Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH

Kelompok IV :

1. Intan Destika (P05130221008)


2. Naya Nabila Aisyah
3. Mirzanti Ramadhani Putri
4. Salia Gustiana (P05130221015)

Kelas : 1 B

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Semoga Rahmat Tuhan Yang Maha Esa juga dengan izin-Nya penulis
mampu menyelesaikan karya ini, yang disajikan sebagai bukti pengabdian pada
ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Adanya karya ini
dimaksudkan untuk memudahkan siswa untuk berpartisipasi. Memberi kuliah dan
menyampaikan pemahaman.Masih perlu membaca literatur lain tentang materi
yang disampaikan guna menambah pengetahuan.

Untuk semua dosen, sahabat, dan kolega, penulis terus mengharapkan


bantuan, komentar, dan koreksi terhadap buku ini agar bermanfaat dan
kedepannya dokumen ini dapat selalu ditingkatkan di masa mendatang. Terima
kasih banyak. Terima kasih banyak untuk semua pihak yang telah membantu
penulisan karya ini.

Bengkulu, 16 Juli 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, hal ini pula yang menjadi keunggulan
Indonesia jika dilihat dari segi kependudukannya, dengan keadaan jumlah
penduduk yang besar dibutuhkan perhatian khusus dan penanganan yang baik
oleh pemerintah/negara maupun lembaga, maka dapat berperan sebagai sumber
daya pembangunan, jika tidak maka akan menjadi permasalahan serius dalam
beberapa tahun kedepan.

Jumlah penduduk yang begitu besar di Indonesia masih menjadi persoalan


terutama di daerah perkotaan, karena semakin besar jumlah dan pertumbuhan
penduduk, maka akan semakin banyak pula persoalan yang dihadapi oleh suatu
wilayah, sebagai contoh dengan pertambahan jumlah penduduk tentu harus
dibarengi dengan penambahan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk menunjang kehidupan disekitarnya, dengan adanya penambahan sarana dan
prasarana tentu akan mempengaruhi pola persebaran dan menjadi persoalan baru
dalam penataan kota.

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah terjadi disebabkan oleh beberapa faktor


kependudukan, diantaranya adalah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
juga adanya migrasi penduduk. Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi
oleh bertambahnya jumlah kelahiran bayi (fertilitas), tetapi secara bersamaan pula
akan dikurangi oleh jumlah kematian (mortalitas) yang terjadi pada semua
golongan umur, serta migrasi juga berperan imigran (pendatang) akan menambah
dan emigran akan mengurangi jumlah penduduk (Ida Bagoes Mantra, 2003).

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEMOGRAFI

kata demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guilard pada tahun 1885,
dalam bukunya yang berjudul Elements de Statistique Humaine, ou Demographie
Comparee. Demografi berasal dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein
yang berarti gambaran. Jadi demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk
atau manusia terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk
yang terjadi. Demografi sendiri sebenarnya melibatkan studi ilmiah tentang
ukuran, penyebaran penduduk secara geografi maupun spasial, komposisi
penduduk, dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Pada tahun tersebut
Achille Guilard mengatakan bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari
segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi
perubahan secara umum, fisik dan kondisi moral. David V. Glass mengatakan
bahwa demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari
proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pressat (1985)
mengatakan bahwa demografi adalah studi tentang populasi manusia dalam
hubungannya dengan perubahan yang terjadi akibat kelahiran, kematian, dan
migrasi. Istilah ini juga digunakan untuk mengacu kepada fenomena yang diamati.
Sedangkan PBB (1958) mendefinisikan bahwa demografi adalah studi ilmiah
terhadap populasi manusia, terutama terhadap jumlah, struktur, dan
perkembangannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada perubahan dinamika
kependudukan karena pengaruh perubahan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Philip
M.Hauser dan Dudley Duncan (1959) mendefinisikan bahwa demografi adalah
ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk
serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut, yang
biasanya timbul karena peristiwa kelahiran, kematian dan migrasi (gerak
teritorial) dan mobilitas status. Sementara itu Donald J.Bogue (1973) mengatakan
bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik
tentang besaran, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya
sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Walaupun demografi
mempertahankan analisis deskriptif dan komparatif berkesinambungan terhadap
tren yang ada, pada setiap proses yang terjadi dan hasil yang ditimbulkan, tujuan
utamanya adalah untuk mengembangkan bagian dari teori untuk menjelaskan
peristiwa yang dibandingkan dan direncanakannya. Berdasarkan beberapa definisi
di atas, maka dapat dikatakan bahwa demografi adalah studi tentang penduduk
yang dilihat dari ukuran (jumlah), struktur/komposisi, persebaran ke ruangan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah, struktur dan persebaran penduduk yaitu
fertilitas, mortalitas dan migrasi di suatu wilayah tertentu. Dalam demografi
terdapat aspek kependudukan yang statis dan dinamis sifatnya. Aspek statis
ditunjukkan oleh komposisi penduduk misalnya. Komposisi penduduk merupakan
gambaran kondisi penduduk pada suatu titik tertentu, yaitu pada saat dilaksanakan
sensus atau survei. Sesudah tanggal atau hari tersebut, komposisi penduduk akan
berubah. Perubahan komposisi ini terjadi karena perubahan kelahiran, kematian
dan migrasi. Jadi dalam demografi juga dipelajari aspek statis dan aspek dinamis,
yang keduanya saling mempengaruhi. Contoh, jumlah kelahiran akan
mempengaruhi jumlah penduduk muda di suatu wilayah tertentu.

B. TUJUAN DEMOGRAFI

1. Mempelajari kuantitas & distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu

2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunan dan persebaran dengan


sebaik-baiknya dengan data yang tersedia.

3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk


dengan bermacam- macam aspek organisasi sosial.

4. Meramalkan pertumbuhan penduduk di masa datang dan kemungkinan


konsekuensinya
C. RUANG LINGKUP DEMOGRAFI

Penggunaan demografi di kehidupan sangatlah luas, demografi bisa digunakan


secara bersama-sama dengan keilmuan lain, seperti ekonomi, sosiologi, geografi,
psikologi, politik, kesehatan dan lainnya sehingga ilmu demografi
implementasinya disebut

interdisiplin

Sosiologi

Psikologi

Interdisciplinary Kesehatan AScience

D. MANFAAT DEMOGRAFI

Manfaat demografi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk serta perubahan-


perubahannya di suatu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan penduduk di masa lampau dan mengestimasi
pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik,
lingkungan dan keamanan.
4. Mempelajari dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi
pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang.
E. KOMPONEN DEMOGRAFI

FERTILITAS

1. Pengertian Fertilitas

Menurut Pollard et al.,(1982) fertilitas diartikan sebagai satu dari sekian banyak
komponen siklus demografi disamping migrasi dan mortalitas. Permasalahan ini
hampir dialami oleh seluruh negara di dunia, terutama dinegara berkembang
seperti indonesia. Salah satu isu yang akan hadie ke permukaan dipertengahan
abad ke 20 ini adalah dunia akan dihadapkan dengan istilah “bom bayi” yang
dinilai sama bahaya nya dengan teroris. Fertilitas adalah hasil reproduksi yang
nyata dari seorang wanita, fertilitas mengacu pada jumlah bayi yang lahir hidup.
Dalam istilah demografi fertilitas diartikan sebagai banyaknya jumlah bayi lahir
yang hidup hal isni sesuai dengan pernyataan Shyrok dan Siegel (1971) bahwa
fertilitas lazim diartikan sebagai kejadian bayi lahir hidup (live birth).
Sebaliknya , angka fertilitas yang tinggi mampu meningkatkan berbagai aspek
kehidupan apabila mampu dipertahankan kualitasnya . Ada dua cara yang dapat
menekan angka dari laju pertumbuhan penduduk . Pertama meningkatkan angka
kematian dan yang kedua dengan menekan angka kelahiran . Cara pertama tidak
dianjurkan untuk ditempuh apabila kita kaji dari keyakinan mana pun. Oleh sebab
itu, tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh jika hendak menekan laju
pertumbuhan penduduk selain dengan menekan angka kelahiran . Penekanan
angka kelahiran dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan peraturan , misal KB
( Keluarga Berencana ) yang menyuarakan bahwa dua anak sudah cukup .
Sulistyawati ( 2013 ) mengemukakan bahwa KB adalah suatu usaha untuk
mengatur jarak kelahiran tiap anak dan jumlah anak yang diinginkan . Melalui hal
ini , pemerintah mencanangkan program pencegahan / penundaan kehamilan yang
mampu menekan peningkatan angka fertilitas / kelahiran guna mencapai
masyarakat sejahtera.

2. Ukuran Dasar Fertilitas


Cara pengukuran fertilitas dibedakan menjadi dua cara, yaitu pengkuran fertilitas
tahunan dan fertilitass kumulatif.
a. Pengukuran fertilitas tahunan (current fertility)
Mencerminkan fertilitas umtuk jamgka waktu tahunan
1. Angka kelahiran kasar/ crude birth rate
CBR = B/Pm x k
CBR ; tingkat kelahiran kasar
Pm ; jumlah penduduk pertengahan tahun
B; jumlah kelahiran pada tahun tertentu
k ; konstanta 1000

2. Angka kelahiran umum / general Fertility Rate


Banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15-49 tahun
atau 15-44 tahun
GFR = B/Pf15-49 x k atau GFR = B/Pf15-49 x k
GFR ; banyaknya kelahiran selama satu tahun
B ; angka kelahiran umum
Pf (15-49) ; banyak penduduk wanita yang berumur 15 sampai 49
Pf (15-44) ; banyak penduduk wanita yang berumur 15 sampai 44
k ; konstanta 1000
3. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
1. Pengaruh jumlah anak ideal preferensi anak terhadap fertilitas
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh yusuf (2020)diperoleh nilai
kolerasi antara jumlah anak ideal dan preferensi anak terhadap fertilitas
sangat kecil, yakni hanya sebesar 3,4%. Hasil analisis regresi linier
berganda menunjukkan pengaruh signifikan yang kecil, meskipun pada
dua variabel (jumlah angka ideal dan preferens anak berpengaruh secara
signifikan. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
becker (1995) bahwa nilai koeefisien regresi jumlah anak ideal sebesar
32,5%, yang artimya jumlah anak mempunyai pengaruh positih terhadap
fertilitas, meskipun hanya sedikit.
2. Pengaruh pekerjaan, tingkat pendidikan, umur menikah pertama/umur
wanita, dan tempat tinggal terhadap fertilitas.
Yusuf (2020) mengemukakan bahwa faktor seperti pekerjaaan lama
pendidikan, umur menikah pertama, umur, dan lokassi pekerjaan
memberikan pengaruh sebesar 51,1% terhadap fertilitas, artinya sebesar
48,9% lagi dipengaruhi oleh faktor lainya yang tidak dilakukan pada
penelitian. Masing masing variabel memberikan dampak negatif terhadap
fertilisas, kecuali umur.
Umur memberikan hasil yang berbeda secara nyata, hal ini di buktikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibanda et al (2003), dimana
semakin tua umur perempuan (mendekati 49) semakin memiliki peluang
yang besar terhadap fertilitas. Namum akan berkebalikan jika ditinjau dari
peluang banyaknya memperoleh keturunan apabila umur perempuan
menikah dan melakukan hubungan seksual yang dilakukan sedini mungkin
yang berpotensi positif dalam menghasilkan anak yang lebih banyak
karena masa subur lebih panjang. Umur berbengaruh positif terhadap
jumlah anak lahir hidup, yang menggambarkan peningkatan jumlah umur
maka akan meningkat pula jumlah anak lahir hidup.
Mantra (2020) mengemukakan bahwa umur sebagai ciri penduduk yang
pokok disebabkan perilaku sosial ekonomi rumah tangga dan demografi
dapat dipengaruhi oleh struktur umur. Adapun yang dimaksud dengan
perilaku sosial ekonomi eumah tangga yang dimaksud diantaranya adalah
tingkat pendidikan, pembentukan dan perkembangan keluarga, serta
angkatan kerja, sedangkan yang dimksud dengan indikator perilaku
demografi diantranya adalah jumlah atau pertambahan dan mobillitas
penduduk (anggota rumah tangga). Apabila beberapa hal di atas terjadi
akan berimbas kepada tidak terjalankannya makna / hakikat daripada
sebagian isi UUD 1945 , yang menyatakan bahwa " Kesejahteraan scesial
adalah hak segala bangsa . " Maka dari itu pemerintah Indonesia
menggalakkan program Keluarga Berencana untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk.
Pada penelitian yusuf (2020) diperoleh niai korelasi antara lokasi dengan
fertilitas seorang wanita, yakni sebesar -0,222, yang artinya lokasi akan
berpengaruh secara negatif terhadap fertilitas seorang wanita, yakni
sebesar 22% lokasi wanita yang tinggal di perdesaan memiliki potensi
fertilitas yang tinggi dibanding wanita yang tinggal diperkotaan dan
sebesar 78% dipengaruhi faktor lainya. Jumlah angka kelahiran bayi
dipedesaan dua kali lipat dari jumlah kelahiran bayi di perkotaan. Alane
dan Worku (2009) menemukan indeks fertilitas yang hampir sama antara
antara fertilitas dipedesaan dan perkotaan. Perbedaan angka fertilisasi ini
dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat desa menjadi
masyarakat kota. Masyaraka kota cenderung mengikuti moderenisasi,
salah satunya dengan maraknya penggunaan alat kontrasepsi pada kegiatan
hubungan seks yang mengakibatkan mampu menekan angka fertilitas.
Berdasarkan hasil penelitian Nankai University China mengungkapkan
bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah middle dan western lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah eastern. Hal ini karena wilayah eastern
memiliki tingkat ekonomi yang lebih maju dibandingkan wilayah middle
dan western. hal lain yang mempengaruhinya antara lain : tradisi, budaya,
ekonomi, dan mekanisasi.

3. Pengaruh kegiatan utama terhadap fertilisasi


Kegiatan utama yang mempengaruhi fertilisasi dilihat berdasarkan
kegiatan utama dari seorang perempuan. Apakah perempuan itu
berkegiatan sebagai ibu rumah tangga atau sebagai wanita karir. Faktanya
wanita yang berkegiatan utma sebagai ibu rumah tangga cenderung
memiliki jumlah bayi lahir hidup(fertilitas) yang lebih banyak
dibandingkan wanita yang berkegiatan utama sebagai wanita karir.

4. Pengaruh keputusan ber_KB, indeks kekayaan rumah tangga, dan usia


persalinan utama terhadao fertilitas
Kepetusan ber-KB seorang wanita biasanya didasari oleh keputusan sang
suami. Angka fertilitas akan menurun sesuai dengan keputusan ber-KB
sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pasutri. Selain itu, kekayaan
rumah tangga juga berpengaruh negatif terhadap jumlah bayi lahir hidup.
Yang artinya indeks kekayaan dapat menjadi idikator menurunya fertilitas.

KEMATIAN/MORTALITAS

1. Pengertian Mortalitas

Kematian Mortalitas yaitu salah satu bagian dari unsur demografi yang
memengaruhi dinamika penduduk , Sedangkan ada dua komponen demografi
yang lainya seperti fertilitas / kelahiran dan migrasi / perpindahan penduduk .
Secara konsep kematian merupakan terjadinya pengurangan jumlah penduduk
dengan hilangnya tanda kehidupan manusia selamanya . Dalam perhitungan
besarnya jumlah angka kematian seimbang dengan jumlah angka kelahiran ,
tingginya angka kematian dapat faktor yang mendukung penyebab kematian dan
rendahnya angka kematian karena adanya penghambat , faktor seperti umur , jenis
kelamin , jenis pekerjaan , status sosial ekonomi dan keadaan lingkungan dimana
tempat tinggal masyarakat, baik lingkungan fisk maupun sosial misalnya
meningkatnya derajat kehidupan masyarakat dan pemeliharaan kesehatan, kondisi
ini berpengaruh terhadap tinggi rendahnya angka kematian pada suatu populasi
atau masyarakat (utomo 2007)

Kematian menurut (WHO): mati atau menghilangnya semua tanda-tanda


kehidupan secara permanen yg bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.Lahir mati (fetal death): peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan
dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.
Mortalitass merupakan jumlah kematian setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun.
Atau dengan kata lain adanya jumlah kematian yang terjadi pada suatu wilayah
tertentu pada tahun tertentu per seribu penduduk dengan rumus,

jumlah kematian : penduduk tahun per tahun dikali dengan 1000

angka kematian pertahun dikategorigan menjadi tiga

 Tinggi  angka mortalitass >8


 Sedang  angka mortalitass 14 sampai dengan 18
 Rendah  angka kematian < 14

Pertumbuhan penduduk disuatu wilayah dipengaruhi oleh tinggi rendahnya angka


mortalitas, sekaligus sebagai barometer terhadap tingkat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sebab mortalitas merupakan variabel dalam demografi
yang mencerminkan kualitass sumber daya manusia setempat.

2. Ukuran Mortalitas
1. Crude Date Rate (angka kematian kasar)

D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = konstanta 1000

2. Age Spesific Death Rate ( angka kematian menurut umur)

Di = jumlah kematian pada kelompok umur i


Pi = Jumlah penduduk pada kelompok umur i pada pertengahan tahun
Hubungan antara CDR dan ASDRi

3. Infant Mortality Rate (angka kematian bayi)


D<1 = jumlah kematian anak usia 1 sampai 4 tahun
B = jumlah kelahiran hidup

4. Child Mortality Rate (tingkat kematian anak)

D1-4 = jumlah kematian anak usia 1 sampai 4 tahun


P 1-4 = jumlah penduduk usia 1 sampai 4 tahun

5. Childhood Mortality Rate( angka kematian anak dibawah lima tahun)

D< sama dengan = jumlah kematian anak usia kurang dari sama dengan 5
P< sama dengan = jumlah penduduk usia kurang dari sama dengan 5

6. Expztzcy of life (eo= angka harapan hidup)


Angka yang menunjukan rata rata tahun hidup yang masih dijalani oleh
seseorang yang telaH berhasil mencapai umur tertentu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Mortalitas

Tingginya angka kematian sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu adanya faktor
yang mendukung terjadinya kematian (pro mortality) dan yang menghambat
terjadinya kematian (antimortality).

1. Faktor pendukung terjadinya kematian (pro mortalitas) yang menyebabkan


angka kematian semakin tinggi antara lain ;
a. Falilitas pelayanan kesehatan yang masih minim
b. Belum cukupnya fasilitas yang tersedia ditempat tempat pelayanan
kesehatan
c. Kesadaran masyarakat masih rendah terhadap Kesehatan
d. Adanya fenomena alam seperti terjadi bencana alam
e. Adanya konflik seperti terjadi perperangan
f. Adanya kecelakaan akibat kerja dan akibat lalu lintas
g. Adanya tintakan pembunuhan dan bunuh diri

2. Faktor penghambat kematian (anti mortalitas ) Faktor ini dapat


menyebabkan angka kematian menjadi rendah. Yang termasuk faktor ini
adalah :
a. Lingkungan tempat tinggal yang sehat
b. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup
c. Keyakinan sebagai benteng diri untuk tidak melakukan tindakan bunuh
diri dan membunuh orang lain
d. Masyarakat yang berperilaku hidup sehat
e. Pendidikan masyarakat semakin tinggi sehingga tingkat pengetahuan
tentang kesehatan semakin tinggi

MIGRASI

1. Pengertian Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk, dari suatu tempat ke tempat yang lain,
baik melewati batas politis negara maupun batas administrasi/batas bagian
dalam suatu negara dengan tujuan untuk menetap. Sama halnya dengan
fertilitas dan mortalitas, migrasi merupakan salah satu variabel demografi
yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk suatu daerah/negara. Migrasi
sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu tempat
ke tempat yang lain.

Gould dan Prothero (1975, 41) juga menekankan unsur perpindahan tempat
tinggal.

Namun menurut mereka, walaupun seseorang telah secara resmi pindah


tempat, tetapi apabila ada niat sebelumnya untuk kembali ke tempat semula,
maka harus dianggap sebagai mobilitas sirkuler, bukan sebagai migrasi.
Hampir semua migrasi berkaitan dengan ruang dan waktu, mengenai
keterkaitan antara ruang dan waktu ini, para ahli dihadapkan kepada suatu
kesulitan untuk menetapkannya. Sehingga definisi terhadap migrasi oleh
beberapa ahli sering dirasa adanya kekurang-tepata.

