:1207011012
SEMESTER : III A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hukum tertentu dan waktu
tertentu, sehingga kita mengenal istilah penduduk tetap (penduduk yang berada dalam suatu
wilayah dalam waktu lama) dan penduduk tidak tetap (penduduk yang berada dalam suatu
wilayah untuk sementara waktu). Sedangkan Warga Negara Indonesia adalah semua orang
yang tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, baik penduduk asli maupun keturunan
asing yang telah disyahkan oleh undang-undang sebagai warga negara Indonesia.
Setiap Negera pasti memiliki masalah kependudukan. Masalah kependudukan yang
dihadapi suatu negara berbeda dengan negara yang dihadapi negara lain. Indonesia adalah
salah satu diantaranya. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki
masalah-masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi.
Masalah ini datang sebagai akibat dari pertambahan Penduduk serta Pembangunan. selain
jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan tidak meratanya penduduk
membuat Indonesia semakin banyak mengalami permasalahan terkait dengan hal
kependudukan.
Tidak hanya itu, faktor geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan di Indonesia juga
membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga menjadi hal yang perlu
mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan pembangunan manusia Indonesia.
Pembangunan yang terjadi antara seperti pembangunan kesehatan dan pembangunan
ekonomi. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II), yaitu
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Sementara
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu Negara.
Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena pembangunan
ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan.
Begitu pula dengan Pertumbuhan penduduk.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meninjau lebih lanjut mengenai masalah-masalah
kependudukan yang terjadi di Indonesia beserta kaitannya dengan pembangunan di bidang
lainnya.
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3.1
1.3.2
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masalah kependudukan tersebut
1.3.3
1.3.4
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan browsing
internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia
(SDM), bukan oleh melimpahnya sumber daya alam (SDA) Negara tersebut. Jumlah
penduduk yang besar akan bermanfaat jika kualitasnya tinggi. Sebaliknya, jika kualitasnya
rendah, maka jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi beban bagi pembangunan.
Kependudukan di Indonesia menjadi akar permasalahan bangsa kita saat ini. kemiskinan,
pengangguran dan SDM yang masih rendah merupakan masalah yang terus dialami oleh
bangsa kita.
Situasi kependudukan Indonesia saat ini dinilai masih kurang menguntungkan, baik yang
berkaitan dengan kuantitas, kualitas, administrasi kependudukan, maupun mobilitas atau
persebarannya.
Beberapa masalah yang Nampak jelas dari padatnya penduduk di negera kita ini adalah
kemiskinan, masalah kesehatan, masalah pengangguran maupun masalah di bidang
pendidikan.
2.1.1
masalah kemiskinan
Pada umumya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah modal ataupun
keterampilan sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas.
Disamping itu mereka juga tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri ditambah lagi dengan tingkat pendidikan rendah sehingga
waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan penghasilan serta
mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan yang
memadai.
2.1.2
masalah kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atauperusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap teranaktirikan dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan,
masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja
terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan
itu sendiri.
2.1.3
masalah pengangguran
Di dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia hendaknya bekerja manusia yang
sudah pantas bekerja di sebut dengan tenaga kerja. Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia
kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang
sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah
tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja
maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab (petani yang menunggu
panen,karyawan yang sedang sakit,dsb). Sedangkan yang dimaksud dengan usia pekerja
adalah tingkat umur seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan.
Di Indonesia kisaran usia kerja adalah antara 10-64 tahun. Kemudian yang disebut
sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Menurut data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk usia 10-24 tahun
sebanyak 63,4 juta jiwa atau 26,6% sedangkan usia 0-9 tahun sebanyak 45,9 juta jiwa atau
sebesar 19,3 %. Jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang berkualitas, kesehatan yang
baik, serta tidak memiliki keterampilan dan kompetensi memadai dan ketersediaan lapangan
pekerjaan, maka jumlah usia produktif yang besar tersebut tidak akan berguna dan justru akan
menjadi beban bagi negara karena tidak dapat diserap lapangan pekerjaan
2.2.1
Selain itu, masalah yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang besar adalah
dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan bahan pokok menuntut orang untuk
berkerja dan encari nafkah. Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi
masalah adalah penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan dan
cenderung mencari pekerjaan daripada membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan
masalah baru yaitu pengangguran.
Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka rasio ketergantungan tinggi sehingga
negara memiliki tanggungan yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat
pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi.
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai permasalahan
lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang besar tentunya membutuhkan ruang
yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah
Indonesia tidaklah bertambah.
Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangatlah diperlukan guna penentuan
kebijakan terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.
2.2.2
Tingkat Pendidikan
Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan
penduduk melalui berbagai program pemerintah di bidang pendidikan, seperti program
beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah (BOS), program wajib belajar, dan sebagainya.
Walaupun demikian, karena banyaknya hambatan yang dialami, maka hingga saat ini
tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah.
f.
g.
Rendahnya pendapatan per kapita penduduk, menyebabkan orang tua tidak mampu
membiayai anaknya sekolah, sehingga banyak anak yang putus sekolah atau berhenti sekolah
sebelum tamat.
h. Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang ada seperti kelas,
guru, dan buku-buku pelajaran.
2.2.3
a.
Faktor Fisiografis, meliputi keadaan fisik pulau tersebut, misal keadaan tanah, iklim dan
cuaca.
2.2.4
Berdasarkan pengambilan data peserta aktif pada bulan januari tahun 2010
menunjukan bahwa prevelensi KB di Indonesia adalah 75.8 % . Diantaranya akseptor wanita
sebanyak (75.4%) dan akseptor pria sebanyak (1.6%)(BKKBN, 2011).
Rendahnya partisipasi pria atau suami dalam KB dan kesehatan reproduksi
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
a.
faktor dukungan, baik politis, sosial budaya, maupun keluarga yang masih rendah sebagai
akibat rendah atau kurangnya pengetahuan pria atau suami serta lingkungan sosial budaya
yang menganggap KB dan kesehatan reproduksi merupakan urusan dan tanggung jawab
perempuan.
b.
faktor akses, baik akses informasi, maupun akses pelayanan. Dilihat dari akses informasi,
materi informasi pria masih sangat terbatas, demikian halnya dengan kesempatan pria atau
suami yang masih kurang dalam mendapatkan informasi mengenai KB dan kesehatan
reproduksi. Keterbatasan juga dilihat dari sisi pelayanan dimana sarana atau tempat
pelayanan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi pria atau
suami masih sangat terbatas, sementara jenis pelayanan kesehatan reproduksi untuk pria atau
suami belum tersedia pada semua tempat pelayanan dan alat kontrasepsi untuk suami hanya
terbatas pada kondom dan vasektomi (Iman, 2008).
2.2.5
mempunyai institusi yang khusus menangani KB, sedangkan 93 persen digabung dengan
tugas-tugas lain.
Mengecilnya komitmen pemda, khususnya pemerintah kabupaten/kota pada awal
pelaksanaan otonomi daerah antara lain karena pertimbangan pembiayaan. KB yang banyak
dinilai sebagai urusan yang lebih banyak menyedot anggaran, kemudian diciutkan,
digabungkan dengan urusan lain.
Kewajiban pemerintah provinsi, maupun kebupaten/kota mengurus program KB baru
ditegaskan pada Peraturan Pemerintah 38/2007. PP ini ternyata hanya melahirkan berbagai
institusi KB yang ala kadarnya. Kinerja program tidak membaik, setidaknya jika dilihat dari
hasil SP 2010.
2.2.6
a.
Apakah ada kebijakan dari Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mengatasi
masalah tersebut, misalnya cukup dengan menunjukkan ijasah sekolah atau dengan cara lain
yang bisa digunakan dan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum untuk mengatasi
masalah tersebut mengingat masih ada warga yang tidak memiliki ijasah sekolah.
b. Masalah KTP dan KK
Masih banyak warga DKI Jakarta yang belum memiliki akta kelahiran karena tidak
memiliki KTP, Kartu Keluarga, akta nikah dari KUA atau Catatan Sipil dan surat keterangan
lahir anak dari dokter atau bidan.
Kasus lain, salah satu orang tua kabur atau meninggalkan istri atausuami dan anak tanpa
kabar bertahun-tahun dengan membawa KTP dan Akta nikah sehingga istri atau suami sulit
untuk membuatkan akta kelahiran untuk anaknya.
2.2.7
Data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa prevalensi umur perkawinan pertama antara
15-19 tahun sebanyak 41,9 persen. Menurut SDKI Tahun 2007, 17 persen wanita yang saat
ini berumur 45-49 tahun menikah pada umur 15 tahun, sedangkan proporsi wanita yang
menikah pada umur 15 tahun berkurang dari 9 persen untuk umur 30-34 tahun menjadi 4
persen untuk wanita umur 20-24 tahun. Menurut data Susenas Tahun 2010, secara nasional
rata-rata usia kawin pertama di Indonesia 19.70 tahun, rata-rata usia kawin didaerah
perkotaan 20.53 tahun dan di daerah perdesaan 18.94 tahun, masih terdapat beberapa propinsi
rata-rata umur kawin pertama perempuan dibawah angka nasional.
2.2.8
Tingkat Pendapatan
Pendapatan penduduk Indonesia walaupun mengalami peningkatan tetapi masih
tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Negara
1.
Amerika Serikat
47.140
2.
Australia
43.740
3.
Jepang
42.150
4.
Malaysia
7.900
5.
Singapura
40.920
6.
Indonesia
2.580
7.
Thailand
4.210
8.
Filipina
2.050
9.
Inggris
38.540
10.
Korea Selatan
19.890
Dengan pendapatan per kapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai kesejahteraan.
d. Angka kematian bayi tahun 1980 sebesar 108 per 1000 bayi dan tahun 1990 sebesar 71 per
1000 kelahiran bayi.
2.4.1
a.
b.
Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri sumber daya
alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
c.
d.
e.
Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu berkurang.
2.4.2
Bidang Pendidikan
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia yaitu:
e.
f.
g. Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dimulai tahun ajaran
1994/1995.
h.
Pemberian bea siswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi berprestasi di
sekolahnya.
i.
j.
2.4.3
a.
Peduli terhadap pertumbuhan penduduk dan kehidupan sosial, budaya dan agama
2.4.4
Bidang Kesehatan
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia
yaitu:
a.
b.
c.
f.
2.4.5
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
e.
2.4.6
Salah satu program kependudukan yang dapat mengendalikan jumlah penduduk dan
langsung sasarannya terhadap perkawinan pertama pada perempuan adalah program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
Program PUP ini adalah upaya untuk meningkatkan usia perkawinan pertama,
sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan usia 20 tahun bagi wanita dan 25
tahun bagi pria.
Program ini bisa terlaksana dengan baik apabila semua pihak yang terkait
mendukung. Salah satu kendala dalam pelaksanaan program PUP di lapangan adalah belum
direvisinya Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 yang membolehkan perkawinan pada
usia 16 tahun untuk wanita dan 18 tahun untuk pria.
2.4.7
a.
Perlunya peningkatan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang partisipasi pria
dalam KB kepada pasangan usia subur sehingga mereka bisa memahami bahwa bukan hanya
perempuan saja yang ber-KB tapi pria juga penting untuk ber-KB.
b.
Perlunya peningkatan KIE melalui paguyuban atau kelompok KB pria tentang alat
kontrasepsi pria yaitu kondom untuk meningkatkan pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi
kondom.
c.
Perlunya peningkatan KIE kepada calon pengantin pria dan wanita tentang partisipasi pria
dalam KB.
d. Perlunya bantuan biaya pelayanan KB dan penyelenggaraan safari KB selain alat kontrasepsi
vasektomi atau MOP.
e.
f.
Perlunya pengadaan metode kontrasepsi baru bagi pria selain kondom dan vasektomi.
g.
Perlunya peningkatan KIE mengenai partisipasi pria dalam KB melalui media elektronik
seperti televisi, radio dan media massa sepeti majalah dan Koran.
2.4.8
DAFTAR PUSTAKA
Mutia. 2013. Masalah Kependudukan Dan Upaya Penanggulangan. Diakses pada tanggal 28
Desember 2013 dari http://mutiahand.blogspot.com
Anwar ,Andi. 2013. Kondisi Penduduk Indonesia .Diakses pada tanggal 28 Desember 2013
dari http://gesco03.blogspot.com
Akel . 2013. Permasalahan Penduduk dan Dampaknya. Diakses pada tanggal 28 Desember
2013 dari http://ak3lvan.blogspot.com