Anda di halaman 1dari 21

KEPENDUDUKAN

Oleh Kelompok 3 :
1. NAUVAL DZIKRI GOFARI
2. NADHIVA MAZAYA NABILAH
3. NOVA FARHAT TAQIYAH
4. RENI NUR’ASIH
5. NAYLA LAYINATUN NAFISAH BILQIS
6. RAFI MAULANA GUNAWAN
7. MUHAMMAD FIKRI ASH SHYDDIQY

PENUGASAN MAKALAH
PENELITIAN GEOGRAFI
SMAN 1 MAJALENGKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka tugas ini dapat diselesaikan.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penyusunan tugas ini hingga selesai, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan tugas ini.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal
yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa yang besar dan kuat di era globalisasi bukan karena bangsa
tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar atau banyak dengan daya saing
dan produktivitas rendah, melainkan bangsa yang memiliki Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Terutama dalam
percaturan dunia, seperti pada bidang ekonomi, politik dan pengembangan
teknologi, mulai dari hilir hingga hulu.

Sejarah membuktikan, tidak ada satu pun bangsa atau negara di dunia ini
yang maju, modern dan rakyatnya sejahtera karena bangsa itu memiliki kekayaan
alam yang berlimpah. Semua bangsa atau negara yang maju, sejahtera dan modern
sejak dulu, sekarang, dan yang akan datang adalah karena mereka memiliki SDM
yang unggul, berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan begitu akan mampu
melakukan inovasi secara kreatif dan cerdas dalam mengelola sumber daya alam
(SDA) yang bernilai tinggi bahkan mampu menciptakan Sumber Daya Buatan
(SDB) dengan nilai tambah (added value) yang sangat tinggi.

Pertambahan nilai pada SDA dan SDB yang optimal akan mampu
mereduksi bahkan menghilangkan eksploitasi SDA seperti yang banyak terjadi
khususnya pada negara-negara berkembang. Ini berarti bahwa di tangan SDM
yang berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi maka pengelolaan dan
pemanfaatan SDA akan sustainable (berkelanjutan), kerusakan lingkungan dapat
diminimalisasi, dan kesejahteraan rakyat suatu bangsa akan tercapai. Dengan
demikian, pengembangan SDM bagi suatu negara adalah suatu keniscayaan atau
keharusan. Sebab pengembangan SDM adalah investasi negara yang akan
menentukan kemajuan bangsa tersebut, kini dan di masa depan. Pengembangan
itu dilakukan melalui kebijakan-kebijakan politik dalam sebuah negara.

1.2. Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang di atas maka yang menjadi ruang lingkup
dalam penelitian ini adalah mengenai kependudukan dalam masyarakat. Adapun
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana memastikan berapa jumlah penduduk dari penambahannya?


2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi penduduk?
3. Bagaimana upaya pengendalian jumlah penduduk?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hubungan kependudukan di suatu negara terhadap sistem


politik di negara tersebut.
2. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk dengan kebijakan politik di suatu
negara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penduduk

2.1.1. Pengertian Dasar Tentang Kependudukan

Para ahli membedakan antara ilmu kependudukan (demografi) dengan


studi-studi tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal dari
bahasa Yunani Demos: penduduk dan Grafien: tulisan atau dapat diartikan tulisan
tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan
komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari
waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang
bersifat kualitatif. Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut
Formal Demography-Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-
hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih
banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik.
Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis
perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya
dengan situasi sosial di sekitarnya.

2.1.2. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Kependudukan

Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu


kita perhatikan adalah cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah
mobilitassosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor
penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (pengubah) yang dapat
menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat
tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang
hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (pengubah)
sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan
berbagai kemungkinan

akibat-akibatnya. Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat


berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat. Bagi pemerintah informasi
tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik
untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan
atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan
juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan
informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.

Teori Kependudukan

1. Teori Sosial

2. Teori Natural

3. Teori Transisi Demografi

Teori Sosial

1.Robert Malthus (pesimistis)

An Essay on Population :

Penduduk berkembang menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, …), sedangkan bahan


pangan berkembang menurut deret hitung (1, 2, 3, 4…).

Kelemahan :

 Tidak memperhitungkan kemajuan transportasi


 Tidak memperhitungkan kemajuan bidang teknologi (terutama pertanian)
 Tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran.

2. Arsene Dumont (kapilaritas sosial)


Dimana manusia selalu ingin meningkatkan status sosialnya. Semakin
tinggi status sosialnya, semakin enggan memproduksi anak dan makin lepas dari
lingkungan natural dan keluarganya.

Teori Natural

1. Raymond S. Pearl (sudut pandang naturalistik)

Arah pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal, akibat pengaruh


kepadatan penduduk di ruang hidup. Semakin tinggi kepadatan penduduk, maka
tingkat fertilitas berkurang. Jika ada perubahan, misalnya sistem ekonomi
berubah, maka akan terbentuk kurva normal yang baru.

2. Gini (sudut pandang statistik biologi)

Pertumbuhan penduduk mengikuti kurva parabola matematik. Mula-mula


pertumbuhan cepat, mencapai kedewasaan, kemudian tua dan menurun jumlahnya
berdasarkan kondisi sel-sel tubuh manusia. Turunnya daya reproduksi karena
kelelahan psikologis akibat persaingan dalam masyarakat.

3. T. Sadler dan Thomas Doubleday (sudut pandang fisiologis)

Sadler mengemukakan, bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh


jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah atau negara. Jika kepadatan penduduk
tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan
penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat.

Teori Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya
berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding
terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa
daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang
tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi
manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan
mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan
mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar(Iskandar, 1980).
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang
bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor
pengekang perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah, sering kali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar,
sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah
keluarganya kecil.

Teori Transisi Demografi

Teori ini menggambarkan empat proporsi yang saling berhubungan yang


dinyatakan menurut tahap-tahap sesuai dengan pertumbuhan dan berubahnya
keadaan penduduk.

Tahap 1: Jika Angka kematian tinggi sebanding dengan angka kelahiran,


menghasilkan angka pertumbuhan nol (zero).

Tahap 2: Jika Angka kematian menurun tidak disertai dengan penurunan angka
kelahiran, maka akan menghasilkan angka pertumbuhan yang positif dan
meningkat terus.

Tahap 3: Jika Angka kematian terus menerus dan disertai dengan menurunnya
angka kelahiran, maka akan menghasilkan pertumbuhan yang positif akan tetapi
menurun.

Tahap 4: Jika Angka kematian dan angka kelahiran juga rendah, maka hasilnya
adalah pertumbuhan yang semakin berkurang yang pada akhir akan mencapai nol
(zero).

2.2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di dunia selalu menunjukkan angka yang positif.


Artinya tingkat penduduk yang lahir (natalitas) lebih banyak daripada angka
penduduk yang mati (mortalitas) dan juga jumlah penduduk dalam tingkat migrasi
lebih mengarah pada angka dimana penduduk pendatang lebih banyak daripada
penduduk yang pergi terutama di daerah perkotaan. Pertumbuhan yang sangat
besar ini menjadikan momok tersendiri bagi masyarakat penghuni dunia dengan
segala risiko dari segi perekonomian maupun wilayah yang masih tersedia
dibumi. Terlebih dengan meningkatnya layanan kesehatan dan perkembangan
teknologi di bidang kesehatan maupun layanan masyarakat saat ini, menjadikan
salah satu indikator menurunnya tingkat kematian (mortalitas) jika dibandingkan
dengan beberapa dekade silam, terutama saat-saat setelah perang dingin.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut daya produksi yang tinggi


dalam rangka untuk menanggulangi atau memenuhi hajat hidup masyarakat
tersebut. Banyak negara-negara di dunia yang tergerus oleh inflasi maupun
kemiskinan jangka panjang dikarenakan tidak sesuai dengan pertumbuhan
penduduk yang terjadi di negara tersebut.

Contohnya di bidang ekonomi Indonesia, kemiskinan dan krisis moneter


tidak bisa dielakkan lagi dengan salah satu penyebabnya adalah tidak
seimbangnya tingkat produksi dengan tingkat pertumbuhan penduduknya.

Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1980-


1990mencapai angka 1,98 % dan pada periode 1990-2000 mencapai 1,49 %.
Angka ini menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara dengan
kepadatan penduduk yang relatif besar. Pada tahun 2000 saja Indonesia sudah
memiliki penduduk sebesar 206.264.595 jiwa. Namun, dengan jumlah penduduk
Indonesia yang besar tersebut, perekonomian Indonesia masih tergolong lambat
pertumbuhannya. Dengan artian negara ini masih dalam lembah kemiskinan atau
belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.

Fenomena di atas berbeda dengan China yang juga berkependudukan


tinggi. Namun, tidak bernasib sama seperti Indonesia. Pertumbuhan
perekonomian China relatif besar, terbukti tahun antara tahun 1980 sampai 2005,
perekonomian China tumbuh hingga angka 10% dan pada tahun 2009 mencapai
8,9%. Angka ini merupakan angka yang lebih besar dari prediksi para ahli
ekonomi negara tersebut. Perkembangan perekonomian China terus membaik
semenjak periode1980-an. Padahal di awal tahun 1990-an, penduduk keturunan
China bertambah1% di Filipina, di Indonesia meningkat sebesar 2-3 %, di
Thailand mencapai 10%dari total penduduk Thailand, dan di Malaysia hingga
sepertiga dari total penduduk Malaysia.

Dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa, China berhasil menjadi
salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Bahkan,
dipercaya akan memimpin kekuatan perekonomian dunia bersama Korea dan
Jepang menggusur dominasi Amerika serikat sebagai negara super power saat ini.
Sukses negara berjuluk „Tirai Bambu‟ ini tidak lepas dari banyaknya penduduk
yang dimiliki ditambah lagi dengan keturunan penduduk China yang tersebar di
seluruh negara-negara belahan dunia.

2.2.1. Penduduk Mempengaruhi Kebijakan Politik Sebuah


Negara

Penduduk mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan sebuah


negara. Penduduk adalah objek sekaligus subjek dari pembangunan dalam sebuah
negara. Penduduk sebagai objek pembangunan artinya bahwa tujuan
pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai
subjek pembangunan, penduduk sebagai pelaku yang akan melaksanakan
pembangunan. Secanggih apa pun teknologi yang digunakan, sebesar apa pun
modal fisik yang tersedia, jika penduduk tidak mempunyai nilai lebih dalam
melaksanakan pembangunan (tidak berkualitas), maka dapat dikatakan bahwa
negara tersebut sulit untuk maju. Jadi penduduk di sini sebagai salah satu modal
yang terpenting dalam membangun sebuah negara. Dimana setiap individu
seharusnya mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kemampuan
inovasi.

Dalam hal ini negara/pemerintah dapat mengembangkan SDM melalui


berbagai macam cara, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.
Tanpa mengabaikan fungsi yang lainnya maka pendidikan dan penguasaan
teknologi adalah prasyarat utama dalam menghadapi era yang semakin canggih.
Saat ini telah diakui bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) suatu
negara adalah unsur pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan serta untuk
penggunaan yang efektif atas sumber daya modal fisiknya. Investasi dalam bentuk
modal manusia (human capital) adalah komponen integral dari semua upaya
pembangunan.

2.3. Studi Kasus: Republik Rakyat China (RRC)

2.3.1. Profil Negara Republik Rakyat China

Republik Rakyat China merupakan sebuah negara yang berpaham


komunis, terletak di Asia Timur yang beribu kota di Beijing dengan kota besar
yang terkenal, Shanghai. Negara ini adalah negara dengan kapasitas penduduk
terpadat di dunia. Sensus penduduk pada tahun 2000 sekitar 1.242.612.226 jiwa
dan diperkirakan pada tahun 2010 sebesar 1.338.612.968 jiwa. RRC merupakan
salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Peradaban China kuno
merupakan salah satu peradaban termasyhur di tanah Asia. Dalam sejarah,
kawasan China kuno ini meliputi wilayah “Zona Tionghoa” yang terdiri dari
Korea, Vietnam, pulau Liu Chin. Sekarang kawasan-kawasan ini menjadi negara-
negara yang bebas terbentang dari negara RRC, Korea ( Utara dan Selatan),
Hongkong, Singapura dan Taiwan. Negara-negara bekas kawasan China kuno ini
telah bermetamorfosis menjadi negara-negara adidaya kawasan Asia, menemani
negara tetangga, Jepang. Jepang sendiri pada masa kuno menguasai kawasan
“Zona Asia Dalam” yang meliputi non-China, Manchu, Mongol, Uighur, Turki,
dan Tibet.
2.3.2. Penduduk China Kuantitas Penduduk

Kuantitas Penduduk

1. Pertumbuhan penduduk negara ini adalah 0,8% setiap tahun.

2. Sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan.

Kualitas Penduduk

1. penduduknya sebagian besar sudah tamat SLTA.

2. Angka harapan hidup penduduknya adalah 71 tahun.

3. Penduduknya mempunyai pendapatan per kapita $ 7.640.

2.3.3. Kebijakan Pemerintah China Terkait Masalah


Kependudukan

Pemerintah China telah menggunakan beberapa metode untuk


mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1979, China memulai
“kebijakan satu anak per keluarga”. Kebijakan ini menyatakan bahwa
warganegara harus mendapatkan akta kelahiran sebelum kelahiran anak mereka.
Warga akan ditawarkan manfaat khusus jika mereka sepakat untuk hanya
memiliki satu anak. Warga negara yang memang memiliki lebih dari satu anak
akan dikenakan pajak sampai 50% dari pendapatan mereka, atau dihukum
kehilangan pekerjaan atau manfaat lainnya. Selain itu, kehamilan yang tidak
direncanakan atau kehamilan tanpa otorisasi yang tepat akan perlu dihentikan.
Pada tahun 1980,sistem kuota kelahiran didirikan untuk memantau pertumbuhan
penduduk. Di bawah sistem ini, pemerintah menetapkan tujuan target untuk setiap
wilayah. Pejabat lokal bertanggung jawab untuk memastikan bahwa populasi total
pertumbuhan tidak melebihi target sasaran. Jika target sasaran tidak dipenuhi, para
pejabat lokal dihukum oleh hukum atau oleh hilangnya hak istimewa.

Metode pengendalian populasi. Metode lain yang telah digunakan oleh


pemerintah China untuk membatasi meningkatnya total populasi, termasuk
program pengendalian kelahiran dan perubahan ekonomi. Pada era ’80-an, tujuan
sterilisasi telah ditetapkan dan diwajibkan bagi orang yang memiliki dua anak.
Pada puncaknya pada tahun 1983, tercatat legasi tubal, vasektomi dan aborsi
meningkat hingga sebesar 35% dari total kelahiran. Selain itu, perekonomian
utama berubah dari pertanian ke industri. Pemerintah menggunakan ini sebagai
keuntungan dalam menyebarkan pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi akan
menghambat pertumbuhan populasi.

Masalah yang terkait dengan kebijakan kependudukan. Ada banyak


masalah yang terkait dengan kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pejabat
China. Pertama, program ini sulit untuk diterapkan dan hanya menghadirkan
sedikit kesuksesan. Pejabat lokal yang bertanggung jawab atas total pertumbuhan
telah memalsukan laporan untuk menghindari hukuman. Akibatnya, tidak adanya
laporan jumlah kelahiran sebanyak 27% pada tahun 1992. Selain itu, sesuai
dengan sistem kuota kelahiran masih rendah. Dari 14.808 bayi lahir antara 1980-
1988, hanya sekitar setengah yang memiliki izin kelahiran sesuai hukum. Mereka
yang lahir dengan legal, 88% adalah anak pertama yang kemudian diizinkan lahir.
Selanjutnya, jika anak kedua lahir, hanya 11% yang diizinkan. Terakhir, orang-
orang dari masyarakat pedesaan, yang ingin memiliki keluarga yang lebih Besar
untuk membantu peternakan keluarga, tidak bisa menaati sistem kuota kelahiran.

Konsekuensi sosial dan politik. Pemerintah China juga harus berurusan


dengan pergolakan politik dan sosial sebagai akibat dari kebijakan yang ketat.
Amerika Serikat, serta banyak negara lain, secara terbuka telah menyatakan
ketidaksetujuan mereka dengan para pemimpin China untuk kebijakan sterilisasi
mereka. Selain itu, warga China telah membalas dengan aksi kekerasan terkait
dengan kebijakan satu anak. Akhirnya, preferensi budaya untuk anak-anak telah
menyebabkan sejumlah besar insiden pembunuhan bayi perempuan. Akibatnya,
pemerintah China telah mengambil kebijakan "daughter only household" yang
memungkinkan pasangan pedesaan yang awalnya memiliki anak perempuan
pertama diizinkan untuk memiliki anak kedua.

Manfaat sosial dan ekonomi. Selama lima puluh tahun terakhir, China
telah meningkatkan standar hidup dengan tetap menurunkan tingkat pertumbuhan.
Akses ke sumber daya alam telah meningkat secara drastis sejak tahun 1980.
Menurut State Family Planing Commission (SFPC), cakupan air ledeng telah
meningkat dari 84% persen menjadi 94% dalam lima belas tahun terakhir. Selain
itu, cakupan gas alam telah meningkat dari 16% menjadi 73%. Selain itu, cakupan
medis telah diperluas untuk mencakup kelahiran dan asuransi kompensasi pekerja
bagi para ibu yang mengikuti kebijakan kelahiran di China. Pada tahun 1998, 19%
penduduk China menggunakan kebijakan ini. Manfaat lainnya adalah peningkatan
harapan hidup rata-rata dari 35 tahun pada tahun 1949 menjadi 70 tahun pada
tahun 1996, dan menurunkan angka kematian bayi dari 200:1000 menjadi
33:1000.

Hasil di masa depan. Reformasi serius adalah yang diperlukan


untuk memastikan bahwa penduduk China tidak akan terus tumbuh. Kebijakan
yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan urbanisasi dapat membantu
China untuk mencapai target populasi. Sejak tahun 1980, China telah menyadari
pentingnya kolaborasi antar lembaga, dan itulah yang membuat SFPC terbentuk.
Lembaga ini, bersama dengan yang lain bertugas mengumpulkan informasi
tentang total populasi dan membantu pemerintah untuk melaksanakan kebijakan.
Proyeksi pertumbuhan penduduk China diperkirakan sekitar 1,5 miliar pada
tahun2025 (PRB 7). Angka ini akan terus meningkat, dan beban sosial dan
ekonomi akan terus mewabahi semua orang yang tinggal di China.
2.3.4. Kemajuan China

Jika dilihat dari sudut perekonomian dan tatanan kenegaraan, China


telahmelewati tiga fase panjang dalam sejarah perekonomian maupun
kenegaraannya setelah bangsa ini berubah menjadi negara reformasi. Pertama
berkisar pada tahun1946-1976, merupakan era Mao Zedong. Negara China pada
masak pemerintahan Mao cenderung tertutup dari politik luar negeri maupun
perekonomian luar negeri. Segala kebijakan yang berkenaan dengan politik,
budaya, maupun pendidikan hanya diputuskan di pusat pemerintahan, yakni di
Beijing dan dilandaskan pada ajaran Mao (Maoisme). Atas ketertutupan inilah
maka China dijuluki sebagai “Negara Tirai Bambu”.

Fase kedua yang berkisar pada tahun 1978-2008 merupakan fase


kepemimpinan Deng Xioping. Pada masa kepemimpinannya negara China
cenderung terbuka baik dalam perekonomian maupun dalam berpolitik di kancah
domestik maupun internasional. Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang
sangat dikagumi rakyat dalam kepemimpinannya. Kepandaiannya dalam
berpolitik dan berdiplomasi sangat hebat. Seorang negarawan Malaysia, DR.
Mahathir Muhammad dalam A Globalization With Commen Development
(Oktober 2001) mengatakan “Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu pria
terhebat abad ke-20 adalah Deng Xiaoping, bapak dari empat modernisasi China.
Petuah-petuahnya harus selalu ada di benak kita bila berbicara tentang isu-isu
besar dunia, bahkan untuk selamanya”.

Dari pernyataan DR. Mahathir telah digambarkan betapa besarnya sosok


pemimpin Deng Xiaoping dimata kawan maupun lawan berpolitiknya. Pemimpin
China yang satu ini juga memberikan andil yang besar atas kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh keputusan pemerintah pusat. Dalam perekonomian misalnya,
Deng berani mengambil suatu kebijakan yang krusial, yakni sedikit melenceng
dari rambu-rambu paham sosialis. Deng berkata dalam pidato kenegaraannya
“Tidak penting seekor kucing itu berwarna hitam maupun putih, yang penting
adalah seekor kucing bisa menangkap tikus”.
Ucapan Deng tersebut ditujukan untuk menanggapi kritikan negara-negara
sosialis yang tidak mengakui kepemilikan maupun kekayaan individu, meliputi
negara-negara bekas Uni Soviet. Pada awalnya, China merupakan negara yang
berpaham sosialis dalam tatanan perekonomian mereka, namun Dengan
memerintahkan orang-orang pemerintahan di bawahnya untuk mengambil
beberapa kebijakan yang baik dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negaranya,
walaupun harus bertentangan dengan kebijakan kaum sosialis pada umumnya.
Namun China masih mengklaim dirinya sebagai negara sosialis dan kebijakan
perekonomian yang diambil juga mayoritas mencerminkan ke sosialismenya.

Selain kebijakan di bidang perekonomian, Deng juga mengambil


kebijakan di dalam menanggulangi masalah Over-population. Deng menerapkan
kebijakan satu anak bagi setiap keluarga di China. Kebijakan yang kemudian
dijadikan sebagai peraturan negara, diambil atas dasar kekhawatiran pemerintahan
terhadap meledaknya jumlah penduduk di China. Akan tetapi kebijakan ini tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Peraturan satu anak hanya
berjalan dipusat-pusat perkotaan, sementara di desa dan daerah-daerah pelosok
masih belum bisa dilaksanakan oleh masyarakat. Mengingat pada waktu itu
pedesaan cenderung membutuhkan anak laki-laki untuk menggarap tanah yang
warga miliki.

Kepemerintahan Deng juga membuat revolusi dibidang pendidikan. Pada


awal mula dia memerintah Republik Rakyat China, Deng sangat memperhatikan
pendidikan di negaranya. Deng berkata dalam pidato di depan masyarakat China
(1978) : “Bila China ingin memodernisasi perindustrian, pertanian, dan
pertahanan, maka yang harus dimodernisasikan dulu adalah sains dan teknologi
Serta menjadikannya kekuatan produktif”.

Fase ketiga adalah masa-masa generasi penerus, pada tahun 1992-


2003China diperintah oleh Jiang Zemin/Zhu Rongji dan diteruskan lagi oleh duet
HuJianto/Wen Jiabo sejak tahun 2003 sampai sekarang. Hu/Wen tetap
menjalankan landasan-landasan dan juga cita-cita yang dirintis oleh Deng
Xioping. Kebijakan-kebijakan yang diambil Hu/Wen mencerminkan betapa Deng
sangat hidup di hati masyarakat China. Hu/Wen juga bisa menghantarkan China
hingga saat ini.

Keberhasilan China dalam perekonomian sudah terbukti kredibilitasnya.


Terbukti sejak tahun 1980 hingga saat ini. China masih terus tumbuh dengan rata-
rata angka pertumbuhan perekonomian yang hampir mencapai dua digit setiap
tahunnya. Perindustrian China telah melakukan terobosan-terobosan baru dalam
memasuki pasar perindustrian. Semua ini didukung oleh sumber daya manusia
yang tinggi juga aliran dana yang masuk dari kalangan investor baik investor
domestik maupun luar negeri.

Besarnya FDI (Foreign Direct Investment) yang masuk ke negeri China


menjadi salah satu faktor pemicu berkembangnya perindustrian China yang
modern. Dengan kuatnya modal yang dimiliki China, maka perindustrian akan
terbantu karena ada dana yang cukup besar untuk menggerakkan sektor produksi
China yang tentunya akan meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) sehingga
mampu meningkatkan perekonomian.

