengan merek
Kejaya Handicraft adalah murni dari kreasi para masyarakat sekitar yang diberikan
kesempatan olehnya, untuk menciptakan seni kerajinan. Kothibin telah
memperkerjakan sedikitnya 200 pekerja seni yang berasal dari masyarakat sekitar
baik tua dan muda, ibu-ibu dan bapak-bapak, dengan sistem penggajian tetap maupun
borongan.
Kothibin menuturkan, produk Kejaya Handicraft telah siap menghadapi
ketatnya persaingan pasar bebas Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan istilah
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal ini dibuktikan, dengan banyaknya order dan
pesanan produk untuk di ekspor ke Amerika Serikat, dan sebagian lagi kebeberapa
negara di Eropa. Kothibin mengaku bahwa masyarakat luar negeri yang membeli
produk Kejaya Handicraft sangat menyukai produk mereka karena produknya yang
berbahan alam seperti perlengkapan rumah tangga, aksesories untuk fashion, produk
untuk kebutuhan interior hingga pada produk furniture.
Keunggulan yang dimiliki oleh produk Kejaya Handicrfat adalah terletak di
proses finishing, dengan penerapan tenaga yang terampil, cekatan, teliti dan
penggunaan teknologi sederhana guna menghasilkan pruduk berkualitas tinggi dan
berstandar internasional. Semua produk seni kerajinan berbahan alam ini, mampu
bertahan bertahun-tahun, kuat tidak mudah rusak, dengan karakteristik semakin tua
semakin unik, klasik. Keunggulan lainnya yaitu harga barang kerajinan yang dijual
bervariasi, mulai dari yang termurah Rp 1.000 hingga termahal Rp 1.000.000,00-.
Namun, dalam menjalani sebuah usaha pasti tidak hanya mengalami hal-hal
yang baik saja. UMKM Kejaya Handicraft ini pula mengalami kendala yaitu pada
bahan baku. Bahan kayu atau batang kelapa, menunggu ada orang yang memotong.
Selain itu, produk yang dikeluarkan juga makin harus mengikuti tren yang ada. Oleh
karena itu, untuk menghadapi persoalan atau kendala tersebut, Kejaya Handicraft
harus melakukan Inovasi produk menyesuaikan zaman serta melakukan riset pasar
agar tidak kalah dengan para kompetitor baru.

2. Bali Bakti Anggara

Usaha kerajinan rumah tangga berbahan dasar kayu yang bernama Bali Bakti
Anggara merupakan usaha yang dimiliki oleh perempuan yang berasal dari Pulau

15
Dewata bernama Ni Ketut Bakati Anggareni yang kerap disapa Ayu. Usaha ini
dimulai dengan modal awal hanya Rp 50.000.000 yang mana uang tersebut
merupakan uang pemilik sendiri tanpa pinjaman dari siapapun. Dari modal awal
tersebut usaha kerajinan ini berhasil berjalan sejak tahun 1997 yang lalu hingga
sekarang, usaha ini juga berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan
di Bali.
Usaha Bali Bakti Anggara memproduksi berbagai varian produk mulai dari
hiasan dinding, meja kerja, juga beberapa peralatan makan seperti mangkuk dan
gelas kayu. Ayu, sebagai pemilik mengaku produk-produk kerajinan kayunya sudah
menembus pasar luar negeri, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia. Ayu juga
mengaku bahwa sekitar 60% pasar dari usaha mereka ada di Amerika Serikat, 30%
di Eropa dan sisanya di Asia termasuk pasar dalam negeri.
Aneka produk kerajinan tersebut dijual mulai dari US$ 2,5 hingga US$ 100,
atau berkisar Rp35.600 hingga Rp1.400.000 per produk. Ayu mengaku dalam
kondisi normal, ia mampu mengekspor sebanyak 30-100 kontainer dan meraup
omset hingga US$ 50.000 atau setara Rp710.000.000 per semester.
Pemilik usaha Bali Bakti Anggara ini juga mengaku bahwa usahanya pernah
mengalami masa sulit dalam menjalankan bisnisnya. Ia mengatakan di tahun 2012
usahanya terkena imbas perubahan tren di masyarakat, sebab selama ini kerajinan
kayu yang dibuatnya hanya fokus pada kerajinan tradisional asli Bali yang banyak
mengandung kreativitas ukiran. Menurutnya, tren di pasaran saat itu telah berubah
dan ikut mempengaruhi usahanya.
Namun dengan adanya perubahan tren tersebut, Ayu tak berkecil hati, saat itu
usahanya terpilih sebagai penerima bantuan oleh pemerintah belanda, sehingga pada
saat itu ia itu memanfaatan kesempatan sebaik mungkin untuk belajar dan lebih
mengasah lagi kreativitas. Ia berharap dengan hal itu usahanya bisa menghasilkan
produk-produk kerajinan kayu yang kekinian mengikuti perkembangan zaman.
Akhirnya selama 1 tahun akhirnya usahanya normal kembali dan lebih berkembang.

Usaha Bali Bakti Anggara tidak hanya berfokus pada meraup untung saja,
Ayu mengungkap bisnis skala UKM yang selama ini dijalankannya banyak
mempekerjakan perempuan. Bukan tanpa alasan, Ayu mempekerjakan banyak
perempuan sebab ia melihat di daerahnya yakni Kelurahan Abianbase, Gianyar,

16
Bali, banyak perempuan yang sudah berkeluarga tetapi kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Oleh karena itu, ia pun memutuskan memberdayakan perempuan
setempat khususnya dalam proses pengemasan. Pekerja ini memiliki jam kerja 4-8
jam sehari, dengan waktu kerja diserahkan ke mereka. Para pekerja ini mendapatkan
gaji sesuai UMR. Ayu memastikan selalu taat terhadap peraturan Pemerintah
dengan tidak menggaji di bawah UMR atau melebihi jam kerja yang telah
ditetapkan pemerintah.
Kendati demikian, Ayu mengaku pandemi COVID-19 yang melanda dunia,
termasuk Indonesia telah memberi dampak signifikan pada usaha skala UMKM,
termasuk juga usahanya 'Bali Bakti Anggara'. Akibat permintaan pasar yang lesu
terdampak pandemi, ia pun melakukan sejumlah penyesuaian termasuk juga soal
jumlah pekerja. Oleh karena Adanya penyesuaian akibat pandemic, hal ini membuat
Ayu hanya bisa mempekerjakan sekitar 23 orang saat ini. Adapun jumlah tersebut
terdiri dari 12 orang pekerja perempuan di dalamnya. Tantangan lain harus dihadapi
saat pandemi, yaitu terkait shipping buyer payment (sistem pembayaran dari
pembeli). Pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, masa tunggu menjadi lebih lama
yakni sekitar 60 hari dari biasanya 30 hari. Kondisi itu tentu mempengaruhi cash
flow dan dia membutuhkan tambahan modal usaha.

3. Dompet Wallts

Usaha dompet kanvas yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, Indonesia ini
merupakan usaha yang dipelopori oleh Muhammad Adzwin dan Tri Anindya. Usaha
dompet kanvas yang dimiliki diberi nama Wallts Wallet Goods. Awal mula Adzwin,
si pemilik usaha sudah menggeluti dunia usaha sejak duduk di bangku SMA, dari
mulai berjualan ke sesama teman hingga menekuni bisnis online hingga sekarang.
Melihat peluang bisnis online yang begitu besar, Adzwin mulai menciptakan produk
dompet dengan ciri khas tersendiri.
Adzwin mengaku bahwa awalnya dia merasa tidak ada perkembangan untuk
produk dompet terutama di Indonesia. Hal itulah yang membuat dirinya termotivasi
menciptakan inovasi. Pada saat awal 2015 dompet yang banyak dibeli atau
digunakan di Indonesia hanya terbuat dari bahan dasar kulit atau kulit imitasi saja.
Oleh karena itu, Adzwin berusaha mendiptakan dompet dengan bahan yang berbeda
yaitu menggunakan bahan kanvas, karena polyster canvas sudah teruji kuat, anti air

17
dan tahan lama. Sehingga eksistensi dompet Wallts Wallet bisa hadir menghiasi
pasar di Indonesia hingga sekarang.
Pemilihan bahan kanvas juga dianggap memungkinkan untuk memberikan
ruang kreativitas yang sebesar – besarnya. Pasalnya, dompet kanvas dapat di
implementasikan dengan design yang customer inginkan. Maka dompet ini cocok
digunakan oleh anak muda maupun dewasa. Meski demikian Wallts Wallet sendiri
mengusung konsep dompet simple, colorful, dan long – lasting wallet for daily use.
Adzwin juga menjelaskan bahwa Wallts Wallet selalu mengikuti trend design yang
ramai dipasarkan dan sangat beragam, mulai dari dompet kanvas polos, berwarna,
hingga bermotif.
Wallts Wallet dapat memproduksi hingga 9.000 unit per bulan, dengan tetap
menjaga kualitas produk melalui proses pengerjaan dompet yang dilakukan
handmade, mulai dari pemotongan bahan, penempelan, penjahitan hingga
penggabungan dilakukan pengrajin profesional. Inovasi juga terus dijalankan,
dengan menciptakan strategi pemasaran produk Wallts Wallet bukan hanya dompet
yang dapat dipergunakan sehari – hari, namun Adzwin juga mengemas produk
Wallts Wallet dengan packaging yang sangat menarik, sehingga produk ini juga
sering dijadikan kado.
Dalam memasarkan produknya, Adzwin memanfaatkan kanal online milik
usahanya serta memajangnya marketplace sejak 2016. Produk Wallts Wallet bisa
ditemui di media social Instagram mereka, yaitu @wallts_ dan @wallts_catalog,
serta di website www.walltswallet.com. Selain melalui media social usaha, Adzwin
juga memasarkan produk dompet kanvas mereka melalui salah satu marketplace
yang dipercaya yakni Shopee, pasalnya marketplace ini membuat program yang
menarik perhatian Adzwin, yaitu program yang bertajuk Ekspor Shopee. Program
ini memberikan panduan bagi para pelaku UMKM, sehingga usaha Wallts Dompet
sendiri ingin mencoba program ini, mereka ingin melakukan kegiatan ekspor
dengan memanfaatkan marketplace.
Setelah satu tahun mengikuti program Ekspor Shopee, Dompet Wallts mulai
mengalami peningkatan. Adzwin mengklaim, dengan memanfaatkan pemasaran
digital ia mengaku penjualannya telah naik 40 kali lipat. Usaha Dompet Wallts
telah berhasil menjual hingga ratusan ribu dompet di pasar domestik. Bahkan untuk
pasar luar negeri, ia menjual puluhan dompet, dengan negara tujuan Singapura,
Taiwan dan Malaysia.

18
Untuk rencana bisnis ke depan, Adzwin merencanakan bisa menambah
jenis produk Wallts. Sebab, dengan pasar yang semakin besar, ia mengatakan,
diversifikasi produk harus dia lakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar.

BAB III
3.1 Kesimpulan
Usaha mikro kecil dan menengah atau yang biasa disebut dengan UMKM
adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara. Adanya UMKM

19
telah banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional
keberadaan UMKM dalam tersebar di seluruh penjuru negeri dan menguasai sekitar
99% aktivitas bisnisnya di Indonesia dengan lebih dari 98% berstatus usaha mikro.

Tak hanya itu saat ini sektor produktif UMKM dapat mempekerjakan lebih dari
107,6 juta penduduk Indonesia dan 60,6% terhadap PDB Indonesia kuatnya UMKM
dapat membangun perekonomian Indonesia karena keunggulan di beberapa faktor
yakni kemampuan fokus yang spesifik, fleksibilitas nasional, biaya rendah, dan
kecepatan inovasi.

UMKM harus terus didorong dan dikembangkan dengan dukungan penuh dari
pemerintah. UMKM membutuhkan permodalan dan bantuan pemasaran, kendala
utama UMKM saat ini adalah akses ke lembaga keuangan dan pasar yang makin sulit.
Seringkali UMKM kalah bersaing dengan produk impor yang lebih murah, sehingga
keberpihakan pemerintah sangatlah penting untuk perkembangan UMKM di
Indonesia.

3.2 Saran
Diharapkan bagi para pembaca untuk bisa mengerti lebih dalam lagi mengenai
usaha kecil dan menengah karena ada dengan adanya pemahaman yang lebih akan
mendorong kita untuk mengembangkan dan memajukan UMKM di Indonesia dengan
kemajuan UMKM di Indonesia dapat mengurangi kemiskinan serta majunya
perekonomian di Indonesia 

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Mukti. (2015). UMKM di Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar

20
Ajijah. 2020. “Wallts Wallet Goods Dompet Kanvas Bandung yang Eye Catching”,
https://bandung.bisnis.com/read/20201222/550/1334412/wallts-wallet-goods-dompet-
kanvas-bandung-yang-eye-catching, diakses pada 15 November pukul 16.30.
Departemen, Pengembangan, UMKM, (DPUM).2016 “RINGKASAN EKSEKUTIF
PROFIL BISNIS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)”
https://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/Pages/Profil-Bisnis-UMKM.aspx, diakses
pada 14 November pukul 14.00.
Dyah Fitrani, Erika. 2021. “Kisah Pengusaha Asal Bali Diterpa Pandemi, Tertolong Kredit
Bank”,https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5604296/kisah-pengusaha-
asal-bali-diterpa-pandemi-tertolong-kredit-bank, diakses pada 14 November pukul
21.19
Ichsan, Ahmad. 2019. “Seni Kerajinan Berbahan Alam”, https://www.inacraftnews.com/seni-
kerajinan-berbahan-alam/, diakses pada 14 November pukul 17.35.
Jawatimuran. 2021. “Kejaya Handicraft Semakin Eksis, Banyuwangi”,
https://jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id/2018/11/13/kejaya-handicraft-
semakin-eksis-banyuwangi/, diakses pada 14 November pukul 16.56.
Waseso, Ratih. 2021. “Strategi UMKM Manfaatkan Marketplace Untuk Gapai Pasar
Ekspor”, https://peluangusaha.kontan.co.id/news/strategi-umkm-manfaatkan-
marketplace-untuk-gapai-pasar-ekspor, diakses pada 15 November pukul 11.45.

21

Anda mungkin juga menyukai