PEREKONOMIAN INDONESIA
OLEH
KELOMPOK 4
A. Latar Belakang
Dalam perencanaan pembangunan, kependudukan memegang peran penting didalamnya.
Kependudukan adalah segala hal yang berkaitan dengan kelahiran (natalitas), kematian
(mortalitas), serta perpindahan (migrasi) yang memengaruhi keadaan social, ekonomi,
budaya maupun politik suatu negara. Makin lengkap dan akurat data kependudukan yang
tersedia makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu dibuat. Sebagai contoh, dalam
perencanaan sumber daya manusia diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia
sekolah, dan para pekerja. Banyak lagi contoh-contoh lain tentang data kependudukan
sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan. Beberapa masalah yang terkait dengan
ketenagakerjaan adalah pengangguran, upah minimum, dan minimnya lapangan pekerjaan.
Untuk mengatasi hal tersebut dimana jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak
hingga mencapai nomor 4 penduduk terbanyak di dunia, bisa dapat dipecahkan dengan data
kependudukan yang akurat dan kebijakan pemerintah baik dari sisi pendidikan, perundang-
undangan, perluasan lapangan kerja, pelayanan informasi, upah pekerja dan lain sebagainya.
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas
dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan
perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh
keberhasilan pembangunan berkelanjutan.Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk
dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar
untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang
bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara
lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus,
2007:2). Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai arti
tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang
menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa
akibat tidak ada kesempatan kerja.
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah Negara. Dari
sisi tenaga kerja, penduduk suatu Negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok
penduduk usia kerja dan kelompok bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah mereka
yang berumur 10 hingga 65 tahun. Namun dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah
menjadi yang berumur 15 hingga 65 tahun. Penduduk usia kerja dapat pula kita bagi dalam
dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah semua orang yang siap bekerja disuatu Negara. Kelompok tersebut
biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari seluruhan angkata kerja dalam suatu
Negara tidak semuanya mendapat kesempatan bekerja. Diantaranya ada pula yang tidak
bekerja. Mereka inilah yang disebut pengangguran. Pengangguran adalah angkatan kerja
atau kelompok usia produktif yang tidak bekerja. (YB Kadarusman, 2004:65)
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.
Sedangkan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan masalah pekerjaan baik
masalah pekerjaan itu sendiri, tenaga kerjanya, upah, hingga masalah yang ada pada sektor
tersebut.
1. Permasalahan Pendudukan di Indonesia
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan orang asing yang bertempat
tinggal di wilayah Indonesia dan telah menetap/berniat menetap selama minimal 1 tahun.
Kependudukan adalah hal yang berhubungan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin,
agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas
serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dalam buku Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (2004) karya Nommy
Horas Thombang Siahaan, perkembangan jumlah penduduk negara-negara di dunia
khususnya negara-negara sedang berkembang selama dasawarsa terakhir ini sangat terasa
pesatnya. Indonesia menempati ranking terbesar penduduknya dari semua negara
berkembang setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Masalah kependudukan di negara Indonesia ditandai oleh tiga hal, yakni:
1) Jumlah penduduk yang kian meningkat
Jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 160 juta jiwa. Hasil sensus pada 1980
berjumlah 147 juta jiwa dengan persentasi pertumbuhan sebesar 2,34 persen
pertahun. Tapi berdasarkan sensus penduduk pada 2000, jumlah penduduk
Indonesia menjadi 203,4 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,35 persen pertahun.
2) Penyebaran penduduk sangat timpang
Di Pulau Jawa yang hanya 7 persen dari seluruh luas daratan Indonesia bermukim
kurang lebih 120 juta jiwa penduduk. Tingkat kepadatannya sekitar 700 jiwa
perkilometer persegi. Dibandingkan Sumatera, Kalimantan, Irian atau Maluku yang
masing-masing hanya 88,20 dan 8 per kilometer persegi.
Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan luas
Pulau Jawa merupakan sebagian kecil dari luas Wilayah Indonesia.
Situasi itu merupakan tantangan raksasa kependukan.
3) Situasi struktur umur penduduk yang kurang menguntungkan
Jumlah penduduk kebanyakan berumur muda dan itu akan menjadi yang tantangan
berat bagi pembangunan. Di Indonesia menurut sensus penduduk pada 1980 jumlah
penduduk yang berumur muda kurang lebih berjumlah 100 juta. Tolak ukur yang
biasa dipergunakan untuk menentukan umur muda adalah 30 tahun ke bawah. Dari
jumlah itu, sepertiganya berusia di bawah 15 tahun. Jumlah anak yang berada di
bawah usia lima tahun sekitar 22 juta orang. Menurut sensur penduduk pada 2000,
struktur umur penduduk dikelompokan dalam tiga kelompok, yakni: Kelompok
umur muda 0-14 tahun: 36,6 persen Kelompok umur produkstif (15-64 tahun): 59,6
persen Kelompok umur tua (65 tahun) atau lebih: 3,8 persen.
Struktur kependudukan yang dominan berusia muda merupakan tantangan berat
bagi pembangunan. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), perkembangan jumlah penduduk dunia yang sangat cepat ini akan
menimbulkan ledakan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak
diimbangi dengan ketersediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas
umum. Selain itu tidak diimbangi dengan pencapain kualitas SDM yang tinggi,
maka akan muncul dampak atau permasalahan-permasahan. Jika terus menerus
dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai akibat
pertumbuhan penduduk yang cepat dan memberikan dampak yang buruk bagi
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Besarnya jumlah penduduk yang besar itu
menjadi masalah dan memiliki dampak positif maupun negatif.
Di mana berpotensi terjadinya konflik dan benturan antara berbagai kepentingan
kelompok. Selain itu permasalahan penyediaan tenaga kerja dalam sumber daya
alam. Penyediaan lapangan pekerjaan sangatlah minim sehingga timbul
pengangguran.
Masalah kependudukan di Indonesia bisa dikelompokkan berdasarkan kuantitatif dan
kualitatif.
1. Tingkat Kesehatan Tingkat kesehatan di Indonesia masih belum merata dan tergolong
rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas kesehatan penduduk tidak terlepas dari
pendapatan penduduk di suatu daerah. Semakin tinggi pendapatan penduduk, maka
kemampuan untuk membeli pelayanan kesehatan juga semakin tinggi.
2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat
kesejahteraan. Namun, sayangnya masih banyak penduduk Indonesia yang kesulitan
mendapat akses pendidikan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia yang hidup
di bawah garis kemiskinan pada 2020 mengalami peningkatan. Selain itu, pendapatan
perkapita yang masih rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya sehingga sulit mencapai kesejahteraan.
Mengurangi masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia, ada beberapa upaya yang
bisa dilakukan.
1. Pengurangan pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang sudah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia adalah memberlakukan program Keluarga Berencana (KB).
2. Meningkatkan pemerataan pembangunan.
3. Menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduk.
4. Melakukan program transmigrasi.
5. Melaksanakan program perbaikan gizi, salah satunya melalui POSYANDU.
6. Melengkapi sarana dan prasarana Kesehatan. Salah satu caranya adalah dengan
membangun puskesmas dan rumah sakit.
7. Penyediaan air bersih.
8. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
9. Menambah jumlah tenaga kependidikan di semua jenjang Pendidikan.
10. Melaksanakan program wajib belajar Pendidikan dasar 9 tahun.
11. Pemberian beasiswa.
12. Menyediakan kelengkapan fasilitas Pendidikan, seperti perpustakaan, laboratorium,
dan alat keterampilan lainnya.
13. Menciptakan kurikulum Pendidikan yang sesuai.
14. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar.
15. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan suber daya alam.
16. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi.
17. Mengoptimalkan peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana
pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian
pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah
kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak negatif lainnnya
yang muncul adalah terjadinya “over urbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota
yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga
dapat terjadi “under ruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi
tingkat dan cara produksi yang ada.
Faktor penyebab terjadinya urbanisasi adalah terbagi menjadi dua yaitu faktor penarik
dan faktor pendorong.
1. Penduduk desa yang menganggap bahwa di kota memiliki banyak pekerjaan dan
mudah mendapatkan penghasilan.
2. Kota memiliki fasilitas yang lengkap terutama pada bidang pendidikan,rekreasi, dan
kesehatan.
3. Kota dianggap memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi.
4. Kota dianggap sebagai tempat untuk menggantungkan keahlian.
5. Kota memiliki tingkat upah yang lebih tinggi.
1. Kemiskinan yang terjadi di desa. Hal ini diakibatkan dari pembagian tanah warisan
yang makin menyempit.
2. Lapangan pekerjaan yang terbatas. Orang desa terkenal memiliki sifat yang ulet,
sabar, dan suka bekerja keras, tetapi memiliki jumlah penduduk yang tinggi sehingga
lapangan pekerjaan kurang.
3. Desa memiliki upah buruh yang lebih rendah daripada di kota.
4. Desa memiliki adat istiadat yang ketat bagi yang mereka berpendidikan. Hal ini
menghambat kemajuannya terhambat. Sehingga memunculkan pemikiran lebih baik
mencari pekerjaan di kota.
5. Di desa fasilitas pendidikan yang tersedia minim, hal ini mengakibatkan banyak
penduduk desa yang pindah ke kota.
Urbanisasi yang terjadi dalam jumlah yang masif tentunya bisa memberikan sebuah
dampak yang sangat berbahaya bagi kota yang dikunjungi dan desa yang ditinggalkan. Di
bawah ini adalah beberapa dampak urbanisasi secara umum yang perlu di ketahui:
1) Keterbatasan Hunian Di Daerah Perkotaan
Di daerah perkotaan umumnya terdapat lebih banyak kantor dan minimnya jumlah
hunian yang mampu untuk menampung masyarakat apabila terjadi sebuah
urbanisasi. Dengan adanya keterbatasan ini menjadikan banyak orang yang tidak
bisa memiliki tempat tinggal yang layak di kota. Dengan adanya keterbatasan
hunian juga menjadikan harga properti mengalami kenaikan dan menjadikan hanya
segelintir orang saja yang mampu untuk membeli rumah
2) Semakin Minimnya Lahan Kosong Di Daerah Perkotaan
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya
dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui.
ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan
tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau
(RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan
telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan,
dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan
untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang.
Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan
lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
3) Kota Menjadi Terlalu Padat
Tanpa adanya urbanisasi, kota-kota besar sebenarnya sudah cukup padat dan kurang
nyaman untuk ditinggali. Jika urbanisasi terjadi maka situasi kota akan menjadi
terlalu padat dan menjadikan perbandingan antara luas wilayah dengan jumlah
penduduk yang ada di dalamnya.
4) Meningkatnya Angka Pengangguran
Pengangguran di kota bisa menjadi meningkat drastis apabila masyarakat desa yang
melakukan urbanisasi tidak memiliki keahlian dan pengalaman kerja sebelumnya.
Biaya hidup di kota yang sangat tinggi menjadikan masyarakat desa sulit untuk
meningkatkan harapan hidupnya.
5) Munculnya Daerah Kumuh
Berkaitan dengan minimnya properti yang ada di kota menjadikan daerah kumuh
bermunculan dan membuat kota menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. Tidak
hanya itu saja, akan bermunculan berbagai rumah semi permanen pada daerah
bantaran sungai yang tidak memiliki izin pembangunan sama sekali.
Rumah yang berada pada bantaran sungai tersebut biasanya menjadi salah satu
penyebab utama terjadinya banjir pada daerah perkotaan karena sungai yang
harusnya memiliki fungsi untuk mengaliri air menjadi tercemar karena fungsi dari
sungai yang sudah berubah dan ukurannya menjadi lebih mengecil.
6) Penyebaran Penyakit Berbahaya
Karena munculnya daerah yang kumuh menjadikan minimnya kebersihan pada
daerah tersebut. Apabila pada satu wilayah memiliki tingkat kebersihan yang rendah
maka bisa memunculkan berbagai bentuk penyakit berbahaya yang bisa menular
dengan cepat. Salah satu penyakit yang bisa muncul adalah seperti penyakit kulit.
7) Terjadinya Kemacetan
Kemacetan selalu mengikuti pada setiap daerah yang padat penduduknya. Apabila
urbanisasi terjadi maka otomatis kemacetan pada satu kota bisa meningkat secara
drastis. Volume jalan yang terbatas menjadikan kemacetan bisa terus mengalami
peningkatan dan mengakibatkan masyarakat membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya.
8) Berkurangnya Penduduk Usia Produktif di Desa
Kondisi kota yang tampak menarik menjadikan banyak penduduk desa yang masih
berada pada usia produktif menjadi tertarik untuk pindah ke kota. Apabila banyak
masyarakat desa dengan usia produktif melakukan urbanisasi maka otomatis desa
tersebut akan mengalami kekurangan tenaga yang bisa membantu untuk
menjalankan pertanian dan perkebunan yang ada.
9) Menambah Polusi Di Daerah Perkotaan
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan
maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.
Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota
yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi
udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota
tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan
perkotaan. Sebagian besar kota di Indonesia mengalami persoalan polusi sebagai
akibat dari proses urbanisasi, baik oleh semakin banyaknya jumlah kendaraan
maupun oleh industri-industri yang tumbuh.
10) Penyebab Bencana Alam
Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya
menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah
Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman
maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir. daerah aliran sungai sudah tidak bisa menampung air
hujan lagi.
11) Merusak Tata Kota
Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan
yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan
adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan
yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di
tanah-tanah pemerintah.
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi masalah urbanisasi di
antaranya melalui peningkatan aspek pendidikan, aspek aksesibilitas, serta pengembangan
aspek potensi desa.
Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang tidak mampu dan tidak mau bekerja,
meskipun ada berbagai macam tawaran pekerjaan. Menurut undang-undang, mereka adalah
penduduk yang usianya di bawah usia 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Para
pensiunan dan anak-anak adalah beberapa contoh diantaranya. Tenaga kerja terdiri atas dua
kelompok berdasarkan batas kerjanya, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok
bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja merupakan kelompok yang terdiri atas
orang-orang yang telah masuk usia kerja, terlepas orang-orang tersebut sudah bekerja atau
pun belum. Rataan usia penduduk yang masuk kategori angkatan kerja adalah 15 sampai
64 tahun. Angkatan kerja terbagi menjadi dua, yakni angkatan kerja yang bekerja dan
angkatan kerja yang tidak bekerja. Angkatan kerja yang bekerja adalah angkatan kerja
yang terdiri atas orang-orang yang sedang atau sudah bekerja.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran tertinggi banyak dialami oleh lulusan SMA,
SMK, dan pendidikan tinggi universitas. TPT dari lulusan SMA naik dari 6,69% tahun lalu
menjadi 8,55% di tahun ini. Begitu pula dari lulusan SMK, naik dari 8,42% menjadi
11,45%, serta universitas dari 5,7% menjadi 6,97%.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini Indonesia mengalami peningkatan dalam
hal pertumbuhan lapangan kerja, namun tetap saja pencari kerja lebih banyak.
Jumlah penduduk yang besar akan menghasilkan angkatan kerja yang besar juga.
Angkatan kerja yang besar tersebut kalau bisa dimanfaatkan dengan baik tentu
dapat meningkatkan kegiatan perekonomian, sehingga masyarakat menjadi lebih
sejahtera dan pendapatan nasional meningkat. Kelebihan tenaga kerja dapat
menyebabkan pasar kerja kurang berkualitas, sehingga produktivitas tenaga kerja
juga rendah.