Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Unemployment” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kulia Pengantar ekonomi makro.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Definisi Pengangguran.....................................................................................3
2.2 Pencarian Kerja...............................................................................................5
2.3 Peraturan Upah Minimum..............................................................................7
2.4 Serikat pekerja dan tawar menawar kolektif.................................................8
2.5 Teori upah efisiensi........................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia
adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung
maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat. Masalah pengangguran erat kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, maka secara
langsung akan menyerap tenaga kerja. Tetapi jika pertumbuhan ekonomi setiap
tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari
kerja, maka akan menyebabkan adanya sisa pencari kerja yang tidak mendapatkan
pekerjaan sehingga jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat.
1
pengangguran. Serta empat faktor tingkat alami pengangguran dalam
perekonomian.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pengangguran.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari apa itu tingkat pengangguran alami.
3. Untuk mengetahui alasan terjadinya pengangguran pada para angkatan kerja.
4. Untuk mengetahui pengaruh dari serikat dan undang-undang upah terhadap
pengangguran.
5. Untuk mengetahui dan mempelajari apa itu teori upah efisien dan apa
pengaruhnya terhadap pengangguran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengangguran
Mengukur pengangguran adalah tugas Badan Statistika Tenaga Kerja yang
merupakan bagian dari Departemen Ketenagakerjaan. Setiap bulan, lembaga
statistik nep menghimpun data pengangguran dan aspek-aspek pasar tenaga kerja
lain, seperi pekerjaan, jam kerja rata-rata, dan durasi pengangguran.
Tidak termasuk angkatan kerja : Kategori ini mencakup mereka yang tidak
termasuk ke dalam dua kategori sebelumnya, seperti pelajar purna-waktu,
ibu rumah tangga, dan pensiunan..
3
pencari kerja tidak seimbang dengan jumlah kesempatan kerja atau lapangan kerja
yang akan menyerapnya.
Angkatan kerja (labor force) adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak
bekerja:
Angkatan kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah orang yang tidak bekerja
Tingkat pengangguran = Jumlah orang yang tidak bekerja / Angkatan kerja x 100
Setelah itu, tingkat pengangguran untuk seluruh populasi penduduk dewasa dan
untuk kelompok yang lebih sempit.
Statistik ini akan memberikan informasi tentang jumlah populasi yang memilih
untuk berpartisipasi menjadi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja
sama seperti tingkat pengangguran, dihitung untuk populasi seluruh penduduk
dewasa maupun kelompok populasi lain yang lebih spesifik.
4
dibedakan. Pergerakan dari dan ke dalam angkatan kerja sebenarnya lazim terjadi.
Terkadang lebih dari sepertiga pengangguran belum lama menjadi angkatan kerja.
Orang-orang baru menjadi angkatan kerja ini meliputi pekerja usia muda yang
mencari pekerjaan pertama mereka, misalnya mereka yang baru lulus dari
universitas. Orang-orang ini juga, dalam jumlah yang lebih banyak, meliputi
pekerja usia tua yang belum lama tidak lagi termasuk angkatan kerja namun
kembali mencari pekerjaan.
5
2.2 Pencarian Kerja
Pencarian Kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan
yang sesuai. Jika semua pekerja dan semua pekerjaan tidak adanya bedanya,
sehingga seluruh pekerja cocok untuk segala pekerjaan, pencarian kerja tidak akan
menjadi masalah.
a. Pengangguran Friksional
c. Tunjangan Pengangguran
6
Salah satu program pemerintah yang meningkatkan jumlah pengangguran
friksional, tanpa bermaksud seperti itu, adalah tunjangan pengangguran.
Progaram ini bertujuan memberikan konpensasi parsial bagi pekerja akibat
kehilangan pekerjaan. Ketentuan dari program dari beragam sepanjang waktu dan
diberbagai Negara, namun pekerja yang menerima tunjangan pengangguran di AS
Mendapatkan 50 persen upah awal selama 26 minggu. Meskipun mengurangi
derita akibat pengangguran, tunjangan pengangguran juga meningkatkan jumalah
pengangguran. Penyebabnya dijelaskan oleh salah satu dari Sepuluh Prinsip
Ekonomi di Bab 1 : Orang merespons insentif. Kerana tunjangan pengangguran
tidak lagi diberikan apabila pekerja mendapatkan pekerjaan baru, tunjangan
pengagguran membuat masa menganggur lebih mudah dilewati, para pekerja
kemungkinan kecil mencari jaminan keamana kerja pada saat menegosiasikan
kontrak kerja deangan perusahaan mereka.
Banyak penelitian oleh para ekonom tenaga kerja yang meneliti pengaruh
insentif dan tunjangan pengangguran. Sejumlah penelitian lain telah mempelajari
upaya mencari kerja yang telah dilakukan oleh sekelompok pekerja seiring waktu.
Tunjangan pengangguran tidak selamanya tidak diberikan, melainkan dihentikan
setelah lewat enam bulan atau satu tahun. Penelitian-penelitian ini menemukan
bahwa apabila pengangguran tidak lagi layak menerima tunjangan, peluang
mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru meningkat drastis. Kareananya,
menerima tunjangan prngangguran tampaknya mengurangi upaya pengangguran
utnuk mencari kerja.
Penelitian tentang tunjangan pengangguran memperlihatkan bahwa tingkat
pengangguran merupakan ukuran yang tidak sempurna untuk kesehatan ekonomi
suatu negara secara keseluruhan. Myoritas ekonom sepakat bahawa
menghapuskan tunjangan pengangguran dapat mengurangi jumlah pengangguran
dalam perekonomian. Namun mereka bersilang pendapat tentang apakah
kesehatan perekonomian dapat ditingkatkan atau diturunkan melalui perubahan
kebijakan ini.
7
Pengangguran timbul akibat peraturan upah minimum. Upah minimum
dapat digunakan sebagai alasan timbulnya pengangguran struktural. Peraturan
upah minimum bersifat paling mengikat terhadap anggota angkatan kerja yang
paling tidak terampil dan berpengalaman, misalnya kalangan remaja.
Keseimbangan upah mereka cenderung rendah dan oleh karena itu, lebih
berpotensi untuk jatuh di bawah upah minimum resmi. Hanya pada kalangan
pekerja inilah peraturan upah minimum menjelaskan timbulnya pengangguran.
8
Serikat pekerja merupakan sejenis kartel. Sama seperti semua kartel,
serikat pekerja merupakan sekelompok penjual yang berkerja sama dengan
harapan menggunakan daya pasar bersama mereka. Banyak pekerja dalam
perekonomian membahas tentang upah, tunjangan, dan kondisi kerja mereka
dengan perusahaan secara sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerja yang tergabung
dalam serikat pekerja melakukan hal itu secara berkelompok. Proses
disepakatinya syarat-syarat kerja antara serikat kerja dan perusahaan disebut
dengan tawar menawar koletif (CollectiveBargaining).
9
Pihak luar dapat menyikapi status mereka dengan dua alternativ. Sebagian
dari mereka tetap menganggur dan menanti kesempatan untuk menjadi pihak
dalam dan mendapatkan upah serikat pekerja yang tinggi. Sebagian lain mngambil
pekerjaan di perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Karena
itu, apabila serikat pekerja meningkatkan upah di satu bagian perekonomian,
penawaran tenaga kerja meningkat dibagian lain perekonomian. Kenaiakn
penawaran tenaga kerja ini, pada gilirannya menurunkan upah di industri-industri
yang tidak memiliki serikat pekerja. Dengan kata lain, pekerja yang tergabung
kedalam serikat pekerja meraup keuntungan dari tawar menawar koletif,
sementara pekerja yang tidak tergabung kedalam serikat pekerja menanggu
sebagian dari biayanya.
10
berlaku, perusahaan menjadikan keanggotaan serikat syarat bagi pekerja selama
masa penawaran koletif. Perancang hukum di Washington telah memperdebat
hukum yang telah dibuat untuk mecegah perusaan merekrut pengganti permanen
untuk pekerja yang sedang mogok. Hukum ini akan membuat pemogokan lebih
merugikan bagi perushaan , sehingga meningkatkan kekuatan pasar serikat
pekerja. Hal ini dan kebijakan serupa akan membantu dalam penentuan masa
depan pergerakan serikat.
11
untuk pekerja yang sama. Dalam kasus ini, serikat pekerja dapat menyeimbangkan
daya pasar perusahaan dan melindungi para pekerja dari kesewenangan pemilik
perusahaan.
12
tenaga kerja yang diminta. Namun, ada satu perbedaan penting. Peraturan upah
minum dan serikat pekerja mencegah perusahaan untuk mnurunkan upah dengan
adanya surplus pekerja. Teori upah efisiensi menyatakan bahwa pembatasan
semacam itu terhadap perusahaan tidak diperlukan dibanyak situasi Karena
perusahaan-perusahaan dapat diuntungkan dengan memberi upah diatas tingkat
keseimbangan.
a. Kesehatan pekerja
13
mejelaskan mengapa perusahaan-perusahaan tidak memangkas untuk upah meski
terdapat surplus tenaga kerja. Perhatian akan kesehatan pekerja kurang relevan
untuk perusahaan-perusahaan di negara maju AS, diaman keseimbangan upah
untuk sebagian besar pekerja berada diatas level yang di butuhkan untuk
penerapan diet yang memadai.
Jenis teori upah efesiensi ke dua menggaris bawahi tautan antara upah dan
absensi pekerja. Para pekerja meninggalkan pekerjaan mereka karena berbagai
alasan menerima pekerjaan di perusahaan lain, pindah kedaerahlain, keluar dari
angkatan kerja, dan sebaginya. Frekuensi absensi mereka bergantung pada seluruh
ranagkaian in sentif yang mereka hadapi, termasuk manfaat meningglkan
pekerjaan dan manfaat berkeja. Semakin tinggi upah yang diberikan oleh
perusahaan, semakin kecil kemungkinan para pekerjanya memilih untuk keluar.
Karenanya, sebuah perusahaan dapat menguragi absensi pekerja dengan
membayar upah lebih tinggi.
c. Kualitas pekerja
Jenis teori upah efisiensi ketiga menggaris bawahi tautan antara upah dan
kualitas pekerja. Semua peruahaan menginginkan pekerja yang berbakat, dan
mereka mecoba untuk memilih pelamar terbaik untuk mengisi posisi yang
dibutuhkan. Namun, karena perusahaan tidak dapat mengukur kualtis pelamar
secara sempurna, proses memperkerjakan seseorang terjadi secara acak. Dengan
14
mebayar upah lebih tinggi, perusahaan itu menarik kelompok pekerja yang lebih
baik untuk melamar posisi yang ditawarkan. Jika perusahaan merespon terhadap
surplus tenaga kerja dengan menurunkan upah, pelamar yang lebih kopeten yang
lebih mungkin untuk memiliki kesempatan alternativ yang lebih baik dari pada
pelamar lain mungkin merasa tidak bahagia. Jika pengaruh upah terhadap kualitas
pekerja ini cukup kuat, mungkin lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk
membayar upah melebihi level yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan.
d. Usaha Pekerja
Jenis teori upah efisiensi ketiga menggaris bawahi tautan antara upah dan
usaha pekerja. Di banyak pekerjaan, pekerja memiliki keleluasaan tertentu
tentang seberapakah khas mereka berkeja. Akibatnya perusahaan-perusahaan
monitor usaha pekerja mereka, dan para pekerja yang diketahui melalaikan
tanggung jawab merekapun di pecat. Namun tidak semua pekerja yang lalai
segera ditangani karena monitor pekerja memakan banyak biaya dan tidak dapat
dilakukan sepenuhnya. Perusahaan dalam beberapa keadaan selalu mencari cara
untuk mencegah pekerja lalai. Satu solusi adalah dengan membayar upah diatas
tingkat keseimbangan. Upah tinggi akan membuat pekerja lebih bersemangat
dalam menejaga pekerjaan mereka, sehinnga, memberi pekerja insentif untuk
meningkatkan usaha terbaik mereka. Jika upah berada pada level
menyeimbangkan permintaan dan penawaran, pekerja akan memiliki alasan yang
lebih sedikit untuk pekerja keras karena jika mereka di pecat, mereka bisa
mendapatkan pekerjaan baru engan upah sama secara cepat. Oleh karena itu,
perusahaan meningkatkan upah diatas tingkat keseimbangan, menyediakan
insentif untuk pekerja agar mereka tidak lalai akan tanggung jawab.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17