Anda di halaman 1dari 18

TEORI EMPLOYMENT DAN STUDI KASUS

DI INDONESIA
TUGAS KELOMPOK
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Ekonomi Makro pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, M.S.

Oleh :
Golongan I
1. Firstyana AnNuru Putri

(141510601010)

2. Badria Alfin Ciptanuari

(141510601024)

3. Iwan Fauzi

(141510601053)

4. Vera Rizky Ananda

(141510601060)

5. Revi Andrias Dewi

(141510601127)

6. Desak Gede Karlina Satwiva (141510601173)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk yang banyak. Indonesia menempati urutan keempat setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Banyaknya jumlah penduduk tersebut membuat jumlah
tenaga kerja yang ada juga sangat melimpah apalagi sebagian besar penduduk di
Indonesia adalah penduduk yang berada pada usia produktif yang rata-rata
usianya berkisar 17- 64 tahun.

Tenaga kerja sangat berperan penting untuk

pembangunan nasional yang berperan sebagai pelaku dan tujuan dari


pembangunan itu sendiri.
Banyaknya jumlah tenaga kerja tersebut yang tidak di imbangi oleh
kesempatan kerja yang memadai mengakibatkan banyak pengangguran. Menurut
Sukirno

(2006),

defenisi

pengangguran

masih

beragam,

dalam

ilmu

kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok


penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, angkatan kerja
berusia 15- 65 tahun, tetapi tidak semua orang yang berusia 15-65 tahun dihitung
sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja yang dihitung adalah penduduk 15-65
tahun dan sedang mencari kerja sedangkan yang tidak mencari kerja mungkin saja
sedang mengurus keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan kerja. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengangguran merupakan persentase angakatan kerja yang
tidak atau belum mendapatkan pekerjaan. Pengangguran adalah seseorang yang
tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.
Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia cukup tinggi
dari tahun ke tahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan
program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat dan tidak
pernah mengalami penurunan, sehingga pada akhirnya masyarakat akan
kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan
jika masalah pengangguran masih terus seperti ini di tahun yang akan datang.

Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan


masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan
"pendidikan" dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Seiring berjalannya
waktu maka merembaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup
mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada
umumnya di Indonesia.
Pengangguran di Indonesia yang jumlahnya semakin bertambah
merupakan masalah yang lebih rumit dari pada masalah perubahan dalam
distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan
terendah.

Keadaan

ini

dalam

beberapa

dasawarsa

menunjukan

bahwa

pembangunan ekonomi yang tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan


kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk. Oleh karena itu, masalah
pengangguran yang dihadapi dari tahun ke tahun semakin bertambah serius.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan
kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja dan kompetensi pencari
kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, serta kurang efektifnya informasi pasar
kerja bagi para pencari kerja. Pendidikan tinggi belum tentu menjamin pencari
kerja mudah mendapat pekerjaan. Pada masyarakat berkembang, pendidikan
diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan
kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi
masyarakat pengguna jasa pendidikan, adalah teraihnya lapangan kerja yang
diharapkan. Keterbatasan lapangan pekerjaan mengakibatkan tidak dapat
tertampungnya lulusan program pendidikan secara optimal, sehingga berpotensi
menghilangkan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga
pendidikan.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan
hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup atau
mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang
kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor
impor, dan lain-lain. Pengangguran yang terjadi berlarut-larut dapat menyebabkan
berkurangnya kesejahteraan masyarakat karena tidak adanya penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga


dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Negara berkembang seperti Indonesia
sering kali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan
pekerjaan dikarenakan faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah
pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, namun
juga dialami oleh negara-negara maju. Berdasarkan fenomena diatas dapat dilihat
skema terjadinya pengangguran dibawah ini

Tujuan
Dari permasalahan diatas, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengetahui definisi pengangguran.
2. Mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di Indonesia.
3. Mengetahui keadaan pengangguran di Indonesia.
4. Mengetahui akibat yang timbul dari pengangguran.
5. Untuk mengetahui data-data tentang pengangguran

BAB 2. KAJIAN TEORI


Menurut Randang (2011), Indonesia saat ini menghadapi masalah
ketenagakerjaan yang sangat serius. Indonesia dilanda krisis ekonomi dan politik
pada pertengahan tahun 1990-an, dunia ketenagakerjaan juga terkena dampak
buruk yang luar biasa. Krisis ekonomi tersebut membuat banyak usaha kecilmenengah mengalami kesulitan beroperasi, bahkan tidak sedikit yang harus
ditutup. Disamping itu krisis politik yang beruntut dengan goncangan keamanan
dalam negeri, meningkatnya budaya manupulasi dan suap, serta tidak sempurnaan
pelaksanaan dan penegakan hukum, menyebabkan resiko berinvestasi di Indonesia
mengalami peningkatan. Keadaan yang buruk ini membuat investor yang menarik
modal mereka dari Indonesia dan mengalihkan investasi mereka ke negara lain
seperti Kamboja dan Vietnam. Krisis ekonomi dan politik adalah pemicu maslah
ketenagakerjaan di indonesia dewasa ini. Hal lain yang menambah buruknya
kondisi ketenagakerjaan Indonesia adalah dengan meningkatnya pertumbuhan
jumlah angkatan kerja yang tidak di imbangi dengan peningkatan lapangan
pekerjaan. Secara berantai kondisi tersebut membuat jumlah pengangguran di
Indonesia semakin banyak.
Pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja hubungannya sesuai dengan
teori dari hukum okun yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negative antara
pertumbuhan ekonomi dengan jumlah pengangguran pertumbuhan ekonomi
secara langsung dan tidak langsung dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dikarenakan tingkat konsumsi yang tinggi akan
menjadikan tingkat pengangguran semakin rendah, karena pihak industri
menengah akan lebih meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga kerja akan
bertambah (Kurniawan, 2014).
Upah minimum merupakan variabel kebijakan atau intervensi dalam
mekanisme ekonomi pasar dengan cara menetapkan nilai dasar diatas nilai
keseimbangan. Sisi positif dari upah minimum adalah menjaga agar upah bagi
pekerja pemula dan tidak trampil tidak jatuh terlalu rendah. Sebaliknya sisi
negatifnya dari segi ekonomi memperlambat laju employment, mendorong

perusahaan untuk menghemat penggunaan tenaga kerja bukan inti dan tidak
trampil, dan dalam jangka menengah mendorong melakukan substitusi. Upah
minimum akan berlaku untuk semua jenis industri dan semua skala industri. Upah
minimum sangat menguntungkan industri dengan skala ekonomi tinggi, dan
mematikan home industry, perusahaan pemula dengan skala kecil yang berjumlah
banyak. Penetapan upah minimum setiap tahunnya berpotensi menimbulkan
perselisihan dan menghabiskan dana, waktu sangat besar. Fenomena upah
minimum, kontraproduktif bagi kelangsungan berusaha. Kebijakan upah
minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di
beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah
minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai
upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kedua,

sebagai

alat

proteksi

bagi

perusahaan

untuk

mempertahankan

produktivitas pekerja (Virginanda, 2015).


Kenaikan upah minimum dalam tenaga kerja bukanlah hal yang mudah
bagi suatu perusahaan, perekonomian yang mengalami guncangan maka
perusahaan mengalami tekanan berupa naiknya biaya produksi dan distribusi.
Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan akan berpengaruh pada peningkatan
biaya produksi, akibatnya untuk melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa
melakukan pengurangan tenaga kerja, yang berakibat pada rendahnya tingkat
kesempatan kerja dan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pengangguran.
Teori klasik tentang penawaran dan permintaan menyatakan penetapan upah
minimum di atas harga keseimbangan pasar akan menyebabkan pengangguran.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan berkurang jika upah naik. Hal ini
disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan
pada level upah yang tinggi sementara jumlah tenaga kerja yang diminta oleh
perusahaan menjadi lebih sedikit (Izzaty dan Sari, 2013).
Menurut

Ramdani

(2015),

pemerintah

seharusnya

tidak

hanya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun juga harus memperhatikan


produktivitas kerja dari penduduk yang rendah. Rendahnya produktifitas kerja
mengakibatkan meningkatnya tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.

Tingkat pengangguran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


jumlah penduduk miskin. Pengangguran merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi pendapatan

masyarakat, dan itu akan

mengurangi

tingkat

kemakmuran yang telah tercapai. semakin turunya tingkat kemakmuran akan


menimbulkan masalah kemiskinan. Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung
stabil, beberapa tahun terakhir mengalami penururunan. Tingkat pengangguran 5
tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan, namun perlu upaya lagi dari
pemerintah agar kecenderungan tingkat pengangguran yang menurun tetap terjadi
di tahun-tahun yang akan datang. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran menerangkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pengangguran di Indonesia mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun
ke tahun. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia relatif tinggi yang di ikuti dengan
tingkat pengangguran yang perkembangannya agak lambat namun selalu
mengalami penurunan tiap tahunnya.
Menurut Alghofari (2010), permasalahan pengangguran memang sangat
kompleks untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan
dengan

beberapa

indikator-indikator.

Indikator-indikator

ekonomi

yang

mempengaruhi tingkat pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara


bersangkutan, tingkat inflasi, serta besaran upah yang berlaku. Apabila di suatu
negara pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan, diharapkan akan
berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran, hal ini diikuti dengan tingkat
upah. Jika tingkat upah naik akan berpengaruh pada penurunan jumlah
pengangguran pula. Sedangkan tingkat inflasi yang tinggi akan berpengaruh pada
kenaikan jumlah pengangguran.
2.1 Employment
Employment adalah tingkat penggunaan tenaga kerja dalam suatu negara.
Penggunaan tenaga kerja juga sangat berkaitan dengan masalah pengangguran.
Istilah yang terdapat dalam employment terbagi menjadi tiga hal, yaitu:
1. Full employment adalah penggunaan tenaga kerja yang seluruhnya telah
digunakan tanpa ada satupun tenaga kerja yang menganggur (unemployment).

2. Under employment adalah penggunaan tenaga kerja yang masih tidak


maksimal sehingga masih adanya penduduk yang tidak memiliki pekerjaan.
3. Over employment adalah penggunaan tenaga kerja yang telah maksimal
namun permintaan barang dan jasa masih lebih tinggi.
2.2 Perhitungan Pengangguran
Perhitungan jumlah pengangguran dan tingkat pasrtisipasi kerja dapat
menggunakan faktor penduduk usia kerja, faktor angkatan kerja, dan faktor
penduduk yang memiliki pekerjaan. Aspek aspek tersebut dapat menghasilkan
perhitungan melalui rumus:
Tingkat Partisipan Angkatan Kerja =

Angkatan Kerja
100%
Penduduk Usia Kerja

Jumlah Pengangguran = Angkatan Kerja Penduduk yang Memiliki Pekerjaan


Tingkat Presentase Pengangguran =

Jumlah Pengangguran
100%
Angkatan Kerja

Fenomena yang diharapkan suatu negara pada dasarnya adalah pencapaian


tingkat tenaga kerja penuh (full employment). Tujuan tersebut dapat tercapai
apabila dalam perekonomian tingkat pengangguran kurang dari 4%. Kenyataan
yang dapat dilihat adalah dalam negara maju masih belum seluruhnya dapat
mencapai tingkat pengangguran kurang dari 4%.
2.3 Jenis Pengangguran
Berdasarkan faktor yang menimbulkannya pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu pengangguran konjungtur, pengangguran struktural, dan
pengangguran normal atau friksional:
1. Pengangguran Konjungtur
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
peubahan peubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Waktu kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran maka perusahaan akan mengurangi
kegiatan produksinya. Akibat yang ditimbulkan adalah jam kerja berkurang,
sebagian mesin tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja akan dikurangi.
Fenomena perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kemunduran ekonomi

juga akan menaikkan jumlah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang


menurun atau pertumbuhan ekonomi yang meningkat namun lamban akan
meningkatkan pengagguran konjungtur karena tenaga kerja yang terus
bertambah tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi. Upaya yang dapat
dilakukan adalah kebijakan ekonomi yang dapat meningkatkan kegiatan
perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan agar dapat mencapai
tingkat tenaga kerja yang diinginkan.
2. Pengangguran Struktural
Pengangguran strukutral adalah pengangguran yang ditimbulkan dari adanya
perubahan struktur dan kegiatan ekonomi. Penyebabnya adalah pertumbuhan
perekonomian akan selalu diikuti oleh perubahan struktur dan corak kegiatan
ekonomi. Contohnya adalah peningkatan peranan sektor industri pengolahan
yang mengurangi kegiatan pertambangan dan pertanian serta munculnya
peralatan canggih dari industri besar. Sebab pengangguran struktural yang
lebih spesifik adalah kemerosotan permintaan, semakin canggihnya teknik
produksi (pengangguran teknik), perusahaan yang menaikkan produksi dan
pada waktu yang sama mengurangi jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
3. Pengangguran Normal (Pengangguran Friksional)
Pengangguran normal terjadi apabila perekonomian suatu negara dapat terus
meningkat sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran dengan hasil
kurang dari 4%. Pengangguran normal bukan berarti wujud akibat ketidak
mampuan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan namun, akibat dari
keinginan sesorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
2.4 Ciri-Ciri Pengangguran
Menurut Harjanto (2014), beberapa ciri-ciri pengangguran
diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Pengangguran terbuka yaitu tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki
pekerjaan (sama sekali tidak bekerja). Pengangguran ini terjadi karena tidak
adanya lapangan pekerjaan atau karena ketidak sesuaian lapangan kerja dengan
latar belakang pendidikan dan keahlian tenaga kerja.

2. Setengah menganggur yaitu tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di ukur dari
sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal.
3. Pengangguran terselubung yaitu tenaga kerja yang bekerja tapi tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang lulusan
S1 pertanian bekerja sebagai tenaga

pembukuan, atau seorang insinyur

teknik, bekerja sebagai pelayan restoran.


4. Pengangguran bermusim yaitu pengaguran ini banyak terjadi di sektor
pertanian, pada musim hujan misalnya nelayan dan penyadap karet tidak dapat
bekerja, mereka terpaksa mengganggur menunggu musim hujan selesai. Hal ini
juga terjadi pada para petani pada waktu musim kemarau yang menyebabkan
petani tidak dapat bekerja karena lahannya kering dan tidak ada air. Selama
musim kemarau ini para petani terpaksa menganggur.
2.5 Grafik dalam Employment
SL

Tingkat Upah
W
W0

DL

L1 L0 L2

Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Grafik Tingkat Upah dengan Tenaga Kerja
Kurva DL menggambarkan permintaan k eatas tenaga kerja dan S L
penawaran tenaga kerja. Kurva DL yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah
menggambarkan apabila tingkat upah tinggi maka permintaan tenaga kerja sedikit

dan sebaliknya. Kurva SL

yang naik dari kiri bawah ke kanan atas

menggambarkan semakin tinggi upah maka tenaga kerja yang ditawarkan akan
semakin banyak dan sebaliknya pula. Garis tegak N adalah jumlah penduduk usia
kerja.tingkat upah yang fleksibel akan menjadikan mekanisme pasar tenaga kerja
mencapai keseimbangan (titik E). pernyataan tersebut dapat mengakibatkan
tingkat upah mencapai W0 dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan mencapai
L0. Perbedaan N dengan L0 adalah posisi pengangguran sukarela.
2.6 Skema Employment
E
F
U
O
D
P
K
N
C
JM
S
T
A
G
rkaueitovnm
tsrnfedlp
aikm
jyhrl
fbaeisum
ekuspo
nm
rK
iaS
y
lnbiE
ktuegam
o
E
klranbugsm
ye
ajhur(tbnipm
uglpm
ranF
ylraot
eM
leinyo
yt
ankm
gsem
aine(
notP
gnte
gan
ulg
r)a
n
g
g
u
r
a
n
)

Gambar 2.2 Skema dalam Employment

BAB 3. STUDI KASUS


Kasus pertama terkait dengan tingkat pengangguran terbuka pada tahun
2019 di perkirakan akan bisa di tekan mencapai 4-5% dari yang semula 5,81%
atau berkisar 7,45 juta jiwa saat ini. Prediksi tersebut muncul sejalan dengan
kemampuan sektor formal yang mampu menyerap tenaga kerja mencapai 37,94%
dan dari pihak sektor non formal mampu menyerap tenaga kerja sebaganyak
62,06%.
Studi kasus yang kedua terkait berita online oleh jabarprov.go.id yang di
terbitkan pada 9 Mei 2016 menyatakan bahwa penduduk setengah penganggur
meningkat menjadi 1.722.119 orang pada februari 2016 dari sebelumnya
1.544.712 orang pada februari 2015, atau bertambah sebanyak 177.407 orang.
Penigkatan penduduk setengah pengaggur disebabkan oleh berbagai faktor.
Berikut penjelasan menganai pengertian setengah pengangguran, penyebabnya,
dampaknya, dan solusi mengatasinya.
Studi kasus ketiga terkait Rostanti dan Alamsyah (2015), dampak paling
berat yang harus dirasakan masyarakat adalah pada saat pertumbuhan ekonomi
melemah karena tingkat pengangguran dan kemiskinan akan bertambah.
Targetnya pemerintah menginginkan pertumbuhan ekonomi lima persen sehingga
terjadinya penurunan pengangguran dan kemiskinan serta ketimpangan ekonomi
akan menyempit. Peneliti Institute for Development of Economist and Finance
(Indef), Eko Listianto mengatakan jika melihat pertmbuhan ekonomi saat ini,
pemerintah harus siap menerima kenyataan pengangguran dan kemiskinan akan

meningkat. Masa triwulan dua menunjukkan kontribusi industri pengolahan yang


menampung pekerja formal menurun dan industri-industri berskala usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) dan padat karya terdapat dalam skala tersebut.
Indonesia masuk dalam era pertumbuhan ekonomi rendah untuk negara
berkembang. Pemerintah selalu optimistis tingkat pertumbuhan mencapai lima
persen, namun jika penyerapan anggaran tidak memberikan efek dan daya
stimulasi terhadap petumbuhan ekonomi, maka kondisi ini akan stagnan di tahuntahun ke depan. Pemerintah harus melakukan berbagai macam langkah dan
stimulasi, diantaranya mendorong belanja modal sehingga investasi akan masuk
dan pada akhirnya tercipta lapangan kerja baru. Cara tersebut paling efektif untuk
dilakukan. Solusi dengan pendekatan moneter dengan menurunkan tingkat suku
bunga sangatlah berisiko dan bukan tidak mungkin kurs malah semakin tidak
stabil dan melalui pendekatan fiskal dirasa akan lebih bermanfaat.
Studi kasus keempat diperoleh dari artikel pada Suara Merdeka.com,
menjelaskan bahwa angka pengangguran di Jawa Tengah dari Sekolah Vokasi
sangat tinggi. Pengangguran dari Sekolah Vokasi memiliki porsi sekitar 9 persen,
jauh lebih tinggi dari lulusan SMA dan perguruan tinggi. Fenomena itu sangat
dilematis mengingat sejak 2008 lalu, Jateng telah memproklamirkan diri sebagai
provinsi vokasi agar lulusan pendidikan kejuruan bisa langsung mendapat
pekerjaan. Sehingga pemerintah perlu menyediakan lapangan kerja baru sesuai
dengan potensi yang ada di Jawa Tengah. Jumlah pengangguran yang tinggi dan
berasal dari usia produktif serta upah pekerja yang rendah mengakibatkan
Indonesia kehilangan bonus demografi, karena lebih dari 50% pekerja lulusan SD,
dan upahnya yang dibayarkan sangat rendah.

BAB 4. PEMBAHASAN
Berdasarkan studi kasus yang telah dibahas pengangguran sangat berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang melemah akan
menaikkan tingkat pengangguran. Fenomena tersebut didasarkan pada tingkat
konsumsi masyarakat yang menurun, sehingga produksi perusahaan juga
menurun. Penyerapan tenaga kerja juga akan berkurang sehingga pendapatan
nasional juga akan menurun. Kejadian pengangguran dapat diatasi menggunakan
kebijakan fiscal karena dianggap lebih efektif. Kebijakan fiscal dengan menambah
pengeluaran pemerintah dan investasi dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Terrkait pengeluaran pemerintah, pajak, transfer payment, dan investasi. Satu
kebijakan yang diambil adalah dengan menggunakan pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran pemerintah dapat dilakukan untuk merangsang daya kerja
pada industri pengolahan agar dapat meningkatkan kinerjanya sehingga
penyerapan tenaga kerja dapat bertambah. Pendekatan lainnya adalah dengan
meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga produksi yang dilakukan oleh pihak
perusahaan juga akan meningkat. Produksi yang meningkat akan diiringi dengan
penyerapan tenaga kerja yang semakin tinggi. Pernyataan tersebut juga akan
menjadikan pendapatan nasional meningkat dan perekonomian berjalan lebih
cepat. Fenomena tersebut merupakan fenomena yang sangat diinginkan suatu

negara terutama saat tingkat tenaga kerja mencapai full employment sehingga
pengangguran dapat teratasi dengan baik. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia dalam keadaan under employment dikearenakan adanya penduduk yang
masih menganggur sehingga penggunaan tenaga kerja masih belum maksimal.
Pengangguran yang terjadi berdasarkan penyebabnya merupakan pengangguran
konjungtur dikarenakan penduduk yang menganggur disebabkan oleh adanya
perubahan kegiatan ekonomi yang semakin menurun sehingga penggunaan tenaga
kerja yang juga ikut menurun. Penggolongan pengangguran yang lain berdasarkan
ciri dan jam kerjanya dapat terjadi dikarenakan pengangguran yang disebabkan
perubahan kegiatan ekonomi merupakan pengangguran dengan tingkat yang
paling mengkhawatirkan dan pihak pemerintah harus segera mengatasinya.
Pengangguran dalam studi kasus tersebut dianggap meningkat dikarenakan
pertumbuhan ekonomi yang lamban. Penyebab dari lambanya perekonomian
adalah pendapatan nasional yang juga menurun. Kebijakan yang lebih dipilih
adalah dengan kebijakan fiskal, terkait pengeluaran pemerintah, pajak, transfer
payment, dan investasi. Satu kebijakan yang diambil adalah dengan menggunakan
pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat dilakukan untuk
merangsang daya kerja pada industri pengolahan agar dapat meningkatkan
kinerjanya sehingga penyerapan tenaga kerja dapat bertambah. Pendekatan
lainnya adalah dengan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga produksi
yang dilakukan oleh pihak perusahaan juga akan meningkat. Produksi yang
meningkat akan diiringi dengan penyerapan tenaga kerja yang semakin tinggi.
Pernyataan tersebut juga akan menjadikan pendapatan nasional meningkat dan
perekonomian berjalan lebih cepat. Fenomena tersebut merupakan fenomena yang
sangat diinginkan suatu negara terutama saat tingkat tenaga kerja mencapai full
employment sehingga pengangguran dapat teratasi dengan baik.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dalam keadaan under
employment dikearenakan adanya penduduk yang masih menganggur sehingga
penggunaan tenaga kerja masih belum maksimal. Pengangguran yang terjadi
berdasarkan penyebabnya merupakan pengangguran konjungtur dikarenakan
penduduk yang menganggur disebabkan oleh adanya perubahan kegiatan ekonomi

yang semakin menurun sehingga penggunaan tenaga kerja yang juga ikut
menurun. Penggolongan pengangguran yang lain berdasarkan ciri dan jam
kerjanya dapat terjadi dikarenakan pengangguran yang disebabkan perubahan
kegiatan ekonomi merupakan pengangguran dengan tingkat yang paling
mengkhawatirkan dan pihak pemerintah harus segera mengatasinya.

BAB 5. PENUTUP
Employment merupakan tingkatan penggunaan tenaga kerja yang terbagi
menjadi tiga, yaitu full employment, under employment, dan over employment.
Pengangguran (unemployment) merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Pengangguran dapat dibedakan menurut penyebab, ciri, dan jam
kerja. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kebijakan
pemerintah, terutama kebijakan fiskal dengan menggunakan instrumennya
sehingga penyerapan tenaga kerja dapat meningkat.
Faktor

penyebab

pengangguran

setengah

menganggur

dibedakan

berdasarkan karakteristik demografi dan ekonomi. Karakteristik demografi


meliputi umur, tingkat upah, jenis kelamin, tempat tinggal, dan tingkat
pendidikan. Sedangkan karakteristik ekonomi meliputi sektor pekerjaan (formal &
informal) dan bidang pekerjaan (pertanian, industri, perdagangan, jasa, dan
lainnya).
Dampak

yang

ditimbulkan

dari

adanya

pengangguran

setengah

menganggur yaitu Pendapatan nasional menurun, Menurunnya pendapatan per


kapita, Dampak Sosial, dan Munculnya biaya sosial. Cara mengatasi
pengangguran setengah menganggur (Under Unemployment) yaitu dengan

Pelatihan ketrampilan lain selain bidang yang sudah digeluti, Menginformasikan


lowongan kerja yang ada disektor lain kepada masyarakat untuk dapat bekerja
pada masa menunggu, dan membangun industri manufaktur yang berbasis padat
pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Alghofari, Farid. 2010. Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 19802007. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Anggriawan, Robby. 2015. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor
Industri Manufaktur (Besar & Sedang) di Provinsi Jawa Timur Tahun 20072011. Skripsi. Dipublikasikan.Urusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan BisnisUniversitas BrawijayaMalang.
Izzaty dan R. Sari. 2013. Kebijakan Penetapan Upah Minimum di Indonesia.
Ekonomi dan Kebijakan Publik, 4(2): 131-145.
Kurniawan, A. B. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum, dan Investasi terhadap Jumlah Pengangguran di
Kabupaten Gresik. Malang: Universitas Brawijaya.
Pakpahan, E.S, Siswidiyanto, Sukanto. 2014. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan
Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal.
116-121.
Probosiwi, Ratih. 2015. Analisis Undang-Undang Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri. Kawistara, 5(2): 99-220.
Ramdani, Martiyan. 2015. Determinan Kemiskinan di Indonesia Tahun 19822012. Economics Development Analysis Journal, 4 (1): 97-104.

Randang, Frankiano. 2011. Kesiapan Tenaga Kerna Indonesia dalam Menghadapi


Persaingan dengan Tenaga Kerja Asing. Servanda Jurnal Ilmiah
Hukum, 5(1): 66-73.
Rostanti dan Alamsyah. 2015. Ekonomi Melambat, Pengangguran dan
Kemiskinan
akan
Melonjak.
[Serial
Online]
http://www.republika.co.id/files/images/favicon-rol.png. [23 Mei
2016].
Sukirno,

Sadono. 2006. Makroekonomi


Rajagrapindo Persada.

Teori

Pengantar.

Jakarta:

PT.

Ukirno, S. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Virginanda, R. R. 2015. Analisis Pengaruh UMK terhadap Jumlah Tenaga Kerja,
Kesejahteraan, dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun
2013. Edaj, 4(4): 372-379.
Zuraya, Nidia. 2016. Pengangguran Terbuka di Indonesia Lima Persen.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/04/23/o63ban38
3-pengangguran-terbuka-di-indonesia-lima-persen,
diakses
pada
tanggal 19 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai