Anda di halaman 1dari 29

MODUL 2

Perencanaan Kependudukan

KEGIATAN BELAJAR 1
Pola dan Tren Kependudukan Dunia dan Indonesia
Permasalahan kependudukan adalah masalah sumberdaya manusia yang penting untuk kita
cermati. Apabila kita melihat kembali jauh ke belakang, maka fase perkembangan penduduk
dunia sebenarnya berjalan sangatlah lambat. Sejak periode munculnya manusia sampai masa
permulaan sejarah pada abad pertama, tingkat perkembangan penduduk dunia hanya sebesar
0,002% per tahun atau meningkat 20 juta per tahun, dimana dalam hal ini memerlukan waktu
sekitar 35.000 tahun agar jumlah penduduk dapat menjadi dua kali lipatnya. Ledakan
penduduk justru terjadi pada abad 20, di zaman modern ini, seiring dengan perkembangan
sistem pertanian, perdagangan, revolusi teknologi, kesehatan dan perkembangan kehidupan
perkotaan. Apabila pada permulaan tahun masehi penduduk dunia diperkirakan hanya sekitar
250 juta, dan pada tahun 1650 sekitar 500 juta, maka pada tahun 1975 sudah mencapai sekitar
4 milyar penduduk. Sejak tahun 1985, diprediksi hanya membutuhkan waktu sekitar 40-50
tahun saja agar jumlah penduduk menjadi 2 kali lipat.

Tabel 2.1
Perkembangan Penduduk Dunia dari Periode ke Periode


Periode
Proyeksi Tingkat
Perkembangan Penduduk
Waktu yang diperlukan
bagi kelipatan dua jumlah
penduduk (tahun) % pertahun per juta per
tahun
Munculnya manusia
hingga masa
permulaan sejarah 0.002 20 35000
1650-1780 0.3 3600 240
1850-1900 0.6 6000 115
1930-1940 1.0 10000 70
1970-1975 2.0 20000 35
1985 1.7 17000 41
2010 1.2 12000 58
Sumber: Rusli (2012)
Sampai saat ini, di tahun 2012, jumlah penduduk di dunia ini bahkan sudah mencapai lebih
dari 7 milyar penduduk. Perkembangan penduduk yang cepat banyak ditemui di negara yang
sedang berkembang. Seperti yang kita ketahui, sekitar 70% penduduk dunia bertempat
tinggal di negara sedang berkembang, seperti di negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Di kawasan ini juga banyak ditemui negara-negara raksasa ditinjau dari segi
penduduknya, seperti China (1300 juta jiwa), India (1103 juta jiwa), Indonesia (221 juta
jiwa), Brazil (184 juta jiwa), Pakistan (162 juta jiwa), Bangladesh (144 juta jiwa), Nigeria
(131 juta jiwa) dan Meksiko (107 juta jiwa). Kondisi ini bertolak belakang dengan minimnya
jumlah penduduk di negara negara maju di benua Eropa (kecuali Rusia) seperti Prancis (28
juta jiwa), Jerman (17 juta jiwa), dan Inggris (19 juta jiwa). Benua Asia adalah merupakan
benua terpadat di dunia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 60% penduduk dunia.
China dan India merupakan dua negara di Asia dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia
dengan masing-masing negara memiliki lebih dari 1 milyar penduduk atau sekitar 37%
penduduk dunia.

Secara umum pertumbuhan penduduk dunia pada kenyataannya cukup berfluktuasi dengan
rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi
terjadi pada tahun 1963 sebesar 2,2%, namun dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan sampai mencapai 1,1% pada tahun 2011. Seperti yang terlihat pada gambar 2.1,
pertumbuhan penduduk dunia (population growth) mengalami penurunan dan diprediksi akan
terus menurun terutama diakibatkan oleh terjadinya penurunan pertumbuhan kelahiran
penduduk (total fertility) secara global. Lebih lanjut Gambar 2.1 menggambarkan tiga
skenario kecenderungan peramalan atau proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk dengan
pertumbuhan kelahiran penduduk yaitu tinggi (high), menengah (medium) dan rendah (low).

Apabila kita memang menginginkan mencapai pertumbuhan penduduk yang relatif rendah
maka tentunya diperlukan perencanaan-perencanaan kependudukan yang tepat terhadap
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk meliputi tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan
tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Apabila kita tidak berhasil melakukan perencanaan
kependudukan yang baik maka pertumbuhan penduduk akan cenderung akan masuk ke
kategori yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tentu saja akan menjadi masalah
bagi suatu negara atau daerah karena berarti negara memerlukan anggaran yang cukup tinggi
misalnya bagi penyelenggaraan fasilitas pendidikan dan kesehatan, selain juga memerlukan
penyediaan lapangan pekerjaan yang banyak ketika mereka masuk sebagai penduduk usia
kerja.

Gambar 2.1
Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Tingkat Kelahiran Dunia

Sumber: World Population to 2300 (2004)

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat. Apabila dilihat kebelakang mulai dari Sensus Penduduk 1971
maka jumlah penduduk Indonesia selalu bertambah dari tahun ke tahun. Hasil Sensus
Penduduk 1971 misalnya menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 119,2 juta jiwa
dan mulai tahun 1990 menjadi diatas 200 juta jiwa (205,1 juta jiwa), dan menjadi 237,6 juta
jiwa menurut hasil Sensus Penduduk 2010. Meskipun demikian, sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dunia, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia justru mengalami penurunan
dalam setiap periodenya. Pada periode tahun 1971-1980 misalnya, laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 2,30% per tahun, kemudian menjadi 1,97% per tahun pada
periode 1980-1990 dan menjadi 1,49% per tahun pada periode 1990-2000. Laju pertumbuhan
ini mengalami stagnasi dimana laju pertumbuhan penduduk Indonesia tetap sebesar 1,49%
per tahun pada periode 2000-2010. Meskipun mengalami penurunan dari tahun ke tahun,
pertumbuhan penduduk Indonesia masih sedikit berada di atas pertumbuhan penduduk dunia
yang sebesar 1,1%. Tentunya masih diperlukan kerja keras dari pemerintah Indonesia untuk
menurunkan pertumbuhan penduduk Indonesia agar paling tidak sama dengan pertumbuhan
penduduk dunia. Secara detail jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia
pada setiap periodenya dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2
Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, 1971-2010

Tahun Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk
(% per tahun)
1971 119.208.229
1980 147.490.298 Periode 1971-1980: 2,30
1990 179.378.946 Periode 1980-1990: 1,97
2000 205.132.458 Periode 1990-2000: 1,49
2010 237.556.363 Periode 2000-2010: 1,49
Sumber: FEUI (2011)

Apabila kita membandingkan laju pertumbuhan penduduk antar pulau di Indonesia, dewasa
ini akan terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa justru lebih rendah
dibandingkan dengan pulau-pulau besar yang lain. Hal ini bisa dipahami mengingat Pulau
Jawa memiliki kepadatan sudah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan pulau besar yang
lain seperti Sumatera, sehingga laju pertumbuhannya menjadi cenderung rendah. Sebagai
contoh, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Pulau
Sumatera adalah sebesar 2.3% per tahun pada periode 2000-2010, sedangkan Pulau Jawa
hanya sebesar 1,5% per tahun.

Apabila kita melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka pertumbuhan penduduk ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu (1) tingkat kelahiran (fertilitas); (2)
tingkat kematian (mortalitas); dan (3) tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Tingkat
kelahiran terbukti menjadi komponen yang paling utama sebagai pendorong turunnya laju
pertumbuhan penduduk baik di Indonesia maupun di dunia. Tingkat kelahiran di Indonesia
secara signifikan menurun dari sebesar 5,61 anak per ibu sesuai hasil Sensus Penduduk 1970
menjadi hanya 2,34 anak per ibu sesuai hasil Sensus Penduduk 2000. Keberhasilan kebijakan
pemerintah terhadap kependudukan melalui program Keluarga Berencana (KB) memiliki
andil yang cukup besar dalam mengendalikan jumlah penduduk pada periode tahun 1970-
2000. Selain itu kemajuan dalam pembangunan, modernisasi, dan pencapaian perempuan
dalam dunia pendidikan juga telah berdampak positif pada penurunan tingkat kelahiran.
Modernisasi di kalangan masyarakat menyebabkan telah banyak ditinggalkannya falsafah
banyak anak banyak rejeki yang terutama banyak dijumpai di kalangan masyarakat
perdesaan. Selain itu, dengan pencapaian perempuan dalam hal pendidikan telah menjadikan
kecenderungan perilaku menikah di usia muda menjadi menurun.

Tingkat kematian (mortalitas) menjadi komponen kedua yang dapat mempengaruhi baik
jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Tingkat kematian memiliki sifat pengurang
terhadap jumlah penduduk. Untuk kasus Indonesia, tingkat kematian sepertinya bukanlah
merupakan faktor yang mendorong turunnya pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan
pada kenyataanya cenderung menurunnya tingkat kematian di Indonesia akibat perbaikan-
perbaikan yang signifikan dalam bidang kesehatan, seperti ditemukannya vaksin-vaksin baru
dan penyediaan infrastruktur kesehatan sampai di tingkat perdesaan. Apabila dilihat lebih
lanjut, tingkat kematian di Indonesia relatif sangat tinggi pada periode tahun 1960an yaitu
sebesar 19 kematian per 1000 penduduk yang lebih dikarenakan belum cukup baiknya
perkembangan di bidang kesehatan. Tetapi ini menurun tajam menjadi 7 kematian per 1000
penduduk pada periode tahun 2000an dikarenakan perbaikan-perbaikan di bidang kesehatan
tersebut. Indikator kesehatan yang lain yaitu angka kematian bayi yang juga mengalami
perbaikan yang signifikan yaitu dari sebesar 145 bayi yang meninggal per 1000 bayi yang
hidup pada tahun 1960an menjadi hanya 41 bayi yang meninggal per 1000 bayi yang hidup
pada tahun 2000an.

Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu migrasi atau
perpindahan penduduk. Dalam hal ini migrasi dapat bersifat menambah jumlah penduduk
apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu daerah lebih besar dibandingkan jumlah
penduduk yang keluar dari daerah tersebut. Selain itu, migrasi juga dapat bersifat mengurangi
jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk yang masuk ke daerah tersebut. Secara umum migrasi juga
tidak dianggap secara signikan menyebabkan perubahan jumlah penduduk dan pertumbuhan
penduduk di Indonesia karena jumlah penduduk yang masuk ke Indonesia dan jumlah
penduduk yang keluar dari Indonesia relatif seimbang. Migrasi menjadi faktor yang penting
di Indonesia ketika kita berbicara tentang pertumbuhan penduduk antar daerah atau antar
provinsi karena kepadatan dan persebaran penduduk Indonesia antar daerah yang tidak
merata. Dalam hal ini Pulau Jawa atau DKI Jakarta masih menjadi primadona bagi penduduk
dari daerah lain untuk melakukan migrasi. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting
untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya kepadatan dan distribusi penduduk yang
tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan menarik bagi orang-orang untuk
melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, serta di lain pihak semakin
lancarnya komunikasi dan transportasi.

Gambar 2.2
Piramida Penduduk Indonesia, 2010













Sumber : BPS, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, April 2012

Apabila dilihat dari struktur penduduk, maka penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk
usia muda (0-14 tahun). Hal ini dapat dilihat dari piramida penduduk yang berciri ekspansif
dimana terdapat dasar piramida yang lebar menunjukkan persentase penduduk usia muda
(gambar 2.2). Pada bagian tengah piramida cembung dan bagian atas cenderung meruncing.
Meskipun demikian keberhasilan penurunan tingkat kelahiran di Indonesia membawa
kecenderungan piramida penduduk untuk berubah menjadi bercirikan konstriktif. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 0-4 tahun yang sudah lebih sedikit dibandingkan
jumlah penduduk usia 5-9 dan 10-14 tahun. Apabila kecenderungan ini terus berlanjut maka
struktur umur Indonesia akan banyak didominasi oleh penduduk usia kerja (15-64 tahun) atau
penduduk usia produktif. Dengan kata lain bentuk piramida penduduk akan memiliki dasar
yang lebih pendek dan cembung di tengah-tengah. Berdasarkan indikator-indikator umur dari
struktur umur yang ada maka penduduk Indonesia dapat dikatakan pada saat ini adalah
berstruktur umur intermediate. Perubahan atau kecenderungan ini akan terus berlanjut
sampai ketika penduduk usia kerja adalah lebih tinggi lebih tinggi daripada penduduk usia
dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun. Ketika kondisi ini terjadi maka akan mengakibatkan
menurunnya rasio beban tanggungan dan memberikan demographic dividend atau bonus
demografi. Bonus demografi ini adalah keuntungan ekonomi yang diperoleh akibat
menurunnya rasio beban tanggungan.

Kepadatan dan Persebaran Penduduk Indonesia

Seperti yang telah disinggung diatas, masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia pada
tingkah daerah adalah masalah ketidak merataan kepadatan penduduk antar daerah (provinsi).
Pulau Jawa masih merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terbesar di
Indonesia terutama dikarenakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Pulau
Jawa. Propinsi Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia
dengan jumlah lebih dari 43 juta penduduk pada tahun 2010, sedangkan provinsi-provinsi
baru seperti Papua Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara memiliki jumlah penduduk terkecil di
Indonesia dengan hanya lebih dari 1 juta penduduk. Apabila diperbandingkan kondisi
penduduk antar pulau dan antar waktu maka sebenarnya telah terjadi redistribusi jumlah
penduduk antar pulau di Indonesia walaupun berjalan secara lambat. Redistribusi ini menjadi
sinyal mulai berkembangnya pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi di pulau-pulau lain,
seperti Sumatera dan Kalimantan yang juga dipicu oleh kebijakan otonomi daerah di tingkat
kota dan kabupaten yang mulai berlangsung pada awal tahun 2000an. Di satu sisi, persentase
jumlah penduduk yang bermukim di Pulau Jawa menurun dari 63,9% pada tahun 1971
menjadi 57,5% pada tahun 2010. Sementara itu, persentase penduduk yang tinggal di
Sumatera dan Kalimantan meningkat, masing-masing dari 17,6% menjadi 21,3% dan dari
4,3% menjadi 5,8% pada periode yang sama. Tabel 2.3 menggambarkan kondisi persebaran
penduduk Indonesia antar provinsi dan antar waktu tahun 1971-2010.

Tabel 2.3
Penduduk menurut Provinsi : Indonesia 1971-2010

Provinsi
Penduduk
1971 1980 1990 1995 2000 2010*)
Aceh 2.008.595 2.611.271 3.416.156 3.847.583 3.930.905 4.494.410
Sumatera Utara 6.621.831 8.360.894 10.256.027 11.114.667 11.649.655 12.982.204
Sumatera Barat 2.793.196 3.406.816 4.000.207 4.323.170 4.248.931 4.846.909
R i a u 1.641.545 2.168.535 3.303.976 3.900.534 4.957.627 5.538.367
J a m b i 1.006.084 1.445.994 2.020.568 2.369.959 2.413.846 3.092.265
Sumatera Selatan 3.440.573 4.629.801 6.313.074 7.207.545 6.899.675 7.450.394
B e n g k u l u 519.316 768.064 1.179.122 1.409.117 1.567.432 1.715.518
L a m p u n g 2.777.008 4.624.785 6.017.573 6.657.759 6.741.439 7.608.405
Kep. Bangka Belitung - - - - 900.197 1.223.296
Kepulauan Riau - - - - - 1.679.163
DKI Jakarta 4.579.303 6.503.449 8.259.266 9.112.652 8.389.443 9.607.787
Jawa Barat 21.623.529 27453525 35.384.352 39.206.787 35.729.537 43.053.732
Jawa Tengah 21.877.136 25372889 28.520.643 29.653.266 31.228.940 32.382.657
DI Yogyakarta 2.489.360 2.750.813 2.913.054 2.916.779 3.122.268 3.457.491
Jawa Timur 25.516.999 29188852 32.503.991 33.844.002 34.783.640 37.476.757
Banten - - - - 8.098.780 10.632.166
B a l i 2.120.322 2.469.930 2.777.811 2.895.649 3.151.162 3.890.757
Nusa Tenggara Barat 2.203.465 2.724.664 3.369.649 3.645.713 4.009.261 4.500.212
Nusa Tenggara Timur 2.295.287 2.737.166 3.268.644 3.577.472 3.952.279 4.683.827
Kalimantan Barat 2.019.936 2.486.068 3.229.153 3.635.730 4.034.198 4.395.983
Kalimantan Tengah 701.936 954.353 1.396.486 1.627.453 1.857.000 2.212.089
Kalimantan Selatan 1.699.105 2.064.649 2.597.572 2.893.477 2.985.240 3.626.616
Kalimantan Timur 733.797 1.218.016 1.876.663 2.314.183 2.455.120 3.553.143
Sulawesi Utara 1.718.543 2.115.384 2.478.119 2.649.093 2.012.098 2.270.596
Sulawesi Tengah 913.662 1.289.635 1.711.327 1.938.071 2.218.435 2.635.009
Sulawesi Selatan 5.180.576 6.062.212 6.981.646 7.558.368 8.059.627 8.034.776
Sulawesi Tenggara 714120 942.302 1.349.619 1.586.917 1.821.284 2.232.586
Gorontalo - - - - 835.044 1.040.164
Sulawesi Barat - - - - - 1.158.651
M a l u k u 1.089.565 1.411.006 1.857.790 2.086.516 1.205.539 1.533.506
Maluku Utara - - - - 785.059 1.038.087
Papua Barat - - - - - 760.422
Papua 923440 1.173.875 1.648.708 1.942.627 2.220.934 2.833.381
INDONESIA 119.208.229 147.490.298 179.378.946 194.754.808 206.264.595 237.641.326
Sumber: BPS



Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk antar propinsi maka angkanya adalah cukup
bervariasi. Provinsi Jawa Tengah adalah merupakan provinsi dengan laju pertumbuhan
penduduk terendah di Indonesia dengan laju pertumbuhan sebesar 0,37% per tahun pada
periode 2000-2010. Rendahnya laju pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah dipicu oleh
relatif rendahnya angka kelahiran di Jawa Tengah yaitu hanya sebesar 2,06 jiwa pada tahun
2000 dan juga dipengaruhi besarnya migrasi keluar daripada migrasi masuk ke propinsi ini.
Berdasarkan data SUPAS 2005, hanya 2% penduduk Jawa Tengah yang merupakan migran
semasa hidup (orang-orang yang tinggal di provinsi yang berbeda dari provinsi kelahirannya),
menandakan Jawa Tengah bukan merupakan tujuan utama migran antar provinsi di
Indonesia. Di sisi lain, provinsi Papua adalah provinsi dengan angka pertumbuhan tertinggi di
Indonesia dengan laju pertumbuhan sebesar 5,46% per tahun pada periode 2000-2010.
Adapun angka kelahiran di Papua relatif tinggi yaitu 3,28 jiwa pada tahun 2000, selain itu
dipicu juga besarnya migran seumur hidup yang datang ke Papua yang mencapai 18% dari
seluruh penduduk. Secara lebih detail, pada periode tahun 2000-2010, laju pertumbuhan
penduduk meningkat di 14 dari 33 provinsi di Indonesia (Tabel 2.4). Peningkatan angka
pertumbuhan yang signifikan ditemukan di Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara
dan Papua; sedangkan angka pertumbuhan yang rendah ditemukan di Jawa Timur.
Peningkatan angka pertumbuhan penduduk yang signifikan sepertinya adalah hal yang wajar
di provinsi-provinsi baru, seperti Bangka Belitung, Gorontalo dan Maluku Utara.

Tabel 2.3
Laju Pertumbuhan penduduk menurut provinsi: Indonesia 1971-2010

Provinsi 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010
Nanggroe Aceh Darussalam 2,93 2,72 1,46 1,35
Sumatera Utara 2,60 2,06 1,32 1,11
Sumatera Barat 2,21 1,62 0,63 1,34
Riau 3,11 4,22 4,35 3,59
Jambi 4,07 3,39 1,84 2,55
Sumatera Selatan 3,32 3,15 2,39 1,85
Bengkulu 4,39 4,38 2,97 1,66
Lampung 5,77 2,67 1,17 1,23
Bangka Belitung - - 0,97 3,14
Kepulauan Riau - - - 4,99
DKI Jakarta 3,93 2,38 0,17 1,39
Jawa Barat 2,26 2,57 2,03 1,89
Jawa Tengah 1,64 1,17 0,94 0,37
DI Yogyakarta 1,10 0,57 0,72 1,02
Jawa Timur 1,49 1,08 0,70 0,76
Banten - - 3,21 2,79
Bali 1,69 1,18 1,31 2,15
Nusa Tenggara Barat 2,36 2,14 1,82 1,17
Nusa Tenggara Timur 1,95 1,79 1,64 2,06
Kalimantan Barat 2,31 2,65 2,29 0,91
Kalimantan Tengah 3,43 3,88 2,99 1,74
Kalimantan Selatan 2,16 2,32 1,45 1,98
Kalimantan Timur 5,73 4,41 2,81 3,80
Sulawesi Utara 2,31 1,60 1,33 1,26
Sulawesi Tengah 3,86 2,82 2,57 1,94
Sulawesi Selatan 1,74 1,42 1,49 1,17
Sulawesi Tenggara 3,09 3,66 3,15 2,07
Gorontalo - - 1,59 2,24
Sulawesi Barat - - - 2,67
Maluku 2,88 2,76 0,08 2,78
Maluku Utara - - 0,48 2,44
Papua Barat - - - 3,72
Papua 2,67 3,34 3,22 5,46

INDONESIA 2,30 1,97 1,49 1,49
Sumber: FEUI (2011)


Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan hal-hal apakah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk ?
2. Bagaimana kondisi persebaran penduduk di Indonesia?

Petunjuk Jawaban Latihan
1. Ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk yang terdiri dari (1)
tingkat kelahiran (fertilitas); (2) tingkat kematian (mortalitas); dan (3) tingkat
perpindahan penduduk (migrasi). Lihat dan baca uraiannya, kemudian jelaskan
bagaimana sifat-sifat mereka dalam mempengaruhi pertumbuhan penduduk
2. Persebaran penduduk di Indonesia masih menunjukkan kondisi ketidakmerataan antar
daerah atau antar propinsi. Jelaskan secara terperinci alasan ketidakmerataan yang
terjadi dan tunjukkan beberapa contoh daerah atau propinsi yang menyebabkan
ketidakmerataan persebaran penduduk

Rangkuman
Perencanaan kependudukan adalah penting untuk dilakukan karena akan terkait dengan
penyelenggaraan fasilitas pendidikan dan kesehatan, dan juga terkait penyediaan lapangan
pekerjaan ketika sudah masuk sebagai penduduk usia kerja. Pertumbuhan penduduk dunia
cenderung untuk menurun yang disebabkan oleh penurunan tingkat pertumbuhan kelahiran
penduduk secara global. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia, maka laju
pertumbuhan penduduk Indonesia juga mengalami penurunan dalam setiap periodenya,
meskipun masih berada di atas pertumbuhan penduduk dunia. Keberhasilan kebijakan
pemerintah terhadap kependudukan melalui program Keluarga Berencana memiliki andil
yang cukup besar dalam mengendalikan jumlah penduduk pada periode tahun 1970-2000.

Apabila dilihat dari struktur penduduknya, maka penduduk Indonesia didominasi oleh
penduduk usia muda (0-14 tahun). Hal ini dapat dilihat dari piramida penduduk yang berciri
ekspansif. Masalah lain kependudukan yang dihadapi Indonesia pada tingkah daerah adalah
masalah ketidak merataan kepadatan penduduk antar daerah (provinsi) di Indonesia. Pulau
Jawa masih merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Indonesia
terutama dikarenakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Pulau Jawa. Apabila
diperbandingkan antar pulau dan antar waktu maka telah terjadi redistribusi jumlah penduduk
antarpulau di Indonesia walaupun berjalan secara lambat. Redistribusi ini menjadi tanda
mulai berkembangnya pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi di pulau-pulau lain yang juga
dipicu oleh kebijakan otonomi daerah yang mulai berlangsung pada awal tahun 2000an.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat disebbkan oleh bebrapa hal, kecuali ....
A. tingkat perpindahan penduduk (migrasi)
B. tingkat kelahiran (natalitas)
C. tingkat modernisasi
D. tingkat kematian (mortalitas)

2) Faktor kebudayaan dan teknologi meripakan salah satu faktor dalam mempengaruhi ....
A. penyebaran dan kepadatan penduduk
B. laju pertumbuhan penduduk
C. komposisi penduduk
D. masalah kependudukan

3) Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat adalah ....
A. kesempatan kerja
B. tenaga kerja
C. angkatan kerja
D. pasar tenaga kerja

4) Angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk pada setiap km
2
pada suatu
wilayah negara disebut ....
A. distribusi penduduk
B. kepadatan penduduk
C. pertumbuhan penduduk
D. kondisi penduduk

5) Dibawah ini yang tidak termasuk bagian kepadatan penduduk di suatu wilayah yaitu ....
A. kepadatan penduduk ekonomi
B. kepadatan penduduk fisiologis
C. kepadatan penduduk agraris
D. kepadatan penduduk sosial

Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.





Arti tingkat penguasaan : 90 - 100% = baik sekali
80 - 90% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.











KEGIATAN BELAJAR 2

Proyeksi Penduduk
Apabila kita membuat sebuah kebijakan terhadap masalah kependudukan, tentunya tidak
hanya diarahkan untuk mengatasi permasalahan kependudukan pada saat ini, tetapi juga
dilakukan dalam rangka mengantisipasi keadaan dan permasalahan kependudukan pada masa
yang akan datang. Pengetahuan tentang kondisi kependudukan di masa yang akan datang ini
juga memiliki banyak kegunaan termasuk didalamnya dalam rangka penyusunan rencana
pembangunan sosial ekonomi negara atau daerah yang bersangkutan. Oleh karenanya
diperlukan perkiraan terhadap keadaan penduduk pada masa yang akan datang, yang dapat
diperoleh melalui proyeksi atau peramalan penduduk. Proyeksi penduduk (population
projections) dan peramalan penduduk (population forecast) sering dipergunakan sebagai dua
istilah yang sering dipertukarkan. Proyeksi penduduk adalah prediksi yang didasarkan pada
asumsi rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan
menggunakan pendekatan statistik atau matematika, sedangkan peramalan penduduk bisa saja
dilakukan dengan atau tanpa asumsi dan atau kalkulasi. Dalam hal ini yang akan dibahas
dalam kegiatan belajar ini adalah proyeksi penduduk dengan berbagai asumsi dan kalkulasi

Usaha-usaha untuk melakukan proyeksi penduduk telah coba dilakukan oleh beberapa
peneliti atau instansi yang memiliki perhatian akan jumlah penduduk di masa yang akan
datang. Dalam melakukan proyeksi penduduk diperlukan perhitungan akan kecenderungan
perkembangan komponen kependudukan yang terdiri dari fertilitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), dan migrasi (perpindahan penduduk). Berkenaan dengan perkembangan
komponen kependudukan ini, biasanya digunakan asumsi-asumsi berdasarkan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Asumsi yang digunakan misalnya adalah migrasi
dianggap konstan, fertilitas atau mortalitas diperkirakan turun 25 persen (karena adanya
program Keluarga Berencana dan peningkatan harapan hidup saat lahir). Asumsi migrasi
internal untuk kasus Indonesia biasanya memang dianggap konstan, dalam artian orang yang
masuk daerah kurang lebih sama dengan orang yang keluar daerah, sedangkan migrasi
internasional juga relatif kecil. Walaupun demikian, penting juga untuk mempertimbangkan
migrasi ketika kita melakukan proyeksi penduduk antar pulau, mengingat Jawa masih
merupakan daya tarik penduduk yang berada di luar Jawa.

Tabel 2.5 menunjukkan contoh proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Bank Dunia terhadap
sepuluh negara terpadat di dunia. China sampai saat ini adalah negara dengan jumlah
penduduk terbanyak di dunia, namun proyeksi dari Bank Dunia menunjukkan bahwa India
pada tahun 2050 akan melewati China sebagai negara terpadat di dunia dikarenakan
pertumbuhan penduduk di India yang jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan
penduduk di China. Indonesia sampai saat ini masih tercatat sebagai negara terpadat keempat
di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat, namun diprediksi bahwa pada tahun 2050
Indonesia akan dilewati oleh Pakistan yang sampai saat ini masih dililit masalah pertumbuhan
penduduknya yang sangat besar. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, meskipun
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang paling besar namun laju pertumbuhan
penduduknya berada dibawah Vietnam dan Philipina.

Tabel 2.4. Proyeksi penduduk versi Bank Dunia (dalam juta), 1995-2050

% peningkatan
1995 2000 2025 2050 1995-2050
Sepuluh negara terpadat di Dunia

China 1199 1255 1471 1556 30
India 934 1016 1370 1623 74
USA 263 276 323 335 27
Indonesia 193 206 265 304 58
Brazil 161 172 224 254 57
Rusia 149 150 153 152 2
Pakistan 130 148 243 316 144
Jepang 125 127 124 115 -8
Bangladesh 121 132 182 218 80
Nigeria 111 128 217 288 159

Negara-negara ASEAN padat lainnya

Vietnam 74 82 117 142 92
Philipina 69 77 115 143 107
Thailand 61 65 81 91 51

Sumber : McNicoll, 2008

Sedangkan proyeksi penduduk di Indonesia juga telah dilakukan oleh berbagai pihak. Tabel
2.5 merupakan contoh hasil proyeksi penduduk Indonesia sampai tahun 2025 yang dilakukan
oleh Bappenas, BPS, dan UNDP. Terlihat bahwa meskipun jumlah penduduk Indonesia
diproyeksikan akan meningkat terus, namun tingkat perkembangan (laju pertumbuhan
penduduk) antar tahun hasil proyeksi cenderung mengalami penurunan, yang terutama
didorong oleh kecenderungan turunnya angka fertilitas dan mortalitas. Dalam tahun 2025,
diproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah berjumlah 273 juta jiwa.

Tabel 2.5
Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 menurut Bappenas, BPS, dan UNDP, 2005

Tahun Jumlah Penduduk Tingkat Perkembangan Tahunan antara
tahun yang berurutan (% per tahun)
2000 205.132,0 1,34
2005 219.204,7 1,27
2010 233.477,4 1,18
2015 247.572,4 1,06
2020 261.005,0 0,92
2025 273.219,2
Sumber : Rusli (2012)


Untuk melakukan proyeksi penduduk maka diperlukan penghitungan terhadap laju
pertumbuhan penduduk. Ada beberapa cara sederhana untuk menghitung laju pertumbuhan
penduduk, yaitu antara lain:
1. Persamaan Berimbang (The Balancing Equation)
Metode persamaan ini digunakan untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun
ke tahun, dengan rumus :



dimana :
P
t
= banyaknya penduduk pada tahun akhir
P
o
= banyaknya penduduk pada tahun awal
B = banyaknya kelahiran
D = banyaknya kematian
IM = banyaknya migrasi masuk
OM = banyaknya migrasi keluar
(B - D) = pertumbuhan penduduk alamiah
(IM - OM) = migrasi neto

Contoh :
Pada tahun 2010 jumlah penduduk suatu negara adalah sebesar 200 juta jiwa; dengan jumlah
kelahiran sebesar 3 juta jiwa dan jumlah kematian sebesar 2 juta jiwa. Pada tahun itu jumlah
P
t
= P
o
+ (B - D) + (IM - OM)
migrasi masuk sebesar 1 juta jiwa dan migrasi keluar jumlahnya juga sebesar 1 juta jiwa.
Jumlah penduduk negara tersebut pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: :
P
t
= P
o
+ (B - D) + (IM - OM)
= 200 juta + (3 juta 2 juta) + (1 juta 1 juta)
= 201 juta jiwa
Jadi jumlah penduduk negara tersebut pada tahun 2011 adalah sebesar 201 juta jiwa. Terlihat
disini bahwa besar kecilnya laju pertumbuhan penduduk di suatu negara sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya komponen pertumbuhan penduduk yang meliputi besarnya kelahiran,
kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar. Apabila data untuk kelahiran, kematian, dan
migrasi tercatat dengan cukup lengkap dan reliabel maka perkiraan jumlah penduduk pada
periode setelah sensus akan dengan mudah untuk dihitung. Namun apabila data untuk
kelahiran, kematian, dan migrasi tidak tersedia dengan cukup lengkap maka tidak
memungkinkan diterapkan persamaan berimbang ini.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris (Geometric Growth)
Sebagai alternatif, apabila data kelahiran, kematian dan migrasi tidak tersedia dengan cukup
lengkap maka proyeksi penduduk dapat dihitung dengan laju pertumbuhan penduduk
geometris. Tingkat pertumbuhan penduduk geometris adalah tingkat pertumbuhan penduduk
secara bertahap, yaitu dengan cara memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada
akhir tahun dari suatu periode. Dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk
geometris ini, proyeksi penduduk dapat dilakukan hanya dengan mengetahui jumlah
penduduk total, sehingga pendekatan ini memang lebih sederhana dibandingkan pendekatan
persamaan berimbang.

Sebagai contoh pada tahun 2010 di suatu negara, jumlah penduduknya sebesar P
o
dan rata-
rata pertumbuhan penduduk tiap tahun sebesar r persen, selanjutnya :
Pada tahun 2011 (setelah 1 tahun) jumlah penduduknya menjadi P
1
atau
P
1
= P
o
+ P
o
.r
= P
o
(1 + r)


Pada tahun 2012 (setelah 2 tahun) jumlah penduduknya menjadi P2 atau
P
2
= P
1
+ P
1
. r
= P
1
(1 + r) P
o
(1 + r) (1 + r)
= P
o
(1+ r)
2
Setelah 3 tahun yaitu pada tahun 2013 jumlah penduduknya menjadi P
3
atau
P
3
= P
2
+ P
2
.r
= P
2
(1 + r) P
o
(1 + r)
2
. (1 + r)
= P
o
(1 + r)
3

Setelah t tahun maka jumlah penduduknya menjadi :


Dimana :
P
t
= banyaknya penduduk pada tahun akhir
P
o
= banyaknya penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
t = adalah jangka waktu (dalam banyaknya tahun)

Contoh :
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar 2.163.000, dan pada
tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 orang, hitunglah besarnya laju pertumbuhan
penduduk per tahun pada periode tahun 1961-1971.
Jawab :
P
t
= P
o
(1 + r)
t

2.490.000 = 2.163.000 (1 + r)
10

(1 + r)
10
=

= 1.151.179
10 log(1 + r) = log 1.157.179
= 0,0611429 (antilog)
(1 + r) = 1,014178
r = 0,014178 atau 1,42 %

Jadi laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1,42% pada periode
tahun 1961-1971.

3. Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (LPPE) (Exponential Growth)
Alternatif yang ketiga adalah proyeksi penduduk dengan menghitung laju pertumbuhan
penduduk eksponensial. Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk
yang berlangsung secara terus-menerus (continuous). Dengan menggunakan rumus laju
pertumbuhan penduduk eksponensial ini, proyeksi penduduk juga dapat dilakukan hanya
dengan mengetahui jumlah penduduk total.
P
t
= Po (1 + r)
t

Rumus :


Dimana :
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po = Banyaknya penduduk pada tahun awal
r = Angka pertumbuhan penduduk
m = Jangka waktu
e = Angka eksponensial (2,71828)

Contoh :
Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 orang dan pada tahun 1971
sebanyak 119.232.000 orang. Maka pertumbuhan geometris, r = 0,0208 atau 2,08 persen per
tahun, sedang pertumbuhan eksponensial, r = 0,020617 atau 2,06 persen per tahun.

Proyeksi terhadap Komponen Pertumbuhan Penduduk
1. Fertilitas

Secara sederhana sebenarnya rumus laju pertumbuhan penduduk geometris maupun
eksponensial juga dapat digunakan untuk memproyeksikan perkembangan tingkat kelahiran
atau fertilitas di suatu daerah atau negara. Menurut istilah kependudukan, fertilitas diartikan
sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan
kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Adapun proyeksi atau
perhitungan terhadap fertilitas adalah penting untuk dilakukan karena tingkat rendahnya
perkembangan tingkat fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan penduduk
suatu daerah atau suatu negara. Tingkat kelahiran (fertilitas) ini juga telah terbukti menjadi
komponen utama sebagai pendorong turunnya laju pertumbuhan penduduk baik di Indonesia
maupun di dunia

Adapun untuk mengukur atau memprediksi tingkat kelahiran terdapat beberapa indikator-
indikator penting yaitu :

Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) yaitu angka yang menggambarkan
banyaknya bayi yang lahir pada tahun tertentu untuk tiap seribu penduduk dengan rumus
sebagai berikut.
P
t
= P
o
. e
m



Di mana : B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun
P = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun dari tahun yang sama
K = bilangan konstan, biasanya angka 1000

TABEL 2.6
CBR dan Perkiraan CBR di Indonesia
Tahun CBR Periode Perkiraan CBR
1995 23,64 1995 2000 22,10
1996 23,27 2000 2005 19,50
1997 22,90 2005 2010 19,50
1998 22,79 2010 2015 16,20
1999 22,41 2015 2020 14,60
Sumber : BPS (2000) dan IDHS (1991) dalam Mulyadi (2008)

Pada Tabel 2.6. di atas terlihat bahwa angka kelahiran kasar (CBR) pada tahun 1995 sebesar
23,64 dan pada saat krisis ekonomi (1998) menurun menjadi sebesar 22,79, kemudian pada
tahun1999 kembali sedikit menurun menjadi sebesar 22,41. IDHS (1991) memproyeksikan
bahwa angka CBR Indonesia pada periode 2000-2005 sebesar 19,50 dan sepuluh tahun
kemudian (periode 2010-2015) diperkirakan akan menurun menjadi rata-rata sebesar 16,20.

Angka kelahiran menurut umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang
menggambarkan banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu
dengan rumus sebagai berikut


Di mana : bi = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun
= banyaknya wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
K = bilangan konstan, biasanya 1000
Dengan kata lain, ASFR merupakan penghitungan secara spesifik per kelompok umur dari
CBR. Pengukuran menggunakan angka kelahiran menurut kelompok umur ini lebih baik
daripada menggunakan pengukuran angka kelahiran kasar, karena dalam angka kelahiran
menurut kelompok umur pengukuran dapat dilakukan terbatas, misalnya pada wanita usia
remaja (15-19 tahun) atau usia dewasa (20-34 tahun).

Penghitungan dan proyeksi terhadap tingkat kelahiran ini misalnya berguna untuk perbaikan
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Bayi yang baru lahir tentunya memerlukan
imunisasi dasar, seperti BCG, polio, DPT, hepatitis B, dan campak. Persediaan terhadap
kebutuhan akan imunisasi sekaligus akses terhadapnya mutlak diperlukan. Selain itu, seperti
kita ketahui bersama bahwa permasalahan gizi anak usia balita masih merupakan
permasalahan serius di Indonesia. Dengan adanya informasi mengenai tingkat kelahiran maka
akan dapat dilakukan perencanaan terhadap permasalahan gizi buruk atau kurang pada suatu
daerah tertentu. Tingginya tingkat kelahiran di suatu daerah atau suatu negara juga dapat
mencerminkan keberhasilan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk
Keluarga Berencana (KB), dimana wanita yang ikut berKB lebih berpeluang untuk
berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan keluarganya dan dalam pembangunan.

2. Mortalitas
Komponen kedua yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah mortalitas
(kematian). Apabila kita kembali ke masa lampau, maka kematian, demikian juga kelahiran,
dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dikontrol karena berada di luar kemampuan
manusia. Hal ini berubah sampai akhirnya Jenner pada abad 18 yang menemukan imunisasi
terhadap penyakit cacar yang dapat mengurangi kematian manusia akibat penyakit cacar.
Sejak meluasnya revolusi industri di Eropa, maka berkembang pulalah usaha-usaha
pengendalian penyakit yang dapat mempengaruhi angka-angka kematian.

Ukuran angka kematian menunjukkan suatu angka atau indeks yang dipakai sebagai dasar
untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian penduduk di suatu daerah. Ukuran-
ukuran mortalitas yang seringkali digunakan antara lain angka kematian kasar (Crude Death
Rate/CDR), angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) dan angka
kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR).

Angka kematian kasar (CDR) adalah jumlah kematian yang terjadi selama satu tahun tertentu
per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut


di mana : D = banyaknya orang mati selama setahun atau pada suatu tahun tertentu
P = banyaknya penduduk pertengahan tahun dari tahun yang sama
K = bilangan konstan, biasanya adalah angka 1000

Dari Tabel 2.7. di bawah ini terlihat bahwa angka kematian kasar (CDR) pada tahun 1995
sebesar 7,69 dan pada saat krisis ekonomi (1998) relatif tetap (sebesar 7,69), kemudian pada
tahun 1999 menurun menjadi sebesar 7,51. Berdasarkan angka estimasi IDS (1991), angka
CDR Indonesia pada periode 2000-2005 sebesar, 7,60 dan sepuluh tahun kemudian (periode
2010-2015) diperkirakan akan sedikit meningkat menjadi rata-rata sebesar 7,70.
TABEL 2.6
CBR dan Perkiraan CBR di Indonesia







Sumber: Mulyadi (2008)

Menurunnya angka kematian (mortalitas) penduduk di Indonesia menunjukkan telah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Upaya-upaya dalam meningkatkan derajat
kesehatan dilakukan misalnya dengan memberikan penyuluhan terutama dalam hal kesehatan
agar keluarga berperilaku hidup sehat dan penyediaan berbagai fasilitas seperti puskesmas,
posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan air bersih.

Apabila angka kematian kasar memberikan gambaran mengenai angka kematian secara
keseluruhan, maka angka kematian menurut umur (ASDR) dapat memberikan gambaran
Tahun CBR Periode Perkiraan CBR
1995 23,64 1995 2000 22,10
1996 23,27 2000 2005 19,50
1997 22,90 2005 2010 19,50
1998 22,79 2010 2015 16,20
1999 22,41 2015 2020 14,60
mengenai besar kecilnya resiko kematian yang diderita oleh penduduk pada kelompok umur
tertentu. ASDR juga sangat berguna untuk membuat proyeksi penduduk.


dimana : Di = banyaknya kematian penduduk pada umur tertentu pada tahun tertentu
pi = banyaknya penduduk pada umur yang sama pada tahun yang sama
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Rumus angka kematian menurut umur ini juga dapat digunakan untuk mengitung angka
kematian menurut karakteristik tertentu yang lain seperti jenis kelamin, lapangan pekerjaan,
etnis dan lain sebagainya.

Indikator penting lain yang seringkali dipakai sebagai indikator dalam menentukan tingkat
kematian penduduk adalah angka kematian bayi (Infant Mortality Rate). Menurunnya angka
kematian suatu negara secara keseluruhan banyak dipengaruhi oleh menurunnya angka
kematian bayi. Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian
bayi sebelum usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup yang terjadi pada tahun yang
bersangkutan. Adapun cara perhitungan dari angka kematian bayi adalah sebagai berikut


dimana : Do = jumlah kematian bayi pada suatu tahun
Bo = jumlah kelahiran bayi pada tahun yang sama
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Angka kematian bayi (IMR) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
tingkat kesehatan masyarakat sekaligus mencerminkan keadaan sosial-ekonomi masyarakat
yang bersangkutan. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan.

Sejauh ini angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan hasil yang selalu menurun dari
tahun ke tahun. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan karena menggambarkan tingkat
kesehatan masyarakat yang semakin membaik. Pada tahun 1991, angka kematian bayi di
Indonesia adalag sebesar 68 dan terus menurun, diperkirakan pada tahun 2015 hanya sebesar
23. Meskipun demikian hal yang masih menjadi masalah adalah tingkat ketimpangan antar
provinsi dari angka kematian bayi yang masih cukup lebar, yang menunjukkan masih belum
meratanya kondisi kesehatan masyarakat antar provinsi. Sebagai contoh angka kematian bayi
di provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 85 dan yang terbesar di Indonesia,
dibandingkan dengan DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta yang hanya sebesar 24 dan 25.


Sumber: BPS

Sejalan dengan angka kematian bayi, maka angka kematian Balita (Anak Dibawah Usia Lima
Tahun) yang disingkat sebagai AKBA juga mengalami penurunan. Diantara Balita yang ada,
maka kelompok yang paling rentan terkena penyakit jika didasarkan pada usia adalah balita
berumur 1 tahun sebab balita umur 1 tahun belum memiliki daya tahan tubuh yang sempurna.
Angka Kematian Balita (AKBA) dengann Angka Harapan Hidup memiliki hubungan erat
dan terbalik karena Angka Kematian Bayi (AKB) termasuk didalam AKBA. Secara umum
Gambar XXX yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki harapan untuk mewujudkan
salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) dalam bidang kesehatan pada tahun
2015. Penurunan AKBA membuktikan bahwa semakin meningkat kesadaran masyarakat
untuk bersalin dengan bantuan tenaga medis.


Meskipun demikian, terdapat persoalan lain yang harus diperhatikan oleh pembuat kebijakan,
yaitu Angka Kematian Bayi dan Angka kematian Balita di Indonesia masih tergolong tinggi
ditingkat ASEAN. .Upaya pembuat kebijakan untuk menekan AKBA masih kalah jauh
misalnya dengan negara tetangga, yakni Malaysia dan Singapura. Seperti terlihat pada
Gambar XXX, angka kematian bayi di Singapura pada tahun 2007 hanya sebesar 2,7 dan
Malaysia sebesar 9 dibandingkan Indonesia yang masih diatas 30.


Sumber: Kementerian Kesehatan

3. Migrasi
Migrasi adalah suatu bentuk perpindahan tempat tinggal secara permanen dengan menempuh
jarak minimal tertentu atau pindah dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya. Orang
yang melakukan migrasi disebut juga dengan migran. Secara umum migrasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internal yaitu
perpindahan penduduk antar unit geografis dalam suatu negara, sedangkan migrasi
internasional yaitu perpindahan penduduk yang terjadi antar negara. Migrasi internasional
juga dapat dibagi menjadi dua yaitu emigrasi dimana migrasi internasional dipandang dari
negara asal dan imigrasi dimana migrasi internasional dilihat dari negara tujuan.

Ukuran perpindahan penduduk antar unit geografis ini dapat dihitung dengan
memperhitungkan tingkat migrasi sebagai berikut:
Hal 152 Said Rusli

Dalam kenyataannya, angka-angka jumlah migran (migrasi) sebagai hasil pencatatan cukup
sulit untuk dicari di Indonesia, karena membutuhkan biaya pengumpulan data yang tidak
sedikit.

Salah satu bentuk kebijakan pengaturan kepadatan penduduk melalui migrasi internal yang
terkenal di Indonesia terutama pada masa Orde Baru adalah transmigrasi. Transmigrasi
merupakan migrasi yang direncanakan melalui kebijakan pemerintah yang biasanya dicirikan
dengan perpindahan tempat tinggal secara permanen dari Pulau Jawa yang sudah sangat padat
ke luar Jawa. Kebanyakan para transmigran berasal dari desa-desa di Jawa dengan tujuan
untuk membuka atau memanfaatkan lahan-lahan agraris di luar Jawa. Sumatera merupakan
daerah tujuan utama pada awal program transmigrasi yaitu sekitar tahun 196-1971. Setelah
itu, pada periode 1985-1995, sekitar 50% transmigran menuju Indonesia Bagian Timur.

Program Transmigrasi ini diperkirakan telah mengurangi 20% pertambahan penduduk di
Pulau Jawa selama periode 1979-1984. Daerah-daerah penerimaan seperti Provinsi Lampung
sangat merasakan pengaruh demografisnya dimana perkembangan jumlah penduduknya
berlangsung dengan sangat cepat. Antara tahun 1961-1980, tingkat perkembangan penduduk
tahunan di Lampung diperkirakan berada diatas 5%, dan ini sebagian besar merupakan
dampak dari program transmigrasi.

Tabel 2.7
Jumlah Transmigrasi menurut daerah tujuan, periode 1952-1975 dan 1985-1995

Daerah Tujuan 1951-1975 1985-1995
Jiwa % Jiwa %
Sumatera 459.097 75.6 1.850.672 50.1
Nusa Tenggara 654 0.1 50.896 1.9
Kalimantan 67.606 11.1 994.996 27.0
Sulawesi 70.843 11.7 403.980 11.0

Maluku 2.764 0.5 97.739 2.6

Irian Jaya 1.500 0.2 279.156 8.0

Lain-lain 5.067 0.8 - -

Jumlah 607.531 100.0 3.695.436 100
Keterangan: Semua yang dipindahkan pada periode ini adalah 923.859 kk.
Sumber: Rusli (2012)


Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Apabila jumlah penduduk Jawa Timur adalah 20 juta jiwa pada tahun 2010, jumlah
kelahiran adalah 2 juta jiwa dan jumlah kematian sebesar 1,5 juta jiwa. Pada tahun itu
jumlah migrasi masuk sebesar 2 juta jiwa dan migrasi keluar jumlahnya juga sebesar 3
juta jiwa. Hitunglah jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2011 dengan metode
persamaan berimbang .
2. Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2000 sebesar 15.500.000 jiwa, dan pada
tahun 2005 meningkat menjadi 17.000.000 jiwa. Hitunglah besarnya laju
pertumbuhan penduduk per tahun pada periode tahun 2000-2005 dengan laju
pertumbuhan penduduk geometris.
3. Apakah yang dimaksud dengan angka kelahiran kasar? Apa perbedaan angka
kelahiran kasar dan angka kelahiran menurut umur?
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Hitunglah dengan rumus persamaan berimbang. Perhatikan contoh yang ada pada
kegiatan belajar.
2. Hitunglah dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan penduduk geometris.
Perhatikan contoh yang ada pada kegiatan belajar. Perhatikan jarak tahun yang
dipergunakan dalam menghitung laju pertumbuhan.
3. Jelaskan definisinya, kemudian jelaskan perbedaannya berdasarkan spesifikasi
informasi yang akan didapat.

Rangkuman
Perumusan perencanaan kependudukan atau perencanaan terhadap keadaan penduduk pada
masa yang akan datang dapat diperoleh melalui proyeksi atau peramalan penduduk. Proyeksi
penduduk adalah prediksi yang didasarkan pada asumsi rasional tertentu yang dibangun
untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan menggunakan pendekatan statistik atau
matematika.
Untuk melakukan proyeksi penduduk maka diperlukan penghitungan terhadap laju
pertumbuhan penduduk. Ada beberapa cara untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk,
yaitu menggunakan persamaan berimbang, laju pertumbuhan penduduk geometris, dan laju
pertumbuhan penduduk eksponensial. Sedangkan untuk melihat komponen pertumbuhan
penduduk antara lain dapat dilakukan dengan melalui pendekatan dan perhitungan angka
kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR) angka kelahiran menurut umur (Age Specific
Fertility Rate/ASFR), angka kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), angka kematian
menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality
Rate/IMR).

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Perumusan perencanaan kependudukan pada masa yang akan datang dapat diperoleh
dengan cara ....
A. perhitungan perencanaan kependudukan
B. perhitungan laju pertumbuhan penduduk
C. peramalan kepadatan penduduk
D. proyeksi penduduk

2) Berikut ini merupakan beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menghitung
perubahan penduduk dari tahun ke tahun, kecuali ....
1. banyaknya migrasi keluar 5. pertumbuhan penduduk alamiah
2. banyaknya penduduk pada tahun awal 6. pertumbuhan penduduk buatan
3. banyaknya kelahiran 7. banyaknya migrasi masuk
4. banyaknya transmigrasi 8. banyaknya kematian

A. 1, 3, 4 dan 6
B. 1, 2, 3 dan 5
C. 2, 3, 5 dan 7
D. 1, 2, 5 dan 7

3) Tingkat pertumbuhan penduduk secara bertahap (discreate), yaitu dengan cara
memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode
disebut ....
A. laju pertumbuhan penduduk sosial
B. laju pertumbuhan penduduk eksponensial
C. laju pertumbuhan penduduk geometris
D. laju pertumbuhan penduduk akhir tahun

4) Laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah perkotaan dipengaruhi oleh ....
A. migrasi neto
B. kelahiran (natalitas)
C. pertumbuhan total penduduk perkotaan
D. reklasifikasi

5) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) adalah angka yang menggambarkan
banyaknya bayi yang lahir pada tahun tertentu untuk tiap seribu penduduk. Rumus untuk
menghitung CBR yaitu ....

A. C.


B. D.



Cocokkan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.





Arti tingkat penguasaan : 90 - 100% = baik sekali
80 - 90% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan
Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.


Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2
1) C 1) D
2) A 2) A
3) B 3) C
4) B 4) D
5) D 5) B



Daftar Pustaka



Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2011), Indonesia Economic Outlook 2011,
Lembaga Penerbit FE UI Jakarta

McNicoll, G (2008), Indonesia's Population Growth and Distribution in the 21st Century:
Projections and Speculations

Mulyadi (2008), Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, PT Raja
Grafindo Persada

Rusli, Said (2012), Pengantar Ilmu Kependudukan, Edisi Revisi, LP3ES

Anda mungkin juga menyukai