China sangat pintar dalam menarik investor asing untuk berinvestasi,


tercatat pada awal Maret 2009 China mendapatkan kurang dari 100 juta dolar FDI
yang berpengaruh 3,4% dari total keseluruhan PDB. Mayoritas dari FDI ini
datang dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Taiwan,
Hongkong, maupun investor yang notabene adalah penduduk keturunan China
yang tinggal di belahan dunia. Loyalitas para keturunan China terhadap negara
asal nenek moyangnya memang tidak diragukan lagi. Sebanyak 68,3% dari FDI
berasal dari Hongkong,9,3% berasal dari Taiwan dan sisanya dari investor negara
lain yang juga mayoritas merupakan keturunan penduduk China yang berhasil di
negara-negara lain.

Di sinilah sebenarnya kekuatan China, selain kebijakan yang diambil oleh


pemerintah dalam urusan birokrasi yang sangat mudah, terutama dalam urusan
penarikan dana bantuan dari luar negeri, solidaritas dari penduduk keturunan
China yang tinggal di negara lain memiliki pengaruh yang signifikan dalam
menggapai cita-cita pemimpin maupun rakyat China, yaitu mencapai kemakmuran
perekonomian dan menjadi macan Asia bersama Korea dan Jepang yang telah
mendahului mereka sebelumnya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Suatu negara secara umum dikatakan “maju” apabila negara tersebut dapat
menunjukkan adanya teknologi dan industri yang baik, sebab secara umum juga
diakui bahwa negara yang maju dalam teknologi maupun industri akan dapat
bersaing dengan negara lain yang kurang atau tidak maju teknologi maupun
industrinya secara positif.

Keunggulan dalam bidang teknologi dan industri ini adalah sejajar dengan
adanya kemampuan untuk menyerap ataupun untuk menemukan sesuatu yang
baru yang dapat dipakai untuk mempertinggi nilai hasil sumber daya alam yang
ada sehingga akan mendapatkan “nilai tambah” yang pada gilirannya akan
menambah kesejahteraan negara entah itu lewat kebijakan pajak ataupun lewat
penjualan ataupun Royalty yang dibayarkan oleh pemakai jasa dan produksi yang
telah diubah lewat teknologi dan industri yang ada.

Adanya sumber daya manusia yang memadai tidak akan berguna jika tidak
diatur sedemikian rupa agar didapat kemanfaatan yang besar bagi masyarakat dan
Negara secara keseluruhan, karena ini adalah “hasil budaya” dalam kehidupan
manusia.

Sumber daya manusia apabila diatur dengan baik akan dapat menentukan
kemajuan suatu negara dan sumber daya manusia yang ada adalah berkualitas atau
dengan kata lain kualitas sumber daya manusia menentukan kemajuan suatu
negara.

Contoh negara yang mampu mengoptimalkan Sumber daya manusianya


adalah China. China dengan jumlah penduduk tertinggi mampu memanfaatkan
Sumber Daya Manusia secara optimal. Hal tersebut terlihat pada kemajuan
teknologi dan industri China. Hal ini menjadikan perekonomian China terus
meningkat ke arah yang positif.

3.2. Saran

Kita harus mengurangi angka kelahiran yang meningkat setiap tahunnya


dengan cara mengikuti program pemerintah yaitu keluarga berencana dan
menciptakan lapangan pekerjaan yang baru untuk mengurangi angka
pengangguran di Indonesia. Menyediakan fasilitas yang menunjang secara merata
di setiap daerah agar tidak terjadi migrasi yang berlebihan.
Daftar Pustaka

Aurorastevani.wordpress.com/2010/04/05/china-economys-policy-means-

offensive/

christdhawie.blogspot.com/2011/07/teori-teori kependudukan.html

dunia.vivanews.com/news/read/206960-stabilitas-china-diancam-
kebijakan-satu-

anak

file.upi.edu/…/kependdk2_%5BCCompability_Mode%5D.pdf

maps.unomaha.edu/peterson/funda/sidebar/chinapop.html

nesaci.com/teori-dan-pengertian-kependudukan/

Skalanews.com/baca/news/3/0/92065/internasional/”satu-Anak”-berhasil-

pertumbuhan-penduduk-china-melambat.html

www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?
option=com_content&view=article&id=6

673:masa-depan-kapitalisme&catid=42&Itemid=64

Anda mungkin juga menyukai