Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN

              Demografi, secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata


‘demograhie’2terdiri dari dua kata yaitu  demos dan graphien, demos artinya penduduk
dan graphienberarti  catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology  makna demografi
adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu
            Secara epistemology (berdasarkan ilmu pengetahuan) , pengertian demografi  tidak
sesederhana seperti dalam perspektif etimology, kata demorafi diberi  makna lebih spesifik
tentang penduduk, menurut Philip M Hauser dan Dudley Duncan (1959) demografi didefinisikan
sebagai berikut:
            ‘ Demographic is the study of the size, territorial distribution and composition         of
population, changes there in and the components of such canges which     may     be indentified
as natality, territorial movement (migration) and social             mobility’          (change of states)’
terjemahan dari  definisi tersebut  kurang lebih sebagai berikut:
            ’Demografi mempelajari jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi         penduduk,       
perubahan  dan sebab perubahan itu yang biasanya timbul     karena kelahiran,       
perpindahan penduduk, dan mobilitas sosial’
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982)  definisi demografi sebagai
berikut:
            ‘ Demography is the scientific study of human populations in primarily with             the
respect to their size, their structure (composition) and their    development    (change)’
terjemahan dari definisi IUSSP tersebut adalah:
            ’Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk terutama yang          
terkait dengan jumlah, struktur, komposisi dan perkembangan (perubahan) penduduk’
Menurut D.V. Glass  pengertian demografi adalah sebagai berikut:
            ’Demography is generally limited to study of human  population as influenced by
demographic process : fertility, mortality and migration’
Dua definisi tersebut menunjukkan demografi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
penduduk yang berkenaan dengan struktur penduduk dan prosesnya. Struktur penduduk meliputi:
jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah selalu berubah
ubah dan perubahan tersebut disebabkan leh karena adanya proses demografi yaitu kelahiran
(natalitas= natality), kematian (mortalitas = morality) dan perpindahan penduduk
(migrasi= migration).            Demografi sering diidentifikasi menjadi beberapa bagian misalnya
(i) demografi formal, demografi dengan analisis matematis tentu dengan pendekatan kuantitatif
atau orang menyebut statistik penduduk. Analisis demografi ini dapat dengan mudah melakukan
peramalan variabel variabel demografi berdasarkan data sensus penduduk. (ii) demografi sosial,
analitisnya berdasarkan kualitatif.
            Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk sebagai suatu
kumpulan  (agregates atau collection), bukan mempelajari  penduduk sebagai individu. Dengan
demikian  yang dimaksud dengan penduduk adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di
suatu wilayah, seperti yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu
penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota  keluarga, anggota
masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam
batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Kependudukan sebagai studi (Population studies) memberikan informasi yang lebih
komperhensif  mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari munculnya fenomena
demografi, oleh karena itu studi kependudukan membutuhkan disiplin ilmu lain  seperti:
sosiologi, psikologi, sosial-ekonomi, ekonomi, geografi. Studi kependudukan  sebagai studi antar
bidang  memungkinkan untuk dapat  beperan memecahkan persoalan pembangunan yang
menyangkut penduduk sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan.
Berdasarkan pada ruang lingkup kependudukan tersebut pakar kependudukan memberikan
definisi kependudukan antara lain Ananta (1993:22)  sebagai berikut:
•         KEPENDUDUKAN, studi kependudukan  mempelajari variabel-variabel DEMOGRAFI,
juga memperhatikan hubungan (asosiasi) antara perubahan penduduk dengan berbagai variabel
sosial, ekonomi, politik, biologi, genetika, geografi,lingkungan dan lain sebagainya

Definisi kependudukan menurut Ananta (1993:22) tersebut  menunjukkan setidaknya


terdapat dua variabel yang terkait dengan kependudukan yaitu (i) variabel demografi yaitu 
mortalitas (mortality) , fertilitas (fertility) dam migrasi (migration) yang saling mempengaruhi
terhadap jumlah,  komposisi, persebaran penduduk; (ii) variabel non demografi yang dimaksud
misalnya pendidikan, pendapatan penduduk, pekerjaan, kesehatan dll. Secara ringkas hubungan 
demografi dan kependudukan tercatat dalam model berikut:
 Secara yuridis formal diungkapkan oleh UURI No.10, 1992:105. Menurut undang undang
tersebut definisi kependudukan sebagai berikut:
            Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama,           
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi,        kesejahteraan yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta   lingkungan penduduk tersebut.

•         Berdasarkan  UURI  No.10 tahun 1992 tersebut  pengertian penduduk luas dan tegas


yang   menyangkut faktor  demogafi  (jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran)  dan faktor faktor yang mengayangkut mutu kegiatan penduduk (politik, ekonomi,
sosial, budaya, agama, serta             lingkungan).
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Tinggi, Riset Ungkap Sebabnya

SHELA KUSUMANINGTYAS

Kompas.com - 28/03/2018, 20:33 WIB

Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek; Ketua Tim Evidence Summit, Akmal Taher; Ketua
AIPI, Sangkot Marzuki; dan Plt Direktur USAID, Ryan Washburn berfoto bersama seusai
pemaparan temuan kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia, pada Rabu (28/3/2018)
di Jakarta.

KOMPAS.com - Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia ( AIPI) terdorong untuk mencari


penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia. Pasalnya, tingkat kasus kematian ibu dan bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi.

Berdasarkan evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, kasus kematian
ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000 kelahiran. Padahal target
yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102 per 100.000 kelahiran.

AIPI melalui program Evidence Summit memaparkan temuan yang diperoleh tentang kematian
ibu dan bayi baru lahir di Indonesia pada Rabu (28/3/2018) di Jakarta.

Ketua Evidence Summit, Prof DR dr Akmal Taher, SpU (K) berkata bahwa tim peneliti
memanfaatkan data dari 7.831 literatur untuk mengungkap penyebab kematian ibu dan bayi baru
lahir. Penelitian berlangsung dari Juni 2016 hingga Maret 2018.

“Kami lantas membagi dulu faktor apa saja yang diduga menjadi penyebab kematian ibu dan
bayi baru lahir,” ujar Akmal seusai acara.

Dari situ, terungkap bahwa pemicu tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia yakni kualitas pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional, dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan.

Selain faktor tersebut, terdapat pula faktor budaya di mana ketimpangan jender masih menjadi
permasalahan saat perempuan ingin bersalin. Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih
memegang prinsip bahwa perempuan tidak berhak menentukan sendiri proses persalinannya.

Di lapangan, sering ditemukan kasus di mana perempuan yang melahirkan sudah dalam keadaan
darurat sehingga tidak tertolong nyawanya. Ini lantaran keluarga terdekat melarang dirujuk ke
fasilitas medis yang memadai. “Perempuan untuk melahirkan di rumah sakit saja harus menurut
keputusan suami dan keluarga,” ucap Akmal. Baca juga : Bayi Lahir Kurus Rentan Idap
Gangguan Ginjal Saat Dewasa

AIPI lantas mengusulkan kepada Kementerian Kesehatan untuk membentuk komite khusus yang
menangani kasus kematian ibu dan bayi baru lahir. Nama yang diajukan yakni Komite Nasional
Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir.  
Ditemui selepas acara, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila F Moeloek menanggapi
rekomendasi dari AIPI. Menurut dia, tidak menutup kemungkinan komite usulan AIPI
direalisasikan.

“Komite jantung, ginjal, kanker sudah ada di Kemenkes. Namun, komite ibu melahirkan dan
bayi belum ada. Ini mungkin dibuat,” ujarnya.

Lembaga-lembaga terkait nantinya diharapkan bersinergi dalam komite tersebut supaya angka
kematian ibu dan bayi baru lahir bisa ditekan. “Angka kematian ibu dan bayi harus segera diatasi
dengan baik. Barangkali dengan komite ini bisa membantu,” imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Angka Kematian Ibu dan Bayi di
Indonesia Tinggi, Riset Ungkap
Sebabnya", https://sains.kompas.com/read/2018/03/28/203300723/angka-kematian-ibu-dan-bayi-
di-indonesia-tinggi-riset-ungkap-sebabnya. 
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Shierine Wangsa Wibawa
MENGHITUNG PERTUMBUHAN PENDUDUK SUATU WILAYAH

1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk disebut juga dinamika penduduk. Ada 3 klasifikasi pertumbuhan penduduk, yaitu
sebagai berikut.

 Pertumbuhan penduduk termasuk cepat, bila pertumbuhan 2% lebih dari jumlah penduduk tiap tahun.
 Pertumbuhan penduduk termasuk sedang, bila pertumbuhan itu antara 1% - 2%.
 Pertumbuhan penduduk termasuk lambat, bila pertumbuhan itu antara 1% atau kurang.

Pertumbuhan penduduk, yaitu angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam
jangka waktu tertentu dinyatakan dengan persen. 

Keadaan penduduk tumbuh, bila angka kelahiran lebih besar dari angka kematian. Atau jumlah kelahiran lebih
besar dari jumlah kematian. 

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor kelahiran, kematian, dan migrasi yang terdiri atas
emigrasi dan imigrasi. Ada 2 pengertian pertumbuhan penduduk.

a. Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Increase)


Pertumbuhan penduduk alami, yaitu terjadi dari selisih kelahiran dan kematian.

Rumus:

b. Pertumbuhan Penduduk Migrasi Atau Pertumbuhan Penduduk Total


Pertumbuhan penduduk migrasi atau pertambahan penduduk total ialah pertumbuhan penduduk alami
ditambah dengan selisih imigrasi dengan emigrasi.

Rumus:

Keterangan:

P              = jumlah pertumbuhan penduduk

l1             = jumlah kelahiran (fertilitas)

m             = jumlah kematian (mortalitas)

e              = jumlah emigran (orang yang pergi)

l2             = jumlah imigran (orang yang datang)

2. Kelahiran Atau Fertilitas/Natalitas


Kelahiran ialah kemampuan seseorang wanita untuk melahirkan yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang
dilahirkan. Ada beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas) dan yang menghambat
(antinatalitas).
a. Faktor-faktor Pronatalitas
Faktor-faktor pronatalitas antara lain sebagai berikut.

 Kawin dalam usia muda atau di bawah umur, artinya kalau seorang wanita sudah kawin dalam usia
muda, kesempatan reproduksi (melahirkan) lebih lama. Jadi, kesempatan mempunyai anak lebih
banyak.
 Rendahnya tingkat kesehatan. Banyaknya bayi yang meninggal menyebabkan orang tua ada
kecenderungan mempunyai banyak anak. Jadi, bila ada yang meninggal masih ada cadangannya.
 Suatu anggapan: ”banyak anak banyak rezeki”. Ini sebenarnya suatu mitos, yakni anggapan yang
keliru.
 Jaminan untuk hari tua ada yang merawat.
 Masa-masa damai.

b. Faktor-faktor Antinatalitas
Faktor-faktor antinatalitas antara lain sebagai berikut.

 Adanya ketentuan batas umur menikah. Di Indonesia, untuk wanita ditetapkan minimal umur 16
tahun, sedangkan untuk laki-laki batas minimal 19 tahun.
 Adanya program pemerintah yang membatasi kelahiran. Di Indonesia, dengan program KB yang
mulai dicanangkan pada tahun 1970, dengan semboyan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS), 2 anak cukup.
 Adanya anggapan sebagian orang tua ‘orang tua modern’ bahwa anak mau tidak mau menjadi beban
orang tua, lebih-lebih banyak anak.
 Adanya pembatasan tunjangan anak, terutama bagi pegawai negeri.
 Masa-masa perang.

3. Angka Kelahiran dan Angka Kematian


a. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
1) Angka Kelahiran Kasar

Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah bayi yang lahir setiap 1.000
penduduk dalam satu tahun. Untuk mencari angka kelahiran kasar digunakan rumus sebagai berikut.

Di mana:

CBR     = angka kelahiran kasar

L          = jumlah kelahiran selama satu tahun

P          = jumlah penduduk pertengahan tahun

Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi tiga, yaitu:

a) Golongan tinggi, apabila jumlah kelahiran lebih dari 30.

b) Golongan sedang, apabila jumlah kelahiran antara 20 - 30.

c) Golongan rendah, apabila jumlah kelahiran kurang dari 20.

Menurut Wardiyatmoko angka kelahiran kasar (CBR) dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar
29. 

Dibandingkan dengan CBR Asia 25, Thailand 28, Malaysia 27, dan Singapura 25 maka CBR Indonesia masih
relatif tinggi.
Contoh:

Pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan X sebanyak 20.000 jiwa dan jumlah bayi yang
lahir tercatat 900 anak. Berapa angka kelahiran kasarnya?

Jawab:

Angka kelahiran kasar adalah 45, artinya pada setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun terjadi kelahiran
sebanyak 45 bayi.

2) Angka Kelahiran Umum

Angka kelahiran umum atau General Fertility Rate (GFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang
berusia 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun.

Angka kelahiran umum dapat diketahui dengan rumus.

Di mana:

L               = banyaknya kelahiran selama satu tahun

W(15 - 49) = banyaknya penduduk wanita yang berumur 15 - 49 tahun

Contoh:

Di kecamatan X banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun 2006 ada 9.000 orang,
sedangkan jumlah bayi yang lahir 900 anak. Berapakah angka kelahiran umumnya?

Jawab:

Angka kelahiran umum 100, artinya setiap 1.000 wanita berumur 15 - 49 tahun dalam satu tahun terdapat
jumlah kelahiran 100 bayi.

3) Angka Keahiran Khusus

Angka kelahiran khusus atau Age Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya bayi lahir setiap 1.000
orang wanita pada usia tertentu dalam waktu satu tahun. Untuk mengetahui ASBR digunakan rumus sebagai
berikut.

Di mana:

ASBR    = angka kelahiran dari wanita pada umur tertentu

Lx         = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu


Px         = jumlah wanita pada kelompok umur tertentu

Contoh:

Di kabupaten A terdapat wanita usia 20 - 24 sebanyak 300.000 jiwa. Banyaknya bayi yang lahir pada tahun
tersebut sebanyak 3.000 anak. Berapa angka kelahiran khususnya?

Jawab:

Hal itu berarti setiap 1.000 orang wanita usia 20 - 24 tahun terdapat 10 bayi yang lahir dalam setahun.

b. Kematian (Mortalitas)
1) Angka Kematian Kasar

Angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 penduduk
dalam setahun.

Angka kematian kasar terdiri atas tiga golongan, yaitu:

a) Golongan rendah, apabila jumlah mortalitasnya kurang dari 13.

b) Golongan sedang, apabila jumlah mortalitasnya antara 14 - 18.

c) Golongan tinggi, apabila jumlah mortalitasnya lebih dari 18.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui angka kematian kasar adalah:

Di mana:

M        = jumlah kematian

P         = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Menurut Wardiyatmoko angka kematian kasar (CDR) Indonesia dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih
sebesar 43.

Dibandingkan dengan CDR Asia 42, Thailand 40, Malaysia 24, dan Singapura 9 maka CDR Indonesia masih
relatif tinggi.

Contoh:

Pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan X sebanyak 10.000 jiwa dan jumlah penduduk
yang meninggal 800 anak. Berapakah angka kematian kasarnya?

Jawab:
Angka kematian kasarnya 8, artinya setiap 1.000 orang dalam 1 tahun, jumlah penduduk yang meninggal ada 8
orang.

2) Angka Kematian Khusus

Angka kematian khusus menurut umur atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang
yang meninggal tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. 

Biasanya angka ini sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda angka ini
jauh lebih rendah.

Di mana:

ASBR     = angka kematian pada umur tertentu

Lx          = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun

Px          = jumlah penduduk umur tertentu

Angka kematian kasar digolongkan rendah jika kurang dari 13, sedang jika berkisar 14 - 18, dan tinggi jika
lebih dari 18.

Contoh:

Jumlah penduduk provinsi A yang berumur 65 - 69 tahun adalah 100.000 jiwa. Dalam waktu satu tahun yang
meninggal dunia sebanyak 20.000 jwa. Hitunglah angka kematian khusus menurut kelompok umur di provinsi
tersebut!

Jawab:

Artinya setiap 1.000 penduduk yang berumur 65 - 69 tahun, yang meninggal sebanyak 200 orang dalam
setahun.

4. Usia Rata-rata Harapan Hidup, dan Sex Ratio


Pada tahun 1995 - tahun 2000 rata-rata harapan hidup bagi orang Indonesia adalah 58,5 tahun untuk laki-laki
dan 62 tahun untuk perempuan, sedangkan rata-rata kematian bayi 75.

Kematian bayi dan harapan hidup di beberapa negara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Usia Harapan Hidup dan Kematian Bayi di Beberapa Negara


Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui sex
ratio suatu wilayah digunakan rumus sebagai berikut.

Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk wanita dapat digunakan untuk
memperkirakan atau memprediksi keadaan jumlah penduduk di masa datang. 

Kemungkinan terjadinya ledakan penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk wanita lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. 
Selasa, 30 Jan 2018 16:35 WIB

Angka Harapan Hidup Indonesia Terus Naik,


Apa Artinya?

Angka Harapan Hidup di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Foto: Thinkstock

Jakarta - Angka Harapan Hidup di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pakar
mengatakan secara tidak langsung, telah terjadi perbaikan dari sisi sistem dan pelayanan kesehatan di
Indonesia.

Ardhiantie dari Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan angka harapan hidup penduduk
Indonesia mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2010.

Baca juga: Harapan Hidup Pasien Kanker di Negara Maju Meningkat, Ini Sebabnya

"Pada tahun 2010 angka harapan hidup di Indonesia 69,81 tahun. Sementara para tahun 2016, angkanya
naik jadi 70,90 tahun," ungkap Ardhiantie dalam sesi Health and Nutrition Journalist Academy di Diskusi
Kopi, Jl Halimun Raya, Jakarta Selatan.

Dijelaskan Ardhiantie, angka harapan hidup 70,90 tahun menandakan bayi-bayi yang lahir di tahun 2016
bisa hidup hingga usia 70 tahun. Hal ini merupakan dampak dari adanya perbaikan status kesehatan
masyarakat, termasuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.

Penghitungan angka harapan hidup dengan menghitung rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata
anak yang masih hidup. Hal ini dikarenakan Indonesia belum memiliki sistem pendataan kematian
berdasarkan kelompok umur.

"Jadi angka harapan hidup berhubungan erat dengan angka kematian bayi. Jika angka kematian bayi
tinggi, maka angka harapan hidupnya akan rendah. Begitu juga sebaliknya, angka kematian bayi rendah,
angka harapan hidup tinggi," tambahnya.

Di Indonesia, angka harapan hidup tertinggi dimiliki oleh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
74,71 tahun. Sementara angka harapan hidup terendah ada di Sulawesi Barat dengan 64,31 tahun.

"Peningkatan angka harapan hidup tidak hanya soal umur panjang, tetapi juga soal hidup sehat dan
produktivitas," tutupnya.
Update Terakhir : 18 Feb 2014

Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-2035 (Ribuan)

Tahun
Provinsi
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Aceh 4523.10 5002.00 5459.90 5870.00 6227.60 6541.40

Sumatera Utara 13028.70 13937.80 14703.50 15311.20 15763.70 16073.40

Sumatera Barat 4865.30 5196.30 5498.80 5757.80 5968.30 6130.40

Riau 5574.90 6344.40 7128.30 7898.50 8643.30 9363.00

Jambi 3107.60 3402.10 3677.90 3926.60 4142.30 4322.90

Sumatera Selatan 7481.60 8052.30 8567.90 9000.40 9345.20 9610.70

Bengkulu 1722.10 1874.90 2019.80 2150.50 2264.30 2360.60

Lampung 7634.00 8117.30 8521.20 8824.60 9026.20 9136.10

Kepulauan Bangka Belitung 1230.20 1372.80 1517.60 1657.50 1788.90 1911.00

Kepulauan Riau 1692.80 1973.00 2242.20 2501.50 2768.50 3050.50

Pulau Sumatera 50860.30 55272.90 59337.10 62898.60 65938.30 68500.00

DKI Jakarta 9640.40 10177.90 10645.00 11034.00 11310.00 11459.60

Jawa Barat 43227.10 46709.60 49935.70 52785.70 55193.80 57137.30

Jawa Tengah 32443.90 33774.10 34940.10 35958.60 36751.70 37219.40

DI Yogyakarta 3467.50 3679.20 3882.30 4064.60 4220.20 4348.50

Jawa Timur 37565.80 38847.60 39886.30 40646.10 41077.30 41127.70

Banten 10688.60 11955.20 13160.50 14249.00 15201.80 16033.10

Pulau Jawa 137033.30 145143.60 152449.90 158738.00 163754.80 167325.60

Bali 3907.40 4152.80 4380.80 4586.00 4765.40 4912.40

Nusa Tenggara Barat 4516.10 4835.60 5125.60 5375.60 5583.80 5754.20

Nusa Tenggara Timur 4706.20 5120.10 5541.40 5970.80 6402.20 6829.10

Bali dan Kep. Nusa Tenggara 13129.70 14108.50 15047.80 15932.40 16751.40 17495.70

Kalimantan Barat 4411.40 4789.60 5134.80 5432.60 5679.20 5878.10

Kalimantan Tengah 2220.80 2495.00 2769.20 3031.00 3273.60 3494.50

Kalimantan Selatan 3642.60 3989.80 4304.00 4578.30 4814.20 5016.30

Kalimantan Timur 3576.10 4068.60 4561.70 5040.70 5497.00 5929.20

Pulau Kalimantan 13850.90 15343.00 16769.70 18082.60 19264.00 20318.10

Sulawesi Utara 2277.70 2412.10 2528.80 2624.30 2696.10 2743.70

Sulawesi Tengah 2646.00 2876.70 3097.00 3299.50 3480.60 3640.80

Sulawesi Selatan 8060.40 8520.30 8928.00 9265.50 9521.70 9696.00

Sulawesi Tenggara 2243.60 2499.50 2755.60 3003.00 3237.70 3458.10

Gorontalo 1044.80 1133.20 1219.60 1299.70 1370.20 1430.10

Sulawesi Barat 1164.60 1282.20 1405.00 1527.80 1647.20 1763.30

Pulau Sulawesi 17437.10 18724.00 19934.00 21019.80 21953.50 22732.00

Maluku 1541.90 1686.50 1831.90 1972.70 2104.20 2227.80

Maluku Utara 1043.30 1162.30 1278.80 1391.00 1499.40 1603.60

Kep. Maluku 2585.20 2848.80 3110.70 3363.70 3603.60 3831.40

Papua Barat 765.30 871.50 981.80 1092.20 1200.10 1305.00

Papua 2857.00 3149.40 3435.40 3701.70 3939.40 4144.60

Pulau Papua 3622.30 4020.90 4417.20 4793.90 5139.50 5449.60

INDONESIA 238518.80 255461.70 271066.40 284829.00 296405.10 305652.40

Anda mungkin juga menyukai