Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pengangguran Dalam Islam

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Ekonomi Makro Syari’ah

Ditulis Oleh Kelompok 13

Yulia Fitria (3418006)

Devi Hafsyahri Wulan (3418035)

Dosen Pengampu

Febby Irfayunita, S.S. M.E

Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kemajuan teknologi yang kini merambah keseluruh lapisan masyarakat memang sangat
membantu dalam segala bidang. Banyaknya mesin-mesin impor yang digunakakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dapat menghasilkan barang yang berkualitas yang tak
kalah dengan buatan manual manusia.

Tetapi hal ini tidak cukup membuat pemerintah dan masyarakat merasa lega, yang juga
menimbulkan masalah baru yang sampai sekarang ini belum dapat terselesaikan. Masalah
yang setiap tahun bertambah rumit, dan makin banyak saja masyarakat yang menjalani
profesi ini, yaitu pengangguran.

Jika masalah pengangguran yang makin pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar
kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Yang terjadi tidak saja menimpa para
pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orang tua yang kehilangan
pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pengangguran?
2. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
3. Bagaimanakah dampak pengangguran?
4. Seperti apakah pengangguran dalam islam?q
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian pengangguran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pengangguran
3. Untuk mengetahui seperti apa dampak pengangguran
4. Untuk mengetahui seperti apa pengangguran dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN

Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang
tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari
pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera mendapatkannya. Kalau begitu,
mengapa tidak mau bekerja? Mungkin karena sudah kaya! Misalnya, tabungannya sudah
mencapai Rp3 miliar. Jika tingakat bunga deposito bersih (setelah dipotong pajak) 1%
per bulan (12% pertahun), maka tanpa bekerja penghasilannya mencapai Rp30 juta per
bulan. Sudah lebih dari cukup. Alasan-alasan lain yang membuat orang tidak mau bekerja
antara lain adalah ibu-ibu yang harus mengasuh anak, kawula muda yang harus
sekolah/kuliah dulu.1

A. Defenisi dan Pengertian Pengangguran

Contoh dalam paragraf diatas merupakan pengantar untuk membuat lebih mudah
memahami konsep penganggguran. Sebab defenisi ekonomi tentang pengangguran tidak
identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin
bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.

Dalam kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam


kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia
angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia seangkatan
tersebut dapat dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja
pada usia tersebut adalah yang bekerja dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak
mencari kerja, ntah karena harus mengurus keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan
kerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja/belum mendapatkan
pekerjaan. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut ini.

Total Penduduk

1
Pratama Rahardja, Pengantar Ilmu Ekonomi,(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia),377
Usia kerja 15-16
Bukan usia kerja
tahun
0-14 +> 65 tahun

Bukan angkatan kerja


(bukan pengangguran) Angkatan kerja

Tidak bekerja

Penduduk
usia kerja, tetapi
tidak mencari kerja dengan
Berbagai alasan, misalnya
Sekolah/kuliah, ibu-ibu mengurus
sumah tangga.

1. > 35 jam/minggu pengangguran (underemployed)


2. < 35 jam/minggu

Pada diagram tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk suatu negara dapat
dibedakan menjadi penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Yang masuk kelompok
bukan usia kerja (usia nonproduktif) adalah anak-anak (0-14 tahun) dan manusia lanjut
usia (manula) yang berusia > 65 tahun.

Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka yang
mencari kerja atau bekerja. Sebagian yang tidk bekerja dengan berbagai alasan tidak
masuk angkatan kerja (bukan angkatan bekerja). Lebih lanjut lagi, ternyata tidak semua
angkatan kerja memproleh lapangan kerja. Mereka inilah yang disebut pengangguran.
Pengangguran merupakan masalah bagi semua negara di dunia. Tingkat
pengangguran yang tinggi akan menganggu stabilitas nasional negara. Sehingga setiap
negara berusaha untuk mempertahankan tingkat pengangguran pada tingkat yang wajar.

B. Jenis-Jenis Pengangguran

Dalam studi ekonomi makro yang lebih lanjut, pembahasan masalah


penganggguran akan dilakukan lebuh spesifik dan cermat. Misalnya, apakah
pengangguran yang terjadi merupakan pengangguran suka rela (voluntary
unemployment) atau pengangguran duka lara (involuntary unemployment). Pengangguran
sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena seseorang ingin mencari
pekerjaan yang lebih cocok. Pengangguran duka lara adalah pengangguran yang terpaksa
diterima oleh seseorang, walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja.

Pengangguran sering diartikan sebagai orang yang ingin bekerja namun tidak
memiliki pekerjaan. Jenis –jenis pengangguran berdasarkan cirinya terdiri dari 3 macam:

1. Pengangguran Terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara


maksimal karena suatu alas an tertentu.
2. Setengah Menganggur adalah tenaga kerja yang kurang dari 35 jam
perminggu.
3. PengangguranTerbuka adalah tenagakerja yang sungguh- sungguh tidak
memiliki pekerjaan.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya manusia yang banyak,
namun sumber daya manusia yang banyak tidak menjamin memiliki sumber daya
manusia yang kopeten. Salah satu factor banyaknya pengangguran adalah sedikitnya
angkatan kerja yang berkopeten.Budaya malas juga menjadi salah satu factor makin
meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.

Pengangguran sukarela dan duka lara di atas erat kaitannya dengan jenis-jenis
pengangguran berikut ini.2

1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

2
Ibid, 376-377
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus-menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi
semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran tidak melebihi 4%.
Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional.

Segolongan ahli ekonomi menggunakan istilah pengangguran normal atau


pengagguran mencari (search unemployment). Pengangguran jenis ini bersifat
sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan
lowongan kerja. Mereka yang asuk kedalam kategori pengangguran sementara
umumnya rela mengaggur untuk mendapatkan pekerjaan.

Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan


memproleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari
kerja yang lebih baik. Didalam proses mencari kerja yang lebih itu adakalanya
mereka harus menganggur. Namun pengangguran ini tidak serius karena bersifat
sementara.

2. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)

Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari


kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan
pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang
pesat. Makin tinggi dan makin rumitnya proses produksi dan atau teknologi
produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga semakin
tinggi. Misalnya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industri kimia menuntut
persyaratan yang relatif berat, yaitu pendidikan minimal sarjana muda (Program
D3), mampu menggunakan komputer dan menguasai minimal bahasa inggris.
Dengan makin besarnya peranan mekanisme pasar yang semakin mengglobal,
maka toleransi terhadap kekurangan persyataan tidak ada lagi.

Sepuluh atau duapuluh tahun yang lalu, seseorang yang tidak memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan masih dapat toleransi, selama kekurangannya hanya
sedikit, sebab penawaran tenaga kerja yang berkualitas baik relatif sedikit
dibanding kebutuhan. Tetapi sekarang yang terjadi adalah keebihan tenaga kerja
yang berkualitas. Jika tetap terjadi kekurangan, dapat diatasi dengan
mendatangkan tenaga kerja asing.

Dilihat dari sifatnnya, pengangguran struktural lebih sullit diatasi dibanding


pengagguran fruksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu
yang lama. Bahkan untuk Indonesia, pengangguran struktural merupakan masalah
besar dimasa mendatang, jika tidak ada perbaikan kualitas SDM.

3. Pengangguran Siklis
Afalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam
tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami
kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan
memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian
mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan.
Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingakat
pengangguran.
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat pertambahan
penduduk. Apabila kemunduran ekonomi terus berlangsung sehingga tidak
dapat menyerap tambahan tenaga kerja , maka pengangguran kongjungtur
akan menjadi permasalahan serius. Ini berati diperlukan kebijakan-kebijakan
ekonomi guna meningkatkan kegiatan ekonomi, dan harus diusahakan
menambah penyediaan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru
memasuki pasar tenaga kerja (sebagai akibat dari bertambahnya penduduk).
Pengangguran kongjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya
apabila pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi yang
cukup besar juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar
dari pertambahan tenaga kerja yang terjadi.

4. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)


Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek, terutama terjadi disektor pertanian. Misalnya, diluar musin tanam dan
panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan
panen berikutnya.

Berikut adalah beberapa faktor peyebab pengangguran:3

1. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja.


Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang
dimiliki oleh Negara Indonesia

2. Kurangnya keahliah yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah
Sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu
penyembab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.

3. Kurangnya informasi , dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk


mencari tau informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga
pekerja.

4. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota,


dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

5. Masih belum maksimal nya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan


untuk meningkatkan softskill .

6. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para
pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.

C. Dampak pengangguran

Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah
tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum jika tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh dapat tercapai. Pengangguran berdampak mengurangi pendapatan
masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai.

3
Riska Franita, ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) Volume 1, Desember 2016, hlm 90.
Dampak dari pengangguran berimbas pada menurunnya tingkat perekenomian
Negara, berdampak pada ketidakstabilan politik, berdampak pada para investor, dan pada
social dan mental.

Pengangguran berhubungan juga dengan ketersediaan lapangan pekerjaan,


ketersediaan lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari
akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikomsumsi. Semakin
tinggi pendapatan nasional, maka semakin rendah harapa untuk membuka kapasitas produksi
baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru.

Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari pengangguran. Beberapa dampak yang
timbul oleh pengangguran:

1. Ditinjau dari segi Ekonomi Pengangguran akan meningkatkan jumlah kemiskinan.


Karena banyaknya yang menganggur berdampak rendahnya pendapata ekonomi
mereka. sementara biaya hidup terus berjalan. Ini akan membuat mereka tidak dapat
meandiri dalam menghasilkan finansial untuk kebutuhan hidup para pengangguran.

2. Ditinjau dari segi social, dengan banyaknya pengangguran yang terjadi maka akan
meningkatnya jumlah kemiskinan, dan banyaknya pengemis, gelandangan, serta
pengamen. Yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat kriminal, karena sulitnya
mencari pekerjaan, maka banyak orang melakukan tindak kejahatan seperti
mencuri,merampok, dan lain – lain untuk memenuhi kehidupan mereka.

3. Ditinjau dari segi mental, dengan banyaknya penganguran maka rendahnya


kepercayaan diri , keputusan asa, dan akan menimbulkan depresi.

4. Ditinjau dari segi politik maka akan banyaknya demonstrasi yang terjadi Yang akan
membuat dunia politik menjadi tidak stabil, banyaknya demosntrasi para serikat kerja
karena banyaknya pengangguran yang terjadi.

5. Ditinjau dari segi keamanan, banyaknya pengangguran membuat para pengangur


melakukan tindak kejahatan demi menghidupi perekonomiannya, seperti merampok,
mencuri, menjual narkoba, tindakan penipuan.
6. Banyaknya pengangguran juga dapat meningkatkan Pekerja Seks komersial
dikalangan muda, karena demi menghidupi ekonominya.

Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan


disetiap negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya,
akan menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja
juga akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan
maka mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur4.

Pengaruh Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dari hasil penelitian


menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.

Pengangguran mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan


ekonomi dapat dijelaskan secara sederhana. Pada saat pertumbuhan ekonomi suatu
negara mengalami pertumbuhan dengan laju positif dan mempunyai tren yang terus
menerus, maka hal itu berarti pendapatan dari masyarakat suatu negara bisa dipastikan
akan meningkat dikarenakan banyaknya lapangan pekerjaan.

Pada saat naiknya pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan naiknya jumlah


pengangguran, alasan lain yaitu dimana pertumbuhan ekonomi itu ditanda dengan banyak
berdirinya perusahaan yang bisa menyerap tenaga kerja. Namun sebaliknya, di lapangan
angka pengangguran juga terus bertambah. Beberapa faktor menyebabkan angka
pengangguran naik, diantaranya pertumbuhan ekonomi lebih dipengaruhi industri padat
modal yang banyak menggunakan teknologi. Itu tidak banyak menyerap tenaga kerja
karena lebih mengandalkan tenaga mesin atau teknologi5

D. Pandangan Islam Terhadap Pengangguran

Islam telah memperingatkan ummatnya agar tidak menganggur, hal ini tertera dalam
Al-Qur’an surat An-Naba ayat 11 yang berbunyi:

َ ‫َو َج َع ْل َنا ال َّن َه‬


ً ‫ار َم َعا‬
‫شا‬

dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,


4
Aziz Septiatin, dkk, Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran , 2016, Vol. 2. No.1, hlm 54.
5
Ibid, hlm 62.
Menurut Qardhawi pengangguran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

a) Pengangguran jabariyah ( terpaksa)

Adalah pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak sedikit pun


memilih status ini dan terpaksa menerimanya. Pengangguran seperti umumnya
terjadi karena seseorang tidak mempunyai keterampilan sedikit pun, yang
sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai modal untuk masa depannya atau
seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan ini tidak
berguna sedikit pun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan
zaman.

b) Pengangguran khiyariyah

Seseorang memilih untuk menganggur padahal pada dasarnya mampu untuk


bekerja.

Adapun pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan erat degan solusi
yang ditawarkan islam untuk mengatasi suatu pengangguran. Kelompok pengangguran
jabariyah perlu mendaptkan perhatian dari pemerintah agar dapat bekerja. Sebaliknya,
islam tidak mengalokasikan dana dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah, karena
pada prinsipnya mereka memang tidak memerlukan bantuan karena pada dasrnya mereka
mampu untuk bekerja hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan potensinya dan libih
memilih menjadi beban bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai