Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL SKRIPSI

DAMPAK UPAH MINIMUM TERHADAP PENGANGGURAN DI

KECAMATAN MURUNG

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh :

Asril Ami Mahendra

1810311310050

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKNOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang masuk dalam kategori negara
berkembang, dimana negara ini memiliki sumber daya alam yang kaya dan
memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Selain itu, luas wilayah yang
sangat luas terdiri dari beribu-ribu pulau baik yang berpenghuni maupun tidak
berpenghuni. indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah penduduk
ke-empat terbesar di dunia. Jumlah penduduk yang melimpah ini merupakan
modal yang besar untuk pembangunan ekonomi namun jiakdengan jumlah
penduduk yang besar hal ini akan menjadi jaminan bagi proses produksi
(Pamungkas dan Suman, 2016).
Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan modal dasar dalam
pembangunan nasional. Pengelolaan jumlah penduduk yang tidak tepat akan
menimbulkan masalah kependudukan terutama di bidang ketenagakerjaan
(Effendy, 2019) Lapangan pekerjaan yang ada belum mampu mencukupi
kebutuhan pekerjaan sehingga timbul masalah pengangguran.
Dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang pengangguran yang
semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah rumit dan lebih serius.
Keadaan di negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan
bahwa pembangunan ekonomi tidak sanggup menciptakan kesempatan kerja yang
lebih cepat dari pertambahan penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk akan
selalu diwarnai dengan munculnya masalah-masalah akibat kehidupan penduduk
yang dinamis.
Pengangguran adalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan
pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang
belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka
yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja
dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan (Badan Pusat Statistik, 2015).
Permasalahan jumlah pengangguran merupakan permasalahan yang
sampai saat ini belum bisa diatasi baik oleh pemerintah pusat pada umumnya dan
pemerintah daerah pada khususnya. Pengangguran adalah angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, atau sudah memiliki pekerjaan tapi
belum mulai bekerja (Hussmanns et al. 1990). Berbagai cara Semakin maraknya
pertumbuan penduduk di suatu wilayah maka akan semakin banyak pula
masyarakat yang menganggur atau tidak punya pekerjaan karena lapangan kerja
yang tercipta tidak memenuhi syarat untuk jumlah penduduk yang bertambah tiap
tahunnya (Subandi, 2011). Konsep standar angkatan kerja dan tingkat pertisipasi
adalah sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Cara konvensional keluar dari
kesulitan ini yang diadopsi dalam survei angkatan kerja adalah memperlakukan
sebagai anggota angkatan kerja mereka yang bekerja untuk mendapatkan upah (H.
W. Arndt & R. M. Sundrum, 1980). DePrince dan Morris (2008), mengemukakan
bahwa banyaknya tenaga kerja yang lama mencari kerja karena adanya
ketidaksesuaian sisi permintaan dan sisi penawaran tenaga kerja. Kuhn (2004)
bahwa pencarian kerja menggunakan internet tidak mempersingkat waktu mencari
kerja.
Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan
lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja lebih-
lebih bagi negara berkembang terutama Indonesia dimana pertumbuhan angkatan
kerja lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Melihat keadaan tersebut
maka pertumbuhan penduduk biasanya dapat menimbulkan berbagai masalah
seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan sebagainya (Subandi, 2011)
Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja yang berumur
minimal 15 tahun atau lebih yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.
Ini berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk
yang berumur muda yang sudah bekerja dan mencari pekerjaan (Simanjuntak,
2001).
Produktifitas tenaga kerja yang diberikan kepada perusahaan berupa
produksi barang dan jasa, maka produktifitas tersebut haruslah mandapat imbalan
berupa upah yang diberikan berdasarkan kepada produktifitas tenaga kerja dalam
menghasilkan barang atau jasa. Dengan upah tersebut maka tenaga kerja bisa
memnuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Namun, banyak kasus
memperlihatkan bahwa upah yang diberikan tidak sesuai dengan produktifitas
yang diberikan, atau upah yang diberikan tidak terlalu rendah dari kebutuhan
hidup mereka. Produktivitas secara sederhana dapat diartikan dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas. Menurut Utami (2015) produktivitas tenaga kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, tingkat pendidikan formal,
pengalaman bekerja, upah, dan curahan tenaga kerja.Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja antara lain tingkat
pendidikan, usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin.
Perusahaan mengeluarkan imbalan berupa upah terhadap tenaga kerja
yang mereka miliki berdasarkan produktifitas dan keseimbangan dalam pasar
tenaga kerja. Oleh karena itu saat jumlah penawaran jasa tenaga kerja lebih
banyak dari pada permintaannya akan membuat perusahaan memberikan upah
yang rendah. Namun, banyak pengamat yang menilai bahwa upah yang diberikan
terhadap pekerja masih dibawah dari produktifitas yang diberikan dan juga upah
yang diberikan sangat rendah.
Melihat kenyataan bahwa upah yang diterima oleh pekerja lebih rendah
dari upah seharusnya, maka diusulkan kebijakan upah minimum. Kebijakan ini
ditunjukan untuk membantu pekerja dengan gaji rendah, para tenaga kerja muda,
mengurangi kesenjangan pendapatan dan alat untuk memerangi kemiskinan.
Kebijakan upah minimum sendiri tidak bearti diterima secara menyeluruh.
Beberapa akademisi dan praktisi mempertanyak keefektifan kebijakan upah
minimum ini baik terhadap pengaruhnya pada tingkat upah maupun terhadap
kondisi pasar tenaga kerja.
Penerapan kebijakan upah minimum di indonesia sendiri diterapkan agar
menjadi batas minimum bagi perusahaan dalam memberikan upah terhadap
pekerja. kebijakan ini ditunjukan untuk membantu tenaga kerja yang berada
dalam jebakan kemiskinan. Diharapkan dengan upah yang meningkat setiap tahun
sesuai dengan kebutuhan hidup layak dan berbagai pertimbangan lainnya ikut
sehingga nominal upah terus disesuaikan.
Secara konsisten tingkat rata-rata upah minimum di 33 provinsi ini terus
meningkat, tujuannya adalah meningkatkan upah bagi pekerja dengan gaji rendah.
Namun, pengaruh kebijakan ini masih menjadi perdebatan seperti yang sudah
dipaparkan sebelumnya bagi para pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa
upah minimum akan mampu meningkatkan upah bagi pekerja dengan upah
rendah dan memerangi kemiskinan.
Pengaruh dari kebijakan upah minimum sendiri di Indonesia khusunya di
pulau jawa masih menjadi perdebatan. apakah kebijakan upah minimum ini bisa
mengatasi masalah upah rendah dan memerangi kemiskinan atau sebaliknya
justru dengan upah minimum diterapkan akan membuat kesempatan kerja baik di
sektor formal ataupun informal menjadi berkurang dan terjadi pemutusan
hubungan kerja yang masif. Selain itu, apakah kebijakan ini bisa mempengaruhi
rata-rata upah di pasar tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah kemiskinan
berkurang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Dampak Upah Minimum Terhadap Pengangguran
Di Kecamatan Murung”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa besar pengaruh dari upah minimum terhadap tingkat pengangguran
Di Kecamatan Murung?
2. Bagaimanakah hubungan antara naiknya upah minimum yang ditetapkan
pemerintah dengan tingkat pengangguran?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh dari upah minimum terhadap tingkat
pengangguran Di Kecamatan Murung.
2. Untuk mengetahui hubungan antara naiknya upah minimum yang
ditetapkan pemerintah dengan tingkat pengangguran.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan mengenai pengaruh yang akan ditimbulkan dengan adanya
upah minimum terhadap jumlah pengangguran di Kecamatan Murung, serta
untuk mengembangkan motivasi bagi penulis dan akan menjadi wacana baru
untuk kedepannya.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Semoga dapat membantu untuk menambah wawasan dan pengetahuan
bagi pihak akademik, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para
mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam kedepannya.
1.4.2.Manfaat praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi kepada :
a. Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi yang berguna di dalam memahami faktor-faktor yang mmempengaruhi
jumlah pengangguran, dimana permasalahan pengangguran hingga sampai saat ini
masih belum sepenuhnya dapat teratasi.
b. Ilmu Pengetahuan
Secara umum hasil penelitian ini di harapkan dapat menambahkan ilmu
ekonomi, khususnya pada ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu
pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai pengaruh upah minimum
terhadap tingkat pengangguran di Kecamatan Murung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketenagakerjaan
Sumber Daya Manusia (SDM) atau Human Resources mengandung dua
pengertian, yaitu yang pertama SDM mengandung pengertian usaha kerja atau
jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi, kedua SDM menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja. Maupun
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu
bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Dengan kata lain, orang dalam usia kerja tersebut dianggap mampu bekerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau
manpower. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalalm
usia kerja (Payaman. J. Simanjuntak, 1985).
Konsep Tenaga kerja diartikan sebagai penduduk dalam usia kerja yang
siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Menurut UU No.13 tahun
2003, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun orang lain atau masyarakat. Menurut Soleh (2017), tenaga kerja
dikelompokkan menjadi :
a. Tenaga Kerja Terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan jenjang
pendidikan yang tinggi. Misalnya dokter, guru, insinyur dsb.
b. Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan dan
pengalaman. Misalnya sopir, montir dsb.
c. Tenaga Kerja tidak Terdidik dan Terlatih adalah tenaga kerja yang dalam
pekerjaannya tidak memerlukan pendidikan ataupun pelatihan terlebih
dahulu. Misalnya tukag sapu, tukang sampah dsb.
Sementara bekerja diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi yang ada
bekerja dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu; 1) bekerja secara optimal baik
dari segi upah dan maupun jam kerja, 2) bekerja paruh waktu secara sukarela, 3)
bekerja tetapi disertai ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan yang
ditekuni dan bekerja paruh waktu secara sukarela, 4) bekerja tetapi disertai dengan
ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang ditekuni.
2.2. Pengangguran
Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja (15-64 tahun ) ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan
dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan.
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya (Mahdar, 2015). Lebih
lanjut, Mahdan (2015) menjelaskan bahwa pengangguran diartikan sebagai
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan secara aktif mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan
yang diinginkan.
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang
tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif
dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan (Kaufman dan Hotchkiss,
1999). Jadi, Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka
belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut
Dalam ilmu kependudukan (demografi), pengangguran adalah orang yang
mencari kerja dan mereka masuk dalam kelompok penduduk yang disebut
akangkatn kerja. Berdasarkan 2 kategori usia, angkatan kerja adalah mereka yang
berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan mereka yang tidak
mencari kerja maka tidak masuk angkatan kerja. Jadi tingkat pengangguran adalah
persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan (Raharja dan
Manurung, 20044: 329)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengangguran
adalah
1. suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
(15-64 tahun ) ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
2. seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan secara aktif mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh
pekerjaan yang diinginkan
3. suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan
tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu
terakhir untuk mencari pekerjaan
4. orang yang mencari kerja dan mereka masuk dalam kelompok penduduk
yang disebut akangkatn kerja. Mereka yang berusia 15-64 tahun dan
sedang mencari kerja.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja
atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian di atas, maka
pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
Pertama, Pengangguran terselubung (Disguissed Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu (sakit,
hamil, infalid/difabel);
Kedua, Setengah menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja
kurang dari 35 jam selama seminggu;
Ketiga, Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguhsungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal (Mahdar, 2015).
Menurut (Franita, 2016) Pengangguran terdiri dari 3 macam:
1. Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
maksimal karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang kurang dari 35 jam
perminggu.
3. Pengangguran terbuka adalah tenagakerja yang sungguh-sungguh tidak
memiliki pekerjaan.
2.3. Jenis-jenis pengangguran
Pengangguran dapat diklasifikasikan menurut berbagai cara misalnya
menurut wilayah geografis, jenis pekerjaan dan alas an mengapa orang tersebut
menganggur. Berikut jenis pengangguran menurut sifat dan penyebabnya:
a. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah perubahan dalam komposisi seluruh
permintaan dan oleh karena masuknya kedalam pasar tenaga kerja para pencari
kerja pertama kalinya yang informasinya tidak sempurna dan membutuhkan biaya
modal (Payaman. J. Simanjuntak, 1985).
b. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi karena adanya perubahan dalam structural
komposisi perekonomian (Payaman. J. Simanjuntak, 1985). Sedangkan menurut
Mulyadi Subri (2003) pengangguran struktural adalah pengangguran yang
disebabkan karena ketidakcocokan antara struktur para pencari kerja sehubungan
dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasi dengan struktur
permintaan tenaga kerja yang belum terisi.
c. Penganggura Siklis
Penganggura siklis terjadi karena kurangnya permintaan. Pengangguran ini
terjadi apabila pada tingkat upah dan harga yang berlaku, tingkat permintaan
tenaga kerja secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pekerja
yang menawarkan tenaganya (Payaman. J. Simanjuntak, 1985).
d. Pengangguran Musiman
Bentuk pengangguran lain sering kali muncul di sektor pertanian di
Negara berkembang adalah pengangguran musiman. Pengangguran musiman
adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun.
Biasanya, pengangguran musiman terjadi pada saat pergantian musim.
Pengangguran musiman bersifat sementara saja dan berlaku dalam waktu-waktu
tertentu (Sadono Sukirno, 1994).
e. Pengangguran Terpaksa dan Pengangguran Sukarela
Pada tingkat keseimbangan yang diciptakan oleh para pasar kompetitif.
Perusahaan-perusahaan akan mau mempekerjakan semua pekerjaan yang
memenuhi kualifikasi dan mau bekerja pada tingkat upah yang berlaku.
Pengangguran yang terjadi kalau ada pekerjaan yang tersedia, tetapi orang yang
menganggur tidak bersedia menerimanya pada tingkat upah yang berlaku untuk
pekerjaan tersebut disebut pengangguran 8 sukarela (Payaman. J. Simanjuntak,
1985). Mereka menganggur dengan sukarela karena mereka dapat memperoleh
pekerjaan, tetapi tidak mau menerimanya karena mereka tidak berhasil
memperoleh suatu pekerjaan yang sesuai dengan tingkat gaji yang diinginkan.
Selain itu para pencari kerja yang menganggur sukarela, kemungkinan karena
mereka memilih untuk menikmati hidup untuk bersenang-senang atau melakukan
kegiatan lain daripada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku di pasaran
(Samuelson, 1997).
2.4. Dampak Pengangguran
Menurut Sukirno (2013:14), menjelaskan bahwa salah satu faktor
penting yang menentukan kemakmuran sesuatu masyarakat adalah tingkat
pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat
pengangguran tenaga kerja penuh dapat diwujudkan.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai
masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya.
Disamping itu ia dapat mengganggu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang
berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk ke atas diri penganggur
dan keluarganya. Apabila keadaan pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk
kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang. Masalah pengangguran adalah masalah yang sangat buruk
efeknya kepada perekonomian dan masyarakat, dan oleh sebab itu secara
terusmenerus usaha-usaha harus dilakukan untuk mengatasinya.
2.5. Upah
2.5.1. Pengertian Upah
2.5.2. Jenis-Jenis Upah
2.5.3. Teori-Teori Upah
2.5.4. Komponen Upah
2.6. Upah Minimum
DAFTAR PUSTAKA

Arndt, H.W. dan Sundrum, R.M. 1980. Employment, Unemployment and


UnderEmployment. Bulletin of Indonesian Economic Studies

DePrince, A. E. & Morris, P. D. (2008). The Effects of Education on the Natural


Rate of Unemployment. Business Economics, 43 (2), 45–54.

Effendy, Rully Sutansyah . Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pengurangan


Tingkat Pengangguran Terbuka Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Ekonomi, Vol.
14 No.1 Juni 2019 : 105 – 124

Franita, R. 2016. “Analisa Pengangguran d i Indonesia.” On-Line: Nusantara


Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Volume 1 Desember 2016. Accessed:
April 8th 2018

Hussmanns R, Mehran F, Verma V, 1990, Surveys Of Economically Active


Population, Employment, Unemployment And Underemployment: An
ILO
Manual On Concepts And Methods. Geneva: ILO

Kuhn, P dan Mikal, S. 2004. Internet Job Search and Unemployment Durations.
The American Economic Review, Vol. 94, No. 1 (Mar., 2004), pp. 218-
232. USA: American Economic Association.

Mahdar, 2015. “Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di


Indonesia: Masalah dan Solusi.” Jurnal Al-Buhuts Volume 11 Nomor 1
Juni 2015. On-line: http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab
accessed: 7 April 2018

Mulyadi Subri. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grafindo

Pamungkas Dan Suman, Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pengangguran Dan


Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2011-2016, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Feb, Vol.5, No.2 Tahun 2016

Payaman Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.


Jakarta : LPFE UI

Sadono Sukirno. 1994. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo


Persada
Simanjuntak, Payaman. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: LPFEUI.

Sukirno, S. 2008. Ekonomi pembangunan. Jakarta: Bima Grafika

Utami, Annisa Wanda dkk. 2015. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada
Usaha Domba Analysis Farm Worker Productivity in Sheep Farm.
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Artikel tidak terpublikasi.

Samuelson, Paul A and William P Nordhaus. 1997. Mikro Ekonomi. Jakarta:


Erlangga
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Alur Pikir Penelitian

Kota Banjarmasin berusaha untuk melakukan pembedahan kota, baik dari

segi ekonominya maupun dari segi infrastrukturnya. Kemacetan, kepadatan

penduduk, dan juga kota Banjarmasin merupakan kota yang dijuluki sebagai kota

seribu sungai, karena memiiki banyak sungai. Oleh karena itu perlunya

pembangunan infrastruktur jalan agar mempermudah aksebilitas kota untuk

masyarakat.

Pemerintah Kota Banjarmasin akhirnya merenovasi Jembatan Sei Alalak

untuk mengatassi nya. Yang dimana pada saat sebelum adanya pembangunan

jembatan Sei Alalak ada yang ekonomi mikro dan ekonomi kreatif nya adanya

banyak pembeli, mungkin saat proses pembangunan tersebut mungkin ada yang

berdampak karena macet dll nya sehingga menyebabkan minat pembeli menurun.

Karena bangunan-bangunan di sekitar di undurkan, ya walaupun kemungkinan

mendapatkan uang ganti rugi pemunduran bangunan tersebut malah ada yang

mengalami kerugian bagi ekonomi mikro dan ekonomi kreatif di sekitar Jl. H

Hasan Basri malah ada yang mengalami kerugian atau mungkin bias juga

bangkrut bagi ekonomi mikro dan ekonomi kreatif di sekitar Jl. H Hasan Basri.

Namun di sisi lain apabila jembatan Sei Alalak sudah selesai di renovasi

kemungkinan akan berdampak baik bagi ekonomi mikro dan ekonomi kreatif di
sekitar, karena jembatan tersebut sudah selesai, yang dimana jembatan tersebut

sebagai penghubung antar kabupaten yang tentunya sangat ramai di lewati oleh

pengendara roda dua dan roda empat.


3.2 Kerangka Pikir Penelitian
BAB IV

METODOLIGI PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran, factual dan akurat

mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang di selidiki,

penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang

aglomerasi ekonomi mikro dan ekonomi kreatif yang berada di sekitar jembatan

Sei Alalak dengan adanya pembanguna jembatan Sei Alalak.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber Data ini adalah bersifat deskriptif, Penelitian ini berupa

sistematis fakta, karakteristik populasi, atau bidang tertentu. Metode Deskriptif ini

yaitu metode yang didasarkan oleh fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian

ini bertujuan untuk mencari fakta-fakta suatu fenomena mengani aglomerasi

pembangunan jembatan Sei Alalak terhadap ekonomi mikro dan ekonomi kreatif

yang berada di sekitar jembatan Sei Alalak. Pemilihan lokasi ini dilakukan

peneliti dengan purposive yaitu pemilihan lokasi di sengaja dengan tujuan untuk

menentukan daerah yang relevan dengan tujuan penelitian. Alasan di pilihnya

lokasi ini karena merupakan daerah yang berdampak langsung dengan adanya

proyek pembangunan Jembatan Sei Alalak, sebelum adanya pembangunan

banyaknya ekonomi mikro dan ekonomi kreatif yang bertahun-tahun sudah ada di

daerah tersebut sehingga dengan adanya proyek pembangunan tersebut akan


berpengaruh, pada saat dan akan lebih berpengaruh sesudah jembatan selesai.

Sumber data pada penelitian ini adalah Data Primer yang dimana memperoleh

datanya secara langsung dari lapangan melalui wawancara dengan melakukan

tanya jawab yang menggunakan kuisioner untuk semua ekonomi mikro dan

ekonomi kreatif yang berada di sekitar Jembatan Sei Alalak.

4.3 Tempat/Lokasi Penelitian

Tempat dari lokasi penelitian ini adalah di sekitar Jembatan Sei Alalak di

Jl. H Hasan Basri yang berada di Kota Banjarmasin.

4.4 Unit Analisis

Peneliti ingin mengetahui dengan adanya aglomerasi pembangunan

Jembatan Sei Alalak terhadap ekonomi mikro dan ekonomi kreatif sebelum dan

sesudah di sekitar Jl. H Hasan Basri.

4.5 Populasi & Sampel

4.6 Teknik Pengumpulan Data

4.7 Definisi Operasional Variabel

4.8 Teknik Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai