Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, S.U.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Arti Penting Demografi” ini. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah
Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan, serta menambah wawasan mahasiswa dan
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, S.U. selaku
dosen mata kuliah Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran terhadap tugas ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Terima kasih.
Penulis
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Transisi Demografi
Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan
parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Zelinsky (1971), menyatakan
bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan transisi demografi
terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda dengan Zelinski, Notenstein (1945)
menegaskan bahwa transisi demografi hanya memperhatikan perubahan fertilitas dan
mortalitas atau dengan kata lain disebut sebagai perubahan secara alamiah. PBB (1989)
membagi transisi demografi ke dalam 4 tahap, yaitu:
Gambar 2.1
1. Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi, ditandai dengan
indikator Total Fertility Rate (TFR) di atas 6, dan angka mortalitas (kematian) juga
tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang dari 45 tahun.
Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan
kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap tahunnya. Berbagai faktor
penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranya adanya peperangan, gagal panen
dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga pangan serta meluasnya wabah
penyakit menular.
2. Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan cepat karena
penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi. Angka
kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap ini
berkisar antara 4,5- 6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-55
tahun.
3. Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi penurunannya mulai
melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55- 65 tahun, sedangkan TFR
mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program keluarga berencana
3
dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat pendidikan mulai
meningkat.
4. Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah rendah dan
tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka
harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah 3. Proses transisi
demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) =
1. Tahap ini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju.
4
yang terjadi di Indonesia, tidak diawali dengan pembangunan ekonomi, industrialisasi dan
modernisasi. Indonesia berhasil mengalami transisi lebih cepat karena intervensi di bidang
kesehatan dan pengaturan jumlah anggota keluarga melalui program keluarga berencana
yang berjalan paralel dengan pembangunan di bidang ekonomi.
Suriastini (1995) memperkirakan bahwa akhir masa transisi demografi akan terjadi
pada tahun 2005. Pada tahun tersebut diperkirakan, angka harapan hidup mencapai lebih dari
65 tahun, angka kelahiran (TFR) mendekati 2 dan NRR (Net Reproduction Rate) sebesar 1.
Periode 1990- 1995, Indonesia berada pada tahap transisi yang tergolong labil, tepatnya pada
tahap perkembangan akhir (late expanding stage). Dengan usia angka harapan hidup 62,7
tahun dan TFR 3,91, Indonesia telah berada di tahap ketiga transisi demografi (Mantra,
2000).
Gambar 2.2 memperlihatkan rata-rata pertumbuhan alami di Indonesia mengalami
peningkatan sejak tahun 1945-1950 hingga mencapai puncak pada periode 1971-1980,
kemudian menurun terus sampai tahun 2000. Angka pertumbuhan alami ini diperkirakan
akan menurun terus meskipun penurunannya tidak secepat pada periode 1980-2000.
Gambar 2.2
Jika diperhatikan antar provinsi, transisi demografi berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Hal ini terjadi karena pencapaian penurunan angka fertilitas dan mortalitas
5
masing-masing provinsi berbeda, sesuai dengan perbedaan waktu diberlakukannya program
fertilitas di Indonesia. Pada umumnya provinsi-provinsi di Jawa Bali mengalami transisi
demografi yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah Jawa Bali I dan Wilayah Jawa
Bali II.
SP2020 mencatat penduduk Indonesia pada bulan September 2020 sebanyak 270,20
juta jiwa. Sejak Indonesia menyelenggarakan Sensus Penduduk yang pertama pada tahun
1961, jumlah penduduk terus mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan
SP2010 memperlihatkan penambahan jumlah penduduk sebanyak 32,56 juta jiwa atau
ratarata sebanyak 3,26 juta setiap tahun. Dalam kurun waktu 2010- 2020, laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen poin per tahun. Terdapat perlambatan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,24 persen jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk pada periode 2000- 2010 yang sebesar 1,49 persen.
6
Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak tahun 1971.
