Anda di halaman 1dari 17

DETERMINAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA INDONESIA

TAHUN 2018 – 2020


Muhammad Taqy Badrany 1
1 Ilmu Ekonomi Pembangunan/ Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: taqybdrny25@gmail.com

Abstract. The level of open unemployment is the percentage of unemployment to the total
labor force. The purpose of this study was to analyze the effect of population, GRDP, and
education level on the level of open acquisition in Indonesia in 2018-2020. The type of data
used in this study is secondary data, data collection in this study uses multiple linear
regression methods. The data used consists of panel data. The population has a negative
and significant effect, while the GRDP has a positive and significant effect, and the level
of education has a positive and significant effect on the level of open acquisition.
Keywords: level of open unemployment, Total population, Gross Regional Domestic
Product (GRDP), and Level of education.
Abstrak. Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase pengangguran terhadap total
angkatan kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jumlah penduduk,
PDRB, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat akuisisi terbuka di Indonesia tahun 2018-
2020. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Data yang
digunakan terdiri dari data panel. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan PDRB berpengaruh positif dan signifikan, dan tingkat pendidikan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat perolehan terbuka.
Kata Kunci: Tingkat Pengangguran Terbuka, Jumlah Penduduk, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan Tingkat Pendidikan.

PENDAHULUAN
Pengangguran adalah salah satu masalah di negara berkembang, pengangguran merupakan
permasalahan yang kompleks karena mempengaruhi banyak faktor yang saling berinteraksi
mengikuti pola yang tidak selalu muda untuk dipahami, dampak dari pengangguran
terhadap negara berkembang yaitu menurunnya pendapatan perkapita, meningkatnya biaya
sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, dapat menambah hutang negara sedang kan
pengangguran yang berdampak terhadap masyarakat yaitu pengangguran merupakan
beban psikologis dan psikis, pengangguran dapat menghilangkan keterampilan karena
tidak digunakan apabila tidak bekerja, pengangguran dapat menimbulkan ketidak stabilan
sosial dan politik.
Pengangguran tercipta sebagai pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari
pertambahan tenaga kerja. sebagai akibatnya dalam Perekonomian semakin banyak jumlah
tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini didalam suatu
jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. jadi mereka
menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan
pengangguran terbuka. pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari
kegitaan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan
tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.
(Salsabella et al., 2020)
Pengangguran adalah seseorang yang ingin bekerja tapi belum mendapatkan pekerjaan dan
tidak berperan dalam proses produksi barang dan jasa (Pratama, 2019). Menurut teori
Keynes yang menyatakan pengangguran disebabkan oleh menurun nya permintaan yang
efektif pengangguran dapat dihilangkan dengan meningkatkan permintaan yang efektif.
Artinya, dalam keadaan perekonomian yang tidak berkembang, permintaan akan barang
dan jasa dalam masyarakat menurun yang mengakibatkan produksi perusahaan juga
menurun dan banyak tenaga kerja tidak terpakai yang menimbulkan pengangguran.
selanjutnya, dengan turunnya produksi seharusnya diikuti dengan turunnya tingkat upah,
tetapi karena tingkat upah yang tidak fleksibel menyebabkan peningkatan pengangguran,
inilah penyebab pengangguran karena defisiensi permintaan agregat. (Dan et al., 2021)
Pembangunan adalah suatu hal yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan suatu negara, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di negara tersebut.
pembangunan di lakukan dalam berbagai sektor kehidupan dan melibatkan kegitan
produksi. di dalam suatu pembangunan ekonomi terdapat suatu kebijakan yang
mengharuskan dan mengutamakan kebutuhan masyarakat terutama dalam kesempatan
bekerja yang masih menjadi permasalahan utama bagi negara berkembang karena
kesempatan kerja menyangkut kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat itu sendiri maka dalam hal ini pemerintah harus mengambil kebijakan
yang tepat.
TINJAUAN LITERATUR
1. Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai
penganggur. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh tidak seimbang pada pasar tenaga
kerja. Hal ini menujukan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga
kerja yang diminta.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan epenuhnya, karena bagaimana pun
baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam mengenai perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. mazhab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai
hukum “say” dari Jean bappatiste say yang menciptakan bahwa “supply creates its own
deand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini
benar terjadi maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung
lama karena akan pulih kembali. Akan tetapi pada kenyataan tidak satu Negara pun di dunia
yang bisa menerapkan teori tersebu, itu alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan
sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak
mungkin bisa dipenuhi.(Setyadi & Putri, 2017)
Pada umunya, orang menunjuk bahwa penyebab pengangguran adalah karena
ketidakseimbangan (inbalance) antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga
kerja sebagai yang menawarkan tenaga nya memcari pekerjaan dan hasil memperoleh
tergolong bekerja (employ) sisanya yang tidak dapat atau belum memperoleh digolongkan
sebagai pengangguran, asal masih terus mencari pekerjaan. (Setyadi & Putri, 2017)
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih
rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini
didalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya
dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat
dari kegitaan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi
penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkem bangan suatu
industri.
Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran diukur
dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Tingkat pengangguran terbuka diukur
sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja,yang dapat
dirumuskan sebagai berikut. :
𝐽𝑢𝑚𝑏𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑇𝑃𝑇 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑏𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
kegunaan dari indikator pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit (orang) maupun
persen berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan pekerjaan baru. selain
itu, perkembangan nya dapat menujuk kan tingkat keberhasilan program ketenagakerjaan
dari tahun ke tahun yang lebih utama lagi indikator ini digunakan sebagai bahan evaluasi
keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia selain angka kemiskinan.
2. Macam – Macam Pengangguran

Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai arti penting masalah


kesempatan kerja (employment) di perkotaan, kita harus memperhitung kan pula masalah
pertambahan pengangguran terbuka yang jumlah nya lebih besar, yaitu mereka yang
terlihat aktif bekerja namun secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara
penuh (underutilized). (Putra & Siti Aisyah, 2021)
Menurut Edger O. Edwards (1974), untuk melakukan pengelompokan terhadapa jenis –
jenis pengangguran, kita perlu memahami dimensi–dimensi berikut:
a. Waktu (banyak diantara mereka yang ingin bekerja lebih lama, misalnya jam
kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun)
b. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan)
c. Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali disebabkan oleh kurangnya
sumber daya dalam melakukan pekerjaan).
3. Jenis -Jenis Pengangguran

Berdasarkan beberapa kriteria tersebut, Edwards mengklasifikasi lima jenis pengangguran


yaitu :
a. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan yang lebih baik), maupun secara terpaksa (mereka yang
mau bekerja namun tidak memperoleh pekerjaan).
b. Setengah menganggur (underemployment): yaitu mereka yang bekerja lamanya
(hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka maupun untuk kerjakan.
c. Tampak nya bekerja namun tidak bekerja secara penuh : yaitu yang tidak
digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, yang
termasuk disini adalah :
a) Pengangguran tidak ketara (disguised unemployment): yaitu para petani yang
bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenar nya tidak
memerlukan waktu salama sehari penuh.
b) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment): yaitu orang yang bekerja
tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c) Pensiun lebih awal. Fenomena ini merupakan kenyataan yang terus
berkembang dikalangan pegawai pemerintahan. Di beberapa Negara, usai
pension dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi kaum muda
untuk dapat menduduki jabatan di atasnya.
d. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time
namun intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
e. Tenaga kerja yang tidak Produktif: yaitu mereka yang mampun untuk bekerja
secara produktif, namun karena sumber daya kurang memadai, maka mereka tidak
dapat meghasilkan suatu dengan baik.
4. Kemiskinan

Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin


kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya.
Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas
hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik.
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.
Pengertian lainnya kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di
bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan,
yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold).
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat
membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan
non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,
serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kemiskinan itu bersifat dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-
macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum,
kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik,
dan pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa miskin akan
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi ini
termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan
kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.(Franita, 2016)
5. Pendidikan

Pendidikan adalah input (masuk) bagi fungsi produksi nasional dalam peranya sebagai
komponen model manusia (human capital), yang berarti investasi produksi dalam
sumbernya manusia. peningkatan pendidikan merupakan tujuan tersendiri yang penting
dari upaya pembangunan. kita tidak dapat dengan mudah menyatakan bahwa suatu negara
dengan penduduk berpendapatan tinggi namun tidak terdidik dengan baik dan mengalami
masalah kesehatan yang signifikan sehingga masa hidup mereka jauh lebih singkat
dibanding orang–orang dimuka bumi yang telah mencapai tingkat pembangunan yang
lebih tinggi dibanding dengan Negara berpendapatan rendah dengan tingkat harapan hidup
penduduk yang lebih tinggi dan sebagaian besar melek aksara.
Dengan demikian, indikator yang lebih baik untuk menujukan perbedaan dan peringkat
pencapaian pembangunan adalah dengan memasukan variabel pendidikan dalam ukuran
kesejahteraan tertimbang (wengihted wellbeing measure). Menurut becker,human capital
adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal yang
menghasilkan pengembalian dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi.
6. Tingkat Upah Minimum

Menurut Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah didefinisikan


sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundangundangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah diberikan sebagai bentuk balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para
pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi. Upah dibayarkan kepada
pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan
yang diberikan. 3 Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, upah kerja adalah
pencerminan pendapatan nasional dalam bentukupah uang yang diterima oleh buruh sesuai
dengan jumlah dan kualitas yang dicurahkan untuk pembuatan suatu produk. Menurut
Sadono Sukirno (2013: 424) pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk
suatu Negara pada periode tertentu.
METODE PENELITIAN
Objek yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi ketahanan pangan yang
dilihat melalui Indeks Ketahanan Pangan atau (Food Security Index) pada 9 Negara di
ASEAN, Pertumbuhan Penduduk (POPGR), Lahan Subur (LAND), Produk Domestik
Bruto (PDB), Keterbukaan Perdagangan (OPENNESS), Penanaman Modal Asing (FDI),
Inflasi (INF), Stabilitas Politik (POL), Kontrol Korupsi (CORR) Data yang digunakan
merupakan data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2018 sampai dengan 2020.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang
diukur dalam suatu skala numerik (Angka), penelitian kuantitatif melalui sebuah proses
dengan membangun hipotesis dan menguji secara empiric hipotesis yang dibangun tersebut
Ferdinan. 2014:10. Data kuantitatif disini berupa data panel yang merupakan gabungan
antara time series dari tahun 2018 – 202 dan data cross section untuk 9 Negara ASEAN
yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam, Filipina, Malaysia, Myanmar dan
Kamboja.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
telah dikumpulkan oleh Lembaga pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat
pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Food Agricultural
Organization (FAO), World Bank dan Global Food Security Indek (GFSI).

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi, analisis regresi metode panel
menggunakan alat analisis Eviews 9.
Persamaan umum regresi data panel yaitu:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1 𝑖𝑡 + 𝛽2 𝑋2 𝑖𝑡 + 𝛽3 𝑋3 𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
Keterangan:
Y : Variabel dependen
X : Variabel Independen
β0 : Intersep; Nilai Y ketika X = 0 (harga konstan)
β1, β2 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
ε : error
i : Banyaknya observasi (cross section)
t : waktu (times series)
Adapun model persamaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

𝐹𝑂𝑂𝐷𝑆𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑃𝑂𝑃𝐺𝑅 𝑖𝑡 + 𝛽2 𝐿𝐴𝑁𝐷 𝑖𝑡 + 𝛽3 𝐺𝐷𝑃 𝑖𝑡 + 𝛽4 𝑂𝑃𝐸𝑁𝑁𝐸𝑆𝑆 𝑖𝑡 +


𝛽5 𝑃𝑂𝐿𝑖𝑡 + 𝛽6 𝐹𝐷𝐼 𝑖𝑡 + 𝛽7 𝐼𝑁𝐹𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
Keterangan:
FOODS : Indeks Ketahanan Pangan
POPGR : Pertumbuhan Penduduk
LAND : Lahan Subur
GDP : Produk Domestik Bruto
0 : Intersep, Nilai Y ketika X = 0 (harga konstan)
1, n : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
ε : error
i : banyaknya observasi (cross section)
t : waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN


1) Hasil Analisis dan Estimasi Model Data Panel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan gabungan
cross section data 34 Provinsi di Indonesia dan time series 2018 – 2020. Fokus utama dalam
penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat
Pengangguran Terbuka (UNMP) di 34 Provinsi di Indonesia. Penelitian menggunakan
metode regresi data panel menggunakan alat analisis STATA16.
Untuk melihat hubungan antar variabel maka dapat di analisis dengan menggunakan
persamaan model berikut:

𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐸𝑀𝑃𝑖𝑡 + 𝛽2 𝐸𝐷𝑈𝑖𝑡 + 𝛽3 𝑈𝑀𝑃𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡


Dimana,
TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka (Persen)
EMP = Proporsi Lapangan Pekerjaan (Persen)
EDU = Angka Partisipasi Sekolah (Persen)
UMP = Upah Minimum Provinsi (Rupiah)
β0 = Konstanta/intersept
β1 = Koefisien regresi dari variabel Proporsi Lapangan Pekerjaan
β2 = Koefisien regresi dari variabel Angka Partisipasi Sekolah
β3 = Koefisien regresi dari variabel Upah Minimum Provinsi
ε = Error
i = Jumlah cross section terdiri dari 34 provinsi di Indonesia
t = Periode waktu dari tahun 2013-2018.
1) Deskriptif Statistik
Deskriptif Statistik

Dimana:
UNMP : Tingkat Pengangguran Terbuka
EMP : Proporsi Lapangan Pekerjaan
EDU : Angka Partisipasi Sekolah
UMP : Upah Minimum Provinsi
Berdasarkan tabel di atas, maka analisis deskriptif dari setiap tabel adalah sebagai berikut:
Dari 102 Observasi dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel Proporsi Lapangan
Pekerjaan selama Periode 2018 – 2020 adalah 58,56% dengan deviasi sebesar 10,67
persen. Nilai Proporsi Lapangan Pekerjaan tertinggi sebesar 79.92 di Provinsi Papua pada
tahun 2020. Sedangkan, nilai terendah yaitu pada tahun 2019 sebesar 29,57 persen.
Nilai rata-rata Angka Partisipasi Sekolah yaitu sebesar 59,18 persen dengan deviasi
sebesar 10,67 persen. Angka Partisipasi Sekolah dengan nilai tertinggi yaitu sebesar
89.63 persen di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2019 dan nilai terendah pada tahun
2020 di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 17,47%.
Nilai rata-rata Upah Minimum Provinsi yaitu sebesar 2.465.636 Rupiah dengan devasi
532547,1 persen. Tingkat Upah Minimum Provinsi terendah yaitu sebesar 1.454.154
Rupiah pada Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2020 sedangkan nilai Upah Minimum
Provinsi tertinggi sebesar 4.276.350 di Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2018.
2) Model Regresi Data Panel

Model regresi data panel terbagi menjadi tiga model yaitu Pooled Least Squared atau
disebut juga dengan common effect, fixed effect dan random effect model. Hasil analisis
pengolahan data dari ketiga model regresi data panel adalah sebagai berikut:
a) Pooled Least Square/Common Effect

Dalam model ini data diperlakukan sama atau dengan kata lain mengabaikan adanya
perbedaan dimensi individua tau waktu. Berikut hasil estimasi regresi menggunakan
pooled least square.
Hasil Regresi Pooled Least Square

Berdasarkan hasil estimasi pooled least square di atas, variabel Proporsi Lapangan
Pekerjaan dan Angka Partisipasi Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka. Kemudian, dapat dilihat dari nilai F statistik signifikan
ditunjukkan dengan nilai Prob > F lebih kecil dari α, hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat. Nilai R-square sebesar 0,435
artinya model ini dapat menjelaskan variabel sebesar 43,5 persen terhadap Tingkat
Pengagguran Terbuka.
b) Model Efek Tetap (Fix Effect Model)

Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap individu adalah berbeda sedangkan
slope antar individu adalah tetap (Widarjono, 2005). Berikut hasil estimasi regresi
menggunakan fixed effect model.
Hasil Regresi Fixed Effect Model

Berdasarkan hasil estimasi fixed effect di atas, variabel y Proporsi Tenaga Kerja dan
Proporsi Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka.
Kemudian dapat dilihat nilai F statististik signifikan yang ditunjukkan dengan nilai Prob
> F lebih kecil dari nilai α, hal tersebut menunjukkan bahw variabel bebas signifikan
mempengaruhi variabel terikat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R-Squared within
sebesar 0,6842 yang berarti bahwa model ini mampu menjelaskan varias sebesar 68,42
persen terhadap variabel dependen yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (UNMP). Hal
tersebut menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan metode pooled least square.
c) Model Efek Random (Random Effect Model)

Dalam random effect model diasumsikan bahwa setiap objek penelitian memiliki
perbedaan intersep, dimana intersept tersebut merupakan variabel random atau stokastik
(Widarjono, 2005). Berikut hasil estimasi regresi menggunakan random effect model.
Hasil Regresi Random Effect Model

Berdasarkan hasil estimasi random effect di atas, variabel Proporsi Lapangan Pekerjaan
dan Angka Partisipasi Sekolah berpengaruh negatif dan Signifikan terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka. Selanjutnya Upah Minimum Provinsi berpengaruh tidak
signifikan terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Dalam metode ini nilai Probability
Chi-Square sebesar 0,000 hal ini berarti bahwa secara bersamaan variabel independent
dalam penelitian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Tingkat
Pengangguran Terbuka. Nilai R-Square Within sebesar 0,5968 menunjukkan bahwa model
ini dapat menjelaskan variasi sebesar 59,68 persen terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka dan nilai ini lebih kecil di bandingkan nilai dari Fixed Effect Model.
3) Pengujian dan Pemilihan Model

Pengujian dan pemilihan model estimasi data panel digunakan untuk memilih satu dari
tiga model yang lebih sesuai dan memiliki pendugaan yang lebih efisien. Terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan model mana yang paling tepat
dalam mengestimasi parameter data panel. Ada tiga pengujian untuk memilih model
estimasi data panel yaitu Uji Chow-test atau Uji F-test digunakan untuk memilih antara
model Pooled Least Square atau metode Fixed Effect. Pengujian kedua yaitu Lagrange
Multiple Test digunakan untuk memilih antara metode Pooled Least Square atau metode
Random Effect. Selain itu, terdapat pengujian Hausman Test yang digunakan untuk
memilih antara metode Fixed Effect atau metode Random Effect.
a) Uji Chow / F-Test

F-test digunakan untuk memilih antara model pooled least square atau metode fixed
effect. Berikut ini hasil dari pengujian F-test.
Hasil Pengujian F-test

Dari hasil output tersebut, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000 artinya F-
test memberikan hasil yang signifikan. Karena probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05),
maka H0 : Pooled Least Square ditolak dan H1 : Fixed Effect diterima, sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model fixed effect.
b) Hausman Test

Hausman test merupakan pengujian terakhir dari pengujian pemilihan model estimasi
data panel yang digunakan untuk memilih antara metode fixed effect atau metode random
effect. Berikut ini hasil dari pengujian hausman test.

Hasil Pengujian Hausman Test

Dari hasil pengujian hasuman test diatas, dapat dilihat bahwa pada hasil tersebut memiliki
Prob > chi2 sebesar 0,000. lebih kecil dari 0,05 artinya H0 : Random Effect ditolak dan H1
: Fixed Effect diterima. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan
random effect model.
4) Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk menghasilkan parameter yang bersifat BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator), artinya estimator yang dimiliki memiliki nilai harapan
sesuai dengan nilai sesungguhnya. Pengujian yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini digunakan salah satu
teorema dalam statistika yang bertujuan untuk menyatakan bahwa jika dalam beberapa
kondisi tertentu terpenuhi, maka distribusi mean dari sejumlah variabel independent
mendekati distribusi normal dengan jumlah sampel mendekati tak terhingga. Sehingga,
dengan kata lain tidak diperlukan informasi yang banyak tentang distribusi actual variabel,
berikut definisi dari Central Limit Theorem (CLT):
“Teorema Limit Pusat atau Central Limit Theorem merupakan teorema yang menyatakan
bahwa kurva distribusi sampling (untuk ukuran sampel 30 atau lebih) akan berpusat pada
nilai parameter populasi dan akan memiliki semua sifat-sifat distribusi normal”. Sehingga
berdasarkan hasil pengujian normalitas menggunakan Grafik P-Plot

Hasil Pengujian Normal P-Plot

b) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas. Variabel bebas dikatakan terbebas dari gejala
multikolinieritas apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan nilai
Tolerance (1/VIF) > 0,8.

Gambar 4 SEQ Gambar_4 \* ARABIC 8

Hasil Pengujian Multikolinieritas


Berdasarkan tabel di atas, bahwa hasil perhitungan nilai tolerance lebih dari 0,8 yang
berarti terdapat korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel bebas yang memiliki
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas
antar variabel bebas dalam model regresi.
c) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila
varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Variabel bebas dikatakan terbebas dari gejala heterokedastisitas jika nilai prob > chi2 lebih
kecil r dari nilai α yaitu 0,05. Dari hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai prob>chi2
sebesar 0,0000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis H1 ditolak dan data
memiliki gejala heterokedastisitas atau data bersifat homokedastisitas.
d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pafa periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.7 Pengujian hipotesis uji autokorelasi
adalah H0 : no autokorelasi dan H1 : autokorelasi.

Hasil Pengujian Autokorelasi

Dari hasil output di atas, terlihat bahwa nilai prob>F sebesar 0,9656 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Sehingga kesimpulannya adalah hipotesis H1 ditolak dan model regresi
tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.
5) Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil Regresi Cross-Sectional Time Series Feasible Generalized


Least Square

Berikut merupakan hasil pengujian hipotesis dari penelitian ini yaitu:


a) Uji T

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dalam penelitian ini akan
dibuktikan pengaruh masing-masing dari variabel independen yaitu Variabel Proporsi
Lapangan pekerjaan (EMP), Angka Partisipasi Sekolah (EDU), dan Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap variabel dependen yaitu Pengangguran Terbuka (UNMP).
Variabel independen dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau Ho : βxy = 0 dan Ho : βxy ≠ 0 diterima apabila nilai {p>|z|} < dari nilai α
yaitu sebesar 0,05 atau t test > t tabel, dalam penelitian ini menggunakan pengujian t tabel
satu arah karena hipotesis dalam penelitian ini sudah diketahui arahnya yaitu arah positif
dan signifikan. Dari hal tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
➢ Variabel Proporsi Lapangan Pekerjaan (EMP) terhadap Pengangguran Terbuka
(UNMP)

Hasil {p>|z|} Proporsil Lapangan Pekerjaan (EMP) yaitu 0,008, artinya {p>|z|} lebih kecil
dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 2,66 sedangkan nilai ttabel untuk
pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka
t test lebih besar dari t tabel. Sehingga Proporsil Lapangan Pekerjaan (EMP) berpengaruh
secara signifikan terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP) atau Ho1 : βx1y ≠ 0 ditolak
dan Ho1 : βx1y= 0 diterima.
➢ Variabel Angka Partisipasi Sekolah (EDU) terhadap Pengangguran Terbuka
(UNMP)

Hasil {p>|z|} Angka Partisipasi Sekolah (EDU) yaitu 0,932, artinya {p>|z|} lebih besar dari
nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 0,08 sedangkan nilai t-tabel untuk
pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka
t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga Angka Partisipasi Sekolah (EDU) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP) atau Ho2 : βx2y ≠ 0 ditolak
dan Ho2 : βx2y= 0 diterima.
➢ Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka (UNMP)
Hasil {p>|z|} Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu 0,437, artinya {p>|z|} lebih besar dari
nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar -0,78 sedangkan nilai t-tabel untuk
pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka
t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP) atau Ho3 : βx3y ≠ 0 ditolak
dan Ho3 : βx3y= 0 diterima.
b) Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.9
Variabel independen secara bersama-sama dikatakan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen atau Ho5 : βx5y = 0 dan Ho5 : βx5y ≠ 0 diterima apabila nilai {prob>F}
< dari nilai α sebesar 0,05 atau nilai Ftest > Ftabel. Pada tabel 4.11 tersebut di atas diperoleh
hasil prob>F sebesar 0,0000, angka tersebut lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dan nilai
Ftest (Wald chi2) sebesar 2518,77. Sedangkan nilai Ftabel dengan α sebesar 0,05 dan nilai
df sebesar 63 (nilai n-k yaitu 68-5) diperoleh angka sebesar 2,97.
Sehingga nilai Ftest > Ftabel. Maka secara bersama-sama Variabel Proporsi Lapangan
pekerjaan (EMP), Angka Partisipasi Sekolah (EDU), dan Upah Minimum Provinsi (UMP)
berpengaruh secara signifikan terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP)atau Ho5 : βx5y ≠
0 diterima dan Ho5 : βx5y = 0 ditolak.
c) Uji Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi (R) ini menujukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara
variabel bebas X1, X2, X3, ..., Xn secara serentak terhadap variabel terikat (Y). Nilai
koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah akar dua dari nilai koefisien determinan (R2
) atau R = √R2 . Nilai koefisien determinan dalam penelitian ini adalah 0,3789, sehingga
nilai koefisien korelasi sebesar √0,3789 = 0,6156. Artinya secara serentak variabel bebas
dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 0,6156 atau 61,56%.
d) Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinan (R2 ) menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel bebas yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel terikat.10 Nilai koefisien determinan
(R2 ) dalam penelitian yang menggunakan metode cross-sectional time series feasible generalized
least square bisa dilihat dari R-sq within yaitu sebesar 0,3789 atau 37,89% yang artinya kemampuan
variabel inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto dalam menjelaskan variabel volatilitas harga saham
syariah sebesar 37,89%.

Sedangkan sisanya 62,11% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari variabel penelitian ini. Artinya
tingkat error yang dihasilkan dalam persamaan regresi dari hasil penelitian ini adalah 0,6211 atau
62,11%. Hal ini berarti, jika terjadi perubahan satu unit pada variabel bebas, maka variabel terikat
akan berubah sebesar satu unit dengan asumsi variabel lain konstan.

6) Analisis Hipotesis Penelitian

Pada sub bab ini berisi pembahasan atas temuan penelitian yang dikaitkan dengan hipotesis
penelitian awal. Hasil probabilitas dari t-Statistic yang menguji tingkat signifikansi dari
setiap variabel bebas, menunjukkan bahwa, pada tingkat signifikansi 5 persen, variabel
bebas inflasi dan laba bruto berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
volatilitas harga saham syariah. Hasil probabilitas Prob>F memiliki nilai 0,0000 yang
menunjukkan bahwa secara bersama-sama koefisien regresi memiliki nilai yang signifikan,
artinya variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
Nilai R2 memiliki nilai 0,3789 yang menunjukkan bahwa tingkat determinasi dari variabel
bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 37,89 persen. Artinya sebesar 37,89 persen
variabelitas dari volatilitas harga saham syariah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
bebas. Berikut ini pembahasan hipotesisi dan analisis ekonomi dalam penelitian:
Hubungan Proporsi Lapangan Pekerjaan (EMP) dengan Tingkat Pengangguran
Terbuka (UNMP)
Variabel Proporsi Lapangan Pekerjaan (EMP) memberikan hasil estimasi koefisien positif
sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel Proporsil Lapangan
Pekerjaan (EMP) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka (UNMP) pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh Proporsil
Lapangan Pekerjaan (EMP) terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP), dapat dilihat dari nilai
koefisien regresi variabel Proporsil Lapangan Pekerjaan (EMP) yaitu 0,0318382. Hal ini
menunjukkan bahwa ketika Proporsil Lapangan Pekerjaan (EMP) mengalami kenaikan
sebesar 1 persen, Pengangguran Terbuka (UNMP) akan mengalami kenaikan sebesar
0,0318382 persen.
Hubungan Angka Partisipasi Sekolah (EDU) dengan Tingkat Pengangguran
Terbuka (UNMP)
Variabel Angka Partisipasi Sekolah (EDU) memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai
dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel Angka Partisipasi Sekolah
(EDU) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP) pada
alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh Angka Partisipasi Sekolah (EDU)
terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP), dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel
Angka Partisipasi Sekolah (EDU) yaitu 0,0318382. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Angka
Partisipasi Sekolah (EDU) mengalami kenaikan sebesar 1 persen, Pengangguran Terbuka
(UNMP) akan mengalami kenaikan sebesar 0,0318382 persen.
Hubungan Upah Minimum Provinsi (UMP) dengan Tingkat Pengangguran Terbuka
(UNMP)
Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai
dengan hipotesis awal tetapi hasil t-test menunjukkan bahwa variabel Upah Minimum
Provinsi (UMP) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Pengangguran Terbuka
(UNMP) pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap Pengangguran Terbuka (UNMP), dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu 0,0309244. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika Upah Minimum Provinsi (UMP) mengalami kenaikan sebesar 1 Rupiah,
Pengangguran Terbuka (UNMP) akan mengalami kenaikan sebesar 0,0309244 persen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor Variabel Proporsi
Lapangan pekerjaan (EMP), Angka Partisipasi Sekolah (EDU), dan Upah Minimum
Provinsi (UMP) memiliki pengaruh dan signifikan terhadap terhadap Pengangguran
(UNMP).
1. Proporsi Lapangan Penkerjaan (EMP), Variabel ini memberikan hasil estimasi
koefisien positif sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa
variabel Proporsil Lapangan Pekerjaan (EMP) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (UNMP) pada alpha 5 persen. Hal ini
disebabkan karena setiap tahunnya di Indonesia Lapangan Pekerjaan masih belum
merata terkhusus di daerah pedesaan dan terpencil masih kurangnya akses untuk ke
daerah yang memiliki lapangan pekerjaan yang cukup banyak.
2. Angka Partisipasi Sekolah (EDU), Variabel ini memberikan hasil estimasi koefisien positif
sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel Angka Partisipasi
Sekolah (EDU) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengangguran Terbuka
(UNMP) pada alpha 5 persen. Hal ini disebabkan karena setiap tahunnya di Indonesia
Pendidikan juga masih belum merata terkhusus di daerah pedesaan dan terpencil masih
kurangnya akses untuk ke daerah yang memiliki Pendidikan yang layak.
3. Upah Minimum Provinsi (UMP), Variabel ini memberikan hasil estimasi koefisien positif
sesuai dengan hipotesis awal tetapi hasil t-test menunjukkan bahwa variabel Upah
Minimum Provinsi (UMP) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Pengangguran Terbuka (UNMP) pada alpha 5 persen. , Hal ini dikarenakan upah akan
terus meningkat namum pada kenyataanya Lapangan Pekerjaan tidak terus
bermunculan setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dan, E. E., Universitas, B., & Barat, D. I. J. (2021). DETERMINAN PENGANGGURAN ANTAR
KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT. 10(04), 231–240.
Franita, R. (2016). Analisa Pengangguran Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial , 1(3), 88–93.
Pratama, M. A. W. (2019). Determinan Tingkat Pengangguran Terbuja Di D.I. Yogyakarta. 1–17.
Putra, G. A., & Siti Aisyah. (2021). Determinan pengangguran usia muda: studi kasus di pulau Jawa
dan Sulawesi. Journal of Economics Research and Policy Studies, 1(3), 173–182.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/92663%0Ahttp://journal.nurscienceinstitute.id/index.php/jerps/a
rticle/view/347
Salsabella, A. D., Hidayat, W., & Kusuma, H. (2020). Pengangguran Terbuka Dan Determinannya Di
Indonesia Tahun 2013-2017. Jurnal Ilmu Ekonomi JIE, 4(2), 208–221.
https://doi.org/10.22219/jie.v4i2.11485
Setyadi, S., & Putri, R. T. (2017). Pada Sektor Industri Manufaktur Terhadap Pengangguran Terdidik
Di Provinsi Banten. Jurnal EKONOMI-Qu, 7(1), 65–74.

Anda mungkin juga menyukai