Anda di halaman 1dari 17

EKOLOGI PEMERINTAHAN

DI SUSUN OLEH :
BOY ARDIAN (187310337)

DOSEN PEMBIMBING : SYAPRIANTO, S. Sos., M. IP


MATA KULIAH : EKOLOGI PEMERINTAHAN

KELAS 6E
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI
Daftar isi ................................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Bab I (Pendahuluan)
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1
Bab II (Pembahasan)
A. Konsep Kependudukan Dan Konsep Demografi ................................... 3
B. Ruang Lingkup Kependudukan Dan Demografi ................................... 4
C. Teori Dasar Ilmu Kependudukan ............................................................... 6
D. Sejarah Perkembangan Penduduk Dunia Dan Indonesia .................. 8
BAB III (Penutup)
A. Kesimpulan....................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .................................................................................................. 14

i
KATA PENGANTAR
Pujis yukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Ekologi Pemerintahan”. Tak lupa pula shalawat kami hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman
yang penuh ilmu seperti sekarang ini.
Tujuan pembuatan nmakalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
dari Bapak Syaprianto, S. Sos., M. IP. Penulis tentu menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan didalamnya.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi orang banyak. Terimakasih.

Pekanbaru, 24 April 2021

Penulis

ii
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Pemerintah sebagai organisme dalam ekologi mempunyai keterkaitan
antara satu organisme dengan organisme lain dan saling berinteraksi
timbal balik dalam satu mata rantai yang tidak terputus. Konsep sentral
dalam ekologi adalah ekosistem. Sistem ekologi terbentuk karena adanya
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Subsistem yang saling melakukan interaksi satu sama lain dalam rumah
tangga organisasi disebut ekosistem. Setiap komponen yang ada memiliki
fungsi masing-masing. Selama komponen tersebut melaksanakan
fungsinya dengan baik maka ekosistem tersebut berada dalam suatu
keseimbangan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan untuk kebijakan
dilandasi atas dasar konsep ekologi yang dikaitkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Ibaratnya suatu system itu seperti
organisme dengan organisme lain dalam ekologi.
Konsep ekologi menjadi landasan dasar bagi kajian pemerintah dalam
pengambilan keputusan di Daerah. Efektivitas kebijakan yang diputuskan
diharapkan dapat bermanfaat bagi mayoritas penerima manfaat, baik
operasionalisasi pemerintahan dengan sub-sistem, maupun masyarakat
dalam Pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kependudukan dan konsep demografi ?
2. Bagaimana ruang lingkup kependudukan dan demografi ?
3. Jelaskan teori dasar dalam ilmu kependudukan !
4. Jelaskan sejarah perkembangan penduduk dunia dan indonesia !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kependudukan dan konsep demografi
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kependudukan dan demografi
3. Untuk mengetahui teori dasar dalam ilmu kependudukan

1
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan penduduk dunia dan
Indonesia

2
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Konsep Kependudukan Dan Konsep Demografi
Kata demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guilard
pada tahun 1885, dalam bukunya yang berjudul Elements de
Statistique Humaine, ou Demographie Comparee. Demografi berasal
dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein yang berarti
gambaran. Jadi demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk
atau manusia terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan
penduduk yang terjadi. Demografi sendiri sebenarnya melibatkan
studi ilmiah tentang ukuran, penyebaran penduduk secara geografi
maupun spasial, komposisi penduduk, dan perubahan yang terjadi
dari waktu ke waktu. Pada tahun tersebut Achille Guilard mengatakan
bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu
dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi
perubahan secara umum, fisik dan kondisi moral.
Dapat dikatakan bahwa demografi adalah studi tentang
penduduk yang dilihat dari ukuran (jumlah), struktur/komposisi,
persebaran ke ruangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah, struktur dan persebaran penduduk yaitu fertilitas, mortalitas
dan migrasi di suatu wilayah tertentu. Dalam demografi terdapat
aspek kependudukan yang statis dan dinamis sifatnya. Aspek statis
ditunjukkan oleh komposisi penduduk misalnya. Komposisi penduduk
merupakan gambaran kondisi penduduk pada suatu titik tertentu,
yaitu pada saat dilaksanakan sensus atau survei. Sesudah tanggal atau
hari tersebut, komposisi penduduk akan berubah. Perubahan
komposisi ini terjadi karena perubahan kelahiran, kematian dan
migrasi. Jadi dalam demografi juga dipelajari aspek statis dan aspek
dinamis, yang keduanya saling mempengaruhi. Contoh, jumlah

3
kelahiran akan mempengaruhi jumlah penduduk muda di suatu
wilayah tertentu.
Demografi dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu interdisipliner
karena relasinya dengan banyak disiplin ilmu akademis lainnya
seperti matematika, statistika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi,
ekonomi, dan psikologi. Banyak demografer mengikuti pelatihan di
bidang ilmu lainnya sebelum memilih spesialisasi demografi
Studi kependudukan merupakan studi yang membahas tentang
hubungan antara faktor-faktor perubahan penduduk dan faktor-faktor
pembangunan. T. Romlinson (1965) mengatakan bahwa studi
kependudukan menerangkan informasi dasar tentang distribusi
penduduk, karakteristik dan perubahanperubahannya, serta
menerangkan faktor penyebab perubahan tersebut dan menganalisa
segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan
sebagai hasil perubahan tersebut. Mantra (2000) mengatakan bahwa
studi kependudukan lebih luas dari kajian demografi murni, karena di
dalam memahami struktur dan proses kependudukan di suatu
wilayah, faktor-faktor non demografis ikut dilibatkan, misalnya dalam
memahami fertilitas di suatu daerah tidak hanya cukup diketahui
trend pasangan usia subur tetapi juga faktor sosial, ekonomi dan
budaya yang ada di daerah tersebut. Dengan kata lain studi
kependudukan lebih bersifat interdisipliner dan lebih mencakup
tentang ilmu sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, politik, dan biologi.
Banyak demografer yang lebih menyukai pendekatan studi
kependudukan di mana hubungan antara variabel-variabel
demografis dan nondemografis diperhitungkan.
B. Ruang Lingkup Kependudukan Dan Demografi
Adolphe Laundry dalam kongres kependudukan yang
berlangsung di Paris Perancis pada tahun 1937 berhasil membuktikan
secara matematis adanya hubungan antara unsur-unsur demografi,

4
seperti kelahiran, kematian, gender, umur, dan lain-lain. Unsur-unsur
demografi tersebut juga merupakan ruang lingkup demografi.
John Graunt, yang dikenal sebagai bapak demografi
memberikan batasan-batasan umum tentang demografi, yang
merupakan ruang lingkup demografi, yaitu :
a) kematian (mortality).
b) kelahiran (fertility).
Sedangkan Methorst dan Skirk, menjelaskan bahwa masalah
penduduk dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu :
a) masalah kuantitatif, yang merupakan demografi.
b) masalah kualitatif, yang membahas penduduk dari
segi genetis dan biologis.
c) pernikahan dalam hubungannya dengan proses kependudukan.
Pendapat dari Methorst dan Skirk tersebut di atas tidak
mendapat dukungan dari para ahli demografi yang lain. Menurut
mereka, walaupun demografi menggunakan banyak hitungan atau
kuantitatif, tetapi juga dapat bersifat kualitatif. Dan hal-hal yang
berkaitan dengan segi genetis dan biologis (ilmu hayat) juga tidak
lepas dari usaha-usaha kuantitatif. Pembagian penduduk yang
dilakukan tersebut akan memberikan kesan bahwa demografi
hanyalah penyusunan statistik penduduk, padahal demografi tidak
sepenuhnya demikian.
Dalam sejarah perkembangan demografi timbul masalah
mengenai pembagian cabang ilmu ini. Menurut Methorst dan Skirk,
masalah penduduk dapat dibedakan menjadi masalah kuantitatif
(demografi) dan masalah kualitatif yang membahas penduduk dari
segi genetis dan biologis. Gagasan ini tidak mendapat dukungan. Jadi,
walaupun demografi menggunakan banyak hitungan (kuantitatif), tapi
juga dapat bersifat kualitatif. Sedangkan, ilmu hayat (biologi) itu
sendiri pun tidak lepas dari usaha-usaha kuantitatif. Hal demikian

5
memberikan kesan kepada orang awam bahwa demografi hanyalah
penyusunan statistik penduduk, padahal tidak sepenuhnya demikian.
Ini memang bisa dimengerti oleh karena pelopor-pelopor ilmu
demografi, seperti Suszmilch, Guillard dan Wolfe, menganggap
demografi sebagai semacam “Tata buku. Bio-sosial” atau “Bio-social
bookkeeping”. Jadi memang angka-angka itu penting, tetapi angka-
angka tersebut harus dinyatakan hubungan-hubungannya, setelah itu
baru bisa dinamakan ilmu demografi.
Pada tahun 1937 di Paris selama kongres kependudukan
berlangsung, Adolphe Laundry telah membuktikan secara matematika
adanya hubungan antara unsur-unsur demografi, seperti kelahiran,
kematian, jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Ia menyarankan
penggunaan istilah Pure Demography untuk cabang ilmu demografi
yang bersifat analitik-matematika dan berbeda dari ilmu demografi
yang bersifat deskriptif. Karya ini lantas mendapat sambutan positif
dari berbagai pihak.
Pure Demography (Demografi murni) atau juga disebut
demografi formal menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung data
kependudukan. Dengan teknik-teknik tersebut, kita dapat
memperoleh perkiraan penduduk di masa yang akan datang maupun
masa lampau. Teknik-teknik ini sering kelihatan menakjubkan dan
mempunyai kegunaan besar, tetapi teknik-teknik tersebut jarang
menyajikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sosial tentang
“mengapa” bentuk atau proses peristiwa kependudukan terjadi.
C. Teori Dasar Dalam Ilmu Kependudukan
Salah satu definisi dari Ilmu kependudukan adalah suatu ilmu
yang mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai
jumah, sruktur (komposisi penduduk dan perkembangan dan
perubahannya. (Multilingual Demografic Dictionary, 1982).

6
Beberapa catatan tentang kajian kependudukan :
1. Besar atau jumlah penduduk hanya dapat berubah melalui
fertilitas, mortalitas dan migrasi
2. Bilamana seseorang lahir, mati atau pindah berarti secara terus
menerus penduduk bertamah atau bekurang
3. Penduduk bertambah dengan cara kelahiran , pindah datang
(moving-in) ke suatu wilayah
4. Demikian pula jumlah penduduk akan berkurang dengan adanya
kematian atau perpindahan keluar (moving-out) dari suatu
wilayah

Sumber data yang biasanya dipakai dalam ilmu kependudukan


adalah segala terbitan resmi, baik dalam bentuk angka grafik atau
gambar yang merupakan sumber data. Guna menganalisa demografi
suatu masyarakat secara geografis perlu diketahui berapa jumlah
penduduk yang tinggal disana. bagaimana penyebarannya, bagaimana
penyebarannya, berapa yang lahir dan yang mati dalam tahun
berjalan, berapa yang masuk (moving-in) dan berapa yang keluar
(moving-out).

Teori kependudukan yang sebelumnya banyak dibahas di


antaranya hipotesis Malthus tentang hubungan antara penduduk dan
keterbatasan sumber daya alam serta kaitan antara kependudukan
dengan lingkungan hidup. Dalam bukunya yang berjudul Essay on the
Principle of Population, Thomas Robert Malthus mengembangkan
demikian Daniel Malthus tentang hubungan antara penduduk dengan
pangan. Teorinya mengajukan tiga hal penting yaitu:
1. Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber subsistensi pangan
2. Jumlah penduduk akan meningkat apabila sumber-sumber
subsistensi meningkat, kecuali kalau ada faktor-faktor
penghambat

7
3. Faktor penghambat tersebut yang menekan perkembangan
penduduk serta menekan dampaknya pada tingkat subsistensi
dapat dipecahkan melalui ketahanan moral, kejahatan dan
kesengsaraan.
D. Sejarah Perkembangan Penduduk Dunia Dan Indonesia
Penduduk dunia tidak bertambah secara merata menurut
tempat. Sebagian daerah bertambah jauh lebih cepat daripada yang
lainnya. Jadi di samping jumlah, distribusi penduduk menurut geografi
juga perlu diperhatikan. Pertambahan penduduk menurut daerah
tidak sama dan cara pertambahannya pun berlainan. Hal ini pun
terjadi di Indonesia, perkembangan penduduk di pulau Jawa berbeda
dengan di pulau-pulau lainnya.
Ledakan penduduk pertama terjadi di Eropa karena Revolusi
Industri dimulai di sana. Bangsa Eropa kemudian menyebar ke mana-
mana: Amerika (Utara sampai Selatan), Australia, Afrika Selatan, dan
Selandia Baru. Mereka menjajah hampir seluruh dunia. Pada saat itu
umumnya penduduk Eropa dan Amerika Utara sudah mencapai atau
menuju keseimbangan, tetapi penduduk negara-negara berkembang
masih bertambah dengan cepat dengan tingkat pertumbuhan di atas
2% setahun. Secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk
dunia sekarang diperkirakan sekitar 1,4% setahun. Ini berarti
penambahan sekitar 1.200.000 orang per hari.
Penduduk masyarakat agraris ditandai dengan tingkat
pertumbuhan sekitar 5 sampai 10 ribu setahun. Untuk memberi
gambaran mengenai tingkat ini perhatikan contoh berikut2 . Misalkan
pasangan manusia pertama muncul di bumi tahun 10.000 Sebelum
Masehi dan berkembang biak dengan tingkat 1% per tahun. Maka
penduduk bumi ini sekarang akan membentuk suatu bola masif dari
badan manusia dengan diameter beberapa ribu tahun cahaya dan
akan berkembang terus dengan kecepatan radial, jika teori relativitas

8
diabaikan, lebih cepat dari kecepatan cahaya. Hal ini ternyata tidak
terjadi karena menurut sejarah tingkat kematian penduduk agraris
sering mengalami lonjakan sampai taraf 300 atau lebih per seribu.
Salah satu epidemik yang paling terkenal dalam sejarah manusia ialah
Kematian Hitam (Black Death) yang terjadi di Eropa antara tahun
1347-1352. Di samping wabah juga bencana alam dan perang ikut
mencegah pertumbuhan penduduk yang terlalu besar.
Pada masyarakat agraris tingkat kematian bayi umumnya amat
tinggi dengan harapan hidup waktu lahir berkisar antara 20-35 tahun.
Pada masyarakat seperti itu lebih dari dua pertiga penduduknya
berumur kurang dari 15 tahun, suatu beban yang amat berat bagi
tenaga kerjanya. Pada masyarakat industri, tingkat kesehatan sudah
jauh lebih maju. Malaria sudah hampir hilang dari muka bumi ini
berkat DDT, begitu pun berkat adanya antibiotik penyakit-penyakit
menular sudah dapat dikontrol. Akan tetapi, kendati kemajuan dalam
bidang obat-obatan berkembang dengan pesat, kekurangan nutrisi
masih tetap mengancam banyak negara berkembang dewasa ini,
khususnya di Afrika.
Tingkat kematian yang rendah pada masyarakat industri
sebagian besar diakibatkan oleh penurunan tingkat kematian bayi.
Harapan hidup waktu lahir pada masyarakat industri umumnya lebih
tinggi dari 60 tahun. Masyarakat seperti ini ditandai oleh mortalitas
dan fertilitas yang rendah. Pada akhir Perang Dunia II para ahli
demografi mengemukakan teori transisi demografi (demographic
transition) yang menjelaskan pengaruh pembangunan ekonomi pada
penurunan mortalitas maupun fertilitas.
Pada dasarnya, transisi demografi klasik menganggap ada tiga
tahap yang dialami oleh suatu penduduk. Pada tahap pertama, tingkat
mortalitas dan fertilitas tinggi dengan tingkat fertilitas umumnya
sedikit lebih tinggi daripada tingkat mortalitas. Pertambahan

9
penduduk umumnya rendah. Tahap ini adalah tahap masyarakat
agraris. Tahap ini umumnya cukup lama, kendati pun tahap ini
berbeda dari negara ke Negara.
Bagaimanapun juga, mengingat sumber daya yang terbatas,
pertumbuhan penduduk haruslah di sekitar nol di masa mendatang.
Ini berarti penduduk tidak lagi bertambah, atau jumlah yang lahir
sama dengan jumlah yang meninggal. Kemajuan teknologi di masa lalu
sampai sekarang memungkinkan peningkatan produksi makanan
yang dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk sehingga secara
global manusia tidak kekurangan makanan. Tetapi dalam dunia yang
terbatas, pertumbuhan pun tentu ada batasnya.
Masyarakat Indonesia mengalami 3 fase perkembangan yang
menghasilkan suatu system atau tatanan social sampai saat ini, yaitu
fase komunal primitive, feodal, dan kapitalisme. Perubahan atau
perkembangan tiap fase di pengaruhi oleh factor eksternal dan
internal masyarakat itu sendiri. Lalu dipengaruhi oleh alam.
Awal lahir adanya masyarakat Indonesia adalah karena adanya
migrasi (perpindahan penduduk) secara bergelombang di zaman
grasial (es mencair) dan adanya pertumbuhan internal masyarakat
yang hidup di pinggiran sungai sekitar sulawesi karena pada saat itu
hidupnya masih bergantung pada alam ( homosentris).
1. Fase Komunal Primitif
Pada zaman komunal primitive corak produksi manusia pada
saat itu adalah berburu dan meramu untuk mempertahankan
hidupnya. Hidup mereka cosmosentris (bergantung pada alam).
Alat produksinya menggunakan batu. Hubungan produksi pada
saat itu kerjasama (belum ada pembagian kerja) atau kolektif.
Mereka hidup selalu berpindah–pindah, ketika sumber daya alam
yang dijadikan sumber penghidupan mereka berkurang atau habis
maka mereka berpindah tempat. Kadang mereka bertempur

10
ketika bertemu dengan kelompok lain untuk menguasai daerah
yang memiliki sumber daya alam. Lalu kelompok yang kalah akan
di bunuh atau dijadikan budak (inilah embrio dari zaman
perbudakan). System politik pada saat itu dipimpin oleh satu
orang kepala kelompok. Biasanya dia dipilih karena mempunyai
keahlian yang lebih .
Setelah ditemukannya logam maka peralihan corak produksi di
masyarakat pada saat itu yaitu dengan bercocok tanam. Mereka
mulai hidup menetap, karena adanya beberapa permasalahan,
salah satunya permasalahan gender. Wanita pada saat itu harus
melahirkan maka mereka tidak mungkin berburu dan hidup
berpindah-pindah. Maka berubahlah pola hidup mereka menjadi
menetap. Pola pikir masyarakat berkembang berdasarkan kondisi
objektifnya pada saat itu. Setelah itu mulai adanya pembagian
tugas, ada kelompok yang berburu dan ada pula yang bercocok
tanam. Hubungan produksi pada saat itu sudah ada system barter
(tukar) untuk melengkapi kebutuhan masing-masing kelompok
(keluarga). Dan akhirnya sampai ada yang menemukan alat tukar
yang sah seperti logam. Beberapa kelompok masyarakat berpikir
lebih jauh, ketika mereka melakuan pengumpulan hasil produksi
mereka maka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar,
inilah yang melahirkan system akumulasi dan dagang pada saat
itu. System pemerintah pada saat itu masih di pimpin oleh satu
orang, rakyat membayar upeti kepada pimpinan untuk keperluan
membangun infrastruktur daerahnya. Inilah yang nantinya
melahirkan system kerajaan.
2. Fase feodalisme
Pada fase feodalisme, corak produksi pada saat itu adalah
tanah dan tenaga kerja yang terikat dengan tanah. Kekuasaan
ekonomi politik berdasarkan kepemilikan tanah (raja). Nilai-nilai

11
social yang terbentuk pada saat itu adalah primordial (kesukuan),
Petriarkal, monarki absolute dan mitos. Sistem politik pada saat
itu monarki absolute (kekuasaan tak terbatas).
Hancurnya feodalisme dipengaruhi oleh factor internal dan
eksternal. Kondisi nusantara pada saat itu yang merupakan jalur
sutra (jalur yang mempertemukan dunia Timur dan Barat)
menjadi sasaran bangsa timur dan barat untuk menguasai.
Masuknya bangsa-bangsa lain seperti Arab, Persia, dan Gujarat
untuk melakukan perdagangan. Di samping itu bangsa barat
(eropa) juga mulai masuk untuk menaklukan Nusantara. Selain
melakukan perdagangan mereka juga melakukan penyebaran
agama.
3. Fase Kapitalisme
Kapitalisme lahir karena adanya kontradiksi antara para
pedagang (Borjuasi) dengan raja yang melahirkan revolusi borjuis
di Perancis 1789. Hal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi (penemuan mesin uap).

12
BAB III
(PENUTUP)
A. KESIMPULAN
Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan,
perpajakan, kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan
lain-lain yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika
mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang
akan datang. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah dengan melihat perubahan komposisi penduduk yang ada
sekarang dan yang lalu beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan
hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik
kecuali lamanya hidup sesorang di negara yang bersangkutan. Melihat
seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari
ketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di
sektor pertanian, industri dan jasa.
B. SARAN
Sebaiknya pembaca memahami isi makalah dengan baik, agar
makalah ini dapat dipergunakan seperlunya

13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4535-
M1.pdf
https://legalstudies71.blogspot.com/2019/01/tujuan-manfaat-dan-ruang-
lingkup.html
https://tuloe.wordpress.com/2009/06/20/dasar-dasar-ilmu-
kependudukan/#:~:text=Salah%20satu%20definisi%20dari%20Ilmu,M
ultilingual%20Demografic%20Dictionary%2C%201982).
http://repository.ut.ac.id/4374/2/SATS4313-M1.pdf
https://nantzuprogresif.wordpress.com/2012/06/27/sejarah-
perkembangan-masyarakat-indonesia/

14

Anda mungkin juga menyukai