Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGANGGURAN DI INDONESIA

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Insani

DOSEN PENGAMPU:

Agustina Mutia, S.E, M.EI

DISUSUN OLEH

Nurul Fadhila Marza (501210296)

M. Ibnu Toharudin (501210315)

Siti Nureliza (501210287)

Evan Budi Setiawan (501210311)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengangguran di indonesia”. Terimakasih saya ucapkan kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Ekonomi Sumber Daya Insani Ibu Agustina Mutia,S.E.,M.EI. yang telah mengarahkan
dan membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada rekan- rekan yang turut membantu dalam memberi motivasi dan waktu
untuk dalam menemani proses pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini selesai pada waktunya.
Kami sadar sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi
para pembaca pada umumnya.

Jambi, 19 Mei 2023

Kelompok V

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI…...………………………………………………………….………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………..…...……………………………………4

A. Latar Belakang…………………………...…………………….…………….……4

B. Rumusan Masalah…………………...…………………………………….………5

C. Tujuan……………………………………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN………...…………………...………………………………………6

A. Konsep Pengangguran...…………………………………………………………....7

B. Jenis – jenis pengangguran…...………………………………………...…………..7

C. Para pelaku pasar tenaga kerja………………...…………………………..………12

D. Pengangguran di Indonesia………...………………………………………...……13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………...……….21

KESIMPULAN………...…………………………………………………………………….21

SARAN………………………………………………………………………………………22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang mantap serta memaksimumkan tingkat
kemakmuran masyarakat pada dasarnya adalah tujuan dari kegiatan perekonomian dalam
suatu negara1. Tujuan ini sulit dicapai apabila tingkat pengangguran dalam
suatu negara relatif tinggi, karena hal tersebut dapat berdampak negatif pada kestabilan
ekonomi. Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi
perhatian utama disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang sedang berkembang.
Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme
permasalahan yang saling bertentangan antar satu dengan yang lainnya. Dualisme tersebut
terjadi jika pemerintah tidak mampu dalam memanfaatkan dan miminimalkan dampak yang
diakibatkan dari dua persalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu
memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka dualisme permasalahan tidak akan
terjadi bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan pembangunan. Demikian
sebaliknya jika pemerintah tidak mampu memanfaatkan maka akan menciptakan dampak
negatif yaitu mengganggu pertumbuhan ekonomi1.
Dilihat dari sudut pandang positif tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya
yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara.
Namun dari sudut pandang yang lain meningkatnya tenaga kerja justru sering kali menjadi
persoalan ekonomi yang sulit untuk diselesaikan oleh pemerintah. Sebagai akibat dari
kurangnya pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagai dampak dari
meningkatnya jumlah penduduk yang ada, sehingga tenaga kerja yang ada tidak terserap
secara penuh, konsekuensinya terciptalah pengangguran.
Selain menjadi beban dan penghambat dalam pertumbuhan perekonomian suatu
negara, pengangguran juga digunakan menjadi salah satu indikator dari pasar tenaga kerja
yang ada. Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi suatu prestasi dalam suatu
negara demikian juga sebaliknya. Namun pada kenyataannya belum mencerminkan masalah
ketenagakerjaan yang sebenarnya. Konsep pengangguran disini diartikan sebagai penduduk

1
Murni, A. (2016). Ekonomika Makro. PT Refika Aditama

4
yang memasuki usia kerja (15–65 tahun) yang sedang mencari kerja, mempersiapkan usaha,
putus asa dan sudah punya pekerjaan tapi belum memulai bekerja.
Faktor utama yang menjadi hambatan penyerapan tenaga kerja di Indonesia, yaitu
kurangnya tenaga kerja terdidik, infrastruktur yang buruk dan kerangka kebijakan yang berbelit-
belit. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purna dkk (2010) rendahnya
penyerapan tenaga kerja terjadi karena Link and Match (keterkaitan dan kecocokan) antara dunia
pendidikan dan dunia usaha belum berjalan dengan baik dan masih banyak permasalahan –
permasalahan yang lainnya. Secara umum upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran
yang terjadi di negeri ini cukup berhasil, khususnya dalam menyediakan lapangan kerja
meskipun tidak semua mampu terserap.
Dengan mengacu pada permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran tersebut, maka
perlu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang menjadi penghambat dalam
menciptakan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan pengangguran dalam upaya
meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi negara ini.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Konsep Pengangguran?
2. Jelaskan Jenis-Jenis Pengangguran?
3. Jelaskan Para Pelaku dalam Pasar Tenaga Kerja?
4. Jelaskan Pengangguran di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Pengangguran
2. Mengetahui Jenis-Jenis Pengangguran
3. Mengetahui Para Pelaku dalam Pasar Tenaga Kerja
4. Mengetahui Pengangguran di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pengangguran
Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Navarrete menjelaskan dalam bukunya “Underemployment in Underdeveloped
Countries” pengangguran dapat dilukiskan sebagai suatu keadaan dimana adanya
pengalihan sejumlah faktor tenaga kerja ke bidang lain yang mana tidak akan mengurangi
output keseluruhan sektor asalnya atau dikatakan bahwa produktivitas marginal unit-unit
faktor tenaga tempat asal mereka bekerja adalah nol atau hampir mendekati nol atau juga
negative Jhingan (2014)2.
Definisi pengangguran menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pengangguran
terbuka (openunemployment) didasarkan pada konsep seluruh angkatan kerja yang
mencari perkerjaan, baik yang mencari perkerjaan pertama kali maupun yang pernah
bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang digolongkan setengah penganggur
(underemployment) adalah pekerja yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan
dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah. Setengah pengangguran sukarela
adalah setengah penganggur tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain. Setengah penganggur terpaksa adalah setengah menganggur yang masih
mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan. Pekerja digolongkan setengah
penganggur parah (severe underemployment) apabila ia masuk setengah menganggur
dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu3. Pengangguran (unemployment) tidak
berkaitan dengan mereka yang tidak bekerja

2
Jhingan, M.L. 2014. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi Keenambelas. Jakarta: Rajawali Pers.
3
BPS Provinsi Jawa Timur. (2021).

6
tetapi tidak atau belum menemukan pekerjaan. Pengangguran merupakan kelompok orang yang
ingin bekerja, sedang berusaha bekerja (mendapatkan atau mengembangkan) pekerjaan tetapi
belum berhasil mendapatkannya.4
Secara internasional, yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu
tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Pengangguran menunjukkan sumber daya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi
untuk memberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak dapat
melakukannya. Pencarian pekerjaan yang cocok dengan keahlian mereka adalah
menggembirakan jika pencarian itu berakhir, dan orang- orang yang menuggu pekerjaan di
perusahaan yang membayar upah di atas keseimbangan merasa senang ketika lowongan
terbuka55
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja (labour
force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utiliztion approach) :
• Pendekatan angkatan kerja (labour force approach) Pendekatan ini mendefinisikan
penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
• Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach) Dalam pendekatan
ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: a. Menganggur (Unemployed)
yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok
ini sering disebut juga sebagai pengangguran terbuka (Open Employment). b. Setengah
menganggur (Underemployed) yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan
secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. c. Bekerja
penuh (Employed) yaitu mereka yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35
jam perminggu.

B. Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau
tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

4
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, (Banten: KOPSYAH BARAKA, 2013), 98.
5
Sukirno, S. (2013). Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

7
• Pertama, Pengangguran terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu (sakit, hamil,
infalid/difabel);
• Kedua, Setengah menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari
35 jam selama seminggu;
• Ketiga, Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguhsungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal 6

Pengangguran terdiri dari 3 macam diantaranya sebagai berikut:

a. Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara maksimal
karena suatu alasan tertentu.
b. Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang kurang dari 35 jam perminggu.
Pengangguran terbuka adalah tenagakerja yang sungguh-sungguh tidak memiliki
pekerjaan7

Pengangguran terbuka adalah pengangguran baik sukarela (mereka yang tidak mau
bekerja karena mengharapkan pekerjaan lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau
bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan). Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas
mencari pekerjaan atau malas bekerja. Dapat disimpulkan pengertian dari pengangguran terbuka
adalah seseorang yang termasuk dalam kelompok penduduk usia kerja yang selama periode
tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan
(Dongoran, dkk. 2016).

6
Mahdar, 2015. “Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Masalah dan
Solusi.” Jurnal Al-Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015.
7
Franita, R. 2016. “Analisa Pengangguran d i Indonesia.” On-Line: Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial Volume 1 Desember 2016

8
Sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi empat yaitu:8
1. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional atau transisi (frictional or transitional atau unemployment
adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan dalam
syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi
yang terjadi. Pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang dari satu
daerah ke daerah lainnya, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
2. Pengangguran struktural
Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah jenis pengangguran yang
terjadi sebagai akibat adanya perubahan didalam struktur pasar tenaga kerja yang
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga
kerja. Ketidakseimbangan didalam pasar tenaga kerja yang terjadi antara lain karena
adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan
lainnya mengalami penurunan permintaan, dan permintaan itu sendiri tidak
melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut.
3. Pengangguran alamiah
Pengangguran alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenal dengan istilah
Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) Tingkat
pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran
dimana inflasi yang diharapkan (expected inflation) sama dengan tingkat inflasi
aktual (actual inflation).
4. Pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) terjadi akibat
merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif
aggregat (effective aggregate demand) didalam perekonomian dibandingkan dengan
penawaran aggregat (AS). Oleh karena itulah para ahli ekonomi sering menyebut
jenis pengangguran ini sebagai "demand-deficient unemployment". Sebaliknya jenis
pengangguran ini akan berkurang kalau tingkat kegiatan ekonomi meningkat.

8
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu EkonomiMikro Ekonomi dan Makro
Ekonomi, 379. 27.

9
ekonomi sering menyebut jenis pengangguran ini sebagai "demand-deficient
unemployment". Sebaliknya jenis pengangguran ini akan berkurang kalau tingkat
kegiatan ekonomi meningkat.

Berdasarkan lama waktu kerja, pengangguran dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu9:9
1. Pengangguran terbuka Pengangguran terbuka yang tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga
kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja
yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Pengangguran terbuka dapat pula wujud
sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja.
2. Pengangguran tersembunyi Pengangguran tersembunyi yaitu terutama wujud di
sektor pertanian atau jasa. Di banyak negara berkembang seringkali didapatkan
bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak dari yang
sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien.
Kelebihan tenaga kerja yang digunakan dalam ledakan tersembunyi. Contoh-
contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan
keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah
yang sangat kecil. Pengangguran bermusim terutama terdapat pada sektor
pertanian dan perikanan, yang disebabkan oleh perubahan permintaan terhadap
tenaga kerja tenaga kerja yang sifatnya berkala. Setengah menganggur Setengah
menganggur (underemployed) terjadi bila tenaga kerja tidak bekerja secara
optimum (kurang dari 35 jam seminggu atau bekerja lebih dari 35 jam dalam
seminggu dimana produktivitasnya/ pendapatannya rendah.
3. Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu
perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses
pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan
pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah.

9
Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grasindo Perseda. Jakarta

10
Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan
upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja dan upah efisiensi.
Selanjutnya dikemukakan bahwa beberapa hal yang menyebabkan pengangguran
antara lain:
1. Penduduk yang relatif banyak,
2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah,
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja,
4. Teknologi yang semakin modern,
5. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan
penghematan-penghematan,
6. Penerapan rasionalisasi,
7. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim, dan
8. Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu negara.

Pengangguran Terdidik Filandari (2013) menyatakan bahwa


Pengangguran terdidik adalah seorang yang telah lulus pendidikan dan ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. GBS STIE (2013)
menyatakan bahwa Pengangguran terdidik yang dimaksud dalam rekomendasi ini
adalah mereka yang mempunyai kualifikasi lulusan perguruan tinggi setingkat
akademi sampai dengan universitas tetapi belum memiliki pekerjaan.
Pengangguran terdidik biasanya dari kelompok masyarakat menengah keatas yang
memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur.
Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di Negara
berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan,
kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat
yang sedang berkembang, pendidikan dipersiapkan sebagai sarana untuk
peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada.
Dalam arti lain tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa
pendidikan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatnya pengangguran terdidik antara lain disebabakan ketidakcocokkan
antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran

11
tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja).
Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status,
atau masalah keahlian khusus. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor
formal (tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang
kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil),
efisiennya fungsi pasar kerja.
Di samping faktor kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi
tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan banyak angkatan
kerja bekerja di luar bidangnya. Kemudian faktor gengsi juga menyebabkan
lulusan akademi atau universitas memilih menganggur karena tidak sesuai dengan
bidangnya dan Budaya malas.

C. Para Pelaku dalam Pasar Tenaga Kerja


Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan,
ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun. Tenaga kerja atau
yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan
Angkatan Kerja. Angkatan Kerja mencakup penduduk yang bekerja dan yang
sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu
penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur.
Pasar tenaga kerja adalah interaksi antara permintaan dan penawaran
tenaga kerja atau seluruh aktivitas dari pelakupelaku yang mempertemukan
pencari kerja dan lowongan kerja. Pelakupelaku ini adalah pengusaha (penyedia
kerja), pencari kerja dan perantara atau pihak ketiga (individu, institusi atau
sumber informasi lainnya) yang memberi kemudahan bagi pengusaha (market
signaling) dan pencari kerja untuk saling berhubungan. Pengertian ini
memberikan kejelasan adanya hubungan yang bersifat saling mempengaruhi
antara kondisi perekonomian dengan pasar tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja
adalah turunan (derivasi) dari permintaan barang dan jasa sehingga jumlah tenaga

12
yang diminta tergantung pada harga faktor-faktor produksi lain dan permintaan
barang dan jasa. Karena itu wajar bahwa perubahan didalam perekonomian
terutama aktivitas sektor usaha akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja.10

Para pelaku di pasar tenaga kerja, di antaranya:

• Pencari kerja, yaitu setiap orang yang mencari pekerjaan baik karena
menganggur, putus hubungan kerja maupun orang yang sudah bekerja
tetapi ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik yang sesuai dengan
pendidika, bakat, minat dan kemampuan yang dinyatakan melalui
aktivitasnya mencari pekerjaan.
• Pemberian kerja yaitu perorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lembaga lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
imbalan berapa upah atau gaji.
• Perantara yaitu media atau lembaga yang mempertemukan pencari kerja
dan pemberi kerja, misalkan agen penyalur tenaga kerja, bursa kerja dan
head hunters (pihak ketiga yang menghubungkan pencari kerja dengan
perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja sesuai dengan kulifikasi yang
dibutuhkan. Sebagai imbalan, head hunters akan memperoleh prosentasi
gaji dari orang yang diterima bekerja atau komisi dari perusahaan.

D. Pengangguran di Indonesia
Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang mantap serta memaksimumkan
tingkat kemakmuran masyarakat pada dasarnya adalah tujuan dari kegiatan
perekonomian dalam suatu negara11. Tujuan ini sulit dicapai apabila tingkat
pengangguran dalam suatu negara relatif tinggi, karena hal tersebut dapat
berdampak negatif pada kestabilan ekonomi. Pengangguran merupakan salah satu
permasalahan ekonomi makro yang masih menjadi tantangan besar bagi para
pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan serta pertumbuhan

10
Malik, Nazaruddin. 2016. Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang
11
Murni, A. (2016). Ekonomika Makro. PT Refika Aditama

13
ekonomi di Indonesia, maka dari itu penurunan tingkat pengangguran selalu
masuk dalam permasalahan dan agenda pembangunan nasional yang kemudian
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
setiap lima tahun sekali. Berdasrakan data yang diakses dari BPS, sebenarnya
tingkat pengangguran di Indonesia selalu mengalami penurunan selama tujuh
tahun terakhir, kecuali pada saat pandemi covid dimana tingkat pengangguran di
Indonesia meningkat drastis sebesar 7,07% dari tahun 2019. Namun pada tahun
2021 angka ini dapat ditekan, sehingga tingkat pengangguran di Indonesia turun
menjadi 6,49% seperti pada gambar di bawah.

Sumber: BPS
Gambar 1. Grafik Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 2018-2021 Hal ini
menunjukkan upaya pemerintah dalam menangani pengangguran selalu
mengalami kemajuan setiap tahunnya. Dalam RPJMN pemerintah telah
merencanakan target penurunan tingkat pengangguran pada akhir periode
pelaksanaannya, namun target tersebut tidak tercapai pada 2 periode pelaksanaan,
yaitu RPJMN pertama tahun 2004 – 2009 dan RPJMN ketiga tahun 2015 – 2019.
Jadi walaupun secara tahunan tingkat pengangguran banyak mengalami
penurunan, target yang telah diproyeksikan masih belum tercapai. Pada RPJMN
tahun 2004 – 2009 tingkat pengangguran ditargetkan dapat turun pada angka
5,1%. Namun pada evaluasinya tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun
2009 masih sebesar 7,78% atau dapat dikatakan target yang telah ditetapkan tidak
tercapai. Kemudian berdasarkan evaluasi RPJMN 2015 – 2019, target tingkat
pengangguran di tahun 2019 adalah 4,00% - 5,00%. Namun target ini belum
terpenuhi karena pada tahun 2019 tingkat pengangguran masih berada di angka
5,28%. Selain itu berdasarkan gambaran ekonomi makro yang diproyeksikan
setiap tahun khususnya pada tingkat pengangguran, target yang telah ditentukan

14
pada tahun 2016, 2017, dan 2019 pun tidak tercapai. Maka dari itu diperlukan
solusi untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
menganalisa beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia. Menurut (Firdhania & Muslihatinningsih, 2017)
pengangguran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya inflasi, upah
minimum, IPM, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada
penelitian ini terdapat 3 faktor yang ditelti, yaitu IPM, pertumbuhan ekonomi, dan
upah minimum12.
Menurut Rayana dalam Aisyaturridho et al., (2021) tingkat pengangguran
dalam suatu negara juga dipengaruhi oleh tingkat IPM, dimana IPM merupakan
pengukuran yang ditetapkan untuk semua negara di seluruh dunia untuk melihat
perbadingan aspek kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Lebih jelasnya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdiri 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu angka
harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup layak. Kualitas kesehatan
digunakan untuk mengukur angka harapan hidup, harapan lama sekolah
digunakan untuk mengukur dimensi penegtahuan, dan rata-rata pengeluaran per
kapita digunakan sebagai indikator pengukuran terhadap standar hidup layak.
Pemerintah memiliki peran yang sangat krusial dalam meningkatkan serta
mengembangkan pembangunan sumber daya manusia, dimana poin ini
ditekankan pada teori peetumbuhan baru dan ini juga termasuk pada produktivitas
(Anwar Soeharjoto & Oktavia, 2021). Dengan demikian adanya investasi
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM yang dapat dilihat dari
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat dan
mendorong produktivitas karena meningkatnya kualitas SDM. Ketika kualitas
manusia semakin meningkat maka kemampuan dan keahliannya pun akan
meningkat, sehingga peningkatan indeks pembangunan manusia salah satu poin
krusial untuk mengembangkan sumber daya manusia. Karena hasil kerja yang
dilakukan akan semakin bagus dan berkualitas jika sumber daya manusia
memiliki kesehatan yang baik, pengetahuan yang cukup, dan memiliki hidup yang

12
Firdhania, R., & Muslihatinningsih, F. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengangguran di Kabupaten Jember Factors Affecting of Unemployment Rate in Jember Regency. E-Journal
Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, IV(1), 117.

15
layak dan sebaliknya13. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zam-Zam et al.,(
2021) IPM memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengangguran. Hasil ini
didukung oleh peneltian Mahroji & Nurkhasanah (2019) serta Purwanda (2022)
yang juga menujukkan bahwa IPM memiliki korelasi negatif terhadap tingkat
pengangguran. Namun hasil tersebut berlawanan dengan hasil penelitian Arizal
dan Marwan (2019) bahwa IPM berpengaruh positif terhadap tingkat
pengangguran.
Selain IPM, faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran adalah pertumbuhan ekonomi. Teori klasik Adam Smith
menjelaskan bahwa pengangguran dapat dikurangi saat suatu wilayah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan tinggi14. Sehingga dapat dikatakan terdapat
arah hubungan yang berlawanan diantara pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran. Saat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah naik artinya kegiatan
produksi juga mengalami kenaikan. Hal ini akan membuat permintaan tenaga
kerja meningkat dan menurunkan angka pengangguran. Teori ini didukung oleh
penelitian Saptenno & Maatoke (2022) dimana pertumbuhan ekonomi dapat
mengurangi pengangguran. Penelitian lainnya adalah Ardian et al., (2022), Dwi
Radila et al., (2021), dan dimana pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
memiliki korelasi negatif. Adanya penambahan GDP dapat menimbulkan adanya
pertumbuhan ekonomi. GDP sendiri merupakan produk nasional yang diproduksi
menggunakan faktor produksi di dalam negeri, baik itu milik warga negara asing
ataupun warga negara itu sendiri15.
Tingginya tingkat upah akan membuat penawaran tenaga kerja semakin
meningkat, begitupun sebaliknya, sehingga ketika keduanya tidak seimbang maka
akan menimbulkan pengangguran. Di Indonesia sendiri setiap tahunnya upah
minimum cenderung mengalami peningkatan, hal ini bisa saja menyebabkan

13
Aisyaturridho,Tanjung, A. A., & Hawariyuni, W. (2021). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia.
Jurnal Samudra Ekonomika, 5(2), 114–124
14
Anggoro, M. H., & Soesatyo, Y. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan
Angkatan Kerja terhadap Tingkat Pengangguran di KotaSurabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 3 Nomor
3, 1–13.
15
Marliana, L. (2022). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi
dan Upah Minimum terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia. 6(1), 87–91

16
proyeksi tingkat pengangguran yang diharapkan tidak tercapai karena tingginya
upah membuat perusahaan tidak menyerap terlalu banyak tenaga kerja untuk
efisiensi produksi. Peran besar serikat buruh dalam penentuan upah minimum
sebenarnya malah menjerumuskan tenaga kerja menjadi pengangguran.
Meningkatnya upah akan membuat biaya produksi juga meningkat dan membuat
harga naik dan berpengaruh pada menurunnya permintaan. Dalam kasus ini
perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja untuk efisiensi pada
biaya produksi16.
Sulitnya mencari pekerjaan ditengah persaingan dengan banyaknya
angkatan kerja yang menganggur membuat pekerja mengikuti berbagai program
atau penawaran kerja yang ada. Salah satunya adalah sistem kerja outsourcing.
Namun sistem kerja ini juga lebih banyak merugikan tenaga kerja, seperti upah
yang lebih rendah dari pegawai tetap serta adanya beberapa perusahaan yang
tidak mengkutsertakan pegawai outsourcing dalam program jaminan sosial tenaga
kerja dan asuransi membuat kesejahteraan pekerja outsourcing menjadi kurang
dan membuat gap diantara pegawai tetap dan pegawai outsource menjadi semakin
jauh. Kemudian tidakadanya perjanjian yang membahas tentang kompensasi
untuk pekerja outsourcing saat masa kerjanya telah berkahir atau mengalami PHK
sebelum habisnya masa kontrak yang dijalani pekerja tidak akan mendapatkan
kompensasi karena tidak terdapat ketentuan yang mengharuskan perusahaan
memberikan kompensasi pada pekerja outsorcing pada situasi tersebut dimana hal
ini berbanding terbalik dengan karyawan tetap. Kemudian gaji yang didapatkan
oleh pekerja outsource juga harus mendapatkan potongan dari penyedia jasa
tenaga kerja dan semakin membuat gaji pekerja menjadi semakin kecil.
Selain itu pekerja outsourcing hanya diberikan pekerjaan kelas rendah dan
dibatasi dengan sistem kontrak juga merupakan sisi negatif lainnya dari sistem ini.
Ini juga membuat pekerja outsourcing menjadi sulit dilirik oleh perusahaan untuk
menjadi karyawan tetap. Dengan begini banyak pekerja merasa bahwa sistem
outsourcing ini merugikan mereka dan tidak ingin mengikuti sistem kerja yang

16
Karya, D., & Syamsuddin, S. (2016). Makro Ekonomi Pengantar Untuk Manajemen. PT.
Raja Grafindo Persada

17
seperti ini. Hal ini kembali akan menimbulkan pengangguran karena pekerja yang
tidak mau mengikuti program kerja outsourcing ditengah sulitnya mencari
pekerjaan.

Penanganan Pengangguran Indonesia diantaranya sebagai berikut:


Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan
gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan
pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus mengkonsumsi beras, gula,
minyak, pakaian, listrik, air bersih dan sebagainya setiap hari, tapi mereka tidak
mempunyai penghasilan. Oleh karena itu, apa pun alasan dan bagaimanapun
kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan
berbagai upaya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai
solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu
diperlukan kebijakan yaitu:17
a. Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis
dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar.
Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal
bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan
lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan
menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi
pasar dan peningkatan pola kemitraan UKMdengan BUMN, BUMD, BUMS dan
pihak lainnya.
b. Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-
kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan
membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja
bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan

17
Hia, Diwita. Y. Economica, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat
Vol. 1 No. 2, April 2013

18
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
c. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun
lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat
perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
d. Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak
jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun
Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan
sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan
lapangan kerja.
e. Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-
daerah yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi
keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor
untuk ikut berpartisipasi dalampembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan
kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
f. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut
maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena
pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau
Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan
baku berupa pelat baja.
g. Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah
pada usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja
baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat
ke daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan
atau peternakan oleh pemerintah. 8. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke
luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan
dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

19
h. Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).
Sistempendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang
berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan
perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
i. Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia
mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan
pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi
kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya
dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif

Penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional sesuai pasal 27 ayat 2


UUD 1945 bahwa setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang
artinyaproduktif dan remuneratif. Untuk itu diperlukan dua kebijakan yaitu kebijakan
makro dan mikro. Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan penanganan
pengangguran antara lain kebijakan moneter terkait uang beredar, tingkat suku bunga,
inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal
(Departemen Keuangan) dan lainnya dalam setiap rapat-rapat kabinet harus lebih fokus
pada masalah penanggulangan pengangguran. Kebijakan mikro (khusus) yang berkaitan
erat dengan penanganan pengangguran antara lain.

Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran


bahwa setiap manusia memiliki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan
mengembangkan secara optimal. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini
terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing
(PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara
perorangan maupun berkelompok.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pengangguran merupakan suatu hal yang kompleks sehingga
diperlukan analisa lebih lanjut mengenai faktor penyebab tingkat pengangguran agar
kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini bisa terlaksana dan tepat
sasaran hingga mencapai target penurunan yang telah diproyeksikan.
Dampak pengangguran terhadap perekonomian nasional adalah: a) menurunkan
kemakmuran masyarakat, b ) pertumbuhan ekonomi menjadi tidak stabil, c)
pendapatan nasional riil lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya), d) kegiatan perekonomian menurun, e) pendapatan masyarakat menurun,
f) pendapatan nasional dari sektor pajak berkurang, g) pembangunan pun akan terus
menurun, g) daya beli masyarakat akan berkurang, h) permintaan terhadap barang-
barang hasil produksi akan berkurang, i) menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik, j) menurunnya tingkat perekenomian Negara. Ditinjau dari segi sosial-e
konomi pengangguran akan berdampak pada: a) meningkatkan jumlah kemiskinan (
banyaknya pengemis, gelandangan, serta pengamen); b) meningkatkkan criminalitas,
keputuasaan, da meningkatkan depresi, c) meningkatkan jumlah pekerja seks
komersial; d) meningkatkan tindak kejahatan (seperti merampok, mencuri, menjual
narkoba, tindakan penipuan); dan e) meningkatkan banyaknya tuntutan/demonstrasi
yang terjadi.
Peningkatan produktifitas tenaga kerja juga dapat dilakukan secara mandiri oleh
tenaga kerja dengan lebih meningkatkan kreatifitas dan banyak mengeksplor
kemampuan yang ada pada diri sendiri, sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena pengentasan permasalahan pengangguran ini bukan hanya semata
tugas penerintah. Tenaga kerja juga dapat mengatasi permasalahan yang dialaminya
dengan hal tersebut. untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas variabel
lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengangguran dan memperluas pengkajian
penelitian tersebut serta memanfaatkan alat analisis yang lebih teliti untuk
mendapatkan hasil penyelidikan yang lebih luas mendekati fenomena yang
sebenarnya.

21
B. Saran
Dengan adanya makalah tentang Pengangguran ini, kami berharap supaya
pembaca dapat mengambil hal hal yang bermanfaat khususnya dalam memahami
prinsip teori Pengangguran secara efektif dan efisien.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan
inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurnakan makalah ini.
Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan
memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaturridho, Tanjung, A. A., & Hawariyuni, W. (2021). Analisis Pengaruh


Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika,
5(2),
114–124.
Ardian, R., Syahputra, M., & Dermawan, D. (2022). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Pengangguran di Indonesia. EBISMEN Jurnal Ekonomi,
Bisnis Dan Manajemen, 1(3), 190–198. Astari, M., Hamzah,
L. M., & Ratih, A. (2019). Hukum OKUN: Pertumbuhan
Ekonomi dan Tingkat Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan,
8(1), 37–44. https://doi.org/10.23960/jep.v8i1.32
Dwi Radila, I., Priana, W., & Wahed, M. (2021). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendidikan, dan Kemiskinan terhadap Pengangguran Di Provinsi
Bali.
Jurnal Health Sains, 2(6), 1054–1065. https://doi.org/10.46799/jsa.v2i6.252
Franita, R. (2016). “Analisa Pengangguran d i Indonesia.” On-Line: Nusantara Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial Volume 1
Firdhania, R., & Muslihatinningsih, F. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengangguran di Kabupaten Jember Factors Affecting of
Unemployment
Rate in Jember Regency. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, IV(1), 117–
121. file:///C:/Users/Niken/Downloads/4746-169-9014-1-10-20170613
(1).pdf
Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Dasar - Dasar Ekonometrika. Salemba

23
Empat
Hia, Diwita. Y. Economica, (2013). Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI
Sumatera Barat Vol. 1 No. 2.
Jhingan, M.L. 2014. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi Keenambelas.
Jakarta: Rajawali Pers
Karya, D., & Syamsuddin, S. (2016). Makro Ekonomi Pengantar Untuk Manajemen. PT.
Raja Grafindo Persada
Mahdar, 2015. “Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia:
Masalah dan Solusi.” Jurnal Al-Buhuts Volume 11 Nomor 1 Juni 2015
Mahroji, D., & Nurkhasanah, I. (2019). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Tingkat Pengangguran Di Provinsi Banten. Jurnal Ekonomi-Qu,
9(1).
https://doi.org/10.35448/jequ.v9i1.5436
Malik, Nazaruddin. 2016. Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia. Malang :
Universitas Muhamadiyah Malang
Marliana, L. (2022). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia , Pertumbuhan
Ekonomi dan Upah Minimum terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di
Indonesia. 6(1), 87–91.
https://doi.org/10.33087/ekonomis.v6i1.490
Murni, A. (2016). Ekonomika Makro. PT Refika Aditama.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu EkonomiMikro
Ekonomi dan Makro Ekonomi, 379. 27
Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grasindo Perseda. Jakarta.
Sukirno, S. (2013). Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, (Banten: KOPSYAH BARAKA, 2013),
98.)

24
Zam-Zam, M. Z., Canon, S., & Santoso, I. R. (2021). Analysis Of The SocioEconomic
Effect On Unemployment In Gorontalo Province. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 20(01), 62–75.

25

Anda mungkin juga menyukai