Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MASALAH KETENAGAKERJAAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah

HUKUM KETENAGAKERJAAN

Dosen Pengampu: Gatot Bintoro Putro Aji, S.H, M.E.SY.

Disusun Oleh:

Alfi Nur’aini (1921030385)

Ramadani Puspita Sari (1921030347)

Kelas : G (Kelompok : 5)

HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pemnbuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan keritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang masalah


ketenagakerjaan ini dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi terhadap
pembaca.

Bandar Lampung, 23 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………...………………..1
B. Rumusan masalah…………………………………………………...……..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengangguran…………………….….…………………………………….3
a. Penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia………………………5
b. Cara Mengurangi Pengangguran………………………………………6
B. Lapangan Kerja yang Rendah………………. ……………………….…...7
C. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah…………………………..…….…….9
a. Penyebab kualitas tenaga kerja Indonesia rendah………………………9
b. Dampak kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah………………11
c. Penanggulangan kualitas tenaga kerja Indonesia yang
rendah………...11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam


usaha memajukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi
kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu
sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang
dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar.

Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama


pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat
kaitannya dengan pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka
pengangguran maka akan meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas dan
fenomena-fenomena sosial-ekonomi di masyarakat.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada


kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja
dengan kesempatan kerja yang tersedia akan menimbulkan pengangguran yang
akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.
Oleh karena itu dengan meningkatkan kegiatan pembangunan ekonomi, maka
kesempatan kerja yang tersedia juga akan semakin banyak dan kemajuan kegiatan
ekonomi masyarakat akan semakin baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja penyebab dari banyaknya pengangguran di Indonesia ?


2. Bagaimana cara Mengurangi Pengangguran ?
3. Apa penyebab dari lapangan kerja yang rendah ?
4. Apa yang menjadi Penyebab kualitas tenaga kerja Indonesia rendah ?
5. Apa saja dampak kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ?
6. bagaimana penanggulangan kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Penyebab dari banyaknya pengangguran di Indonesia ?


2. Agar mengetahui cara mengurangi pengangguran ?
3. Supaya mengetahui penyebab dari lapangan kerja yang rendah ?
4. Supaya mengetahui Penyebab dari kualitas tenaga kerja rendah ?
5. Supaya mengetahui Dampak dari kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ?
6. Supaya mengetahui apa saja yang dapat menjadi penanggulangan kualitas
tenaga kerja Indonesia yang rendah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berupaya memperoleh pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah tingkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali dibuat menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan hal ada pengangguran, produktivitas dan pendapatan
warga akan menjadi kurang sehingga mampu menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi


oleh setiap negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Masalah
pengangguran ini memang selalu menjadi suatu persoalan yang perlu dipecahkan
dalam perekonomian Negara Indonesia. Jumlah penduduk yang bertambah
semakin besar setiap tahunnya membawa akibat bertambahnya jumlah angkatan
kerja. Tingginya tingkat pengangguran dalam suatu Negara dapat membawa
1
dampak negatif terhadap perekonomian Negara tersebut.

Pengangguran terjadi karena pertumbuhan angkatan tenaga kerja lebih


tinggi dari pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada. Pengangguran merupakan
salah satu indikator penting di bidang ketenagakerjaan, dimana tingkat
pengangguran dapat mengukur sejauh mana angkatan kerja mampu diserap oleh
lapangan kerja yang ada. Pengagguran yang tinggi dapat menjadi sumber utama
kemiskinan, dapat memicu kriminalitas yang tinggi serta dapat menghambat
pembangunan dalam jangka panjang.

Masalah pengangguran memang selalu menjadi suatu persoalan yang perlu


dipecahkan dalam perekonomian Negara Indonesia. Bertambahnya jumlah
penduduk yang semakin besar setiap tahunnya membawa akibat bertambahnya
jumlah angkatan kerja sama dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan akan
meningkat, dan juga di ikuti bertambahnya tenaga kerja. Oleh karena itu
1
Economica, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1
No. 2, April 2013.

3
pemerintah harus segera memikirkan masalah pengangguran ini, sehingga dapat
memutuskan langkah-langkah yang strategis sebagai upaya penanganan
permasalahan pengangguran.

Angka pengangguran adalah persentase jumlah penganggur terhadap


jumlah angkatan kerja. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan tetapi tidak
sedang mempunyai pekerjaan disebut penganggur (Sumarsono, 2009).

Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan


modal untuk berinvestasi. Hal ini akibat dari krisis finansial yang memporak-
porandakan perkonomian nasional, banyak para pengusaha yang bangkrut karena
dililit hutang bank atau hutang ke rekan bisnis. Begitu banyak pekerja atau buruh
pabrik yang terpaksa di-PHK oleh perusahaan di mana tempat ia bekerja dalam
rangka pengurangan besarnya biaya yang dipakai untuk membayar gaji para
pekerjanya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan
pengangguran yakni pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif
singkat.

Awal ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak sekitar tahun


1997 akhir atau 1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang hebat melanda Asia
khususnya Asia Tenggara mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai reaksi
terhadap gejolak moneter di Indonesia, kebijakan likuidasi atas 16 bank akhir
November 1997 saja sudah bisa membuat sekitar 8000 karyawannya menganggur.
Dan dalam selang waktu yang tidak relatif lama, 7.196 pekerja dari 10 perusahaan
sudah di PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa Barat, Jakarta, Yogyakarta, dan
Sumatera Selatan berdasarkan data pada akhir Desember 1997.2

Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4


juta pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian yang hanya
tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap sekitar 1,3
juta orang dari tambahan ngkatan kerja sekitar 2,7 juta orang. Sisanya menjadi
tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran jadinya akan
melampaui 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-
data pada tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4%
belumlah memadai, seharusnya pertumbuhan ekonomi yang ideal bagi negara
berkembang macam Indonesia adalah di atas 6%.

Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut


maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang

2
Jawa Pos. Kamis 27 Maret, 2008.Atasi pengangguran, Butuh Sinergi, Hlm. 9.

4
terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan
juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya
tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang
mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun
pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan
memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.

Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di


negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal
sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan
dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal.
Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang
tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja
sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja
asing.

Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para
tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya
menyandang gelar. Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah
sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk
profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita
terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali
disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat para siswa menjadi
bosan. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek dan dalam
profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita
juga adalah karena kita terlalu melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi
kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni.

a. Penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia

Penyebab Pengangguran Penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia,


di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang


besar.
2. .Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan
angkatan kerja.
3. Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.
4. Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
5. Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, antara lain
perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis
ekonomiatau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang

5
menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan
sebagainya.
6. Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
7. Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi
pengembangan usaha.
8. Masih sulitnya arus masuk modal asing.
9. Iklim investasi yang belum kondusif.
10. Tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu.
11. Kemiskinan.
12. Ketimpangan pendapatan.
13. Urbanisasi.
14. Stabilitas politik yang tidak stabil.
15. Perilaku proteksionis sejumlah negara maju dalam menerima ekspor dari
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
16. Keberadaan pasar global.

b. Cara Mengurangi Pengangguran

Pastinya, pemerintah sudah melakukan banyak hal untuk terus mengurangi


angka pengangguran di setiap negaranya. Seperti mengadakan pelatihan softskill,
hardskill, dan lainnya, untuk membantu warganya semakin siap dalam upaya
mencari pekerjaan yang sesuai.

Kesadaran pada diri sendiri dalam mencari kerja berpengaruh dalam


proses pencarian pekerjaan yang sesuai. Rasa malas dan tidak kreatif akan
menghambat negara dalam mengurangi tingkat pengangguran.

Selain itu, ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
angka penganggura, seperti:3

1. Meningkatkan mutu pendidikan agar para pencari kerja dapat bersaing


dengan calon pekerja yang lain.
2. Membuka lapangan pekerjaan baru, pemerintah dan perusahaan swasta
diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk menarik minat
para pengangguran ataupun lulusan baru sehingga mengurangi angka
pengangguran.
3. Memberikan informasi lowongan pekerjaan, cara ini harus tetap dilakukan
meskipun banyak media yang sudah memberikan informasi, dibutuhkan

3
Jawa Pos. Kamis 27 Maret, 2008.Atasi pengangguran, Butuh Sinergi, Hlm. 9.

6
partisipasi aktif para pencari kerja untuk terus memantau lowongan
pekerjaan mana yang tersedia.
4. Meningkatkan jiwa kewirausahaan, dengan jiwa kewirausahaan yang
dimiliki tentunya akan membuat setiap orang mampu mendirikan usaha
ataupun bisnis sendiri sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan
bagi setiap orang.
5. Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari daerah yang padat ke
daerah yang kurang padat. Dengan melakukan transmigrasi, akan terbagi
dengan seimbang porsi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di berbagai
daerah.

Banyak cara yang harus diupayakan agar tingkat angka pengangguran


mengalami penurunan yang signifikan, terutama di Indonesia. Tak hanya
pemerintah saja yang terus mengeluarkan cara untuk mendidik para warganya
agar dapat bersaing, tetapi juga kemauan dari diri sendiri untuk aktif dan kreatif
mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki.4

B. Lapangan Kerja yang Rendah

Masa sekarang dan dimasa depan masalah- masalah yang diakibatkan


pertumbuhan pendudukan yang semakin meningkat pertahunnya mengakibatkan
kurang lapangan kerja, sehingga meningkatkan banyak orang tidak mendapat
pekerjaan yang sesuai. karena jumlah penduduk Indonesia yang besar tanpa
didukung oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dari data statistik tahun
2014 jumlah penduduk Indonesia pada Agustus 2013 adalah 222,2 juta jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk 1,34 % pertahun. Dengan adanya jumlah
penduduk yang semakin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang
semakin besar pula ( Mulyadi S, 2003 ;55 ). Jumlah penduduk yang besar ini akan
merupakan potensi bagi pembangunan nasional jika secara kualitas mempunyai
kemampuan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional. Namun di sisi lain
ini berarti bahwa semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan yang
akan menimbulkan masalah ketenagakerjaan khususnya masalah penyediaan
lapangan pekerjaan yang memadai.

Sehubungan persoalan penyebab kurangan lapangan kerja diakibatkan, karena


jumlah tenaga kerja yang besar sehingga lapangan kerja semkin kurang karena

4
Islamy, M. Irfan, MPA. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta :
PT. Bina Aksara

7
tidak mampu menampung seluruh pekerja, dan masih kurang maksimalnya
campur tangan pemerintah dalam urusan penyedia lapangan kerja sehingga
menyebabkan kurangnya lapangan kerja. Pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa penyebab kurangnya lapangan kerja diakibat oleh pertumbuh penduduk
yang semakin meningkat sehingga penyediaan lapangan kerja kewalahan
menerima pekerja,dan masih kurangnya perhatian pemerintah terhadap masalah
tenaga kerja dan mengakibatkan banyak tenaga kerja yang mengalami
pengangguran,

Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi PR pemerintah di tengah


tingginya pasokan angkatan kerja setiap tahun. Direktur Eksekutif Institut
Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (INDEKS) Nanang Sunandar menuturkan,
saat ini masalah utama ketenagakerjaan di Indonesia adalah kondisi permintaan
dan pasokan tenaga kerja yang jauh dari berimbang. Keadaan itu berdampak pada
angka pengangguran yang tinggi serta juga masalah upah dan kesejahteraan
pekerja.5

Atas kondisi itu, pemerintah harus berinovasi agar angkatan kerja itu dapat
terserap dan tidak menambah angka pengangguran. Salah satu cara untuk
menciptakan lapangan kerja, yakni mengundang para investor untuk membuka
usaha di Tanah Air. Investor tentu mau berinvestasi jika mereka mendapat
jaminan kemudahan perizinan usaha.

Kemudahan perizinan itu dapat diciptakan dengan penyederhanaan peraturan


dalam berinvestasi. Saat ini penyerderhaan izin tersedia di dalam UU Cipta Kerja.
UU tersebut harus dipahami sebagai kesatuan mekanisme dalam menciptakan
kondisi yang lebih seimbang antara pasokan dan permintaan tenaga kerja.6

Ketika investasi mengalir lancar ke sektor-sektor padat karya, perizinan dan


proses bisnis dipermudah, serta regulasi ketenagakerjaan dibuat lebih fleksibel, ini
akan menciptakan banyak lapangan usaha yang meningkatkan permintaan atas
tenaga kerja. Dampak dari tingginya permintaan tenaga kerja itu angka
pengangguran dapat dikurangi.

5
Zulhanto Aan.Dkk (2014) Under utilization di Indonesia dan Problematika
ketenagakerjaan lainnya di Indonesia, FEB.UNPAD

6
Economica, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1
No. 2, April 2013.

8
C. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah

Di negara kita sendiri yakni Indonesia masih banyak sekali tenaga-tenaga


kerja yang memiliki kualitas yang rendah dan atau kurang memadai. Indonesia
masih berada di titik rendah, yaitu sulit bersaing dengan negara lain. Barang
maupun jasa dari tenaga kerja Indonesia yang kurang berkualitas itulah yang
menyebabkan Indonesia sulit bersaing dengan produk negara lain.

Indonesia jarang mengekspor hasil produksinya, justru Indonesia lebih


sering mengimpor barang dari negara luar karena barang buatan negara luar
seperti Amerika, Cina, Jepang, dan sebagainya masih lebih berkualitas
dibandingkan dengan barang/produk buatan Indonesia. Padahal, Indonesia kaya
akan sumber daya alam (SDA). Oleh karena pengetahuan yang minim akan cara
untuk mengeksploitasikan sumber dayanya sendiri, mengakibatkan negara lain
yang mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) Indonesia. Sehingga sumber daya
alam tersedia dengan cuma-cuma atau tidak ada hasilnya7.

Banyak tenaga kerja Indonesia yang kualitasnya rendah, contohnya; buruh


harian, pemulung, penjual koran, PSK (Pekerja Seks Komersial), dan sebagainya.
Buruh harian, biasanya kualitas kerjanya kurang, karena kebanyakan orang yang
bekerja menjadi buruh harian dari desa-desa. Pemulung juga termasuk tenaga
kerja Indonesia yang kualitasnya rendah, bahkan lebih tidak berkualitas lagi
dibandingkan yang lainnya. Hasil pendapatannya pun kecil sekali.

Tenaga kerja Indonesia yang bekerja sebagai PSK, bukan hanya


kualitasnya yang rendah, bahkan dapat menurunkan harga dirinya sendiri. Tenaga
kerja ini pendapatannya masih lumayan besar dibandingkan dengan yang lain,
karena pekerjaan ini biasanya sulit dicari, dan butuh pengorbanan sendiri. Adanya
pekerjaan PSK akan menurunkan kualitas atau martabat dirinya sebagai warga
negara.

a. Penyebab kualitas tenaga kerja Indonesia rendah

1. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi

Sesuai dengan data yang tercatat oleh Depnakertrans tahun 2003, terlihat
bahwa 78 % tenaga kerja Indonesia berpendidikan SD dan yang lulusan
universitas hanya sekitar 3 %, hal ini menunjukkan betapa rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonseia. Sehingga sebagian besar tenaga kerja tidak memiliki

7
Hamalik, Oemar. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia : Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

9
keahlian dan keterampilan khusus. Rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja
Indonesia akan membuat tenaga kerja tidak mampu dalam menguasai ilmu
teknologi, dapat disebut juga tenaga kerja gagap teknolgi (Gaptek) Pekerjaan yang
berkaitan dengan teknologi pasti akan sulit di mengerti oleh tenaga kerjanya.
Sehingga hasil kerjanya pun otomatis akan berkualitas rendah. Dan akhirnya daya
saingnya rendah pula.

2. Terbatasnya fasilitas infrastruktur

Terbatasnya fasilitas-fasilitas infrastruktur akan mengakibatkan produksi


barang semakin rendah. Jika fasiltas infrastruktur atau alat yang hendak
dipergunakan terbatas, tenaga kerja terpaksa memilih membuatnya dengan olahan
tangan sendiri. Hal tersebut belum tentu beroleh hasil yang bermutu tinggi,
sehingga daya saing barang produksi tersebut kalah banding dengan barang
produksi negara lain. Hal itulah yang menyebabkan kualitas tenaga kerja
Indonesia semakin rendah.

3. Kemampuan bekerja keras yang rendah

Tenaga kerja yang tidak mampu bekerja keras dan tidak produktif, dapat
menjadi salah satu penyebab kualitas kerja rendah. Hal tersebut dinyatakan
berdasarkan seberapa mampu kerja keras tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tidak
mampu bekerja keras, maka hasilnya pun akan kurang baik atau kurang
berkualitas. Kemampuan kerja keras tenaga kerja dapat ditinjau dari kesehatan
maupun kondisi fisiknya. Semakin sehat keadaan tenaga kerja, maka hasil kerja
akan semakin bagus dan berkualitas, justru sebaliknya semakin buruk keadaaan
tenaga kerja, maka hasil pekerjaannya akan semakin buruk pula atau tidak
berkualitas.

Selain kesehatan, perbandingan antara SDM (Sumber Daya Manusia)


dengan SDA(Sumber Daya Alam) sangat renggang. Sumber daya manusia lebih
sedikit dibandingkan sumber daya alam. Hal ini disebabkan manusia yang tinggal
di daerah subur terlena akan kekayaan sumber daya alam yang terdapat di
sekelilingnya sehingga malas untuk mengeksploitasikan sumber daya alam.
Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam.
Sedangkan jika dibandingkan dengan negara Jepang yang sumber daya alamnya
sedikit serta kondisi geografis dengan bentuk negara kepulauan dan rawan
bencana, membuat masyarakat Jepang kebanyakan bersifat pekerja keras karena
bermotivasi untuk maju juga tidak mau kalah dari Negara lain yang kaya akan

10
sumber daya alam sehingga dapat menghasilkan hasil produksi seperti barang
elektronik, alat transportasi, mainan, makanan, dan lainnya yang berkualitas.8

4. Faktor Usia

Tenaga kerja Indonesia yang usianya lebih dari usia produktif (manula)
biasanya kemampuan bekerjanya kurang, karena tenaga kerja tersebut belum tentu
bermental bagus. Sehingga dapat menghasilkan kualitas kerja yang rendah. Usia
yang lebih baik dan cocok untuk menjadi tenaga kerja ialah usia produktif, yakni
dari 15-44 tahun agar hasil kerjanya lebih baik.

b. Dampak kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah

1. Barang dan jasa yang dihasilkan kurang memuaskan

Tenaga kerja Indonesia yang kualitas kerjanya rendah akan berdampak negatif
bagi negara sendiri. Barang dan jasa yang dihasilkan kurang memuaskan.
Akibatnya negara Indonesia lebih banyak menimpor produk luar negeri dari pada
mengekspor produk sendiri. Sehinggga akan menimbulkan banyak hutang di luar
negeri, dan membuat Indonesia berada di titik perekonomian yang rendah dengan
pendapatan perkapita rendah.

2. Banyaknya pengangguran

Tenaga kerja Indonesia yang kualitasnya rendah akan lebih banyak


menjadi pengangguran, karena dunia kerja lebih banyak menerima tenaga kerja
yang berkualitas tinggi. Sehingga Indonesia angka penganggurannya tinggi.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.

c. Penanggulangan kualitas tenaga kerja Indonesia yang rendah

Fakta di lapangan sering menunjukkan kepada kita bahwa kualitas tenaga


kerja Indonesia harus ditingkatkan. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi
ekonomi dan perdagangan bebas yang memungkinkan masuknya tenaga-tenaga
kerja asing ke tanah air, maka pemerintah dan masyarakat Indonesia mutlak harus
8
Siregar, 1983. Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangunan Ekonomi,
Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

11
meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja
luar negeri.

Sebagai gambaran, saat ini kualitas tenaga kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri masih dianggap lebih rendah dibanding kualitas tenaga kerja dari
negara tetangga seperti Filipina. Dengan bukti bahwa tenaga kerja Filipina
dihargai (dibayar) beberapa kali lipat lebih mahal dibanding tenaga kerja
Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila pemerintah dan masyarakat
berupaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.

Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui:

1. Jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus.

2. Jalur nonformal, yang terdiri atas:

a. Latihan kerja, yaitu kegiatan untuk melatih tenaga kerja agar memiliki
keahlian dan keterampilan di bidang tertentu sesuai tuntutan pekerjaan.
Dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja sudah mendirikan BLK (Balai
Latihan Kerja) di setiap Daerah Tingkat II.

b. Magang, yaitu latihan kerja yang dilakukan langsung di tempat kerja.


Magang umumnya diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang
bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang dianggap tepat
sebagai tempat latihan kerja. Tujuannya, setelah magang siswa menjadi
tenaga kerja yang siap pakai. Kegiatan magang merupakan bagian dari
proses Link and Match (Keterkaitan dan Kecocokan).

c. Meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja. Untuk


meningkatkan kualitas tenaga kerja, tidak hanya mengutamakan segi
pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Akan tetapi, kualitas mental
dan spiritual seperti: keimanan, kejujuran, semangat kerja, kedisiplinan,
terampil, inovatif, cerdas, bisa saling menghargai dan bertanggung
jawab juga perlu ditingkatkan juga perlu ditingkatkan.

d. Meningkatkan pemberian gizi dan kualitas kesehatan Tenaga kerja tidak


mampu bekerja dengan baik bila kurang gizi dan kurang sehat. Kurang
gizi bahkan bisa menurunkan kualitas otak (kecerdasan) yang justru
sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan
demikian, peningkatan pemberian gizi dan kesehatan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.

12
e. Meningkatkan pengadaan seminar, workshop yang berkaitan dengan
pekerjaan tertentu.

Pada umumnya tenaga kerja pada level menengah ke atas seperti kepala
seksi, kepala bagian dan sejenisnya dapat meningkatkan kualitas dirinya dengan
mengikuti berbagai seminar workshop dan sejenisnya. Peningkatan wawasan
sangat berguna bagi tenaga kerja pada level menengah ke atas, karena bisa
digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan atau dalam pembuatan
rencana dan strategi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi


oleh setiap negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Masalah
pengangguran ini memang selalu menjadi suatu persoalan yang perlu dipecahkan
dalam perekonomian Negara Indonesia. Jumlah penduduk yang bertambah
semakin besar setiap tahunnya membawa akibat bertambahnya jumlah angkatan
kerja. Tingginya tingkat pengangguran dalam suatu Negara dapat membawa
dampak negatif terhadap perekonomian Negara tersebut.

Pengangguran terjadi karena pertumbuhan angkatan tenaga kerja lebih tinggi


dari pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada. Pengangguran merupakan salah
satu indikator penting di bidang ketenagakerjaan, dimana tingkat pengangguran
dapat mengukur sejauh mana angkatan kerja mampu diserap oleh lapangan kerja
yang ada. Pengagguran yang tinggi dapat menjadi sumber utama kemiskinan,
dapat memicu kriminalitas yang tinggi serta dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang

Jumlah penduduk yang besar ini akan merupakan potensi bagi pembangunan
nasional jika secara kualitas mempunyai kemampuan untuk menggerakkan roda
perekonomian nasional. Namun di sisi lain ini berarti bahwa semakin besar pula
jumlah orang yang mencari pekerjaan yang akan menimbulkan masalah
ketenagakerjaan khususnya masalah penyediaan lapangan pekerjaan yang
memadai.

Tenega kerja Indonesia masih belum dapat menghasilkan barang maupun jasa
yang berkualitas tinggi, daya saing masih rendah, dan minim akan penguasaan
atau pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta hasil pendapatan tenaga
kerja Indonesia rata-rata rendah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Economica, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera


Barat Vol. 1 No. 2, April 2013.

Jawa Pos. Kamis 27 Maret, 2008.Atasi pengangguran, Butuh Sinergi, Hlm. 9.

Islamy, M. Irfan, MPA. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.


Jakarta : PT. Bina Aksara

Zulhanto Aan.Dkk (2014) Under utilization di Indonesia dan Problematika


ketenagakerjaan lainnya di Indonesia, FEB.UNPAD

Hamalik, Oemar. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia : Manajemen


Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Siregar, 1983. Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja dan Pembangunan


Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

15

Anda mungkin juga menyukai