OLEH:
Nurhaeni 21910052
Sucianti 21910163
Yasrin 21810044
KELAS : 6B
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Variasi
Nasional Dalam Partisipaai Pekerja” tepat pada waktunya. Adapun
maksud dari penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah MSDM GLOBAL sebagai salah satu kriteria penilaian terhadap
perkuliahan yang dilakukan.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan pembaca yang
bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfat bagi pembaca. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa rakyat pada peningkatan
kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang
mudah. Pembangunan ekonomi adalah salah satu pilar penting untuk
mencapaipeningkatan kesejahteraan rakyat (Harmadi, 2007). Ekonomi sendiri bicara
mengenai 3 konsep penting yang saling terkait, yaitu keterbatasan sumberdaya,
pilihan, dan pengambilan keputusan ekonomi, yang dapat menghantarkan kita pada
tercapainya kesejahteraan rakyat yang optimal. Seperti kita ketahui pembangunan
menjadikan rakyat sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dari pembangunan itu
sendiri. Pembangunan tidak akan ada artinya tanpa rakyat karena tidak mungkin
dilaksanakan tanpa rakyat. Di samping itu pembangunan memang ditujukan untuk
rakyat.
Sudah jelas bahwa manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan. Kini
proses pembangunan suatu bangsa tidak lagidapat dipahami secara terbatas pada
pertumbuhan ekonomisemata, namun harus pula memuat di dalamnya proses
pembangunan manusia yang mencakup tiga aspek: pendidikan, kesehatan dan
ekonomi.
Ukuran yang dipergunakan dalam mengevaluasi perkembangan pembangunan
manusia suatu bangsa ialah kemiskinan. Jika pembangunan manusia dipahami sebagai
kumpulan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, maka
kemiskinan justru dipahami harus diturunkan.
Salah satu tujuan dari Rencana Pembangunan Indonesia adalah meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan sendiri diukur dari seberapa banyak rakyat yang
dapat hidup layak. Mereka yang tidak dapat hidup layak akan masuk ke dalam
kemiskinan. Secara absolut, penduduk dikatakan miskin ketika tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokoknya (basicneeds) seperti pangan, sandang, papan dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses berbagai pelayanan dasar seperti air
bersih, sanitasi, transportasi umum, fasilitas kesehatan, dan pendidikan.
Ketidakmampuan yang menjerumuskan penduduk ke dalam kemiskinan tersebut
disebabkan oleh kemampuan daya beli yang tidak memadai.
Secara ekonomi, daya beli penduduk sangat tergantung pada keterlibatan secara aktif
penduduk di pasar kerja. Penduduk yang aktif bekerja memproduksi barang/jasa akan
memperoleh timbal balik dari perusahaan tempatnya bekerja berupa upah/gaji.
Sebaliknya mereka yang tidak aktif bekerja dalam angkatan kerja akan menjadi
pengangguran yang akan menjadi beban bagi diri dan keluarganya.
Salah satu tantangan besar bangsa ini adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha
yang layak (decent work) bagi angkatan kerja yang besar dan cenderung terus
meningkat karena perubahan struktur umur penduduk. Tantangan tersebut mencakup
dua hal sekaligus, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang
belum bekerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja
sehingga memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup layak (decent
living).
Tantangan itu sangat besar untuk dihadapi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Walaupun demikian, peran yang dimainkan pihak pemerintah dapat sangat
menentukan melalui pembangunan yang secara sadar dan konsisten dirancang
berbasis ketenagakerjaan, serta dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
investasi.Pengangguran dapat dilihat sebagai akibat dari tidak bekerjanya pasar tenaga
kerja dengan baik. Dari sisi penawaran,secara umum di Indonesa mengalami masalah
labor market missmatch. Sedangkan dari sisi permintaan, ada keterbatasan daya serap
pasar tenaga kerja.
Pengangguran senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk usia kerja. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
masalah-masalah dibidang ekonomi saja, melainkan juga menimbulkan berbagai
masalah dibidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat partisipasi kerja di Indonesia?
2. Bagaimana kondisi dewan kerja di Indonesia?
3. Bagaimana representasi serikat dagang di Indonesia?
4. Bagaimana keadaan partisipasi pekerja di Indonesia?
5. Bagaimana perbedaan dalam keadaan partisipasi kerja di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat partisipasi kerja di Indonesia
2. Untuk mengetahui dewan kerja di Indonesia
3. Untuk mengetahui serikat dagang di Indonesia
4. Untuk mengetahui partisipasi pekerja di Indonesia
5. Untuk mengetahui perbedaan dalam keadaan partisipasi kerja di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu serikat dagang yang ada di Indonesia adalah Sarekat Dagang
Islam yang mengalami masa kejayaan ketika H.O.S Tjokroaminoto bergabung. Di
bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto, Sarekat Dagang Islam menjelma menjadi
sebuah organisasi Islam besar yang sempat membuat pemerintah Belanda merasa
khawatir jika suatu saat dapat mengancam eksistensinya di Indonesia. H.O.S
Tjokroaminoto mempunyai sebuah prinsip, berjuang untuk pembebasan
bangsanya dari belenggu penjajahan. Untuk itu ia tidak pernah berhenti sampai
pada akhir hayatnya.
Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat islam bukan
hanya perubahan nama semata, melainkan lebih dari pada itu perubahan nama
sekaligus perubahan orientasi, yaitu dari sifat ekonomi ke politik. Pada awalnya
dihapuskannya kata Dagang dari Sarekat Islam dimaksudkan untuk memperkuat
tujuan dan ruang lingkup perjuangan organisasi, tidak hanya mencakup bidang
ekonomi saja, tetapi berorientasi ke bidang politik, sosial, kultural dan sebagainya,
dan keanggotaannya sudah mencakup seluruh umat Islam di Indonesia yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia. Karena semakin banyaknya
rakyat yang masuk ke dalam organisasi ini, maka Sarekat Islam mengajukan
badan hukum. Kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu
diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil
memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal.
Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat
yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI).
Secara umum pasar kerja Indonesia ditandai oleh lapangan kerja yang
dualistik yaitu lapangan kerja formal dan informal; tingkat pengangguran yang
tinggi dan kualitas tenaga kerja yang rendah.
Tingkat partisipasi kerja tahun 1996, setahun sebelum krisis ekonomi mencapai
94,9%, sedang tingkat pengangguran mencapai 5,1%. Saat krisis ekonomi
berlangsung, tingkat partisipasi kerja terus mengalami penurunan hingga
mencapai 88,8%, sebaliknya tingkat penggangguran terbuka meningkat mencapai
11,2% tahun 2020.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pengkajian dan hasil analisis terhadap kondisi ketenagakerjaan
dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Indonesia, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan:
1. Tenaga kerja yang bermukim di pedesaan jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan di perkotaan. Pada umumnya mereka berumur muda, yaitu antara 15-39
tahun, baik di daerah pedesaan maupun diperkotaan. Namun jika dilihat dari
pendidikannya, tenaga kerja di pedesaan memiliki tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan perkotaan.
2. Selain tenaga kerja, angkatan kerja pedesaan pun jumlahnya lebih banyak
dibandingkan perkotaan. Struktur umur dari angkatan kerja sedikit lebih tua (20-
44 tahun) dibandingkan dengan tenaga kerja, kondisi tersebut hampir sama antara
pedesaan dan perkotaan. Struktur pendidikan angkatan kerja pedesaan
mengelompok pada tingkatan SLTP ke bawah, sementara di kota berpendidikan
antara SD dan SLTA.
3. Walaupun dari segi pendidikan angkatan kerja pedesaan kualitasnya di bawah
perkotaan, namun kalau di lihat dari aspek partisipasi angkatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA