Anda di halaman 1dari 10

A.

    Karakter yang berorientasi pada tindakan


Karakter yang berorientasi pada tindakan :
Merupakan karakter yang harus dimiliki dan dilakukan oleh pengusaha. Hal ini sangat penting
karena salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan
(action) daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang
pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang
dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah
menjadi bencana (kerugian).
Karakter untuk menjadi pengusaha yang perlu dikembangkan, diantaranya yaitu pemikirannya
harus out of the box, harus berani mengambil langkah ke depan tanpa flashback ke belakang.

Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan :


Menurut kami sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan sikap
yang harus/wajib dilakukan oleh pengusaha itu sendiri. Tidak hanya sekedar bicara dan
bermimpi. Mereka seharusnya  memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Hal ini
berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga
melaksanakannya.

B. Pengertian Pengambilan Resiko

Wirausaha sering dikenal sebagai orang yang mampu membuka usahanya sendiri dan
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurut KBBI, wirausahawan merupakan
orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam
berproduksi, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkanya. Seorang wirausaha harus mampu menciptkan sesuatu yang
berbeda dan mampu menangkap peluang yang ada.
Resiko bagi para wirausaha bukanlah sebagai suatu hambatan untuk meraih kesuksesan
tetapi dijadikan sebagai suatu tantangan. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai hal-hal
yang menantang untuk lebih mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Pengambilan resiko menurut
perspektif wirausaha yaitu dengan mengambil resiko yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Karena seorang wirausaha selalu ingin berhasil menjauhi resiko yang tinggi, dan
menghindari resiko yang lebih rendah karena bagi mereka tidak ada tantangan.
Dalam pengambilan resiko para wirausaha selalu memperhitungkan matang-matang
keputusan yang akan diambil. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan kepercayaan diri.
Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinan dalam
mempengaruhi hasil dan keputusan, serta semakin siap pula mencoba apa yang menurut orang
lain penuh dengan resiko.
Yang membedakan seorang wirausaha dengan yang lainnya adalah kesiapan dalam
pengambilan resiko. Kebanyakan orang lebih suka berada dalam titik yang aman dan nyaman
dengan tidak mengambil hal yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih rendah. Berbeda
dengan wirausaha, resiko dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan, bukan suatu
hambatan yang menjadikan kita gagal.
Anak muda sering dikatakan selalu menyenangi tantangan. Mereka tidak takut mati. Inilah
salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh dengan resiko dan
tantangan, seperti balap motor di jalan raya, balap mobil milik orang tuanya. Tetapi, contoh-
contoh tersebut dalam arti negatif. Olahraga beresiko yang positif ialah panjat tebing, mendaki
gunung, arum jeram karate atau olah raga bela diri dan sebagainya.
Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa ke dalam wirausaha yang juga penuh resiko dan
tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua
tantangan ini harus dilakukan dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang,
membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus dengan tidak lupa
berlindung kepada-Nya.

C. Pengertian resiko menurut para ahli :


1. Arthur Williams dan Richard, M H
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode terentu
2. Abas Salim
Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian
3. Soekarto
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
4. Herman Darmawi
Resiko adalah penyebaran penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan

D. Mengidentifikasi resiko potensial :


Proses manajemen risiko terdiri dari beberapa langkah dimana langkah paling awal adalah
mengidentifikasi risiko-risiko yang potensial terjadi yang dapat membahayakan tercapainya
tujuan strategis perusahaan.
Tujuan dari mengidentifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko-
risiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi risiko kita dapat mulai dengan mengenali sumber-
sumber penyebab terjadinya permasalahan atau dari permasalahan itu sendiri :
• Analisa sumber-sumber penyebab terjadinya permasalahan.
Terjadinya permasalahan bisa disebabkan karena faktor risiko internal atau eksternal.
Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam perusahaan atau proyek
yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko - risiko seperti ini biasanya timbul karena masalah
keuangan, organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah lain
di dalam perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan. Akibatnya,
terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek, peningkatan biaya atau gangguan / interupsi
pada arus kas.
Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali manusia, misalnya
aktivitas di pasar uang / pasar modal, kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan /
alam (cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana
menghadapinya.

E. Langkah-langkah pengelolaan resiko:


1. Dikontrol (risk control)
Upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang diidentifikasi menjadi
berkurang. Mengontrol resiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin
terjadi.
Upaya yang dilakukan untuk mengontrol resiko :
a. Membuat dan mengimplementasikan standar operasional prosedur (SOP) yang baik.
b. Melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses.
c. Melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja dan termasuk
mengintrodusir budaya sadar resiko kepada semua karyawan.

2. Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)


Upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan resiko yang kita hadapi
terhadap pihak lain.
Cara ditransfer kepada pihak lain, misalnya :
a. Memindahkan resiko terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi.
b. Untuk memindahkan resiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai dapat dilakukan
dengan kontrak outsourcing.
c. Untuk memindahkan resiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat dilakukan
dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya
persediaan ke tangan supplier.
d. Dibiayai sendiri (risk retention)
e.
F. Upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh resiko.
Mendanai resiko :
1. Dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai resiko, yang
tentu akan membuat meningkatnya modal kerja.
2. Membiayai resiko tanpa dana cadangan akan menimbulkan resiko baru, yaitu
terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Contoh, ada resiko
kebakaran dari toko yang digunakan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk
ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut, sehingga
ekspansi gagal dilakukan.
3. Dihindari (risk avoidance)
4. Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko yang dihadapi. Perlu diingat, sebagai
wirausaha, terlalu sering melakukan penghindaran risiko bisa berdampak terhadap
lambatnya pengembangan usaha, karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang
yang terlewatkan.

G.  Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah
mengelola risiko.
Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima
bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara pengelolaan risiko:
a. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar. Tetapi cara
semacam ini tidak optimal.
Contoh: jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar
dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b.  Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan
risiko tersebut/ risk retention).
c.  Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi  pada satu
atau dua eksposur saja.
Contoh: memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti).
Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan dari
aset yang lainnya.
d.  Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke
tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat menstransfer risiko
tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan
menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang
tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
f.  Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul.
Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve)
guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai tukar dolar
terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut,
apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan mempunyai
kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan
akan terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.

H. Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang
tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
a. Risk Transfer
Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk
mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah melakukan
trnsfer risiko atau risk transfer.  Pada kondisi ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya tertentu
(biaya lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko terjadi) pada
pihak lain yang memilki kemampuan dan kapasitas untuk mengumpulkan eksposure sehingga
mencapai kondisi ekonomi.

Berikut ini beberapa cara dalam risk transfer.    


 Asuransi
Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya,
bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima  perusahaan asuransi,
sampai pada skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya yang
akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak
pastiannya.
Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan
perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas
kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer)
memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam
transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit)
yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4)
penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk
membayar tanggungan.

 Hedging
Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai
penanggung jawab bila terjadi  kejadian yang tidak diinginkan terjadi.  Hedging biasanya
terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang
asing.  Misalnya kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata
uang asing lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam
mata uang asing seperti dolar atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing
terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja
waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah
yang mencapai 500%.  Pada kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan
kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa depan akan sangat tertolong  mengingat
sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus membeli
pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku dalam kontrak. 
Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.

 Incoporated
Incoporated merupakan bentuk transfer risiko  bagi individu mengingat  dengan
pembentukan perusahaan kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya
terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan
pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini
biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemgang saham
dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan
yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual,
hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa,
pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya.
I. Perencanaan dan Tindakan
Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana akan
menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil tindakan
ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya.
Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara
pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir
dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari
beberapa alternatif yang ada. Jadi, membuat keputusan adalah suatu proses memilih antara
berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan. Semakin berpengalaman dalam
pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin berorientasi
pula pada suatu tindakan. Jika seorang Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam
batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang
menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.

Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-
baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan
mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang
persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama
akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.

Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif dalam dan lebih kreatif, karena ia harus membuat
keputusan (decision making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka)
atau dukungan staf yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada kemampuan membuat
keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnisnya pada masa yang akan datang.
Kemampuan membuat keputusan dapat diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun.
Akan tetapi, dalam prakteknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan
diambil tindakan pembetulannya.

Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan pengambilan keputusan itu didasarkan atas
dasar data-data dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan usaha, dan
sebagainya.
Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang sudah ditentukan, sesuai dengan teknik-
teknik pemecahan masalah. Adapun pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah
sebagai berikut :
 Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
 Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan fakta-
fakta.
Di bidang yang dikenal inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan logika, penalaran, dan
institusinya untuk membuat keputusan.
 Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan.
 Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
 Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar.
 Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang telah
berhasil pada masa lampau.
 Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastic susunan organisasi
yang sekarang.
 Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
Seorang Wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua keragu-raguan dan
ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika Anda dihadapkan pada alternatif harus memilih,
maka buatlah pertimbanganpertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan
boleh meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-ragu. Dengan
berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha akan dapat mengambil keputusan
yang terbaik. Banyak factor yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan (decision making),
diantaranya motivasi, persepsi, dan proses belajar. Dalam proses pembuatan keputusan,
kenyatannya ada Wirausaha yang mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan
ada pula Wirausaha yang berperilaku membuat keputusan secara otomatis.

Jika keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hendaknnya tergantung juga
pada tempat, waktu, pendidikan Wirausaha, dan sebagainya.
 Seorang Wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil keputusan-
keputusan yang tepat dalam bisnisnya.
 Seorang Wirausaha suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan
yang meningkatkan kemampulabaan bisnis pada masa mendatang.
 Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada.
 ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya.

I. Sifat-sifat yang Menghasilkan Tindakan yang Efektif


Adapun tujuh sifat yang bisa menghasilkan tindakan-tindakan yang efektif yaitu :
1. Jadilah Proaktif (Be Proactive)
Jadilah proaktif maksudnya adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif
artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, dimasa sekarang, maupun di
masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai
ketimbang pada suasana hati atau keadaan.
2. Merujuk pada Tujuan Akhir (Begin With The End in Mind)
Merujuk pada tujuan akhir tidak Sekedar tujuan, tetapi tujuan yang benar agar mencapai tujuan
yang benar. Tuliskan misi pribadi hidup kita yang menggambarkan tujuan dan citra diri, Misi
pribadi ditemukan melalui serangkaian tindakan atau kejadian-kejadian pahit sehingga
membentuk kebajikan dan filosoSOFI
3. Dahulukan yang Utama (Put First Thing First)
Dahulukan yang utama maksudnya adalah mengorganisasikan dan melaksanakan apa-apa yang
telah diciptakan secara mental (tujuan, visi, nilai-nilai, dan prioritas-prioritas yang kita miliki).
Hal-hal sekunder tidak didahulukan, hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Intinya adalah
memastikan diutamakannya hal yang utama.
4. Berfikir Menang/Menang (Think Win Win)
Berfikir menang/menang maksudnya adalah cara berfikir yang berusaha mencapai keuntungan
bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir
menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk
mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya
berbagai informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan
5. Memahami untuk Dipahami (To Understand To BeUnderstood)
Memahami untuk dipahami maksudnya adalah memahami apa yang orang lain sampaikan
kemudian baru sebaliknya, mereka akan memahami kita demi terciptanya komunikasi yang
lancar dan inti yang dibicarakan tersampaikan. Dengan kata lian kalau kita mendengarkan
dengan seksama, untuk memahami orang lain, kita memulai komunikasi sejati dan membangun
hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau
membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih
alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan, berusaha dipahami menuntut
keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
6. Wujudkan Sinergi (Synergy)
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara
ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Sinergi adalah buah dari sikap saling
menghargai sikap memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam
mengatasi masalah, memanfaatkan peluang.
7.  Mengasah Gergaji (Sharpening The Saw)
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidang
kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang
meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai