PENDAHULUAN
Melihat dinamika kepemimpinan dalam dunia dewasa ini telah banyak mencerminkan dan
membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulilt untuk mencari kader-kader
pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri
sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan public(masyarakat, bangsa dan negara.
Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya kepedulian pada kepentingan
orang banyak,. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai
kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah bersama, masalah
harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis
kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader Pemimpin yang mampu menegakkan
kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan
untukmenegakkan ketika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh
dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat
iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit.
Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan (John
Adair, 2005 : 5).
Berbagai hal dapat dilihat dari pemimpin yang mengakibatkan ketidakstabilan yang terjadi
secara radikal, yang mengurangi kepercayaan masyarakat, misalnya korupsi, dan tindakan
amoral lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikutip oleh (Sugiono, 2005 : 12), yang
mengatakan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai keegoisme yang tinggi, sehingga
menyebabkan ketidakharmonisan yang terjadi antara masyarakat dan pemimpin itu sendiri.
Dengan menaggapi masalah-masalah yang terjadi diatas maka sangat dibutuhkan figure seorang
pemimpin yang mampu untuk menjadi sumber pengharapan dalam melakukan pembaharuan
kepemimpinan yang efektif.
a. Pemimpin
1. Defenisi Pemimpin
Pemimpin dapat didefinisikan sebagai individu dalam suatu kelompok atau organisasi yang
bertujuan membimbing dan mengkoordinir aktivitas kelompok atau organisasi tersebut.
1. Teori Genetik
Menurut teori genetic orang bisa jadi pemimpin karena ia memang sejak lahir telah mempunyai
bakat untuk memimpin (factor internal).”leadership are born and not mad”artinya “pemimpin itu
dilahirkan bukan dibentuk”
1. Teori Sosial
Menurut teori ini bisa tidaknya orangjadi pemimpin tergantung pada factor-faktor persiapan,
pendidikan , latihan dan pengalaman seseorang (factor eksternal). Jadi prinsipnya “leaders are
made and not born” (Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan )
1. Teori Ekologik
Teori ini merupakan paduan atau konvergensi antara teori genetik dan sosial.
Menurut teori ini orang bisa dan mampu jadi pemimpin yang baik, bila ia mempunyai bakat
sebagai pemimpin, kemudian bakat tersebut mendapat tempat penyaluran yang memadai atau
dengan kata lain bakat yang dimiliki itu disalurkan dan dikembangkan lewat pendidikan, latihan
dan pengalaman akan memunculkan orang menjadi pemimpin yang baik.
Menurut teori tiga dimensi terdapat tiga factor yang ikut berperan dalam menentukan bisa
tidaknya seseorang jadi pemimpin. Ketiga faktor itu adalah :
Pada dasarnya kemampuan memimpin itu bukan hanya monopoli orang-orang tertentu saja tetapi
siapa saja bisa menjadi pemimpin menurut bakat dan jenjang masing-masing. Dan untuk menjadi
pemimpin yang baik ada beberapa ciri atau karakteristik yang harus dihayati dan diamalkan.
Antara lain :
1. Bertenggang rasa.
2. Menyadari sifat- sifat kelompok.
3. Mampu mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
4. Bersikap jujur terbuka dan objektif.
5. Mampu mengenal diri sendiri dan orang lain.
6. Mampu menjaga kestabilan emosi.
b. Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, Dengan mengacu pada pengertian pemimpin diatas
maka dapat didefenisikan Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain, mengarahkan
keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk menjadi tujuan bersama.
Boring, Langeveld dan Weld memberikan arti kepemimpinan sebagai hubungan yang
dilakukan seseorang dengan suatu kelompok, guna mencapai beberapa tujuan yang
diinginkan.
Mayjen Soedarsono Mertoprawiryo (1990) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah
adalah suatu seni pergaulan dan suatu profesi seseorang .
M. Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto mengartikan kepemimpinan sebagai
tindakan atau perbutan diantara perseorangan dan kelompok, yang menyebabkan baik
orang-orang maupun kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Sebagai tujuan
bersama.
Menurut Ralph white dan Ronald lippet; ada tiga dasar gaya kepemimpinan antara lain :
1. Kepemimpinan otoriter
1. Kepemimpinan Demokratik
v Pemimpin hanya melakukan sumbang saran mengenai cara kerja dan kegitan yang dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan
v Cara kerja, penentuan posisi dan pembagian tugas diserahkan kepada kelompok
1. Kepemimpinan Liberal
v Kebebasan penuh pada pengambilan keputusan, pimpinan memiliki peran yang sangat minim
v Pimpinan hanya memberi informasi bila diminta dan tidak terlibat dalam penentuan cara kerja
dan kegiatan yang dilakukan.
Dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, tepat atau tidaknya gaya tersebut akan disesuaikan
dengan situas dan kondisi dari organisasi yang dijalankan.
Dari berbagai penjelasan diatas, maka seorang pemimpin yang efektif adalah yang tidak hanya
bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun. Melainkan mampu memanfaatkan berbagai potensi
yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan
akan tetapi merupakan interaksi aktif antar komponen yang efektif.
Dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, tepat atau tidaknya gaya tersebut akan disesuaikan
dengan situas dan kondisi dari organisasi yang dijalankan.
1. Pilihlah benih yang bagus. ”pilihlah orang dengan potensi alamiah untuk bisa memainkan
peran pemimpin”
2. Siapkan tanahnya. “periksa kultur perusahaan anda apakah kultur ini menumbuhkan atau
memandulkan tumbuhnya kepemimpinan” kejujuran, keadilan, dan ketidakcurangan.
3. Perkaya tanahnya dengan pupuk dan air.”pastikan matahari yang membawa nilai-
nilaibaik:integritas,
4. Rotasikan tanaman. “berikan kepada pemimpin beragam tantangan dan kesempatan”
5. Biarkan ladang tanpa tanaman: tidak semua pohon berbuah setiap tahun. “berikan waktu
kepada para pemimpin untuk berpikir, merenung dan menyelesaikan masalah mereka”
6. Lihat baik-baik dimana pohon akan tumbuh subur. “seorang pemimpin yang sanggup
berjuang dalam satu bidang atau sektor mungkin juga dapat sukses dalam bidang atau
sektor lain ”
7. Buanglah bagian-bagian pohon yang mati. Sederhanakan pohon hingga tersisa batang
saja. “buanglah praktek-praktek dan ide-ide yang tidak memberikan hasil”
8. Biarkan akarnya tumbuh jauh kedalam tanah.”air inspirasi terletak jauh dibawah tanah”
prinsip paling penting dalam pengembangan kepemimpinan adalah jangan pernah
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai pelatihan atau persiapan yang sesuai.
“Langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif adalah dengan bercermin.
Kuasailah ketrampilan diri sendiri dengan demikian anda akan meletakan dasar untuk
membantu orang lain agar melakukan hal yang sama.”
Charles C, Manz dalam bukunya yang berjudul “Leadership Wisdom of Jessus”, Charles C.
Manz menjelaskan bagaimana membangun fondasi kepemimpinan yang kokoh, melalui ajaran
Yesus dibawah ini:
“mengapa engkau melihat selumbar di wajah saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak
engkau ketahui? Bagaimana engkau berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan
selumbar itu dari matamu, padahal adabalok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkan
dahulu balok di matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar
dari mata saudaramu.”(Mat 7:3-5)
Ayat diatas mengemukakan bahwa pandangan yang berbeda dari Yesus tentang bagaimana
seharusnya pendekatan seorang pemimpin terhadap obyek kepemimpinan. Yaitu terlebih dahulu
pemimpin ditantang untuk mencermati dan memperbaiki diri mereka sendiri. Inilah yang sering
tidak disadari oleh para pemimpin. Banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi tidak
banyak yang menyadari bahwa untuk memimpin orang lain, seseorang terlebih dahulu harus
trampil dalam memimpin diri sendiri. Kepemimpinan terhadap orang lain harus datang dari suatu
ekspresi yang jujur terhadap kelemahan diri sendiri.
Dari uraian diatas kita bisa menyimpulkan bahwa landasan yang kuat bagi seorang pemimpin
adalah ketika pemimpin tersebut bisa membentuk sebuah model keteladanan. Keteladanan akan
menjadi kekuatan yang mampu mempengaruhi tanpa harus menggurui dan memaksa.
Keteladanan akan memunculkan sikap hormat dan penghargaan yang tulus yang akan
menggerakkan orang lain dengan sukarela. Dengan menjadi model keteladanan, seorang
pemimpin dimampuksn untuk bisa memberikan dampak bagi lingkungannya, sekaligus
menunjukkan kepada obyek yang dipimpinnya bagaimana cara melakukan pelayanan
mengembangkan orang lain menjadi pribadi yang efektif, berkualitas dan berkarakter kristus.
Jadi jika anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, mulailah dengan menguasai
ketrampilan dalam memimpin diri sendiri. Biarkan orang lain melihat karakter dan kualitas hidup
anda. Dengan demikian anda akan akan meletakan dasar kokoh bagi kepemimpinan anda.
PENUTUP
Berbicara menyangkut kepemimpinan yang efektif tentunya bukan sebagai hal yang muda bagi
seorang pemimpin dalam praktek atau aplikasi nyata dalam kehidupan, baik dalam organisasi
formal, nonformal maupun masyarakat(public), akan tetapi menjadi pemimpin yang efektif,
dimana penulis mencoba mengutip seorang ahli Charles C, Manz yang mengatakan bahwa :
“Langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif adalah dengan bercermin.
Kuasailah ketrampilan diri sendiri dengan demikian anda akan meletakan dasar untuk
membantu orang lain agar melakukan hal yang sama.”
Dengan mengacu pada kutipan dari Charles C, Manz, ada hal penting juga yang perlu diterapkan
dalam konteks kepemimpinan yang efektif dengan mengacu pada teori yakni fungsi, prinsip-
prinsip kepemimpinan dan lain-lain yang menjadi sumber pengetahuan yang rasional dalam
bertindak yang sehat, jujur dan adil, yang selalu menjadi bagian dari motivasi bagi semua
komponen dalam masyarakat.
Bagi umat Kristiani, kepemimpinan yang efektif tercermin dalam diri Yesus Kristus yang
merupakan sumber pemimpin sejati yang terwujud melalui “Karya Penyelamatan” bagi
manusia di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Adair John, 2005, Cara Menumbuhkan Pemimpin yang Efektif, Gramedia: Jakarta
www. Wikipedia.com
www.group geoogle.com
Manajemen
Manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan planing, acunting, dan
controlling dimana pada masing-masing bidang digunakan ilmu pengetahuan maupun keahlian
dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan
semula.
Sumber daya manusia dan sumber daya lain tersebut sebagai unsur manajemen. Unsur
manajemen tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :
Manusia (man)
Bahan (material)
Mesin/peralatan (machine)
Metode/cara kerja (metods)
Modal uang (money)
Perencanaan
Pengorganisasian
Penyusunan
Pengarahan
Pengontrolan
Model-Model Manajemen
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya
merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar
dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat
berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.
Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan
dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik
sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan
aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.
Penyebab Konflik
A. Faktor Manusia
3.Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap
fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka
dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar
unit/departemen dalam suatu organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya.
Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok
lainnya.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan
yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat
tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas
yang ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang
tindih.
1. Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan
dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.
Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam sistem dan
prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya
suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang
bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut
serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik
yang muncul.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin
timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan
konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak
langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan
lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak
terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi
lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah
secara terpaksa.
Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan
buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai
“hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua
pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau
tindakan destruktif.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan
kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai
wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai
teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu
dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok
sengketa.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua bidang merupakan mata rantai organisasi yang
saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/
eselon
Sakit hati karena diperlakukan tak adil oleh atasan? Boleh, tetapi sikapi dengan bijak dan tetap
hargai serta hormat pada atasan.
Bagaimana pun juga ia lebih tinggi jabatannya di lingkungan kerja. Sehingga tak sepatutnya jika
Anda bersikap buruk hanya karena sakit hati atas perlakuan tidak adilnya.
Sikap buruk atasan tidak seharusnya Anda balas dengan sikap yang sama buruknya. Bisa jadi
dengan sikap dan attitude Anda yang baik, atasan kemudian bisa melihat sisi baik dalam diri
Anda.
Jadi jangan berhenti menunjukkan rasa hormat dan sikap profesional di depan atasan, karena tak
ada yang tahu isi hati seseorang. Siap
Jangan hanya bisa diam dan memendam rasa sakit hati saja ketika atasan bersikap tak adil.
Tetapi cobalah untuk mengembangkan kemampuan dan tunjukan kualitas kerja Anda di depan
atasan. Hindari bekerja hanya untuk mencari muka atau pengakuan dari atasan.
Tunjukkan saja sebesar apa kemampuan yang Anda miliki, dan biarkan atasan yang menilai.
Jangan justru sebaliknya, Anda yang menilai atasan harus berbuat seperti apa. Ini tentu bukan
sikap yang seharusnya ditunjukkan bawahan.
Penutup
Menghadapi atasan yang tidak adil sebetulnya perlu disikapi dengan lebih bijak dan cerdas. Perlu
dilihat permasalahannya dari dua sisi yang berbeda. Adil dan tak adil itu ‘kan relatif, jadi
berpikirlah positif.
Sikap tak adil yang Anda terima dari atasan bisa saja menjadi sebuah pembelajaran berharga
untuk karier Anda. Jadi, cerdaslah menyikapinya sambil terus menunjukkan kinerja yang
profesional dan maksimal.