Pada tahun 1971 proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 53,39 persen dari total
populasi dan meningkat menjadi 70,72 persen di tahun 2020. Perbedaan antara persentase
penduduk usia produktif dan non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) terlihat lebih
tajam di tahun 2020. Dengan struktur penduduk demikian, Indonesia masih berada pada
periode jendela kesempatan untuk menikmati bonus demografi. Jika dimanfaatkan secara
optimal, maka Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah
penduduk usia produktif sangat besar. Hasil SP2020 mencatat mayoritas penduduk Indonesia
didominasi oleh Generasi Z dan Generasi Milenial. Proporsi Generasi Z sebanyak 27,94
persen dari total populasi dan Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi
Indonesia. Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dari sisi demografi, seluruh Generasi X dan
Generasi Milenial merupakan penduduk yang berada pada kelompok usia produktif pada
tahun 2020.
Sedangkan Generasi Z terdiri dari penduduk usia belum produktif dan produktif.
Sekitar tujuh tahun lagi, seluruh Generasi Z akan berada pada kelompok penduduk usia
produktif. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Indonesia, baik di masa sekarang
maupun masa depan, karena generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam
pembangunan yang akan menentukan masa depan Indonesia.
7
Tabel 2.1
Proyeksi Angka Kematian Total (TFR) Menurut Provinsi, 2010-2035
8
Tabel 2.2
Proyeksi Angka Kematian Bayi (IMR) Menurut Provinsi, 2010-2035
9
menunjukkan kestabilan pada periode 2027-2032 yaitu Provinsi Aceh, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Banten, dan Kalimantan Timur.
2.4 Perubahan Demografi di Dunia
Definisi demografi yang lebih luas mencakup ciri sosial, ras, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, perkawinan, makanan, energi, urbanisasi, tenaga kerja, keluarga berencana
serta pengaruh penduduk atas lingkungan. Manusia diperkirakan sudah ada didunia kira-
kira dua juta tahun yang lalu. Pada saat itu jumlahnya masih sangat sedikit bahkan tidak
lebih dari 5 juta jiwa. Namun pada tahun pertama masehi jumlahnya telah berkembang
mencapai 250 juta jiwa. Dari tahun pertama masehi, sampai kepada permulaan revolusi
industri sekitar tahun 1750 populasi didunia telah meningkat tiga kali lipat menjadi 728
juta jiwa. Pada tahun 1986 populasi dunia sudah mendekati angka 5 milyar kemudian pada
tanggal 11 Juli 1987 diperingati sebagai kelahiran salah satu bayi di Negara Yogoslavia
selanjutnya pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sudah mencapai angka 6,45 milyar.
Berdasarkan pertambahan absolut populasi dunia ini, dapat dikemukakan bahwa sejak
tahun 1650 Masehi sampai dengan tahun 2005 Masehi pertambahan penduduk dunia
yakni sebamyak 15,69 juta orang pertahunnya
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Dunia (Juta Jiwa)
Tahun Populasi Pertumbuhan pertahun (%)
10.000 th sebelum masehi 5 0,002*
Tahun pertama setelah masehi 250 0,04
Tahun 1650 545 0,05
Tahun 1750 728 0,29
Tahun 1800 906 0,44
Tahun 1850 1171 0,51
Tahun 1900 1608 0,64
Tahun 1950 2486 0,88
Tahun 1970 3632 1,91
Tahun 1975 3978 1,84
Tahun 1986 4942 1,99
11/07/1987 5000 -
Tahun 2000 6057 1,58**
Tahun 2005 5477 1,35
Keterangan: * = pertumbuhan dari permulaan adanya manusia
** = pertumbuhan dari 1986-2000
10
Berdasarkan tabel 2.3 terlihat bahwa pada awalnya populasi manusia berkembang
setiap tahun dengan tingkat pertumbuhan hampir nol, yaitu hanya sebesar 0,002 persen.
Pada tahun 1750 tingkat pertumbuhan penduduk menjadi lebih cepat sampai 150 kali dari
0,002 persen menjadi 0,29 persen pertahun. Pada tahun 1950 tingkat pertumbuhan ini jauh
lebih cepat lagi yaitu mencapai tiga kali lipat menjadi hampir 1 persen pertahunnya.
Setelah tahun 1950 tingkat pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan. Dari
tahun 1950 sampai tahun 1986 rata-rata pertumbuhan penduduk dunia sudah mendekati
angka 2 persen pertahunnya. Meski demikian dari tahun 1986 sampai pada periode-
periode berikutnya tingkat pertumbuhan penduduk dunia terus mengalami penurunan,
dimana pada periode tahun 2000 -2005 pertumbuhan penduduk dunia sebesar 1,35 persen
pertahun.
Pada saat penduduk dunia masih sebanyak 1 miliar membutuhkan waktu sekitar
123 tahun untuk meningkat menjadi 2 miliar dan penambahan satu miliar berikutnya
memerlukan waktu berturut-turut 33, 14, dan 13 tahun. Sekarang penduduk dunia
diperkirakan mencapai 5,716 miliar sedangkan transisi jumlah penduduk dunia dari 5 ke
6 miliar memerlukan waktu 11 tahun. Jumlah penduduk dunia baru akan mencapai 6
miliar pada tahun 1998. Dengan demikian, angka laju pertumbuhan penduduk yang
semula sangat rendah meningkat mencapai puncaknya dalam dua dasawarsa terakhir ini
dan sekarang telah berbalik untuk mulai mengalami penurunan.
Berdasarkan Gambar 1 jumlah penduduk dunia dan proyeksinya penduduk dunia akan
11
meningkat menjadi 11 miliar pada tahun 2010. Dari proyeksi tersebut tampak bahwa
peningkatan jumlah penduduk negara-negara yang sudah maju hampir tetap mulai abad ke-21.
Oleh sebab itu, secara relatif persentase penduduk negara maju akan berkurang selama periode
1990-1995 kurang lebih 45 persen penduduk dunia tinggal di 114 negara dengan angka laju
pertumbuhan penduduk lebih dari 2 persen per tahun. Ke 114 negara tersebut termasuk hampir
seluruh negara di Benua Afrika, dua pertiga penduduk Asia, dan sepertiga penduduk Amerika
Latin.
Sebagian besar negara didunia telah mengalami penurunan angka mortalitas dan
fertilitas. Meskipun demikian, kecepatan dan waktu terjadinya penurunan tersebut berbeda-
beda antar negara, sehingga terjadi variasi yang sangat mencolok dalam pencapaian tingkat
transisi demografinya. Pada periode1990-1995 masih banyak negara-negara di Benua Afrika
yang memiliki angka fertilitas di atas 7 misalnya Comoros, Ethiopia, Malawi, Somalia,
Uganda, Angola yang memiliki TFR masing-masing 7,6 dan 7,2, sedangkan Afganistan,
Maldives,Laos,danPakistan memiliki TFR berturut-turut 6,90, 6,80, 6,69, dan 6,17.
Tabel 2.4 Sebaran Penduduk Dunia Pada Tahun 2005 (Juta Jiwa)
Penduduk Jumlah %
Dunia 6477 100.00
Benua
Afrika 906 13.99
Amerika 888 13.71
Asia 3920 60.52
Eropa 730 11.27
Ocenia 33 0.51
Katagori Pembangunan
Negara Maju 1211 18.70
Negara Berkembang 5266 81.30
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk yang ada pada tahun 2005 yaitu sebanyak
6,48 milyar berada pada Benua Asia. Sisanya dari jumlah penduduk dunia tersebut tersebar di
Benua Afrika (906 juta atau 13,99 persen) Benua Amerika (888 juta atau 13,71 persen) Benua
eropa (730 juta atau 11,27 persen) dan Ocenia (33 juta atau 0,51 persen). Selanjutnya
berdasarkan katagori kemajuan pembangunan suatu Negara dari total penduduk dunia
sebanyak 5,27 milyar (81,30 persen) berada di Negara-negara berkembang serta sisanya
sebanyak 1,21 milyar (18,70) berada pada Negara-negara maju. Penduduk dunia tidak
bertambah secara merata menurut tempat dimana sebagian daerah bertambah jauh lebih cepat
daripada yang lainnya. Jadi di samping jumlah, distribusi penduduk menurut geografi juga
12
perlu diperhatikan. Dilihat pada sebaran jumlah penduduk dunia pada tahun 2005 Negara
berkembang jumlah penduduknya jauh lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju, tentu
dengan banyaknya jumlah penduduk akan dapat menimbulkan perbagai persoalan masalah
yakni seperti masalah utama yang harus dihadapi oleh Negara yang sedang berkembang tidak
hanya tentang masalah ekonomi yang terbelenggu dalam tatanan lingkungan ekonomi dunia
yang cenderung merugikan. Sebagian besar Negara-negara yang sedang berkembang juga
mengalami permasalahan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, pengurasan sumber daya
alam dan persediaan makanan.
