Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH PENGANTAR DEMOGRAFI

TENTANG POLA FERRILITAS TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Emelia Tonapa, S.KM., M.Kes

Di Susun Oleh :

Banafsa Ghafiera Al- Fatihah


P07226122019
PRODI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah pada tepat waktu dalam pembuatan
makalah yang berjudul “pola ferrilitas transisi demografi di Indonesia”.Makalah ini disusun
berdasarkan data yang telah saya kumpulkan dari berbagai media. Saya menyadari bahwa
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan makalah
ini saya telah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun saya menyadari masi
banyak kekurangan dalam makalah ini jadi saya meminta maaf apabila masi banyak sekali
kekurangan dalam penulisan kata atau pun media untuk menambahkan informasi untuk
makalah ini.

2
DAFTAR ISI KATA

PENGANTAR ............................................................................................……………. 2
DAFTAR ISI...........................................................................................................…… 3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................…….. 4
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................…… 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................…… 5
1.3 TUJUAN .....................................................................................……. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................……. 6
2.1 TRANSISI DEMOGRAFI ..............................................................…… 6
2.2 SEJARAH PERTUMBUHAN PENDUDUK .................................……. 7
2.3 DEMOGRAFER .............................................................................…. 9
2.4 TRANSISI DEMOGRAFI INDONESIA .......................................……. 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................…… 15
3.1 KESIMPULAN ...............................................................................…. 15
3.2 SARAN ...........................................................................................…. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................……. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pola ferrilitas transisi demografi di Indonesia merupakan sebuah konsep yang digunakan
untuk menggambarkan perubahan pola kelahiran dan kematian pada masyarakat Indonesia
dalam periode waktu tertentu. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli
demografi bernama Warren Thompson pada tahun 1929. Konsep ferrilitas transisi demografi
ini digunakan untuk menjelaskan perubahan pola kelahiran dan kematian yang terjadi di
Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia.
Perkembangan demografi di Indonesia sangat penting untuk diketahui karena mempengaruhi
pembangunan ekonomi, sosial, dan politik. Perubahan pola kelahiran dan kematian di
Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan dalam kurun waktu 60 tahun terakhir.

Pada awal abad 20, tampak bahwa tingkat kematian turun di berbagai Negara Barat dan
tingkat kelahiran juga turun. Kondisi ini menimbulkan teori demografi yang utama yaitu : Teori
Transisi Demografi. Transisi demografi pada dasarnya mengacu pada perubahan dari satu
situasi stationary (saat dimana pertumbuhan penduduk 0) ke situasi lainnya. Menurut Blacker
ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase
transisi.
Indonesia merupakan jumlah penduduk yang banyak. Dapat dilihat dari hasil sensus
penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang
kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting
terhadap suatu proses demografi.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan
masing – masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor menyebabkan kemiskinan
tersebut. Kalau faktor-faktor penyebab tersebut telah diketemukan maka masalah kemiskinan
akan dapat diatasi.
Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara maka
perlu dialami kajian demografi. Demikian halnya yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Untuk menyelenggarakan pelayanan atau program kesehatan maka terlebih dahulu harus
mampu memahami keadaan di daerah atau negara tersebut. Keadaan yang dimaksud ialah
keadaan kesehatan, sosial ekonomi, kebudayaan, lingkungan atau jumlah kepadatan
penduduk.
4
Transisi demografi adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh para demografer
terdahulu untuk melakukan pendekatan atau melakukan analisis terhadap fenomena
pertumbuhan penduduk yang memang sangat menarik sekali untuk dikaji. Pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor alami dan faktor dari luar. Faktor
alamiah terjadinya suatu perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran (fertilitas), dan
kematian (mortalitas), sedagkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk adalah faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan penduduk
(mobilitas),pertumbuhan ekonomi,gaya hidup bencana alam dan lain lain.

Dikatakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari karena pertumbuhan penduduk
memberikan suatu pola tertentu yaitu dari awal tahun masehi sampai saat ini. Mungkin itu
yang menimbulkan suatu kegelisahan pada pikiran demografer-demografer pada masa lalu
untuk meneliti apakah yang menyebabkan perubahan karakteristik penduduk dari waktu ke
waktu. Transisi demografi meneliti apakah hal-hal yang mempngaruhi fenomena
pertumbuhan penduduk tersebut.
Yang menarik adalah pola yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah penduduk dunia.
Hingga pada akhirnya Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk itu
dianalogikan seperti deret ukur, sedangkan pertambahan bahan pangan berkembang
menurut deret hitung. Para ahli demografi pada awalnya memproyeksikan bahwa
pertumbuhan penduduk akan terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya ketika
manusia jumlahnya akan mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada ruang untuk
bergerak lagi. Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari pandangan tersebut adalah
mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan ekonomi modern yang bisa
menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan trasisi demografi terus dikembangkan oleh para demografer-demografer
pada masa itu. Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya pada kesempatan
penulisan essay ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker (1947), Coale (1976-1989),
Teitelbum (1975), dan Caldwell (1976). Masing-masing dari mereka melakukan dengan
pendekatan dan sudut pandang berbeda.

1.2. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalahnya yaitu penjelasan mengenai


transisi demografi
1.3. TUJUAN Mengetahui tentang transisi demografi

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Transisi demografi
Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran yang
berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah dalam suatu kurun waktu
pada masyarakat tertentu. Transisi Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di
masyarakat, diantaranya adalah masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan timbal
balik terhadap kesehatan. Transisi Demografi di Indonesia telah didahului dengan revolusi
penurunan kematian dan dewasa ini sedang terjadi revolusi penurunan kelahiran. Angka
yang memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan meninggal sebelum mencapai
masa reproduksinya atau yang biasa disebut NRR (Net Reproduction Rate) pada
beberapa provinsi sedang mendekati 1 yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan
Bali. Konon menyusul Sulawesi Utara. Dengan NRR sama dengan satu, rata-rata seorang
ibu setelah masa hidupnya akan diganti oleh seorang anak perempuannya, dengan kata
lain ada pertumbuhan kelahiran pada penduduk.
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982), demografi
mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi
penduduk) dan perkembangannya (perubahannya). Donald J Bogue di dalam bukunya
yang berjudul “Principle of Demography” memberikan definisi demografi sebagai berikut :
“Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa
melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Pada dasarnya transisi demografi menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana
tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk
kembali nol atau sangat rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi )
menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses,
yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi
demografi

6
Konsep transisi demografi pada dasarnya meneliti tentang sebab mengapa hampir
setiap negara baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama melewati fase
yang hampir sama yaitu:
1. Kelahiran dan kematian tinggi
2. Kelahiran masih tinggi, dan angka kematian turun
3. Angka kematian dan angka kelahiran sama-sama turun dan mencapai pada angka
yang rendah, dan kemudian stabil.
Walaupu Blacker mengajukan bahwa tahapan ini dibagi menjadi 5 tahap, tetapi pada
dasarnya sama.
. 2.2. Sejarah jumlah penduduk
Sebelum membahas tentang teori transisi demografi seperti di atas, dibahas dahulu
tentang sedikit sejarah tentang riwayat perkembangan jumlah penduduk di duia dari masa
ke masa. Pada awalnya, yaitu pada awal tahun masehi jumlah penduduk di dunia
diperkirakan sekitar 250 juta penduduk dengan angka pertumbuhan penduduk hanya
sekitar 0,04% per tahun. Kehidupan pada zaman ini masih terbilang sangat sederhana.
Belum tercipta dunia perindustrian dan pola hidup juga masih sangat sederhana dilihat
dari segi kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Angka kelahiran pada saat
itu tinggi dibarengi dengan tingginya angka kematian. Laju pertumbuhan penduduk yang
sangat rendah ini bertahan hingga berabad-abad lamanya. Hingga terjadi revolusi industri
yang terjadi sekitar tahun 1750 yang menyebabkan lonjakan jumlah peduduk yang cukup
signifikan. Jumlah penduduk saat itu mencapai sekitar angka 790 juta jiwa penduduk.
Pada abad berikutnya dampak dari revolusi industri mulai terasa. Revolusi industri
tentu sangat berhubungan erat dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang yang
mendukukung terjadinya perbaikan kualitas taraf hidup manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Eropa melahirkan inovasi-inovasi baru dalam sejarah hidup
manusia. Pada abad 19 ditemukannya obat-obatan seperti penicilin dan ditemukannya
inovasi-inovasi dalam dunia kesehatan yang secara simultan akan mempengaruhi angka
kematian manusia pada waktu itu. Angka kematian turun drastis tetapi tidak dibarengi
dengan turunnya angka kelahiran atau fertilitas. Akibatnya adalah terjadi lonjakan jumlah
penduduk dunia yang lebih signifikan pada waktu tersebut. Terlebih dengan
berkembangnya sarana transportasi yang awalnya hanya untuk keperluan dagang beralih
fungsi menjadi sarana transportasi untuk melakukan perpindahan penduduk dan untuk
dilakukannya distribusi barang-barang dari suatu penjuru dunia ketemoat lainnya. Dunia
semakin maju.

7
Semakin terasa sempit dengan dibarengi dengan jumlah penduduk dunia yang kian
membanyak dari waktu ke waktu. Pada tahun 1900an jumlah penduduk dunia sudah
mencapai angka sekitar 1,7 milyar jiwa. Bukan hanya jumlah penduduk yang meningkat
secara terus menerus tetapi juga laju pertumbuhanya juga terus meningkat. Jadi jika
dilihat pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menyerupai deret ukur bukan deret
hitung. Bukan hanya semakin bertambah, tetapi juga semakin cepat bertambahnya. Dari
1,7 milyar, jumlah penduduk dunia melonjak menjadi 2 milyar pada tahun 1930. Dengan
semakin berkembangya teknologi kesehatan, angka harapan hidup juga semakin
bertambah baik. Itu terbukti dengan meningkatnya jumlah penduduk tua yang masih hidup
dibandingkan dengan waktu sebelum ditemukannya teknologi kesehatan yang semakin
membaik. Jumlah penduduk dunia pada tahun 1950 naik lagi menjadi 2,5 milyar. Tetapi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak dibarengi dengan dipikirkannya masalah
kelahiran. Jadi angka kelahiran tetap saja tinggi dengan angka kematian yang semakin
turun. Akibat nyata dari hal tersebut adalah jumlah penduduk yang semakin banyak.
Lonjakan jumlah penduduk cukup berarti pada tahun 1999 yaitu menjadi 6 milyar. Selang
satu tahun saja yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk sudah bertambah sebesar 55
juta jiwa. Higga saat ini penduduk dunia sudah sekitar 7 milyar jiwa. Upaya untuk
menngotnrol atau menekan angka kelahiran sudah dilakukan sejak beberapa puluh tahun
lalu. Antara lain dengan program KB yang dilakukan di Indonesia. Bukan hanya di
Indonesia program semacam ini juga dilakukan di berbagai negara lain. Upaya-upaya
yang dilakukan antara lain dengan penggunaan alat kontrasepsi. Upaya lain adalah
dengan berubahnya gaya hidup orang yang semakin berubah ke arah modern, pada gaya
hidup ini orang lebih mementigkan karir ketimbang menikah dan memiliki anak. Sehingga
banyak pemuda-pemudi yang menikah pada usia lumaya tua. Biasanya hal seperti ini
terjadi di negara maju, sedangkan untuk negara berkembang atau negara miskin masih
banyak adat yang membuat mereka memiliki anak banyak. Itu mungkin disebabkan
karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang memadai untuk ibu-ibu rumah tangga dan
juga karena adanya paham bahwa jika banyak anak maka semkin banyak kesempatan
untuk menggantikan tenaga kerja orang tuanya. Akibat dari hal-hal ini adalah berhasil
ditekannya angka kelahiran. Hal ini bisa disadari sebagai fenomena transisi demografi
pada tahap kedua.

8
2.3. Demografer
Objek penelitian para demografer meneliti transisi demografi sama, yaitu fenomena
pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Beberapa demografer adalah sebagai berikut
1. Notestein (1945-1953)
Notestein berpendapat bahwa walaupun faktor utama dari pertumbuhan penduduk
adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk, hanya kelahiran dan kematian
yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Jadi konsep transisi demografi hanya
memandang pengaruh dari faktor alamiah kelahiran dan kematian. Fertilitas yang tinggi
diperlukan untuk mempertahankan keluarga. Transisi demografi bergerak dari suatu
kondisi stabil dengan laju pertumbuhan penduduk nok ke kondisi stabil lainya, yaitu
setelah melalui beberapa tahap.
2. Caldwell (1976)
Caldwell berpendapat bahwa tingginya kelahiran tidak berpengaruh pada kematian,
tidak juga berpegaruh pada adat istiadat, tetapi semata-mata karea pergeseran
keutungan ekonomi. Jadi yang mempengaruhi transisi demografi adalah karena
pergeseran sistem ekonomi yang berlaku, sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi
modern maka keinginan untuk memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih memilih
untuk konsenterasi pada karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan sistem
keluarga di negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang, jumlah anak
itu sedikit dan usia produktif banyak sedangakan pada negara berkembang jumlah anak
banyak dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara maju. Orang tua memperoleh
keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan penurunan fertilitas hanya akan terjadi
ketika aliran kekayaan dari anak ke orang tua dibalik menjadi dari orang tua ke anak.

3. Blacker (1947)
Blacker berpendapat bahwa transisi demografi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
1. High stationary
2. Early expanding
3. Late expanding
4. Low stationary
5. Declining

4. Coale (1976-1989)
Pendapat Coale adalah Perubahan spesifik terhadap perilaku reproduktivitas
penduduk yang terjadi pada transformasi penduduk traditional menjadi modern.

8
5. Teitelbum

Dia berpendapat bahwa angka kematian menurun lebih cepat disaat angka kelahiran
masih tetap tinggi. Itu karena angka kematian lebih berhubungan erat dengan sosial
ekonomi. Berikut dijelaskan transisi demografi yang dijelaskan oleh
Blacker
yang membagi transisi demografi menjadi 5 tahapan. Secara grafik dapat digambarkan
sebagai berikut 1.

1. Tahap 1 High stationary


Pada tahap ini angka kelahiran dan kematian sangat tinggi. Hal yang menyebabkan
adalah karen pola hidup yang masih sederhana, belum ditemukannya obat-obatan dan
alat-alat medis yang canggih. Wabah penyakit tidak dapat kdikendalikan seperti angka
kematian dan kelahiran yang juga tidak terkendali tiap tahunya. Jadi pertumbuhan
penduduk lambat dikarenakan angka kematian hampir sama dengan angka kelahiran.
Contoh dari tahap ini adalah Eropa pada abad 14.

2. Tahap 2 Early Expanding


Jumlah penduduk naik dengan pesat karena angka kelahiran masih saja tetap tinggi
karena masih ada pandangan bahwa semakin banyak anak maka akan semakin banyak
keuntungan yang didapat. Tingginya angka kelahiran dibarengi dengan dilaksanakannya
revolusi industri yang menemukan obat-obatan dan alat-alat medis yang sudah lebih canggih
sehingga berhasil menekan angka kematian. Pada awalnya, obat-obatan seperti penicili
diciptakan untuk keperluan perang, tetapi selanjutnya dikonsumsi untuk umum. Dengan
ditemukanya obat-obatan modern, dan pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka angka
harapan hidup pun meningkat. Hasilnya, jumlah penduduk dunia naik pesat. Contoh pada
tahap ini adalah India sebelum perang dunia 2, dan Indonesia pada tahun 1980an angka
pertumbuhan sebesar 2,32% per tahun. 3.
3. Tahap 3 Late Expanding
Pada tahap ini angka kelahiran sudah berhasil ditekan dengan ditemukannya alat
kontrasepsi yang berhasil menekan angka kelahiran. Sementara itu, angka kematian
menunjukkan penurunan yang lebih signifikan dikarenakan pelayanan medis sudah lebih
bagus dan sistem ekonomi juga menunjukkan kondisi yang lebih baik. Dengan demikian gaya

10
hidup manusia juga sedikit berubah menjadi manusia modern. Industri membaik dan banyak
tenaga kerja terserap, sehingga angka kelahiran berhasil ditekan contoh dari tahap ini adalah
india sesudah perang dunia 2.
4. Tahap 4 Low Stationary
Angka kelahiran semakin bisa ditekan hasilnya angka kelahiran pada tahap ini
berada pada angka yang rendah. Begitu juga dengan angka kematian yang sudah lebih
dahulu berhasil ditekan sebelumnya. Selisih antara keduanya tidak begitu jauh yaitu pada
angka yang relativ rendah. Contoh : Australia, Selandia Baru, Amerika pada tahun 1930.
5. Tahap 5 Declining
Pada tahap ini terjadi kebalikan yaitu angka kematian malah lebih tinggi daripada
angka kelahiran. Hal ini bisa terjadi karena semakin berhasil ditekannya angka kelahiran
dengan alat kontrasepsi ataupun karena gaya hidup masyarakat terkait memang sudah
berubah. Contoh Jerman tahun 1975. Transisi demografi sebenarnya menganalisis dan
kemudian mengeneralisir gejala gejala yang terjadi pada pertumbuhan penduduk masyarakat
dunia per wilayah mereka tinggal, walaupu pada akhirnya juga ditemukan bahwa sebenanya
tidak tepat juga teori itu digeneralisir di detiap wilayah. Ada wilayah atau negara atau suatu
peradaban yang jika dikatakan itu melenceng dari teori yang telah dikemukakan. Pada
umumnya teori transisi demografi menjelaskan perubahan kehidupan masyarakat dari agraris
menjadi industrial. Tetapi pada kenyataanya ada negara yang sudah bisa menekan angka
kelahiran walaupun proses industrialisasi masih dalam proses awal. Fenomena ini dapat
ditemui di negara-negara di Eropa timur yang masih menjalankan sistem agraris. Kesimpulan
yang didapatkan adalah bahwa tidak hanya proses menuju industrialisasi yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetapi juga kesamaan budaya dan kultur bahasa.
Negara-negara di Eropa Timur dekat sekali dengan negara-negara Eropa yang sudah lebih
awal beralih ke industri sebagai sektor utamanya dan sudah berhasil menekan angka
kelahiran. Faktor lain yang menyebabkan teori transisi demografi tidak dapat digeneralisir
secara global adalah bahwa pembangunan dan kesejahteraan masing-masing wilayah itu
berbeda. Itu menyebabkan kebudayaan dan proses sosialisasi atau gaya hidup berbeda.
Contohnya saja pada negara berkembang atau negara miskin masih menganut banyak anak
banyak rejeki, dan pada saat yang sama pada negara maju gaya hidup sudah lebih maju.
Proses transisi demografi juga tidak menunjukkan kecepatan yang sama antara negara maju
dan negara berkembang. Di inggris proses transisi demografi memerlukan waktu antara 200
tahun, sedangkan di indonesia hanya perlu waktu sekitar 30 tahun.
Pada intiya teori transisi demografi dapat digeneralisir di setiap negara itu tidak benar
tetapi kenyataan bahwa setiap negara melalui tahapan-tahapan transisi demografi itu benar

11
adanya, tetapi dengan keadaan dan kondisi yang berbeda sesuai adat, budaya, dan keadaan
negara tersebut.
2.4. Transisis demografi Indonesia
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang
sebelumnya. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses
pertumbuhan penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan sebagai
Negara dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami penurunan
angka kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi. Seperti kita tahu
Indonesia adalah Negara agraris jadi sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris.
Penurunan angka kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau
keluarga berencana. Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat
kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin terlihat
jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara
berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak banyak. Seperti kita
tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak
yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai
masyarakat modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi
yang stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya
jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses industrialisasi
sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal,
beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan
menyelesaikan transisi demografi.

Penyebab terjadinya Transisi Demografi.


1. Tingkat Kesehatan
Rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia dikarenakan
pemerintah tidak bisa menempatkan orang yang benar-benar mengerti tentang
kesehatan program yang dipaksakan yang jelas tidak bisa dijelaskan tetapi
anggarannya banyak. Puskesmas daerah yang banyak menyerap anggaran hanya
membuat laoran di atas meja setiap tanggal 20-25 untuk tutup buku akhir bulan, di
lapangan satu kerja bisa dilaksanakan lima program dan dapat tanda tangan sekali
jalan tanpa mau tahu programnya.

12
2. Keadaan Geografis
Keadaan geografis suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau
letak suatu tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini
ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya.

3. Kebijakan Politik

Dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah. Hal ini
sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat
membatasi suatu organisasi dalam masyarakat.
4. Kemajuan IPTEK
Adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya hidup
yang ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian
(mortalitas) dan tingkat kelahiran (fertilitas).
5. Perubahan pola pikir di masyarakat
Di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut gejala alam dan
gejala sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu
yang bisa digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya
lebih kontekstual.
Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi
demografinya adalah sebagai berikut:
a. Tidak meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin
jelas. Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya
hidup yang masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan
proses industrialisasi terus berkembang.
b. Pendidikan Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor
penentu pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan
masyarakat yang tinggi juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk
mempunyai gaya hidup modern.
c. Indonesia adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya
Indonesia berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat
indonesia adalah petani.

13
Pertanyaannya, apakah transisi demografi Indonesia dapat selesai pada tahun 2020-an?
Pada penghujung Pembangunan Jangka Panjang Tahap II nanti? Bila ini terjadi berarti transisi
tersebut berlangsung sekitar seabad; suatu transisi dengan percepatan. Bukankah itu suatu
prestasi pembangunan bangsa? Apakah demikian adanya? Situasi Indonesia yang Negara
kepulauan, sungguh sangat beraneka.
Indonesia belum lagi menjadi Negara makmur. Mengikuti proyeksi dan prediksi yang ada,
apakah trnasisi itu dapat selesai dengan sendirinya, tanpa intervensi kebijaksanaan
pembangunan yang memadai? Telah banyak keberhasilan pembangunan diperoleh pada
masa lalu, namun tidak serta merta demikian pula pada masa depan. Dengan terbatasnya
kemampuan Negara dan bangsa, akankah nantinya masa transisi menjadi berkepanjangan?
Karenanya, Indonesia memerlukan konsep pembangunan nasional masa depan.
Kecenderungan mortalitas yang menurun dapat saja meningkat lagi, bila kemampuan
masyarakat menolong dirinya dan menopang keluarganya sendiri berkurang.
Penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan berjalan lancar, mandeg, bila kesenjangan
antar berbagai lapisan masyarakat bertambah besar. Singkatnya, kematian yang meningkat
dapat menginduksi terjadinya peningkatan kelahiran baru. Penurunan fertilitas kemudian
dapat berhenti atau malah meningkat apabila keinginan jumlah anak yang dimiliki membesar
lagi dan komitmen pemerintah dan masyarakat pada masa mendatang menjadi kurang
mendukung. Bila proses transisi berkepanjangan, berarti masalah yang dihadapi masih
berubah terus dan selalu menghadapi masalah baru sementara yang lama masih ada terus.
Beban untuk mendorong terus roda pembangunan masih terus tinggi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya transisi demografi,menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi
stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik
tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat
fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol
atau sangat rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner
kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan
ketiga. Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
3.2 SARAN
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada saya. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, dan lupa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Demografi FE UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000 . Jakarta: Lembaga
Penerbit F.E.U.I.
Mantra,ida bagoes. 2000. Demografi umum. Yogyakarta: pustaka pelajar offset.
Siregar, Kemal N. dan Agus Suwandono. Artikel: Transisi Demografi di Indonesia: Seabad?.
Media Litbangkes Vol. II No. 01/1992
Sudarti. 2003. Jurnal Penelitian: Transisi Demografi Penduduk Jawa Timur. Malang:
Lembaga penelitian universitas muhammadiyah malang.
World population prospect. Economic and sosial affairs, UN.

16

Anda mungkin juga menyukai