Elspeth Young mengatakan : beberapa penulis mengusulkan agar migrasi


dianggap bagian dari suatu rangakaian kesatuan yang meliputi semua jenis
perpindahan penduduk, yaitu mulai dari yang nglaju sampai pindah tempat
untuk jangka panjang yang digambarkan sebagai mobilitas penduduk.
Menurut Mantra (1985:157); mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi 2
bentuk yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen
atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan
mobilitas non permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat
lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Jenis jenis migrasi

Di dalam membicarakan perpindahan penduduk akan selalu terkait dengan

tempat/wilayah, waktu maupun yang keluar dan yang masuk. Dalam lingkup
tempat mulai dari

lingkup administrasi terkecil; Rt/Rw, desa, hingga perpindahan antar negara. Juga
dari sisi

waktu, mulai dari satu hari hingga waktu yang cukup lama. Sehubungan dengan
hal tersebut,

maka migrasi dapat dibedakan atas beberapa jenis:

1. Migrasi masuk (in migration), yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah


tujuan.

2. Migrasi keluar (out migration), yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu
daerah asal.
3. Migrasi neto (net migration), merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk
dan migrasi keluar

4. Migrasi bruto (gross migration), jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.

5. Migrasi total (total migration), seluruh kejadian mgrasi, mencakup migrasi


semasa hidup dan migrasi pulang.

6. Migrasi internasional (international migration), perpindahan penduduk dari


suatu negara ke negara lain.

7. Migrasi semasa hidup (life time migration), Adalah migrasi berdasarkan tempat
kelahiran, adalah mereka yang pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal
di daerah yang berbeda dengan daerah tempat lahirnya.

8. Migrasi parsial (partial migration), jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari
satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan.

9. Arus mugrasi (migration stream), Jumlah atau banyaknya perpindahan yang


terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

10. Urbanisasi (urbanization), Bertambahnya proposisi penduduk yang berdiam di


daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke kota dan atau
akibat dari perluasan kota.

11. Transmigrasi (transmigration), Transmigrasi adalah pemindahan dan


perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang di
tetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan
Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

2. Ukuran Migrasi
1. Angka mobilitas
rasio dari banyaknya penduduk yang pindah secara lokal (mover) dalam
suatu jangka waktu tertentu dengan banyaknya penduduk. rumus:
m = angka mobilitas M= jumlah mover

P = penduduk k = 1000

2. Angka migrasi masuk

Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 orang
penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun. rumus:

mi = angka migrasi masuk I = jumlah migrasi masuk

P = penduduk pertengahan tahun

3. Angka migrasi keluar

Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1000 orang
penduuk daerah asal dalam waktu satu tahun. rumus:

mo = angka migrasi keluar O = jumlah migrasi yang keluar

P = penduduk pertengahan tahun

4. Angka migrasi neto

Selisih banyaknya migran dan keluar ke dan dari suatu daerah per 1000 penduduk
dalam satu tahun. rumus:
mn = angka migrasi neto O = jumlah migrasi keluar

I = jumlah migrasi masuk P = penduduk pertengahan tahun

5. Angka migrasi bruto

Angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan yaitu jumlah migrasi


masuk dan migrasi keluar di bagi jumlah penduduk tempat asal dan jumlah
penduduk tempat tujuan. rumus:

mg = angka migrasi bruto P1 = penduduk di tempat tujuan

P2 = penduduk di tempat asal k = 1000

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Migrasi

Pada dasarnya orang berpindah tempat akan senantiasa di dukung oleh berbagai
alasan, alasan yang sifatnya pribadi, alasan lingkungan dan lain sebagainya.
Menurut Everett S. Lee (mantra 1985:181) ada 4 faktor yang perlu diperhatikan
dalam studi migrasi penduduk ;

1. faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

2. faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan

3. rintangan antara

4. faktor-faktor individu
Ada 2 faktor yang selalu terdapat di daerah asal maupun tujuan yang selalu terkait
dengan perpindahan penduduk, yaitu faktor positif dan negatif. Faktor positif
yaitu faktor yang menarik seseorang untuk tidak meninggalkan daerah tersebut,
dan faktor negative yaitu faktor yang menyebabkan seseorang meninggalkan
daerah tersebut.Dalam uraian lain para ahli mengelompokkan berdasarkan
kekuatan daya dorong dan daya tarik dari suatu daerah, yang selanjutnya disebut
faktor pendorong dan faktor penarik. Rozy Munir dalam buku-buku dasar
demografi menyatakan bahwa yang tergolong faktor pendorong adalah:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam

2. Menyempitnya lahan pekerjaan di tempat asal

3. Adanya tekanan-tekana dan diskriminasi politik, agama atau suku

4. Tidak cocok lagi dengan budaya/adapt daerah asal

5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak berkembangnya


karir pribadi

6. Bencana alam

Jika dilihat dari uraian di atas tersebut, maka faktor pendorong dari daerah asal
identik

dengan faktor negatif yang dimiliki daerah asal dan faktor yang menarik dari
daerah tujuan
identik dengan faktor positif yang dimiliki daerah tujuan. Adapun faktor positif
yang terdapat

dari daerah asal yaitu menyebabkan penduduk untuk memilih tidak meninggalkan
daerah

asalnya, menurut mantra (1985:176) berkaitan dengan:

1. Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga desa sangat erat

2. Sistem gotong royong pada masyarakt pedesaan jawa sangat erat pula.

3. Penduduk sangat terikat pada tanah pertanian

4. Penduduk sangat terikat pula kepada daerah (desa) dimana mereka dilahirkan.

Sekarang bagaimana dengan faktor rintangan? menurut Munir, rintangan-


rintangan

tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada orang yang akan pindah.
Ada orang yang

memandang rintangan-rintangan tersebut sebagai hal yang sepele, tapi juga ada
yang

memandang sebagai hal berat yang menghalangi orang untuk pindah. Contoh
yang termasuk

kepada unsur yang dapat merintangi seseorang untuk pindah adalah jarak, undang
undang.

SUMBER DATA DEMOGRAFI

a. Sensus Penduduk

Sensus merupakan penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dan sebagainya


yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara
serentak, dan bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara untuk kepentingan
demografi negara yang bersangkutan. Sensus Penduduk pada umumnya
dilaksanakan pada tahun yang berakhiran "0" atau dalam jangka waktu sepuluh
tahun. Di Indonesia, sensus penduduk diambil pada tahun 1961, 1971, 1980,
1990, dan 2000.

Dua sensus diambil oleh pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1920 dan 1930.
Ruang lingkup sensus penduduk mencakup seluruh wilayah geografis suatu
negara dan seluruh penduduknya, terdiri dari seluruh golongan umur penduduk
baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak memiliki tempat tinggal.

b. Survei Penduduk

Survei Penduduk adalah cara pengumpulan data yang dilaksanakan melalui


pencacahan sampel dari suatu populasi untuk memperkirakan karakteristik objek
pada saat tertentu. Dilakukan secara sampling terhadap sekelompok penduduk
yang dianggap wakil dari seluruh populasi, untuk memperoleh keterangan yang
bersifat khusus dan lebih terperinci. Tingkat representatif data survei relatif
rendah dibandingkan data sensus, namun keterangan yang diperoleh lebih
terperinc

c. Registrasi Penduduk

Pencatatan terus-menerus mengenai peristiwa-peristiwa kehidupan (registrasi


vital) setiap individu dalam populasi, seperti kelahiran, kematian,
migrasi/kepindahan, pernikahan, perceraian dan adopsi.

PIRAMIDA PENDUDUK

1. Pengertian Piramida Penduduk

Piramida penduduk adalah grafik balok yang dibuat secara horizontal untuk
memban

tahun lalu naik, kenaikannya dapat tahunan atau jenjang lima tahunan. Sumbu

horizontal menggambarkan jumlah penduduk tertentu secara absolut maupun


relatif (dalam persen).Pemilihan skala perbandingan sangat tergantung pada
jumlah penduduk

suatu negara. Penyajian piramida penduduk dalam persentase pada sumbu


horizontal tiap skala merupakan angka persentase tertentu dari jumlah penduduk
yang terdapat pada penggolongan umur pada sumbu vertikal. Pada bagian kiri
sumbu vertikal digambarkan jumlah penduduk laki-laki dan bagian kanan jumlah
penduduk perempuan. Karakteristik penduduk suatu negara dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok:

 Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
Umumnya tipe ini terdapat pada negara–negara yang mempunyai angka kelahiran
angka kematian tinggi. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran
dan sudah mulai menurunnya tingkat kematian.

 Konstruktif, jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya


sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat kelahiran turun
dengan cepat, dan tingkat kematian rendah.

 Stasioner, jika banyak penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama,
kecuali ada kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang
mempunyai tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah.

2. Kegunaan piramida penduduk


Dengan mengetahui tingkatan jumlah penduduk berdasarkan piramida penduduk,
bagi beberapa negara berfungsi untuk:

1. Membuat dan menentukan kebijakan bagi pemerintah dalam meningkatkan


kualitas masyarakatnya. Sehingga masyarakat memperoleh kehidupan yang
sejahtera yang merupakan tujuan dari pemerintah.

2. Menunjukan gambaran mengenai kondisi kependudukan di suatu negara atau


wilayah.

3. Mendapatkan data dan fakta sebenarnya mengenai jumlah penduduk di suatu


wilayah atau negara.

4. Merupakan data kependudukan terpenting untuk melakukan pembangunan


negara atau wilayah.

5. Mempermudah dalam mempelajari jumlah penduduk di dalam suatu wilayah

3. Faktor yang mempengaruhi piramida penduduk

1. Kelahiran (fertiitas)
2. Kematian (mortalitas)
3. Migrasi penduduk

TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan parameter


demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi Zelinsky(1971) menyatakan
bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan transisi
demografi terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda deengan
Zelinsky, Notenstein (1945) menegaskan bahwa transisi demografi hanya
memperhatikan perubahan vertilitas dan mortalitas atau dengan kata lain disebut
sebagai perubahan secara alamiah. PBB (1989) membagi transisi demografi
kedalam empat tahap yaitu
1. Pada tahap pertama angka fertilitas kelahiran masih sangat tinggi, ditandai
dengan indikator Total Fertility Rate (TFR) diatas enam dan angka
mortalitas kematian juga tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir
rendah yaitu kurang dari 45 tahun. Pada tahap ini laju pertumbuhan
penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung sangat
tinggi dan tidak terkendsali setiap tahunnya. Berbagai faktor penyebab
kematian ikut mempengaruhi diantaranya adanya perperangan, gagal
panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga harga pangan serta
meluasnya wabah penyakit menular.
2. Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunya angka mortalitas dengan
cepat karena penemuan obat obat antibiotik, revolusi industri dan
kemajuan teknologi. TFR pada tahap ini berkisar antara 4,5- 6,
sedangkan usia harapan hidup wqaktu lahir berkisar antara 45 – 55 tahun.
3. Tahap tiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi
penurunannya mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55 –
65 tahun, sedangkan TFR mengalami penurunan dengan cepat sebagai
akibat adanya program keluarga berencana dan tersedianya alat
kontrasepsi secara luas.
4. Tahap ke empat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah
rendah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap
ini usia atau angka harpan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR
dibawah tiga. Proses transisi demografi dianggap berakhirn nketika
fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) = 1. Tahap ini biasanya
dialami oleh negara yang sudah maju.
Transisi vital menurut Chesnais (1992) ada 3 Tipe yaitu tipe I
terdapat pada kelompok negara maju di Eropa. Tipe ini memiliki dua ciri
khas yaitu: ( 1 ) angka pertumbuhan alami tidak pernah lebih dari 2 persen
per tahun; ( 2 ) tahap transisi berlangsung amat lama antara 75 sampai 200
tahun. Angka pertumbuhan penduduk alami dihitung hanya berdasarkan
selisih antara kelahiran dan kematian. Angka pertumbuhan alami pada
awalnya meningkat perlahan, kemudian mencapai puncak dan
selanjutnya menurun dengan perlahan pula. Tipe I ini terdiri dari 3 model
yaitu pertama model Nordik, yaitu negara - negara yang mempunyai masa
transisi vital yang sangat lama yang mencapai hampir satu setengah abad .
Swedia termasuk dalam tipe ini . Kedua , model Barat dengan
pertumbuhan alami tertinggi dicapai pada sekitar tahun 1900 dan transisi
ditempuh dalam waktu 1 abad , Jerman menjadi salah satu negara yang
masuk dalam kelompok ini. Ketiga , model Selatan, dengan masa transisi
selama 70 sampai dengan 90 tahun . Italia termasuk ke dalam mode l ini
dengan angka pertumbuhan alami mencapai 1,25 yang dicapai pada
sekitar tahun 1900.
Tipe II meliputi negara-negara Amerika, Kanada dan Australia.
Negaranegara ini mempunyai angka pertumbuhan alami tertinggi
mencapai 1,5%. Kondisi ini dipengaruhi oleh penduduk muda dan
penduduk tua. Meskipun struktur penduduknya muda tetapi hampir tidak
ada perubahan dalam pertumbuhan alami dan justru menunjukkan adanya
tren penurunan pertumbuhan penduduk.
Tipe III hampir mirip dengan tipe II tetapi proses transisi vital yang
terjadi belum selesai. Negara berkembang termasuk ke dalam tipe ini,
yaitu negara yang mempunyai angka pertumbuhan masih sangat tinggi
(lebih dari 3 persen per tahun), negara yang mempunyai pertumbuhan
alami tinggi yaitu antara 2,5 persen sampai dengan 3 persen dan negara
dengan pertumbuhan alami sedang yaitu antara 2 persen sampai dengan
2,5 persen. David Lucas (1982) menyebutkan bahwa transisi demografi
terjadi dalam 5 tahapan yaitu:

Tahap 1, disebut sebagai tahapan stasioner tinggi, di mana tingkat kematian dan
tingkat kelahiran sangat tinggi, sehingga pertumbuhan alamiah sangat rendah atau
mendekati nol. Jaman ini pernah dialami oleh negara-negara di Eropa pada abad
ke 14.

Tahap 2, disebut dengan awal perkembangan di mana angka kematian menurun


sangat lambat seperti yang dialami India pada masa perang dunia kedua.

Tahap 3, atau tahap akhir perkembangan yang menunjukkan masa di mana angka
kematian sudah menurun sangat cepat dan lebih cepat dibandingkan penurunan
angka kelahiran, sehingga pertumbuhan alami meningkat dengan cepat. Kondisi
ini pernah dialami oleh Eropa selatan dan Timur sebelum Perang Dunia ke II dan
India setelah PD ke II.

Tahap 4, adalah tahapan stasioner rendah di mana angka kelahiran dan Angka
kematian sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan alami juga rendah. Kondisi
ini pernah dialami oleh Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat pada akhir
tahun 1939-an.

Tahap 5, tahap menurun di mana angka kelahiran telah rendah tetapi angka
kematian lebih tinggi daripada angka kelahiran, sehingga pertumbuhan alami
negatif. Hal ini pernah dialami oleh negara negara Prancis sebelum PD II, Jerman
Timur dan Barat pada tahun 1975.

Selanjutnya dikatakan bahwa teori transisi ini mengandung beberapa kelemahan,


karena pada masa tersebut di Eropa Barat terdapat berbagai variasi fertilitas
maupun mortalitas, yang disebabkan oleh pola perkawinan yang berbeda dan
beberapa negara telah dapat mengatur fertilitasnya. Proses penurunan tingkat
kematian dan kelahiran tidak sesederhana seperti dalam transisi vital, terutama
jika dilihat dari faktor-faktor penyebabnya. Di Eropa penurunan tingkat mortalitas
disebabkan oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi, sedangkan di negara-negara
berkembang, proses transisi demografi lebih disebabkan oleh intervensi
pemerintah dan penyediaan obat dan alat kesehatan untuk mengatur jumlah
keakhiran.
DAMPAK MASALAH GIZI TERHADAP KOMPOSISI PENDUDUK

Data dari study lapangan mampu menjawab analisis karakteristik


dan resiko penderita gizi buruk karena jumlah sample yang relatif besar
dengan modul gizi yang dikembangkan dari rekomendasi World Health
Organizatiton (WHO). Dimana alat ukur WHO sesuai dengan tabel gizi
yaitu berat badan dan umur balita. Dengan mengunakan model logistic
didapatkan hasil nilai G atau -2 In likelihood sebesar 179,371. Cox &
Snell R Square bernilai 0,214 dan Nagelkerke R Square bernilai 0,298.
Bila analisis statistik dilakukan, sebenarnya data ini hanya menerangkan
29,8% variabel dependent terhadap variabel independent sedangkan
sisanya diterangkan oleh variabel lain. Tapi ini dapat diabaikan karena
analisis lebih diarahkan untuk melihat Odd Ratio.
Selanjutnya, akan didapat dua pendekatan dalam model logistic
yaitu Odd Ratio dan pengujian dengan mengunakan Uji Wald. Odd Ratio
menunjukan seberapa besar peluang yang didapatkan dalam uji variabel.
Sedangkan Uji Wald menunjukan hubungan signifikasi variabel, dengan
melakukan perbandingan nilai uji wald dengan tabel χ2 akan menunjukan
signifikasi variabel. Selanjutnya ini akan dianalisis satu persatu sesuai
dengan tabel 2.
(1) Komunitas (Com). Terlihat dari hasil persamaan regresi logistic
dimana daerah yang memiliki probability yang tinggi terhadap penderita
gizi buruk adalah daerah nelayan dengan resiko (Odd Ratio) sebesar 3,279
kali lebih besar dibanding komunitas lain seperti pertanian dan perkebunan
serta perkotaan.
(2) Usia Kepala Rumah Tangga (USIA KRT). Data menunjukan
bahwa resiko gizi buruk pada balita paling tinggi terjadi pada kepala
rumah tangga dengan usia muda yaitu usia 24 tahun kebawah dengan
probability sekitar 1,298 kali lebeih besar dibanding usia lain. Munculnya
kondisi ini akibat kurangnya pengetahuan kepala rumah tangga terhadap
gizi. Ini merupakan indikasi dari persoalan kawin muda sehingga kesiapan
secara pengetahuan dalam menempuh hidup berumah tangga belumlah
siap. Selanjutnya semakin besar usia kepala rumah tangga semakin kecil
resiko anak untuk menderita gizi buruk.
(3) Pendidikan Kepala Rumah Tangga (EDU KRT). Sesuai dengan
teori kesehatan dan gizi bahwa pendidikan mempengaruhi kualitas gizi
anak. Ketika pendidikan kepala rumah tangga rendah maka pengetahuan
mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola
konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik. Kondisi ini ditemukan
dalam kasus gizi di Sumatera Barat. Orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah (SD/tidak tamat SD) memiliki resiko yang besar terhadap kualitas
gizi anak, dimana probability resiko gizi buruk 5,699 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi yaitu
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Selanjutnya semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua semakin kecil resiko anak balita terkena gizi buruk.
(4) Jumlah Anggota Rumah Tangga (JART). Hasil temuan
menunjukan hal yang unik bahwa semakin besar anggota rumah tangga
semakin rendah resiko anak balita menderita gizi buruk. Padahal bila
dilihat dari beban tanggungan keluarga sebenarnya semakin sedikit beban
tanggungan semakin baik asupan gizi anak. Kondisi terjadi akibat dari
besarnya tingkat produktivitas dari rumah tangga dengan jumlah anggota
yang banyak. Ada indikasi anak dilibatkan dalam membantu ekonomi
rumah tangga sehingga total pendapatan rumah tangga menjadi meningkat.
Selanjutnya peningkatan pendapatan mempengaruhi terhadap pola
konsumsi terutama gizi. Sehingga semakin banyak anggota rumah tangga
resiko gizi buruk pada balita semakin berkurang. Tapi hasil ini lebih dalam
dianalisis pada bab selanjutnya menurut komunitas karena ada kelemahan
bahwa variabel JART tidak signifikan secara statistik.
BAB III

KESIMPULAN

Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat


berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang
sama. Ada bermacam-macam komposisi penduduk, seperti: komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan, bahasa dan agama. Pengelompokkan penduduk atau komposisi
penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan
pembuatan program dalam mengatasi masalah- masalah di bidang kependudukan

Anda mungkin juga menyukai