Terdapat perubahan ciri-ciri demografi penduduk dunia seperti penambahan jumlah,
perubahan struktur dan komposisinya. Selama abad ke-20 populasi di dunia telah tumbuh dari
1,65 miliar menjadi 6 miliar. Pada tahun 1970 terdapat sekitar setengah lebih banyak orang di
dunia daripada yang ada sekarang karena penurunan tingkat pertumbuhan, sekarang akan
mengambil alih 200 tahun untuk berlipat ganda lagi, menjelang abad ke-21 pertambahan
penduduk justru mulai meningkat dengan pesat hal ini dikarenakan masih banyak Negara-
negara yang sedang berkembang memiliki angka fertilitas yang cukup tinggi dan penduduknya
lebih didominasi oleh anak-anak, remaja dan usia reproduktif sehingga jumlah kelahiran akan
lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian. Pada akhir Perang Dunia II para ahli
demografi mengemukakan teori transisi demografi (demographic transition) yang menjelaskan
pengaruh pembangunan ekonomi pada penurunan mortalitas maupun fertilitas. Transisi
demografi pertama kali dikembangkan oleh Warren Thompson pada tahun 1929. Berdasarkan
pengamatan Thomson terdapat data dari beberapa beberapa negara pada periode 1908 -1927,
ditemukannya tiga pola pertumbuhan penduduk di negara-negara tersebut yaitu :
Tahap I (High Growth Potential) Menurut Thomson Negara-negara yang di dunia yang
mengalami Tahap I (Hight Growth Potential) ini adalah Kelompok C (Negara-negara lainnya
selain Kelompok A dan Kelompok B) yaitu Negara-negara dimana kelahiran maupun kematian
belum mengalami perubahan. Dalam artian lain kelahiran dan kematiannya sangat tinggi.
Tahap II (Transitional Growth). Menurut Thomson Negara-negara yang di dunia yang
mengalami Tahap ini adalah Kelompok B (Italia, Spanyol, dan kelompok “Slavia” di Eropa
Tengah) Negara-negara yang mengalami penurunan baik kelahiran maupun kematian tetapi
penurunan kematian adalah sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan kelahiran. Tahap III
(incipient decline).Menurut Thomson Negara-negara yang di dunia yang mengalami Tahap ini
adalah Kelompok A (Eropa Barat, Eropa Utara dan US) Negara-negara yang mengalami
perubahan pertumbuhan penduduk alami yang sangat tinggi ke pertumbuhan penduduk yang
sangat rendah.
13
2.5 Kebijakan Kependudukan di Indonesia dan Beberapa Negara
1. Kelahiran (fertilitas)
2. Kematian (mortalitas)
3. Perpindahan Penduduk (migrasi)
14
Negera-negara antinatalis, terdiri dari Asia Selatan, Tenggara dan Timur, Pakistan, Republik
Rakyat Cina (RRC), Jepang dan Iran hampir semuanya menjalankan program KB, bahkan di
RRC mempunyai kebijakan “Hanya Satu Anak” untuk masing-masing keluarga setelah
penduduknya 2 mencapai jumlah stau milyar. Negara-negara pronatalis, terdiri dari Asia Barat
yang sebagian sebagian penduduknya bangsa Arab yang beragama Islam, dan Kuwait yang
menganut kebijakan pronatalis. Selain itu beberapa negara belum memiliki kebijakan
kependudukan yang jelas.
15
mengakibatkan banyak anak. Pada awalnya tujuan pemerintah Republik Indonesia
melaksanakan program KB adalah untuk menekan angka kelahiran yang begitu tinggi.
Kemudian program ini berkembang kearah mencegah kematian atau mengatur jarak kelahiran
anak, perawatan kesehatan ibu dan anak, pendidikan keluarga, pendapatan keluarga dan
kesejahteraan keluarga. KB ini menjadi suatu kebutuhan keluarga bukan saja untuk
merencanakan dan menunda kelahiran, tetapi lebih kearah pada perbaikan kualitas hidup.
Bukan saja di daerah perkotaan tapi di pedesaan pun kebutuhan KB mulai terasa penting bagi
keluarga.
Selain melalui program keluarga berencana atau KB, program pemerintah yang
berkaitan dengan kebijakan kependudukan yaitu melalui pendidikan dan pendidikan
kependudukan. Intensifikasi pendidikan baik formal maupun nonformal akan meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan mengenai masalah penduduk dan pentingnyapelaksanaan keluarga
berencana. Tetapi untuk lebih menyebarluaskan informasi mengenai kependudukan maka
pendidikan kependudukan diintegrasikan ke dalam sistim pendidikan dan mencakup lembaga
pendidikan guru, pendidikan tingkat sekolah menengah dan pendidikan orang dewasa. Para
lulusan sekolah menengah dan orang dewasa amat memerlukan informasi mengenai
kependudukan oleh sebab merekalah yang akan membentuk keluarga dalam waktu relatif
singkat.
Usaha untuk memberikan motivasi ke arah tercapainya keluarga kecil dengan jumlah
anak yang sedikit ditingkatkan. Dalam hubungan ini pemberian tunjangan keluarga dan
kelonggaran lainnya di dalam sistem penggajian, pajak dan lain-lain, akan ditinjau dan
disesuaikan dengan kebijaksanaan kependudukan. Selanjutnya sistem jaminan sosial terutama
untuk hari tua setahap demi setahap mulai ditingkatkan. Peningkatan sistem jaminan sosial ini
penting oleh sebab masih luasnya pandangan bahwa banyak anak berarti banyak rezeki. Salah
satu motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang banyak ialah bahwa anak merupakan sumber
untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarga berpendapatan rendah. Banyaknya anak yang
tidak meneruskan sekolah adalah keadaan yang timbul oleh sebab rendahnya pendapatan orang
tua mereka dan anak-anak ini dibutuhkan untuk dapat sekedar menambah pendapatan keluarga.
Semakin tinggi tingkat kematian dikalangan anak dan bayi semakin besar pula
kebutuhan akan tingkat kelahiran yang tinggi. Semakin banyak anak-anak yang lahir dan hidup
dan mencapai umur dewasa semakin kecil kebutuhan untuk jumlah kelahiran yang besar. Oleh
karena itu usaha untuk lebih meratakan hasil pembangunan akan menunjang usaha keluarga
berencana di dalam menurunkan angka kela-hiran. Selanjutnya usaha-usaha di bidang
16
kesehatan umumnya dan usaha meningkatkan kesehatan ibu dan anak dan menu-runkan angka
kematian anak khususnya merupakan bagian daripada ikhtiar menurunkan tingkat kelahiran.
Tujuan program kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan
derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam
mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Kegiatan pokok yang dilakukan
antara lain meliputi:
1. Mengembangkan kebijakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja dan
menyelenggarakan promosi kesehatan reproduksi remaja, termasuk advokasi,
komunikasi, informasi, dan edukasi, dan konseling bagi masyarakat, keluarga, dan
remaja.
2. Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan program
kesehatan reproduksi remaja yang mandiri
17
yang awalnya memberi insentif berubah menjadi menekan masyarakat demi terlaksananya one
child policy. Pemberlakuan denda, pembatasan rasio, dan penolakan pendaftaran untuk
kelahiran berikutnya (yang berimplikasi pada fasilitas kesehatan, pendidikan dan perumahan)
yang dulunya diberikan pada keluarga-keluarga untuk memiliki hanya satu anak saja.
Selanjutnya, kelahiran harus benar-benar direncanakan dengan adanya pemberian izin dari
otoritas siapa saja yang memiliki hak kelahiran dalam kurun waktu tertentu. Kelahiran diluar
izin otoritas tidak diperbolehkan, dan aturan ketat diberlakukan untuk menghindari
pelanggaran terhadap kebijakan satu anak.
Kekerasan untuk menjamin implementasi kebijakan terus berkembang dari negara atau
unit-unit kerja lokal termasuk propaganda melalui All China Women’s Federation, Family
Planning unit, Komite Partai Komunis, Youth League, dan Neighborhood Committees. Studi-
studi juga mempublikasikan kajian ilmiah demi mempromosikan kelahiran satu anak saja dan
membatasi jumlah kelahiran anak.
Pada tahun 2010, Kebijakan satu anak semakin sulit untuk diterapkan karena transisi
demografi rendahnya kelahiran dan angka kematian. Kebijakan satu anak efektif secara
temporer untuk mencapai tujuan ekonomi, menciptakan keterampilan yang lebih baik dan
populasi yang lebih berpendidikan dan lebih ramping yang dapat membawa Tiongkok pada era
baru pertumbuhan. Namun, kebijakan yang tidak berimbang dalam implementasinyan
menyebabkan ketidakseimbangan rasio tenaga kerja bagi Tiongkok untuk jangka panjang dan
negara harus berusaha mencari solusinya. Mengurangi ukuran populasi dalam jangka pendek
memang strategi yang berguna, namun tidak untuk jangka panjang di lingkup program sosial
dan ekonomi yang menyebabkan berkurangnya peran negara dalam penyediaan tenaga kerja
dan keamanan sosial.
Isu ini membuat ketidakpuasan masyarakat semakin berkembang bersamaan denga
kerasnya upaya negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Meskipun tekanan secara fisik
tidak lagi berguna untuk menjamin terlaksananya kebijakan ini, faktor-faktor sosial ekonomi
adalah faktor penting bagi masyarakat dalam memperbesar keluarga. Beragam kesulitan yang
akan dihadapi jika menambah anak, “realita yang ada menunjukkan bahwa tidak ada praktek
nasional dari kebijakan satu anak, namun memiliki satu anak menjadi tujuan keluarga karena
situasi negara” (Mcloughlin 2005, 308). Saat ini, 19 provinsi, dimana 52 persen populasi
Tiongkok, memang sudah mengizinkan untuk memiliki dua anak
18
.
b. Program Keluarga Berencana di India
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga adalah unit pemerintah yang
bertanggung jawab untuk merumuskan dan melaksanakan keluarga berencana di India.
Segitiga Merah terbalik adalah simbol layanan kesehatan dan kontrasepsi keluarga berencana
di India. Selain kampanye pemerintah yang baru dilaksanakan, perbaikan fasilitas kesehatan,
peningkatan pendidikan bagi perempuan, dan partisipasi yang lebih tinggi di antara perempuan
dalam angkatan kerja telah membantu menurunkan tingkat kesuburan di banyak kota di India.
Sasaran program diposisikan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan dalam beberapa
dokumen kebijakan. Sementara India meningkatkan tingkat kesuburan, masih ada daerah di
India yang mempertahankan tingkat kesuburan yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 2017, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga meluncurkan
Misi Pariwar Vikas, sebuah inisiatif keluarga berencana terpusat. Fokus strategis utama dari
inisiatif ini adalah pada peningkatan akses ke kontrasepsi dengan memberikan layanan yang
terjamin, memastikan keamanan komoditas dan mempercepat akses ke layanan keluarga
berencana berkualitas tinggi. tujuan keseluruhannya adalah untuk mengurangi tingkat
kesuburan keseluruhan India menjadi 2,1 pada tahun 2025. Bersamaan dengan dua pil
kontrasepsi tersebut, MPA ( Medroxy Progesterone Acetate ) di bawah program Antara dan
Chaya (sebelumnya dipasarkan sebagai Saheli) akan tersedia secara gratis untuk semua rumah
sakit pemerintah. Manfaat program keluarga berencana ini tidak hanya bagi orang tua dan anak
tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa, dengan mampu menjaga jumlah kelahiran baru yang
terkendali memungkinkan pertumbuhan penduduk yang lebih sedikit. Dengan pertumbuhan
populasi yang lebih sedikit, hal ini akan memungkinkan lebih banyak sumber daya terhadap
yang sudah ada dalam populasi India, dengan lebih banyak sumber daya muncul harapan hidup
lebih lama dan kesehatan yang lebih baik.
19
IUD kurang digunakan di Amerika Serikat. Meningkatkan penggunaan kontrasepsi yang sangat
efektif dapat membantu memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam Healthy People 2020 untuk
mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan sebesar 10%. Biaya bagi pengguna merupakan
salah satu faktor yang menghalangi banyak wanita AS untuk menggunakan kontrasepsi yang
lebih efektif. Membuat kontrasepsi tersedia tanpa pembayaran dapat meningkatkan
penggunaan metode yang sangat efektif, serta mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan remaja sangat terlibat dalam masyarakat saat ini dan karena itu sumber daya
yang ada untuk keluarga berencana sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi tersebut.
Program yang didanai federal seperti Planned Parenthood sangat penting dalam proses
KB remaja karena keterlibatan dokter, ginekolog, atau kedokteran. Praktik keluarga berencana
ini juga membantu memengaruhi remaja dan bayi karena ketersediaan perawatan kesehatan
dan sumber daya lain yang mungkin tidak ditawarkan.
Di Amerika Serikat, penggunaan kontrasepsi menghemat sekitar $19 miliar biaya medis
langsung setiap tahun. Judul X dari Dinas Kesehatan Undang-undang, adalah program
pemerintah AS yang didedikasikan untuk menyediakan layanan keluarga berencana bagi
mereka yang membutuhkan. Tetapi pendanaan untuk Judul X sebagai persentase dari total
pendanaan publik untuk layanan klien keluarga berencana terus menurun dari 44% dari total
pengeluaran pada tahun 1980 menjadi 12% pada tahun 2006. Medicaid telah meningkat dari
20% menjadi 71% pada waktu yang sama. Pada tahun 2006, Medicaid menyumbang $ 1,3
miliar untuk keluarga berencana umum. 1,9 miliar yang dihabiskan untuk keluarga berencana
yang didanai publik padatahun 2008 menghemat sekitar $7 miliar untuk biaya Medicaid jangka
pendek. Layanan semacam itu membantu wanita mencegah sekitar 1,94 juta kehamilan yang
tidak diinginkan dan 810.000 aborsi. lebih dari 3 dari 10 wanita di AS melakukan aborsi pada
saat meeka berusia 45 tahun.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demografi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempelajari perubahan-
perubahan kependudukan. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh komponen-
komponen utama pertumbuhan penduduk yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah, struktur dan persebaran penduduk.
Transisi demografi ke dalam 4 tahap, yaitu: (1) Pada tahap pertama angka fertilitas
(kelahiran) masih sangat tinggi, (2) Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka
mortalitas, (3) Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi
penurunannya mulai melambat, (4) Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan
kematian yang sudah rendah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sari Lestari Zainal Ridho dan Syaiful Aqli Yusuf. 2020. Dinamika Komposisi Penduduk:
Dampak Potensial Pandemi Covid-19 terhadap Demografi di Indonesia.
Populasi.2.28.
Tadjuddin Noer Effendi. 1991. Kebijaksanaan Kependudukan: Teori, Konsep dan
Penerapannya di Indonesia. Populasi, 2(2).
22