Masalah kependudukan di Indonesia akhir-akhir ini memperoleh sorotan yang
bertubi-tubi, karena adanya indikasi: Terjadinya perlambatan penurunan laju pertumbuhan penduduk, Penurunan kualitas penduduk, dan Semakin tak terarahnya pola mobilitas penduduk. Sementara itu, sampai dengan tahun 2015 akibat pertumbuhan penduduk dimasa lalu, jumlah penduduk Indonesia masih akan bertambah lebih dari 4 juta per tahun atau satu Negara “Singapore” dilahirkan per tahun. Kita masih “beruntung” bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun telah dapat diturunkan selama tiga dasawarsa terakhir ini. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Indonesia antara tahun 1961 - 1971 adalah 2,1 persen, kemudian meningkat menjadi 2.32 persen pada kurun waktu 1971-1980, selanjutnya menurun menjadi 1.97 persen antara kurun waktu 1980-1990 dan turun kembali dengan cukup tajam menjadi 1.48 persen pada kurun waktu 1990-2000. Saat ini diperkirakan angka pertumbuhan penduduk sekitar 1,3 persen per tahun. Penurunan angka pertumbuhan penduduk ini terutama karena terkendalinya angka fertilitas. Program KB selama 3 dasawarsa berhasil menurunkan angka kelahiran di 1970-an dari 5,6 menjadi 2,6 per wanita pada tahun 2002-03. Keberhasilan tersebut antara lain karena meningkatnya jumlah pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi, yang dibarengi dengan peningkatan pendididikan, penghasilan, status gizi dan kesehatan penduduk, terutama bagi penduduk perempuan. Pada tahun 2015, penduduk Indonesia diproyeksikan oleh BPS (2005) menjadi 248,2 juta. Jumlah penduduk tersebut tetap akan meningkat, dan apabila Indonesia berhasil mempertahankan program KB, PBB memproyeksikan pada tahun 2050 penduduk Indonesia akan mencapai sekitar 284,6 juta. Apabila Indonesia tidak mampu menurunkan angka kelahiran, atau tingkat fertilitasnya konstan, maka oleh PBB penduduk Indonesia tahun 2015 dan 2050 diproyeksikan akan mencapai 251,6 dan 337,8 juta jiwa. Suatu angka yang cukup besar, yang memerlukan daya dukung pertumbuhan ekonomi yang besar. Setiap tahun, karena berbagai sebab, tidak kurang dari 15,700 wanita di Indonesia yang hamil dan melahirkan meninggal dunia selama proses kehamilan dan melahirkan. Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rates (IMR) diperkirakan masih sekitar 35 per 1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu melahirkan masih cukup tinggi, meskipun telah bergeser dari angka 309 menjadi 230 per 100.000 kelahiran hidup sejak hampir 10 tahun terakhir ini. (UNFPA, 2005). Dari segi pendidikan, dapat dilihat bahwa berdasarkan Sensus Penduduk 2000 terdapat hanya 33.2 persen penduduk yang menamatkan tingkat pendidikan SLTP ke atas. Belum lagi jika kita berbicara tentang produktivitas, etos kerja, kreativitas, derajat kesehatan dan lain sebagainya. Indonesia juga masih mengalami persoalan yang serius dengan kemiskinan. Pada tahun 2003 terdapat sekitar 38.4 juta jiwa (18.2 persen) penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintah mentargetkan bahwa persentase penduduk miskin tersebut akan turun menjadi 11.7 persen pada tahun 2015. Berarti pada tahun 2015 masih terdapat sekitar 29 juta penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (dengan asumsi bahwa jumlah penduduk saat itu adalah 250.1 juta jiwa). Kondisi tersebut menempatkan kualitas SDM Indoneia (diukur dari HDI- Human Development Index), pada posisi ke 107 diantara 177 negara di didunia, dibawah posisi Vietnam. Dari segi mobilitas penduduk, kita selalu dihadapkan pada masalah bagaimana mengurangi dampak negatif arus perpindahan penduduk ke kota-kota besar, seperti yang terjadi di Jakarta. Perpindahan tenaga kerja ke luar negeri juga tak kalah penting masalahnya. Perlakuan yang kurang manusiawi bagi tenaga kerja perempuan Indonesia di luar-negeri seringkali mendominasi berita-berita media masa, karena akar permasalahannya adalah kualitas tenaga kerja yang rendah dan proses administrasi kependudukan yang tidak dilaksanakan dengan baik. A.Definisi Penduduk Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua: • Orang yang tinggal di daerah tersebut • Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentuMasalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.
B.Pengertian Kuantitas Penduduk
Kuantitas penduduk adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jumlah penduduk.Kebutuhan akan tenaga kerja akan terpenuhi dengan adanya jumlah penduduk yang memadai, sehingga secara kuantitas tidak perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri. Banyak sedikitnya jumlah penduduk di suatu negara secara riil dipengaruhi oleh: a. Angka kelahiran, makin tinggi angka kelahiran, maka jumlah penduduk makin bertambah b. Angka kematian,makin rendah angka kematian dibandingkan dengan angka kelahiran, maka jumlah penduduk makin bertambah. Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap pembangunan berupa tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Akan tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan. Permasalahan-permasalahan tersebut di antaranya: a. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan,sandang,dan papan. b. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini menyebabkan hasil pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara daerah yang padat dan daerah yang jarang penduduknya. c. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan kelompok miskinkota. d. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan volume pekerjaan menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada kerawanan sosial.