Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEMISKINAN

NAMA : INDANG TRI LESTI

NIM : E123025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Analisis Kependudukan. Isi dari makalah ini diambil dari
beberapa sumber yang kemudian dirangkum dan disusun sehingga berbentuk
makalah.

Bersama ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen yang telah memberikan
tugas untuk penyusunan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat
membantu pembaca memahami isi yang termuat di dalamnya. Saya sebagai
penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu segala kritik dan saran akan saya terima demi terciptanya suatu
makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih semoga
makalah mengenai Peranan Uang Dalam Perekonomian ini dapat berguna bagi
saya dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemiskinan
2.2 Definisi Kemiskinan
BAB III: PEMBAHASAN
3.1 Kemiskinan
3.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan
3.3 Cara Penanggulangan Kemiskinan
3.4 Dampak Kemiskinan
a) Pengangguran

b) Kekerasan

c) Pendidikan

e) Konflik Sosial Bernuansa SARA


BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR FUSTAKA
ABSTRAK

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang menyangkut banyak aspek karena


berkaitan dengan pendapatan yang rendah, pendidikan yang rendah, buta huruf,
derajat kesehatan yang rendah dan buruknya lingkungan hidup. Kemiskinan di
pandang sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan
kehidupan yang bemartabat. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat
dilakukan secara terpisah dari masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan
masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah
kemiskinan

Kemiskinan adalah salah satu masalah dalam perekonomian Indonesia yang


kompleks dan mendasar. Perlu dicari solusi untuk mengatasi atau paling tidak
mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran, dan
ketimpangan pendapatan sebagai variabel bebas terhadap tingkat kemiskinan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu


penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks
sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:9).
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan
deskriptif disini maksudnya mendeskripsikan secara rinci dan mendalam
mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya
di lapangan studinya (Sutopo, 2002:111). Dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah
ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi
masalah pokok bangsa inidan membutuhkan penanganan segera supaya tidak
semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengara
yang lebih maju. Indonesia sebenarnya sempat menjadi tempat favorit bagi para
pengusaha dari luar negeri untuk membangun usaha mereka disini. Ya, dengan
alasan murahnya biaya tenaga kerja merupakan salah satu faktor mengapa
Indonesia diincar oleh para pengusaha asing. Namun, ternyata hal tersebut tidak
diimbangi dengan dukungan positif dari pemerintah tentang pengaturan Undang-
Undang investasi dan ketenagakerjaan sehingga malah memunculkan banyak
masalah baru sehingga mengakibatkan dampak terparah berupa relokasi tempat
usaha ke negara lain. Banyak yang harus dibenahi untuk menyelesaikan masalah
ketenagakerjaan. Diantaranya adalah dengan membekali berbagai macam
ketrampilan bagi para tenaga kerja usia produktif supaya lebih mampu bersaing di
dunia kerja tidak hanya dalam bursa tenaga kerja lokalnamun juga bursa tenaga
kerja dunia. Dampak terbesar dari terjadinya relokasi tempat usaha adalah
meningkatnyaangka pengangguran di Indonesia. Jumlah pengangguran di
Indonesia telah mencapai titik dimana memerlukan penanganan dari pemerintah
dengan sangat serius. Ternyata langkah pemerintah untuk membuka banyak
lapangan kerja baru tidak banyak membantu mengurangi jumlah pengangguran di
Indonesia. Langkah yang dianggap paling tepat adalah dengan membekali
ketrampilan kepada para tenaga kerja produktif yang masih belum medapatkan
pekerjaan dengan harapan mereka bisa membuka lapangan kerja baru, tidak
hanya untuk diri mereka sendiri namun juga untuk masyarakat di sekitar mereka.
Oleh karena itu, dukungan penuh dari pemerintah terhadap para wiraswasta
sangat diharapkan supaya angka pengangguran bisa jauh berkurang.

Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan


dianggap sebagai akar dari segala permasalahan sosial kependudukan yang
memilikiefek luar biasa bagi Indonesia. Harus diakui bahwa hingga saat ini
jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat tinggi. Upaya pemerintah
untuk menurunkan jumlah penduduk miskin adalah dengan memberikan fasilitas
rusunawa yang pada kenyataannya banyak salah sasaran, memberikan BLT
(bantuan langsung tunai) yang ternyata tidak banyak membantu masyarakat,
hingga pemberian aneka subsidi untuk masyarakat miskin. Berbagai langkah
tersebut pada kenyataannya tidak bisa membuat jumlah penduduk miskin di
Indonesia menjadi berkurang. Karena solusi idealnya adalah dengan memberikan
mereka pekerjaan tetap dengan gaji yang memadai sehingga mereka bisa hidup
lebih layak. Ini bukan perkara yang mudah bagi pemerintah.Meski kemiskinan
merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia tetapi pemahaman
kita terhadapnya dan upaya-upaya untuk mengentaskannya belum menunjukan
hasil yang menggembirakan. Para pengamat ekonomi pada awalnya melihat
masalah kemiskinan sebagai “sesuatu” yang hanya selalu dikaitkan dengan
faktor-faktor ekonomi saja. Hari Susanto [2006] mengatakan umumnya instrumen
yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang atau sekelompok orang
dalam masyarakat tersebut miskin atau tidak bisa dipantau dengan memakai
ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat konsumsi seseorang atau
sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat di lihat dari berbagai faktor.
Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum. Menurut
Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse [to
be] atau [martabat manusia] dan habere [to have] atau [harta atau kepemilikan].
Oleh sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam
kontekshabere. Orang miskin adalah orang yang tidak menguasai dan memiliki
sesuatu.Urusan kemiskinan urusan bersifat ekonomis semata.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis mengambil beberapa rumusan masalah

diantaranya :

A. Apakah yang dimaksud dengan kemiskinan?

B. Mengapa kemiskinan itu bisa terjadi?

C. Bagaimana cara menangani kemiskinan?

D. Bagimana dampak kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari pada artikel ini adalah:
A. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kemiskinan.

B. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan.

C. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kemiskinan.

D. Untuk mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain
rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya
mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan
kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.

2.2 Definisi Kemiskinan

Definisi Kemiskinan Dilihat dari Pendapat Para Ahli:

1. Menurut Drewnowski

Menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat


kehidupan (the levelof living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan
kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :

a. Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/ nutrisi,
perlindungan/ perumahan (shelter/ housing) dan kesehatan.

b. Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi pendidikan,


penggunaan waktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social security).

c. High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takarannya.

2. Menurut Oscar Lewis (1983)

Orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya Kemiskinan


sendiri yang mencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi. Kaum liberal
memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi
oleh lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistic and situational
adaptation pada lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit.
Kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan peranan
struktur ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwa manusia adalah
makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif.

3. Menurut Amartya Sen

Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana


seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive.

4. Menurut Soerjono Soekanto

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup


memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kemiskin

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi


kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari
dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos,
2002:4). Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam
bentuk uang ditambah dengan keuntungankeuntungan non-material yang diterima
oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki
pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang
dibutuhkanoleh masyarakat (SMERU dalam Suharto dkk, 2004). Beberapa tahun
ke belakang, kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya telah menjadi
prioritas pembangunan dan menjadi agenda pokok yang mengerahkan berbagai
sumber daya pembangunan.

Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di


Indonesia juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan
telah turun menjadi 11.96 persen (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan
Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49 persen, dari
13,33 persen pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011, tingkat
kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36 persen. “Diharapkan tingkat kemiskinan
nasional akandapat diturunkan lagi pada kisaran 9,5-10,5 persen pada tahun
2013,” ungkap ibu Armida, dalam Konferensi Pers Kementerian PPN/Bappenas,
pada hari Senin, (13/8), bertempat di Ruang Serba Guna, Gedung Bappenas.

Hal ini, menurut Menteri PPN/ Kepala Bappenas, mencerminkan bahwa


pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan jangka pendek sudah
berjalandengan baik. Diakui oleh Ibu Armida dalam paparannya, penduduk
miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Jumlah terbesar dari penduduk miskin
sebesar 57,8 persen berada di pulau Jawa.

Lalu sebanyak 21 persen di Sumatera, 7,5 persen di Sulawesi,6,2 persen di


Nusa Tenggara, 4,2 persen di Maluku dan Papua dan angka terkecil sebesar 3,4
persen tersebar di Kalimantan. Angka kemiskinan tidak dapat turundengan
signifikan karena inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin juga tinggi.
Kondisi global yang berimbas pada situasi nasional, mendorong kenaikan harga-
harga, kenaikan bahan-bahan pokok yang tertinggi di antara kelompok
pengeluaran untuk bahan-bahan lainnya. Pengeluaran rumah tangga miskin untuk
bahan pokok ini rentan terhadap kenaikan harga pangan.

Bahkan pada tahun 2005, meski terjadi pertumbuhan, tetapi dengan


poverty basket inflation tercatat sampai dengan 12,78 persen karena adanya
kenaikan harga BBM, yang memicu kenaikan harga bahan pokok sehingga
berdampak pada kenaikan angka kemiskian. Oleh karenanya, stabilitas harga
pangan harus dijaga. Tercatat pada tahun 2006, angka kemiskinan naik dari 15,97
persen menjadi 17,75 persen. Selanjutnya, berdasarkan seriesstatus kemiskinan
selama 4 tahun, terlihat bahwa jumlah penduduk sangat miskin semakin
berkurang setiap tahunnya. Hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk
sangat miskin sebesar 4,56 persen turun menjadi 4,37 persen pada tahun 2011.
Sebaliknya, penduduk hampir miskin bertambah sebagai akibat adanya penduduk
miskin yang keluar dari garis kemiskinan, tetapi masih rentan untuk jatuh lagi ke
dalam garis kemiskinan. Tercatat pada tahun 2011, jumlah penduduk hampir
miskin sebesar 11,28 persen dari jumlah 9,88 persen pada tahun 2010.
Kemiskinan adalah masalah yang telah ada selama berabad-abad umat
manusia hidup. Bahkan sebelum adanya peradaban yang maju, kemiskinan sudah
ada. Permasalahan kemiskinan saat ini menimpa hampir semua negara, bahkan
negara maju sekalipun memiliki masalah kemiskinan. Masyarakat miskin itu
sendiri adalah satu golongan masyarakat yang tidak mampu dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, yakni sandang atau pakaian, pangan atau makanan dan
papan atau tempat tinggal. Pada setiap negara tentu saja memiliki standar
kemiskinan yang berbeda-beda. Hal ini juga menyebabkan tingkat kemiskinan
berbeda di setiap negara. Negara maju tentu memiliki standar hidup yang lebih
baik daripada negara berkembang, sehingga standar kemiskinannya pun berbeda.
Negara dikatakan sebagai berkembang jika memiliki angka kemiskinan yang
cukup tinggi sesuai standar yang ditetapkan secara internasional. Masyarakat
miskin terjadi karena banyak faktor seperti populasi yang terlalu padat,
kekeringan bahkan peperangan. Pada dasarnya kemiskinan itu dibagi menjadi tiga
kelompok, yakni:

Tiga Kelompok Kemiskinan

• Kemiskinan karena kurangnya pemenuhan materi kebutuhan dasar seperti


bahan makanan, pakaian dan tempat tinggal, ada juga yang menyatakan
termasuk fasilitas kesehatan.
• Kemiskinan karena ketidakmampuan dalam berpartisipasi pada
kegiatanmasyarakat termasuk ketidakmampuan mendapatkan pendidikan
dan informasi.
• Kemiskinan yang meliputi pendapatan yang tidak layak dan memadai

Masyarakat miskin terbesar umumnya ada di perkotaan, di daerah-daerah kumuh.


Mereka berkembang sangat cepat sehingga perkampungan kumuh tersebut
meluas dan dihuni oleh mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini
diperparah dengan adanya urbanisasi oleh mereka yang tidak memiliki keahlian
maupun pendidikan yang cukup. Mereka hidup di daerah kumuh karena enggan
pulang kembali ke desa. Umumnya mereka menempati daerah yang tidak layak
dantidak seharusnya dijadikan tempat tinggal, seperti kolong jembatan dan
bantaran sungai. Masyarakat miskin kotaumumnya tidak mendapatkan fasilitas
yang layak seperti air bersih, listrik dan lainnya. Tentu saja mereka tidak bisa
bercocok tanam karena tidak ada lahan. Akhirnya satu-satunya jalan terbaik
adalah menjadi pemulung dan pengemis, yang buruk adalah menjadi pencuri dan
pencopet. Ini disebabkan karena mereka tidak memiliki ketrampilan dan
pendidikan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan ini akan
diturunkan terus pada generasi selanjutnya karena orang tua mereka tidak mampu
membiayai pendidikan mereka

3.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern
pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan,
dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Penyebab
kemiskinan Kemiskinan banyak dihubungkan dengan :

a) penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat


dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin

b) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan


keluarga

c) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan


pendidikankeluarga

d) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan


kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar

e) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi

f) penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan


hasil dari struktur sosialDi sisi lain adadua kondisi yang menyebabkan
kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan.
Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas,
penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan
“buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat
sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan
berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah
sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang
meluluterfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Di Indonesia, para
pelaku pembangunan banyak yang melakukan kecurangan. Praktik kolusi dan
nepotisme juga merajalela. Sehingga pembangunan yang selama ini dilakukan
menjadi suatu hal yang tidak berarti.Apalagi Indonesia tidak memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas yang mampu menjalankan roda pembangunan
dengan baik. Sementara itu, hasil-hasil pembangunan di Indonesia juga tidak
sampai pada penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Pada akhirnya para
penduduk desa banyak yang tergiur dengan kehidupan di daerah perkotaan.
Padahal pekerjaan diperkotaan menuntut para pekerja yang terampil.Penduduk
yang berpindah dari desa ke kota semakin meningkat. Permasalahan sosial di
daerah perkotaan juga semakin banyak dengan bermuculannya para pedagang
kaki lima, pengemis, gelandangan, dan berbagai kasus kriminalitas
lainnya.Ditengah hiruk pikuk pembangunan yang dilakukan, daerah pedesaan pun
tetap sajaberada pada kondisi kemiskinan dan ketidakberdayaan hal ini
menggambarkan kegagalan pembangunan. Pembangunan seharusnya memiliki
kemampuan untuk memberikan perubahan kondisi kepada masyarakat luas,
tentunya perubahan dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik.
Secara ideal, pembangunan yang dilakukan seharusya dapat memberikan ruang
yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk keluar dari kondisi serba
kekurangan dan meraih kualitas hidup yang baik.negara pun dapat mencapai
kondisi kesejahteraan sosial Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang
menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik.
Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan
informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi,
upah kecil, daya tawar rendah, tabungan kecil, lemah mengantisipasi peluang.
Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, malas, dan rasa terisolir.
Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai
fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil
keputusan.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian :


a) Kemiskinan absolut,

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada


di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan

b) Kemiskinan relatif

Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

c)Kemiskinan kultural.
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat


Statistika, antara lain sebagi berikut:

a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan


papan).

b) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,


pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

c) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan
dan keluarga).

d) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

e) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
f) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

g) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.

h) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i) Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita


korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).

Lebih lanjut, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan


masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui
pendekatan sosial,masih sulit mengukur garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari
indikator ekonomi secara teoritis dapat dihitung dengan menggunakan tiga
pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara
ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis kemiiskinan
adalah pendekatan pengeluaran.

Selama ini masyarakat miskin sering masih dianggap sebagai beban dalam
suatu sistem ekonomi, sehingga bagaimana merubah total posisi masyarakat
miskinyang tadinya sebatas beban dalam sistem ekonomi tersebut, menjadi
kontributor dalam pertumbuhan ekonomi. Inilah permasalahan yang harus
dipecahkan oleh pemerintah khususnya dalam menghadapi kegiatan ekonomi
yang semakin global.

Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Jumlah penduduk miskin di Indonesia


pada 9 September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen). Diihat dari
jumlahnya penduduk miskin merupakan jumlah yang tidak sedikit. Untuk
mengurangi angka kemiskinan ini pemerintah harus mengambil langkah yang
tepat dalam mengambil kebijakan. Tetapi dalam kenyataannya Kebijakan
Pemerintah yang ingin menuntaskan kemiskinan seringkali tidak sesuai dengan
implementasi dalam masyarakat.

3.3 Cara penanggulangan kemiskinan


Kemiskinan dapat ditanggulangi dengan berbagai cara mulai dari
pembagian bantuan secara langsung atau penyediaan lapangan pekerjaan yang
padat karya. Bantuan langsung haruslah bersifat sementara karena tidak akan
mendidik masyarakat dan membuat mereka menjadi malas. Penyediaan lapangan
pekerjaan yang cocok bagi mereka serta bantuan untuk relokasi supaya
mendapatkan fasilitas yang lebih baik tentu saja lebih cocok untuk solusi jangka
panjang. Solusi yang lain adalah transmigrasi, yakni merelokasi ke pulau lain dan
memberikan sebidang tanah untuk digarap. Dengan begitu diharapkan mereka
bisa mengubah nasib. Sudah banyak cerita tentang orang yang tadinya
gelandangan sekarang menjadi kaya raya karena hidup didaerah transmigrasi.
Namun tak sedikit pula yang kembali ke daerah asal dan kembali menjadi
gelandangan.

Saat ini Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam
upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan
yaitu :

a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan


tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi merupakan suatu keharusan.

b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin.

Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan


sosial agar manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan
mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum,
termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan desentralisasi. Hal ini akan
membuat penyedia jasa mengenali tanggung jawab mereka dalam menjaga
kualitas pelayanan yang diberikan, disamping memberikan kesempatan bagi
pemerintah dan masyarakat untuk mengawasi aktifitas tersebut.

c) Perlidungan bagi si miskin.

Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Perubahan


sedikit saja dalam tingkat harga, pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat
menyebabkan mereka berada dalam kemiskinan, setidaknya untuk sementara
waktu. Program perlidungan sosialyang ada tidaklah mencukupi dalam
menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun memberikan manfaat
pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan
menyediakan program perlindungan sosial yang lebih bermanfaat bagi penduduk
miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.

Kesulitan-kesulitan tersebut memang masih belum dapat diatasi oleh


pemerintah, oleh sebab itu berbagai kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mengatasi kemiskinan seringkali mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan
yang lain diantaranya. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan
selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang
miskin. Hal tersebut antara lain berupa beras untuk rakyat miskin dan program
jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit
menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah
untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan. Program-
program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru
dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan
untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya
ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang
bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat
menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.

Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program


penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak
tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program
pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang
penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk


program-program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil
Survei Sosial dan Ekonomi Nasional oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran
keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN. Kedua data ini pada dasarnya
ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan
asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak.
Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan
tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar
yang mencakup banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi,
organisasi sosial, sifat budaya, maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal.
Bisa saja terjadi bahwa angkaangka kemiskinan tersebut tidak realistis.

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah


menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum
pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Dalam kondisi ideal, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi akan


diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Namun
keadaan riil tidak selalu seperti yang diharapkan. Adapun hal-hal yang mungkin
terjadi adalah :

• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan pengurangan


kemiskinan.
• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak lantas memperluas
lapangan kerja.
• Lapangan kerja yang luas akan tetapi pertumbuhan ekonomi tetap rendah

Dalam mengatasi masalah kemiskinan harus bertumpu pada peningkatan


pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang memadai
maka lapangan kerja yang tersedia tidak akan cukup atau bisa jadi tersedia
lapangan kerja yang luas namun tidak sanggup untuk menyediakan tatanan upah
yang memadai sehingga tetap tidak sanggup mengatasi masalah kemiskinan.
Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga tidak dengan
sendirinya akan menyediakan lapangan kerja yang berkualitas dan langsung
menyelesaikan masalah kemiskinan. Secara umum, kebijakan yang dirancang
untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia umumnya akan selalu
berhadapan dengan tiga tantangan penting yaitu:

• Tantangan untuk menyediakan lapangan kerja yang cukup.


• Tantangan untuk memberdayakan masyarakat.
• Tantangan untuk membangun sebuah kelembagaan jaminan sosial yang
akan menjamin masyarakat ketika terjadi ketegangan ekonomi.

Sehingga untuk lebih mengefektifkan kinerja program yang telah ada, maka perlu
dirancang sebuah rekomendasi kebijakan yang akan sanggup untuk
mengakselerasi capaian dari programprogram tersebut.

Rekomendasi kebijakan pertama diarahkan pada peningkatan


pertumbuhan ekonomi. Program kerja yang dapat dilakukan antara lain: (1)
mempercepat belanja negara yang dialokasikan pada sejumlah proyek
infrastruktur dan memberdayakan usaha kecil menengah sektor-sektor produksi,
(2) mendukung dan memfasilitasi gerakan nasional penanggulangan kemiskinan
dan krisis BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi 10 juta hektar lahan kritis
dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti BBM kepada masyarakat
luas, diantaranya jarak pagar, tebu, kelapa sawit, umbi-umbian, sagu.

Rekomendasi kedua adalah kebijakan penguatan sistem pendidikan


nasional yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Kebijakan pendidikan
harus di integrasikan dengan kebijakan yang mengatur industri, ketenagakerjaan
dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk program kerja yang dapat dilakukan
antara lain : keberadaan kredit mikro bagi para individu miskin yang dirancang
dengan skema yang sedemikian sehingga memacu produktifitas dan daya saing
dari individu miskin tersebut. Program ini dilakukan dengan koordinasi Bank
Indonesia melalui berbagai program keuangan mikro bersama bank-bank
pembangunan daerah (BPD) dan bank-bank perkreditan rakyat (BPR) bekerja-
sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga
Dana dan Kredit Perdesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Program kerja lainnya adalah membuka akses tanah olahan bagi para individu
miskin. Untuk keberhasilan program kerja ini, diperlukan suatu kebijakan land
reform yang kondusif.

Rekomendasi ketiga adalah kebijakan yang mengatur pembangunan suatu


kelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara. Bentuk program kerjanya
antara lain adalah jaminan asuransi, jaminan penanganan khusus untuk
pemberikan kredit bagi para cacat untuk wira usaha dan regulasi lainnya terkait
dengan upah minimum dan fasilitas minimum bagi para pekerja.
Rekomendasi keempat adalah kebijakan yang memungkinkan adanya
akses untuk menyuarakan aspirasi dan pendapat dari kalangan miskin. Bentuk
program kerjanya yaitu pada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin yang
difasilitasi oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat atau
memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk.

3.4 Dampak Kemiskinan

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak

dan kompleks. a) pengangguran.

Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja


sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multi
dimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan banyaknya
pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak
bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah
menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan
dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat
pengeluaran rata-rata. Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum
membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan
daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui
kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara
global.
Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan
harga
beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga
menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan
terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya [74,99
persen]. Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang
terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth]. Ketika
terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak
perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu
lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya
jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka terpaksa di-
PHK [Putus Hubungan Kerja].

b) Kekerasan.

Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan


efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah
melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang
dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun
dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengancara
mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau
sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi.
Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
c) Pendidikan.

Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi


dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat
lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat
menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu
miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Bagaimana
seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat
dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik
leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-
perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap.

Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan “pemiskinan


struktural” terhadap rakyatnya. Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin
terpuruk lebih dalam. tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat
pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya
pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut
keterampilan di segala bidang.

d.) Kesehatan.

Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal.


Hampirsetiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak
terjangkau oleh kalangan miskin.

e.) konflik sosial benuansa sara


Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan
kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari
kemiskinan yang kita alami. M
Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan
perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif
disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.S
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini
yangberdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin.
Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi
hampir merata disetiap daerah diIndonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemiskinan di indonesia, sampai saat sekarang masih banyak dan masihbelum


bisa ditangani secara keseluruhan, Tapi semogadengan adanya penangulangan
kemiskinan yang diadakan pemerintah, kemiskinan akan lebih berkurang dan
warga masyarakat akan lebih sejahtera dan makmur.

Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa dalam mengatasi


masalah kemiskinan diperlukan kajian yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan
acuan dalam merancang program pembangunan kesejahteraan sosial yang lebih
menekankan pada konsep pemberdayaan dan pengentasan, bukan pertolongan.

Pada konsep pemberdayaan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya


untuk menggerakkan masyarakat yang lemah atau tidak berdayauntuk berusaha
agar mampu baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan
sosial hidupnya. Dalam konteks ini, mereka dipandang sebagai aktor yang
mempunyai peran penting untuk mengatasi masalahnya.

B. Saran

kebijakan pemerintah hendaknya diarahkan pada peningkatan


pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan, penguatan sistem pendidikan
nasional yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja, mengatur
pembangunan suatu kelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara, dan
kebijakan yang memungkinkan adanya akses untuk menyuarakan aspirasi dan
pendapat dari kalangan miskin.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, N.A. Achsani, M. Tambunan, and S.A. Mulyo 2016. Impact of


Fiscal Policy on the Agricultural Development in anEmerging
Economy: Case Study from the SouthSulawesi, Indonesia.
International Research Journal of Finance and EconomicsIssue 96
(2012), Pages: 101-112

Akhmad. 2018. Manajemen Operasi: Teori dan Aplikasi dalam Dunia Bisnis.
Azkiya Publishing. Bogor.

Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro: Teoti dan Aplikasi di Dunia Usaha. Andi Offet.
Yogyakarta.

Akhmad, Amir . 2020. Menanggulangi Kemiskinan Di Daerah Upaya


Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di
Sulawesi Selatan. Azkiya Publishing. Bogor

Akhmad. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian Kabupaten


Dan Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Akhmad. 2020. Hubungan Kausalitas Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Dan


Pertumbuhan
Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Selatan. Balance : Jurnal Ekonomi Volume
16, Nomor 1, 268-5467
http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertiankemiskinan/
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Pelaku-
Pelaku_Ekonomi_Dalam_Sistem_Perekonomian_Indonesia_8.2_%28BAB_15%
29 http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul11.pdfs
http://www.scribd.com/doc/40227855/MAKALAH-Masalah-Kemiskinan-Di-
Indonesia
http://carapedia.com/masalah_ketenagakerjaan_pengangguran_kemiskinan_indon
esia_info3017.html http://www.bappenas.go.id http://semangatku.com/239/sosial
budaya/berbicara-tentang-masyarakat-miskin-
diindonesia/:http://us.suarapembaca.detik.com/read/2010/02/22/081829/1303964
71/indonesi a-dan-problem-
kemiskinanhttp://carapedia.com/masalah_ketenagakerjaan_pengangguran_kemis
kinan_indonesia_info3017.html
http://appifrend.wordpress.com/2011/12/25/makalah-masalah-kemiskinan-dan-
penanggulangannyahttp://id.
wikipedia.org/wiki/Kemiskinansshttp://joents.blogspot.com/2012/04/makalah-
tentang-kemiskinan.html

Anda mungkin juga menyukai