Anda di halaman 1dari 9

Penduduk Indonesia

Dengan jumlah total populasi sekitar 260 juta penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk
terpadat nomor empat di dunia. Komposisi etnis di Indonesia amat bervariasi karena negeri ini
memiliki ratusan ragam suku dan budaya. Meskipun demikian, lebih dari separuh jumlah penduduk
Indonesia didominasi oleh dua suku terbesar. Bagian ini membahas struktur dan cirikhas penduduk
Indonesia.

Dua suku terbesar ini adalah Jawa (41 persen dari total populasi) dan suku Sunda (15 persen dari
total populasi). Kedua suku ini berasal dari pulau Jawa, pulau dengan penduduk terbanyak di
Indonesia yang mencakup sekitar enam puluh persen dari total populasi Indonesia. Jika
digabungkan dengan pulau Sumatra, jumlahnya menjadi 80 persen total populasi. Ini adalah
indikasi bahwa konsentrasi populasi terpenting berada di wilayah barat Indonesia. Propinsi
paling padat adalah Jawa Barat (lebih dari 43 juta penduduk), sementara populasi paling lengang
adalah propinsi Papua Barat di wilayah Indonesia Timur (dengan populasi hanya sekitar 761,000
jiwa).

Motto nasional Indonesia 'Bhinneka Tunggal Ika' (yang artinya berbeda-beda tetapi tetap
satu dalam bahasa Jawa Kuno) mencerminkan keanekaan varietas etnis, budaya dan bahasa yang
dapat ditemukan dalam batas-batas negara yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
ini. Memang, kalau kita membayangkan seorang Papua yang menganut animisme atau agama
Kristen bertemu dengan seorang Muslim dari Aceh ada lebih banyak perbedaan - dalam hal
agama, pakaian, gaya hidup, tradisi, bahasa - antara kedua orang ini daripada ada kesamaan.

Peta Indonesia

Komposisi budaya yang beragam di Indonesia ini sebenarnya merupakan hasil dari proses
penjajahan yang panjang oleh negara Belanda. Dalam rentang waktu sekitar tiga abad negara
kecil yang terletaknya di Eropa itu berhasil (secara bertahap) untuk memperluas kekuasaan
politiknya di Nusantara - menaklukkan berbagai kerajaan pribumi - sampai perbatasannya sama
dengan perbatasan masa kini. Dengan kata lain, selama masa pembentukan daerah penjajahan
Belanda di Asia Tenggara itu semua budaya yang beragam tersebut menjadi bagian dari sebuah
kesatuan politik yang di kemudian hari diwarisi oleh pemimpin nasional setelah Kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1945.

Di satu sisi keragaman budaya adalah berkah bagi perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini.
Setiap budaya menawarkan sesuatu yang menarik dan ini adalah sebabnya jutaan wisatawan
asing berkunjung ke Indonesia setiap tahun (maka sektor pariwisata merupakan penghasil devisa
yang penting). Misalnya, peninggalan budaya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan di
Jawa Tengah dan Yogyakarta atau budaya kontemporer seperti agama Hindu di pulau
Bali adalah alasan bagi mereka untuk memesan tiket pesawat ke Indonesia.

amun, adanya keanekaan keyakinan, agama, tradisi, etnis dan budaya juga berarti negara ini
mengalami kesulitan dalam hal pemerintahan. Bahkan, dalam berbagai kesempatan telah ada
bentrokan antara kelompok yang berakar pada perbedaan etnis atau agama. Peristiwa seperti ini
'merusak' motto nasional Indonesia Bhinneka Tunggal Ika itu.

Sayangnya, ada juga ketimpangan yang lumayan tinggi di Indonesia dan hal ini telah
menyebabkan sentimen negatif di antara sebagian penduduk Indonesia. Misalnya, ketimpangan
distribusi pendapatan(tercermin dari tingginya - dan meningkatnya - rasio Gini). Apalagi di
antara penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa kadang-kadang ada keluhan terhadap posisi
dominan pulau Jawa dalam hal politik dan ekonomi (khususnya Jakarta). Emosi-emosi seperti ini
menjadi alasan mengapa pemerintah Indonesia terpaksa mengantar negaranya ke era
desentralisasi dalam periode pasca-Suharto.

Lima Propinsi dengan Populasi Tertinggi (dalam jutaan):

Populasi Populasi
Propinsi
   2000    2010
Jawa Barat     35.8     43.1
Jawa Timur     34.8     37.5
Jawa Tengah     31.2     32.4
Sumatra Utara     11.6     13.0
Banten      8.1     10.6
Indonesia    206.3    237.6
Sumber: Badan Pusat Stastik, Population Census 2000 & 2010

Bagian ini membahas beberapa aspek penting menyangkut komposisi demografi Indonesia.
Topik-topik yang dibahas antara lain pertumbuhan populasi Indonesia, struktur usia dan
urbanisasi. Semua topik ini dihubungkan dengan kinerja perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan Populasi Indonesia

Tingkat pertumbuhan populasi Indonesia antara tahun 2000 dan 2010 adalah sekitar 1.49 persen
per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi di propinsi Papua (5.46 persen), sementara pertumbuhan
populasi terendah terjadi di propinsi Jawa Tengah (0.37 persen). Program Keluarga Berencana
(KB) dikoordinasi oleh institusi pemerintah, yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Program KB dimulai pada tahun 1968 semasa pemerintahan
presiden Suharto dan sampai saat ini masih diteruskan oleh presiden-presiden penerusnya.
Program ini - yang (sayangnya) tidak bisa diwajibkan - adalah strategi penting bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia karena pertumbuhan populasi yang rendah akan menyebabkan tingkat PDB
per kapita yang lebih tinggi, yang juga akan meningkatkan pendapatan, tabungan, investasi serta
menurunkan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan populasi diperkirakan sebesar sekitar 1.2 persen
pada tahun 2015 berdasarkan data Bank Dunia.

Tingkat Pertumbuhan Populasi Indonesia (tahunan)

Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga statistik pemerintah, hanya melakukan penelitian
menyeluruh pada struktur populasi Indonesia sekali setiap dekade. Menurut studi terakhir (dirilis
pada tahun 2010), Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.6 juta orang. Namun, menurut
perkiraan-perkiraan belakangan ini (dari berbagai lembaga) Indonesia diperkirakan memiliki
lebih dari 260 juta penduduk pada tahun 2017.

Menurut proyeksi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menilik
populasi absolut Indonesia di masa depan, maka negeri ini akan memiliki penduduk lebih dari
270 juta jiwa pada tahun 2025, lebih dari 285 juta jiwa pada tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada
tahun 2045. Baru setelah 2050 populasi Indonesia akan berkurang.

Populasi Indonesia
Menurut proyeksi PBB pada tahun 2050 dua pertiga populasi Indonesia akan tinggal di wilayah
perkotaan. Sejak 40 tahun yang lalu Indonesia sedang mengalami sebuah proses urbanisasi yang
pesat makanya sekarang sedikit lebih dari setengah jumlah total penduduk Indonesia tinggal di
wilayah perkotaan. Proses ini menunjukkan perkembangan positif bagi ekenomi Indonesia
karena urbanisasi dan industrialisasi akan membuat tumbuhnya ekonomi lebih maju dan
menjadikan Indonesia negeri dengan tingkat pendapatan menengah ke atas.

Kota-kota terbesar di Indonesia ditemukan di pulau Jawa. Di sini kita menemukan ibu kota
Jakarta yang memiliki lebih dari 10 juta penduduk menurut sensus resmi terbaru (data dari
2011). Angka yang tidak resmi kemungkinan besar jauh lebih tinggi. Selain itu, setiap pagi
sejumlah besar pekerja berjalan dari dareah perkotaan satelit menuju Jakarta untuk melakukan
pekerjaan mereka. Pada sore atau malam hari mereka berjalan pulang ke kota-kota satelit di
sekitar Jakarta. Arus harian yang besar ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah di
Jakarta.

Setelah Jakarta, kota-kota terbesar di Indonesia adalah Surabaya (Jawa Timur), Bandung (Jawa
Barat), Bekasi (Jawa Barat), dan Medan (Sumatra Utara).

Populasi Rural dan Kota di Indonesia:

  1995 2000 2005 2010 2015 2050


 Populasi Rural
  64   58   52   50   46   33¹
 (% populasi total)
 Populasi Kota
  36   42   48   50   54   67¹
 (% populasi total)
¹ perkiraan PBB
Sumber: Bank Dunia

Struktur Usia di Indonesia

Salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi Indonesia yang memiliki hubungan
dengan perekenomian adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki
kelimpahan warga dengan usia produktif kerja. Mereka adalah sebuah kekuatan buat ekonomi
nasional (asal mereka bisa mendapatkan pendidikan yang memadai dan ada cukup banyak
kesempatan kerja).

Rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 28.6 tahun (perkiraan tahun 2016). Ini adalah median
age yang berarti separuh dari populasi Indonesia berusia 28.6 tahun ke atas dan separuhnya lagi
umurnya di bawah 28.6 tahun. Mengenai jenis kelamin, rata-rata median age wanita Indonesia
adalah 29.1 tahun, sementara median age pria lebih muda setahun (28.1 tahun).

Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang dikategorikan dalam tiga kelompok
usia dan jenis kelamin.

Penduduk Indonesia Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur:

Persentase Gabungan  Pria Wanita


 
      Total Populasi (absolut) (absolut)
0-14 tahun               27.3 34,165,213 32,978,841 
15-64 tahun               66.5 82,104,636  81,263,055 
65 tahun ke atas                6.1  6,654,695  8,446,603
Sumber: CIA World Factbook

Pada tahun 2010, sekitar 19 persen penduduk Indonesia adalah anak yang umurnya di bawah
sepuluh tahun, sekitar 37 persen di bawah dua puluh tahun dan sekitar setengah populasi
Indonesia berusia di bawah tiga puluh tahun. Angka-angka ini menunjukkan - dari perspektif
demografis - bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal produktifitas dan kreatifitas.

Demografi dan Gelombang-Gelombang Ekonomi

Pentingnya Gelombang Usia: Ikhtisar Umum

Peredaman pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh penurunan tingkat kesuburan (yang
mungkin saja disebabkan oleh hal-hal seperti semakin mudahnya akses mendapatkan alat-alat
kontrasepsi, pendapatan yang lebih tinggi, urbanisasi dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
untuk wanita) dapat membantu menstimulasi sebuah perubahan signifikan pada distribusi usia
penduduk terhadap mereka yang masih dalam usia kerja (namun di kemudian hari penurunan
angka kematian dan tingkat kesuburan akan menghasilkan populasi manula). Perubahan ini dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi karena penduduk usia kerja bertambah sementara jumlah
(relatif) anak yang masih bergantung pada orang-tua berkurang.

Proses ini dapat dianggap sebagai serangkaian gelombang. Gelombang pertama adalah ketika
penduduk usia kerja mulai bekerja sehingga produksi pun menjadi meningkat. Dengan adanya
pekerjaan berarti pendapatan pun menjadi lebih tinggi, rumah tangga pun akan menkonsumsi
produk lebih banyak lagi. Rumah tangga akan menabung lebih banyak karena jumlah anak yang
bergantung pada orang-tua berkurang sehingga tingkat investasi pun bertambah, sama seperti
peningkatan modal dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi perokonomian.
Gelombang demografi yang kedua terjadi ketika sebagian besar penduduk usia kerja mendekati
masa pensiun dan mulai menabung dan berinvestasi untuk hari tua. Dengan demikian, hasil
peningkatan akumulasi modal tersebut dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
secara lebih lanjut. Setelah tahap ini akan terjadi keprihatinan ekonomi karena adanya stagnasi
pertumbuhan penduduk dan populasi manula yang meningkat.

Kasus Indonesia

Saat ini posisi Indonesia berada di bagian tengah gelombang yang pertama. Baik angka kelahiran
maupun tingkat kesuburan sama-sama turun dengan cepat dan penduduk usia kerja meningkat
dengan cepat sementara total populasi Indonesia tumbuh dengan lamban. Hasilnya adalah
kelompok usia di bawah tiga puluh tahun yang cukup besar (sekitar setengah dari total populasi,
sekitar 125 juta penduduk Indonesia), yang secara potensial masuk usia produktif sehingga bisa
berfungsi sebagai mesin perekonomian nasional.

Konsumsi domestik adalah sumber besar untuk kinerja PDB Indonesia yang secara berkelanjutan
terus kuat. Apalagi konsumsi rumah tangga memberi andil lebih dari 55 persen pertumbuhan
ekonomi keseluruhan. Konsumsi domestik yang terus kuat ini adalah salah satu alasan penting
mengapa Indonesia mampu melewati krisis keuangan global tahun 2008-2009 dengan nilai rata-
rata pertumbuhan PDB sekitar 5.6 persen pada tahun 2008-2010. Apalagi, karena pertumbuhan
ekonomi yang solid banyak orang Indonesia sempat masuk warga kelas menengah. Menurut
laporan Bank Dunia yang dirilis pada tahun 2012, sekitar tujuh juta warga Indonesia masuk ke
dalam penduduk kelas menengah setiap tahun. Namun, setelah tahun 2013 depresiasi rupiah
(terhadap dolar AS) dan suku bunga Bank Indonesia yang lebih tinggi (serta harga komoditas
yang rendah di tengah pertumbuhan ekonomi global yang lesu) telah berhasil agak melemahkan
kekuatan pasukan konsumen Indonesia ini.

Meskipun demikian, jika boleh sedikit mengkritik, ada juga jutaan penduduk usia kerja yang
berpendidikan namun tidak mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Mereka tidak dapat diserap
pasar tenaga kerja. Karakteristik lainnya dari Indonesia adalah tingkat pengangguran terutama
terjadi pada penduduk usia 15 - 24 tahun, jauh di atas rata-rata nasional. Untuk detil lebih lanjut
mengenai pengangguran di Indonesia, silakan baca halaman kami yang membahas
tentang pengangguran.
Grup Etnis Terbesar di Indonesia:

  % dari
Grup
Populasi
Jawa    42.65
Sunda    15.41
Malay     3.45
Madura     3.37
Batak     3.02
Minangkabau     2.72
Betawi     2.51
Bugis     2.49
Banten     2.05
Banjar     1.74
Sumber: Statistics Indonesia Population Census 2010

Agama di Indonesia

Dalam hal agama, mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Sekitar 87.2 persen
dari jumlah total penduduk Indonesia - atau 207.2 juta orang - adalah orang Muslim. Namun,
Indonesia bukan negara Islam (hanya di Aceh hukum syariah diterapkan). Tapi meskipun
negaranya sebuah demokrasi yang sekuler, prinsip-prinsip yang berdasarkan doktrin Islam
memainkan peran penting dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat Indonesia.

Ada juga sekitar 16.5 juta orang Protestan (6.9 persen dari jumlah total penduduk Indonesia), 6.9
juta umat Katolik (2.9 persen dari populasi), dan 4 juta Hindu (1.7 persen) yang tinggal di
Indonesia. Terakhir, terdapat minoritas kecil dari umat Buddha serta mereka yang menganut
Konfusianisme, sebagian besar adalah masyarakat etnis Tionghoa.

Bertentangan dengan kebanyakan negara di dunia Barat, bagi banyak orang Indonesia agama
masih tetap merupakan bagian penting dari identitas mereka. Untuk informasi lebih lanjut
tentang topik ini, silakan kunjungi bagian Agama di Indonesia.

Angka Harapan Hidup Indonesia Terus Naik,


Apa Artinya?

Jakarta - Angka Harapan Hidup di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pakar

mengatakan secara tidak langsung, telah terjadi perbaikan dari sisi sistem dan pelayanan
kesehatan di Indonesia.

Ardhiantie dari Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, mengatakan angka harapan

hidup penduduk Indonesia mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2010.

"Pada tahun 2010 angka harapan hidup di Indonesia 69,81 tahun. Sementara para tahun 2016,

angkanya naik jadi 70,90 tahun," ungkap Ardhiantie dalam sesi Health and Nutrition Journalist

Academy di Diskusi Kopi, Jl Halimun Raya, Jakarta Selatan.

Dijelaskan Ardhiantie, angka harapan hidup 70,90 tahun menandakan bayi-bayi yang lahir di

tahun 2016 bisa hidup hingga usia 70 tahun. Hal ini merupakan dampak dari adanya perbaikan

status kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.

Penghitungan angka harapan hidup dengan menghitung rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan

rata-rata anak yang masih hidup. Hal ini dikarenakan Indonesia belum memiliki sistem

pendataan kematian berdasarkan kelompok umur.

"Jadi angka harapan hidup berhubungan erat dengan angka kematian bayi. Jika angka kematian

bayi tinggi, maka angka harapan hidupnya akan rendah. Begitu juga sebaliknya, angka kematian

bayi rendah, angka harapan hidup tinggi," tambahnya.


Di Indonesia, angka harapan hidup tertinggi dimiliki oleh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan 74,71 tahun. Sementara angka harapan hidup terendah ada di Sulawesi Barat dengan

64,31 tahun.

"Peningkatan angka harapan hidup tidak hanya soal umur panjang, tetapi juga soal hidup sehat

dan produktivitas," tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai