Anda di halaman 1dari 20

UNEMPLOYMENT (PENGANGGURAN)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pengantar Ekonomi


Makro yang diampu oleh :

Isroiyatul Mubarokah, SE., M.Si.

Disusun oleh:

Choirrunisa Rahani Putri (2010631030009)

Devina Amallia (2010631030010)

Devita Nurhaliza (2010631030011)

Dewi Setiawati (2010631030012)

Difiana Husein (2010631030014)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Unemployment” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kulia Pengantar ekonomi makro.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Isroiyatul Mubarokah,


selaku dosen bidang studi pengantar ekonomi makro yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami menyadari, bahwa makalah yang tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Definisi Pengangguran.....................................................................................3
2.2 Pencarian Kerja...............................................................................................5
2.3 Peraturan Upah Minimum..............................................................................7
2.4 Serikat pekerja dan tawar menawar kolektif.................................................8
2.5 Teori upah efisiensi........................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia
adalah masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung
maupun tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah
sosial politik yang juga semakin meningkat. Masalah pengangguran erat kaitannya
dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, maka secara
langsung akan menyerap tenaga kerja. Tetapi jika pertumbuhan ekonomi setiap
tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari
kerja, maka akan menyebabkan adanya sisa pencari kerja yang tidak mendapatkan
pekerjaan sehingga jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi akan menganggu stabilitas


nasional setiap negara. Sehingga setiap negara berusaha untuk mempertahankan
tingkat pengangguran pada tingkat yang wajar. Karena faktor penentu standar
hidup suatu negara adalah salah satunya jumlah pengangguran yang dimilikinya.
Yaitu orang yang ingin bekerja namun tidak dapat memperoleh pekerjaan, tidak
berkontribusi terhadap barang dan jasa dalam perekonomian.

Meskipun tingkat pengangguran tertentu tidak dapat dihindari dalam suatu


perekonomian yang kompleks dengan ribuaan perusahaan dan jutaan pekerja,
jumlah pengangguran di berbagai periode dan negara sangat beragam. Apabila
suatu negara berupaya agar para pekerjanya tidak menganggur maka tingkat PDB-
nya akan lebih tinggi dari pada negara yang membiarkan sebagian besar
pekerjanya menganggur. Masalah pengangguran terbagi ke dalam dua kategori
yaitu masalah jangka panjang dan masalah jangka pendek. Kita akan mempelajari
berbagai alasan mengapa pengangguran selalu terjadi dalam perekonomian dan
bagai mana cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk membantu para

1
pengangguran. Serta empat faktor tingkat alami pengangguran dalam
perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengangguran diukur?
2. Apa yang di maksud dengan “tingkat penggangguran alami”?
3. Mengapa selalu ada beberapa orang yang mengganggur?
4. Bagaimana pengangguran dipengaruhi oleh serikat dan undang-undang upah
minimum?
5. Apa teori upah efisien, dan bagaimana teori itu membantu menjelaskan
pengangguran?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pengangguran.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari apa itu tingkat pengangguran alami.
3. Untuk mengetahui alasan terjadinya pengangguran pada para angkatan kerja.
4. Untuk mengetahui pengaruh dari serikat dan undang-undang upah terhadap
pengangguran.
5. Untuk mengetahui dan mempelajari apa itu teori upah efisien dan apa
pengaruhnya terhadap pengangguran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengangguran
Mengukur pengangguran adalah tugas Badan Statistika Tenaga Kerja yang
merupakan bagian dari Departemen Ketenagakerjaan. Setiap bulan, lembaga
statistik nep menghimpun data pengangguran dan aspek-aspek pasar tenaga kerja
lain, seperi pekerjaan, jam kerja rata-rata, dan durasi pengangguran.

Berdasarkan jawaban terhadap survei tersebut, lembaga statistik negara


biasanya mengelompokkan orang dewasa di setiap rumah tangga yang disurvei ke
dalam salah satu kategori berikut :

 Bekerja : Kategori ini mencakup mereka yang bekerja sebagai karyawan


dibayar, bekerja dalam bisnis mereka, atau bekerja sebagai karyawan yang
tidak dibayar dalam bisnis keluarga. Baik karyawan purna-waktu dan
paruh waktu termasuk di dalamnya. Kategori ini juga mencakup mereka
yang tidak bekerja namun memiliki pekerjaan dari instansi di mana
mereka absen sementara karena, contohnya, liburan, sakit, atau cuaca
buruk

 Pengangguran : Kategori ini mencakup mereka yang tidak bekerja, dapat


bekerja, dan sulit untuk menemukan pekerjaan selama empat minggu
pertama, Hal tersebut juga mencakup mereka yang menunggu untuk
dipanggil ulang di mana mereka diberhentikan.

 Tidak termasuk angkatan kerja : Kategori ini mencakup mereka yang tidak
termasuk ke dalam dua kategori sebelumnya, seperti pelajar purna-waktu,
ibu rumah tangga, dan pensiunan..

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah orang yang tidak


bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, atau seeorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah para

3
pencari kerja tidak seimbang dengan jumlah kesempatan kerja atau lapangan kerja
yang akan menyerapnya.

Setelah mengelompokkan seluruh individu yang disurvei ke dalam ketiga


kategori tersebut. lembaga statistik negara menghitung berbagai statistik untuk
merangkum kondisi angkatan kerja.

Angkatan kerja (labor force) adalah jumlah orang yang bekerja dan tidak
bekerja:

Angkatan kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah orang yang tidak bekerja

Tingkat pengangguran (unemployment) adalah persentase angkatan kerja yang


tidak bekerja

Tingkat pengangguran = Jumlah orang yang tidak bekerja / Angkatan kerja x 100

Setelah itu, tingkat pengangguran untuk seluruh populasi penduduk dewasa dan
untuk kelompok yang lebih sempit.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force perticipation rate) mengukur


persentase jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk ke dalam angkatan
kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja = Angkatan kerja / Populasi penduduk dewasa


x 100

Statistik ini akan memberikan informasi tentang jumlah populasi yang memilih
untuk berpartisipasi menjadi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja
sama seperti tingkat pengangguran, dihitung untuk populasi seluruh penduduk
dewasa maupun kelompok populasi lain yang lebih spesifik.

Mengukur tingkat pengangguran dalam perekonomian mungkin terlihat


mudah. Sebenarnya tidak. Meskipun orang yang memiliki pekerjaan tetap dan
orang yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan mudah dibedakan,
pengangguran dan orang yang tidak termasuk angkatan kerja lebih sulit

4
dibedakan. Pergerakan dari dan ke dalam angkatan kerja sebenarnya lazim terjadi.
Terkadang lebih dari sepertiga pengangguran belum lama menjadi angkatan kerja.
Orang-orang baru menjadi angkatan kerja ini meliputi pekerja usia muda yang
mencari pekerjaan pertama mereka, misalnya mereka yang baru lulus dari
universitas. Orang-orang ini juga, dalam jumlah yang lebih banyak, meliputi
pekerja usia tua yang belum lama tidak lagi termasuk angkatan kerja namun
kembali mencari pekerjaan.

Dalam menilai tingkat keparahan masalah pengangguran yang harus


diperhitungkan adalah apakah pengangguran itu merupakan kondisi jangka
panjang atau jangka pendek. Jika pengangguran merupakan kondisi jangka
pendek, maka dapat disimpulkan bahwa pengangguran bukan merupakan masalah
serius. Para pekerja mungkin memerlukan waktu untuk memperoleh lowongan
yang paling cocok dengan minat dan keterampilannya. Namun jika pengangguran
merupakan kondisi jangka panjang, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
pengangguran merupakan masalah serius. Pekerja yang menganggur selama
berbulan-bulan lebih besar kemungkinan menanggung kesulitan ekonomi dan
psikologis yang lebih berat. Ada empat penjelasan terhadap pengangguran dalam
jangka panjang. Penjelasan pertama adalah pekerja memerlukan waktu lebih lama
untuk memperoleh pekerjaan yang paling cocok untuk mereka. Pengangguran
yang terjadi akibat proses pencocokan pekerja dengan pekerjaan ini terkadang
disebut pengangguran Friksional (frictional unemployment), dan sering dianggap
sebagai penyebab masa pengangguran yang singkat.

Ketiga penjelasan selanjutnya terhadap pengangguran menunjukkan


bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia di sebagian pasar tenaga kerja
kemungkinan tidak memadai untuk menyediakan pekerjaan bagi semua orang
yang menginginkannya. Terjadi jika jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
melebihi jumlah yang dimnta. Pengangguran semacam ini disebut pengangguran
struktural (structural employment), dan sering dianggap sebagai penyebab masa
pengangguran yang lama.

5
2.2 Pencarian Kerja
Pencarian Kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan
yang sesuai. Jika semua pekerja dan semua pekerjaan tidak adanya bedanya,
sehingga seluruh pekerja cocok untuk segala pekerjaan, pencarian kerja tidak akan
menjadi masalah.
a. Pengangguran Friksional

Pengangguran Friksional sering ditimbulkan oleh perubahan peminatan


tenaga kerja oleh beragam perusahaan. Sebagai contoh ketika konsumen
memutuskan untuk memilih komputer Fujitsu dan bukan computer acer, maka
Fujitsu meningkatkan pekerjaan, sementara Acer memberhentikan sebagian
pekerjaannya. Sehingga pekerja Acer kini harus mencari pekerjaan baru, dan
Fujitsu harus memilih pekerja baru untuk mengerjakan berbagai pekerjaan yang
ditawarkan. Hal tersebutlah yang sering disebut dengan periode menganggur. Jadi
pengangguran friksional tidak terelakkan karena perekonomian memang selalu
berubah-ubah.

b. Kebijakan Publik Dalam Pencarian Kerja

Kebijakan public dapat berperan jika kebijakannya dapat mengurangi


waktu yang diperlukan oleh pekerja yang tidak memiliki pekerjaan untuk
mendapatkan pekerjaan baru, maka kebijakan tersebut dapat mengurangi tingkat
alami pengangguran dalam perekonomian.

Banyak program pemerintah yang berupaya memudahkan mencari kerja


dengan berbagai cara. Salah satunya adalah memlaui badan penempatan kerja
yang ijalankan oleh pemerintah, yang menyiarkan informasi tentang lowongan
kerja. Cara lainnya adalah melalui program-program pelatihan untuk umum, yang
bertujuan mempermudah transisi pekerja dari industri yang merosot menuju
industry yang berkembang serta membantu kelompok-kelompok marjinal untuk
keluar dari kemiskinan.

c. Tunjangan Pengangguran

6
Salah satu program pemerintah yang meningkatkan jumlah pengangguran
friksional, tanpa bermaksud seperti itu, adalah tunjangan pengangguran.
Progaram ini bertujuan memberikan konpensasi parsial bagi pekerja akibat
kehilangan pekerjaan. Ketentuan dari program dari beragam sepanjang waktu dan
diberbagai Negara, namun pekerja yang menerima tunjangan pengangguran di AS
Mendapatkan 50 persen upah awal selama 26 minggu. Meskipun mengurangi
derita akibat pengangguran, tunjangan pengangguran juga meningkatkan jumalah
pengangguran. Penyebabnya dijelaskan oleh salah satu dari Sepuluh Prinsip
Ekonomi di Bab 1 : Orang merespons insentif. Kerana tunjangan pengangguran
tidak lagi diberikan apabila pekerja mendapatkan pekerjaan baru, tunjangan
pengagguran membuat masa menganggur lebih mudah dilewati, para pekerja
kemungkinan kecil mencari jaminan keamana kerja pada saat menegosiasikan
kontrak kerja deangan perusahaan mereka.
Banyak penelitian oleh para ekonom tenaga kerja yang meneliti pengaruh
insentif dan tunjangan pengangguran. Sejumlah penelitian lain telah mempelajari
upaya mencari kerja yang telah dilakukan oleh sekelompok pekerja seiring waktu.
Tunjangan pengangguran tidak selamanya tidak diberikan, melainkan dihentikan
setelah lewat enam bulan atau satu tahun. Penelitian-penelitian ini menemukan
bahwa apabila pengangguran tidak lagi layak menerima tunjangan, peluang
mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru meningkat drastis. Kareananya,
menerima tunjangan prngangguran tampaknya mengurangi upaya pengangguran
utnuk mencari kerja.
Penelitian tentang tunjangan pengangguran memperlihatkan bahwa tingkat
pengangguran merupakan ukuran yang tidak sempurna untuk kesehatan ekonomi
suatu negara secara keseluruhan. Myoritas ekonom sepakat bahawa
menghapuskan tunjangan pengangguran dapat mengurangi jumlah pengangguran
dalam perekonomian. Namun mereka bersilang pendapat tentang apakah
kesehatan perekonomian dapat ditingkatkan atau diturunkan melalui perubahan
kebijakan ini.

2.3 Peraturan Upah Minimum

7
Pengangguran timbul akibat peraturan upah minimum. Upah minimum
dapat digunakan sebagai alasan timbulnya pengangguran struktural. Peraturan
upah minimum bersifat paling mengikat terhadap anggota angkatan kerja yang
paling tidak terampil dan berpengalaman, misalnya kalangan remaja.
Keseimbangan upah mereka cenderung rendah dan oleh karena itu, lebih
berpotensi untuk jatuh di bawah upah minimum resmi. Hanya pada kalangan
pekerja inilah peraturan upah minimum menjelaskan timbulnya pengangguran.

Jadi dapat dikatakan bahwa pengangguran struktural timbul akibat upah di


atas upah keseimbangan, berbeda dengan pengangguran friksional yang timbul
akibat proses mencari kerja. Perlunya mencari kerja tidak disebabkan oleh
kegagalan upah dalam menyeimbangkan supply tenaga kerja dan permintaan
tenaga kerja. Apabila upah berada di atas tingkat keseimbangan, jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta, dan para pekerja menjadi
pengangguran karena mereka menunggu adanya lowongan pekerjaan.

2.4 Serikat pekerja dan tawar menawar kolektif


Serikat pekerja (union) adalah asosiasi pekerja yang berunding dengan
perusahaan (pemerkerja) tentang upah dan kondisi kerja. Hanya 11% pekerja AS
saat ini tergabung dalam serikat pekerja, namun serikat pekerja telah memainkan
peran yang lebih penting di pasar kerja AS dimasa lampau. Pada tahun 1940-an
dan 1950-an, ketika keanggotaan serikat pekerja ada pada titi puncaknya, sekitar 3
serikat pekerja AS terbentuk.
Selain itu, untuk berbagai alasan historis, serikat pekerja terus memainkan
peran besar pada negara-negara Eropa. Di Belgia, Norwegia, dan swedia,
contohya, lebih dari setengah pekerja tergabung dalamseikat pekerja. Di Prancis
dan Jerman, mayoritas pekerja menerima upah yang di tetapkan penawaran
kolektif hukum, meskipun hanya beberapa dari pekerja ini yang menjadi anggota
serikat. Dalam kasus ini, upah tidak di tentukan dengan penawaran dan
permintaan dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif.
a. Ekonomi serikat pekerja

8
Serikat pekerja merupakan sejenis kartel. Sama seperti semua kartel,
serikat pekerja merupakan sekelompok penjual yang berkerja sama dengan
harapan menggunakan daya pasar bersama mereka. Banyak pekerja dalam
perekonomian membahas tentang upah, tunjangan, dan kondisi kerja mereka
dengan perusahaan secara sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerja yang tergabung
dalam serikat pekerja melakukan hal itu secara berkelompok. Proses
disepakatinya syarat-syarat kerja antara serikat kerja dan perusahaan disebut
dengan tawar menawar koletif (CollectiveBargaining).

Ketika berunding dengan perusahaan, serikat pekerja meminta upah lebih


tinggi, tunjangan lebih besar, dan kondisi yang lebih baik dari pada yang
ditawarkan oleh perusahaan tanpa adanya serikat pekerja. Jika serikat pekerja dan
perusahaan tidak mecapai kesepakatan, serikat pekerja dapat melakukan
penarikan pekerja dari perusahaan, yang disebut dengan pemogokan (straep).
Karena pemogokan mengurangi produksi, penjualan, dan keuntungan, perusahaan
yang menghadapi ancaman pemogokan besar kemungkinan menyetujui untuk
membayar upah yang lebih tinggi dari pada jika tidak ada ancaman itu. Para
ekonom yang mempelajari pengaruh serikat pekerja biasanya menemukan bahwa
pekerja yang tergabung kedalam serikat pekerja mendapatkan upah 10% hingga
20% lebih tinggi dari pada pekerja yang tidak tergabung kedalam serikat pekerja.

Apabila serikat pekerja meningkatkan upah diatas tingkat keseimbangan,


serikat pekerja juga meningkatkan jumlah tenaga kerja yang disuplay dan
mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta, sehingga menimbulkan
pengangguran. Para pekerja yang tetap bekerja menerima keuntungan, namun
mereka yang sebelumnya bekerja dan menganggur ketika upah meningkat
dirugikan. Memang benar serikat pekerja sering dianggap penyebab konflik
diantara berbagai kelompok pekerja antara pihak dalam yang diuntungkah oleh
upah serikat pekerja yang tinggi dan pihak luar yang tidak mendapatkan pekerjaan
dari serikat pekerja.

9
Pihak luar dapat menyikapi status mereka dengan dua alternativ. Sebagian
dari mereka tetap menganggur dan menanti kesempatan untuk menjadi pihak
dalam dan mendapatkan upah serikat pekerja yang tinggi. Sebagian lain mngambil
pekerjaan di perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Karena
itu, apabila serikat pekerja meningkatkan upah di satu bagian perekonomian,
penawaran tenaga kerja meningkat dibagian lain perekonomian. Kenaiakn
penawaran tenaga kerja ini, pada gilirannya menurunkan upah di industri-industri
yang tidak memiliki serikat pekerja. Dengan kata lain, pekerja yang tergabung
kedalam serikat pekerja meraup keuntungan dari tawar menawar koletif,
sementara pekerja yang tidak tergabung kedalam serikat pekerja menanggu
sebagian dari biayanya.

Peran serikat pekerja dalam perekonomian sebagian bergantung kepada


undang-undang yang mengatur organisasi serikat pekerja dan tawar menawar
koletif. Lazimnya, perjanjian eksprinsif dianggota kartel dianggap illegal. Ketika
perusahaan yang menjual produk tertentu setuju untuk menetapkan harga,
persetujuan mempertimbangkan “Konspirasi dalam pembatasan perdagangan,”
dan pemerintah menuntut perusahaan dipengadilan sipil dan kriminal karena
melanggar hukum anti pakat. Sebaliknya serikat pekerja dibebaskan dari hukum-
hukum ini. Pembuat kebijakan yang menuliskan hukum anti pakat percaya bahwa
pekerja membutuhkan kekuatan pasar yang lebih kuat seperti yang mereka
tawarkan kepada pekerja. Bahkan beragam hukum di desain untuk mendorong
formasi serikat pekerja.seacar khusus, Wagner Act Of 1935 mencegah pemberi
kerja dari aksi mengaganggu ketika pekerja mecoba untuk mengatur serikat
pekerja dan membutuhkan pekerja untuk melakukan tawar menawar dengan
serikat pekerja dengan maksud baik. National Labor Relations Board (NLRB)
adalah agen pemerintah yang mendukung hak pekerja untuk membentuk serikat.
Legislasi yang berdampak pada kekuatan pasar serikat pekerja merupakan topik
yang selalu dibahas dalam debat politik. Perancang hukum negara terkadang
berdabat soal hukum Right to work yang memberikan hak kepada pekerja
disebuah peruahaan yang membentuk serikat untuk memilih apakah mereka ingin
tergabung dalam serikat tersebut. Dalam keadaan dimana beberapa hukum tidak

10
berlaku, perusahaan menjadikan keanggotaan serikat syarat bagi pekerja selama
masa penawaran koletif. Perancang hukum di Washington telah memperdebat
hukum yang telah dibuat untuk mecegah perusaan merekrut pengganti permanen
untuk pekerja yang sedang mogok. Hukum ini akan membuat pemogokan lebih
merugikan bagi perushaan , sehingga meningkatkan kekuatan pasar serikat
pekerja. Hal ini dan kebijakan serupa akan membantu dalam penentuan masa
depan pergerakan serikat.

b. Dampak Serikat Pekerja Bagi Perekonomian

Para ekonom bersilang pendapat tentang apakah serikat pekerja


berdampak baik atau buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Mari kita
pelajari kedua sisisilang pendapat ini. Para pengkritik serikat pekerja berpendapat
bahwa serikat pekerja tidak lebih dari sejenis kartel apabila serikat pekerja
menaikan upah diatas tingkat yang dapat berlaku dipasar kompetitif mereka
menurunkn jumlah tenaga kerja yang diminta, menyebabkan sebagian pekerja
menganggur, dan menurunkan upah dibidang perekonomian lain. Alokasi tenaga
kerja yang ditimbulkan, menurut para pengkritik, tidak efisen dan juga tidak adil.
Alokasi tenaga kerja tidak efisien karena upah serikat yang tinggi mengurangi
pengangguran diperusahaan berserikat pekerja dibawah tingkat kompetitif yang
efisien. Alokasi tersebut tidak adil karena sebagian pekerja di untungkan dengan
mengorbankan pekerjaan lain.

Para pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja


merupakan penawar yang diperlukan terhadap daya pasar dari perusahaan-
perusahaan yang memperkerjakan para pekerja. Kasus ekstrim daya ini adalah
“Kota perusahaan,” yaitu apabila sebuah perusahaan paling banyak
memperkerjakan disatu wilayah geografis. Disebuah kota perusahaan, jika pekerja
tidak menerima upah dan kondisi kerja yang ditawarkan oleh perusahaan itu,
mereka tidak memiliki banyak pilihan selain pindah atau berehenti bekerja.
Dengan demikian tanpa adanya serikat pekerja, perusahan dapat menggunakan
daya pasarnya untuk membayar upah lebih rendah dan menawarkan kondisi kerja
lebih buruk dari pada jika perusahaan itu harus bersaing dengan perusahaan lain

11
untuk pekerja yang sama. Dalam kasus ini, serikat pekerja dapat menyeimbangkan
daya pasar perusahaan dan melindungi para pekerja dari kesewenangan pemilik
perusahaan.

Para pendukung serikat pekerja juga menyatakan bahwa serikat pekerja


penting untuk membantu perusahaan merespon kepentingan pekerja secara
efisien. Kapanpun seorang pekerja menerima pekerjaan, pekerja trsebut dan
perusahaan harus epakat dengan atribut pekerjaan tersebut selain upah : jam kerja,
lembur, cuti tahunan, cuti sakit, tunjangan kesehatan, jadwal promosi, jaminan
kerja, dan sebagainya. Dengan mewakili pandangan pekerja dengan isu-isu ini,
serikat pekerja memungkinkan perusahaan untuk menyediakan susunan atribut
kerja yang tepat. Bahkan, jika serikat pekerja berdampak buruk karena mendorong
upah diatas tingkat keseimbangan dan menyebabkan pengangguran, serikat
pekerja berguna membantu perusahaan agar memilikitenaga kerja yang bahagia
dan produktif

Pada akhirnya, tidak ada konensus di kalangan ekonom tentang apakah


serikat pekerja bai atau buruk bagi perekonomian. Sama seperti banyak lembaga,
pengaruh serikat pekerja mungkin bermanfaat disituasi tertentu dan merugikan
situasi lain.

2.5 Teori upah efisiensi

Teori upah efisiensi alasan keempat mengapa pengangguran selalu terjadi


dalam perekonomian selain pencarian kerja, peraturan upah minimum, dan serikat
pekerja dijelaskan oleh teori upah efisiensi (Effiency wages) menurut teori ini,
perusahaan-perusahaan beroperasi secara leih efisien jika upah berada diatas
tingkat keseimbangan. Karenanya perusahaan-perusahaan lebih diuntungkan jika
mempertahankan upah tinggi meski terdapat surplus tenaga kerja

Dengan cara-cara tertentu, pengangguran yg timbul akibat upah efisiensi


serupa dengan pengangguran yang timbul akibat upah minimum dan serikat
pekerja. Diketiga kasus ini pengangguran diakibatkan oleh upah yang berada
diatas tingkat yang menyeimbangkan tenaga kerja yang disuplay dan jumlah

12
tenaga kerja yang diminta. Namun, ada satu perbedaan penting. Peraturan upah
minum dan serikat pekerja mencegah perusahaan untuk mnurunkan upah dengan
adanya surplus pekerja. Teori upah efisiensi menyatakan bahwa pembatasan
semacam itu terhadap perusahaan tidak diperlukan dibanyak situasi Karena
perusahaan-perusahaan dapat diuntungkan dengan memberi upah diatas tingkat
keseimbangan.

Menagapa perusahaan menginginkan untuk memberi upah yang tinggi?


Keputusan ini awalnya terdengar ganjil karena upah merupakan bagian besar dari
biaya perusahaan. Lazimnya kita memperkirakan bahwa perusahaan-perusahaan
yang memaksimalkan keuntungan ingin menakan biaya dan juga upah sekecil
mungkin. Pemahaman baru yang dibberikan oleh teori upah efisiensi adalah
membayar upah lebih tinggi dapat menguntungkan karena dapat meningkatkan
efisiensi pekerja perusahaan.

Terdapat beberapa jenis teori upah efisiensi. Masing-masing jenis


menyajikan penjelasan berbeda tentang mengapa perusahaan dianjurkan untuk
membayar upah yang tinggi. Mari kita lihat keempat jenis teori berikut.

a. Kesehatan pekerja

Teori efisiensi pertama, dan yang paling sederhana, menggaris bawahi


antara tautan upah dan kesehatan pekerja. Pekerja yang menerima bayaran lebih
baik mengomsusi makanan yang lebih bergizi, dan pekerja mengonsumsi
makanan yang lebihbergizi lebih sehat dan lebih produktif. Sebuah perusahaan
dapat lebih diuntungkan apabila membayar upah tinggi dan memiliki pekerja yang
sehat dan produktif dari pada membayar upah lebih rendah dan memilikipekerja
yang kurang sehat dan kurang produktif.

Jenis upah teori efisiensi ini lebih relevan bagi perusahaan-perusahaan


dinegara kurang berkembang yang menghadapi masalah nutrisi yang memadai. Di
negara-negara ini, perusahaan-perusahaan dapat merasa khawatir jika
pengurangan upah akan berdampak buruk terhadap kesehatan dan produktifitas
pekerja mereka. Dengan kata lain ke khawairan akan makanan bernutrisi dapat

13
mejelaskan mengapa perusahaan-perusahaan tidak memangkas untuk upah meski
terdapat surplus tenaga kerja. Perhatian akan kesehatan pekerja kurang relevan
untuk perusahaan-perusahaan di negara maju AS, diaman keseimbangan upah
untuk sebagian besar pekerja berada diatas level yang di butuhkan untuk
penerapan diet yang memadai.

b. Absensi pekerja (Worker Turnover)

Jenis teori upah efesiensi ke dua menggaris bawahi tautan antara upah dan
absensi pekerja. Para pekerja meninggalkan pekerjaan mereka karena berbagai
alasan menerima pekerjaan di perusahaan lain, pindah kedaerahlain, keluar dari
angkatan kerja, dan sebaginya. Frekuensi absensi mereka bergantung pada seluruh
ranagkaian in sentif yang mereka hadapi, termasuk manfaat meningglkan
pekerjaan dan manfaat berkeja. Semakin tinggi upah yang diberikan oleh
perusahaan, semakin kecil kemungkinan para pekerjanya memilih untuk keluar.
Karenanya, sebuah perusahaan dapat menguragi absensi pekerja dengan
membayar upah lebih tinggi.

Mengapa perusahaan-perusahaan peduli dengan absensi pekerja?


Alasannya adalah memperkerjakan dan melatih pekerja baru membuat perusahaan
harus mengeluarkan biaya. Selain itu, bahkan setelah dilatih, para pekerja baru
tidak seproduktif perkeja yang telah berpenglaman. Karenanya, perusahaan-
perusahaan yang menghadapi tingkat absensi tinggi cenderung akan mengluarkan
biaya prodsi yang lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan dapat menganggap bahwa
membayar upah diatas tingkat keseimbangan menguntungkan untuk mengurangi
absensi pekerja.

c. Kualitas pekerja

Jenis teori upah efisiensi ketiga menggaris bawahi tautan antara upah dan
kualitas pekerja. Semua peruahaan menginginkan pekerja yang berbakat, dan
mereka mecoba untuk memilih pelamar terbaik untuk mengisi posisi yang
dibutuhkan. Namun, karena perusahaan tidak dapat mengukur kualtis pelamar
secara sempurna, proses memperkerjakan seseorang terjadi secara acak. Dengan

14
mebayar upah lebih tinggi, perusahaan itu menarik kelompok pekerja yang lebih
baik untuk melamar posisi yang ditawarkan. Jika perusahaan merespon terhadap
surplus tenaga kerja dengan menurunkan upah, pelamar yang lebih kopeten yang
lebih mungkin untuk memiliki kesempatan alternativ yang lebih baik dari pada
pelamar lain mungkin merasa tidak bahagia. Jika pengaruh upah terhadap kualitas
pekerja ini cukup kuat, mungkin lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk
membayar upah melebihi level yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan.

d. Usaha Pekerja

Jenis teori upah efisiensi ketiga menggaris bawahi tautan antara upah dan
usaha pekerja. Di banyak pekerjaan, pekerja memiliki keleluasaan tertentu
tentang seberapakah khas mereka berkeja. Akibatnya perusahaan-perusahaan
monitor usaha pekerja mereka, dan para pekerja yang diketahui melalaikan
tanggung jawab merekapun di pecat. Namun tidak semua pekerja yang lalai
segera ditangani karena monitor pekerja memakan banyak biaya dan tidak dapat
dilakukan sepenuhnya. Perusahaan dalam beberapa keadaan selalu mencari cara
untuk mencegah pekerja lalai. Satu solusi adalah dengan membayar upah diatas
tingkat keseimbangan. Upah tinggi akan membuat pekerja lebih bersemangat
dalam menejaga pekerjaan mereka, sehinnga, memberi pekerja insentif untuk
meningkatkan usaha terbaik mereka. Jika upah berada pada level
menyeimbangkan permintaan dan penawaran, pekerja akan memiliki alasan yang
lebih sedikit untuk pekerja keras karena jika mereka di pecat, mereka bisa
mendapatkan pekerjaan baru engan upah sama secara cepat. Oleh karena itu,
perusahaan meningkatkan upah diatas tingkat keseimbangan, menyediakan
insentif untuk pekerja agar mereka tidak lalai akan tanggung jawab.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di bab ini kita membahas ukuran pengangguran dan alasan mengapa


tingkat pengangguran tertentu selalu terjadi dalam perekonomian. Kita melihat
bagaimana pencarian kerja,peraturan upah minimum, serikat pekerja, dan upah
efesiensi semuanya membantu menjelaskan mengapa sebagian pekerja tidak
memiliki pekerjaan. Mana dari empat penjelasan ini yang paling penting untuk
menjelaskan tingkat alami pengangguran dalam perekonomian AS dan negara-
negara lainnya, sayangnya ini tidak mudah dijawab. Para ekonom bersilang
penapat tentang penjelasan tentang pengangguran mana yang paling penting.

Analisis bab ini memberikan satu pelajaran penting : meskipun


pengangguran selalu terjadi dalam peronomian, tingkat alaminya tidak imun
terhadap perubahaan. Banyak peristiwa dan kewajiban dapat mengubah jumlah
pengangguran yang lazim terjadi dalam perekonomian. Dengan perubahan proses
pencarian kerja yang ditimbulkan oleh revolusi informasi, dengan penyesuaian
peraturan upah minimum yang dilakukan oleh pemerintah, dengan pembentukan
serikat pekerja oleh pekerja, dan dengan perubahan upah efisiensi yang dilakukan
oleh perusahaan, tingkat alami pengangguranpun berubah. Pengangguran bukan
sekedar masalah sederhana dengan solusi sederhana, namun cara kita memutuskan
untuk mengelola mayarakat dapat berpengaruh besar terhadap parah tidaknya
masalah pengangguran.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai